Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349498982

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGELOLAAN DANA DESA


TAHUN 2018 (DESA TAMBUN DAN DESA SEGARAJAYA)

Article  in  Dinamika Governance Jurnal Ilmu Administrasi Negara · November 2020


DOI: 10.33005/jdg.v10i2.2341

CITATIONS READS

0 137

2 authors:

Vitriana Jessica Handiyono Achmad Lutfi


University of Indonesia University of Indonesia
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    18 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Asset Management Analysis The Province Of DKI Jakarta (A Study On Land Assets In The 2015 Budget Year) View project

All content following this page was uploaded by Achmad Lutfi on 08 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGELOLAAN DANA DESA
TAHUN 2018 (DESA TAMBUN DAN DESA SEGARAJAYA)

Vitriana Jessica Handiyono1, Achmad Lutfi2


1
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
2
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
e-mail:jessicavitriana@gmail.com, achmad.lutfi@ui.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis implementasi sistem pengendalian internal dalam mengelola dana
desa di Desa Tambun dan Desa Segarajaya, Kabupaten Bekasi, dengan menggunakan lima
komponen Kerangka Sistem Pengendalian Internal oleh COSO (2013). Hal tersebut dikarenakan
pengelolaan dana desa merupakan hal yang penting dalam implementasi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa Tambun dan Desa Segarajaya, yang mana masih menemui
berbagai permasalahan. Oleh karena itu dibutuhkanlah suatu bentuk sistem pengendalian internal
dalam pengelolaan dana desa.Menggunakan pendekatan post positivist dengan studi pustaka dan
wawancara mendalam, secara total ada sembilan akademisi dan praktisi yang berpartisipasi
sebagai narasumber penelitian. Data wawancara dikategorikan dengan menggunakan
pengkodean terbuka, pengkodean aksial, dan metode pengkodean selektif. Hasil dari penelitian
ini adalah tidak semua komponen sistem kontrol internal oleh COSO telah dilakukan oleh Desa
Tambun dan Desa Segarajaya. Kekhawatiran utama adalah lemahnya pemahaman pemerintah
desa mengenai pengendalian internal dalam pengelolaan dana desa, karena sosialisasi kebijakan
itu sendiri belum sepenuhnya disosialisasikan oleh Pemerintah Pusat. Dari lima komponen
Kerangka Kontrol Internal COSO, hanya 4 komponen yang telah dilaksanakan (lingkungan
kontrol, kegiatan kontrol, informasi dan komunikasi, dan pemantauan). Sementara penilaian
risiko belum dilakukan secara efektif, karena terbatasnya sosialisasi dari pemerintah pusat dan
keterbatasan kompetensi pejabat desa yang dapat melaksanakan penilaian risiko. Berdasarkan
hasil penelitian, penerapan sistem pengendalian internal berdasarkan komponen COSO (2013)
belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh Desa Tambun dan Desa Segarajaya. Diperlukan
sosialisasi dari pemerintah pusat dan daerah kepada desa dalam penerapan sistem pengendalian
internal pengelolaan dana desa lebih mendalam kepada aparatur desa.

Kata Kunci: Sistem Pengendalian Internal, Committee of Sponsoring Organizations of the


Treadway Commission (COSO), Pengelolaan Dana Desa
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

PENDAHULUAN (dari 20,7 T mencapai 60 T), idealnya


Pembukaan Undang-Undang Dasar diharapkan bahwa desa akan semakin
1945 mengatakan bahwa dibentuknya tergerak dan termotivasi utnuk dapat
pemerintahan Indonesia bertujuan dalam memajukan daerahnya.
rangka melindungi segenap bangsa dan Namun demikian, pada kenyataannya,
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan masih banyak ditemukan implementasi
kesejahteraan umum, mencerdaskan pemanfaatan dana desa yang tidak sesuai
kehidupan bangsa, serta turut serta dalam dan tidak memenuhi pencapaian tujuan yang
melaksanakan ketertiban dunia. Oleh karena ditetapkan. Indonesia Corruption Watch
itu, demi meraih ketercapaian cita-cita (ICW) menemukan permasalahan berkaitan
nasional, beragam upaya telah dilakukan dengan tren modus korupsi sepanjang tahun
pemerintah salah satunya yaitu melalui 2017, bahwa dana desa menjadi pos
penyelenggaraan pemerintahan daerah. anggaran yang paling banyak dikorupsi
Secara teoritis, desa didefinisikan sebagai dengan total 98 kasus dan kerugian negeri
suatu institusi yang otonom, serta memiliki sebesar 39.3 Miliar. Melihat berbagai
tradisi, adat istiadat, maupun badan dinamika permasalahan dalam pengelolaan
hukumnya sendiri yang bersifat mandiri dana desa tersebut, maka diperlukan suatu
(Widjaja, 2003). Supriady dan Solihin pengendalian serta pengawasan yang kuat
(2002) bahwa dalam rangka agar dapat menghindari penyimpangan dan
menyelenggarakan otonomi daerah yang penyelewengan yang mungkin terjadi
luas, nyata, dan bertanggung jawab, maka (Mardiasmo, 2018). Berkaitan dengan hal
diperlukan kewenangan dan kemampuan tersebut, Sistem Pengendalian Intern
dalam menggali sumber keuangan secara Pemerintah (SPIP), merupakan Sistem
mandiri dengan prinsip perimbangan Pengendalian Intern yang dilaksanakan
keuangan antara pemerintah pusat dan secara menyeluruh di lingkungan
daerah. Dalam hal ini, dana desa merupakan pemerintahan pusat maupun pemerintahan
dana yang bersumber dari APBN, yang daerah, terdiri dari seluruh proses audit,
diperuntukan untuk desa melalui transfer reviu, pemantauan, serta kegiatan
kepada APBD Kabupaten/Kota dengan pengawasan lainnya yang dilakukan sesuai
prioritas untuk pelaksanaan pembangunan dengan tolak ukur sebagaimana yang sudah
dan pemberdayaan masyarakat desa (UU. ditetapkan demi memberikan keyakinan
No. 6 Tahun 2014). Sebagai bagian dari 9 bahwa kegiatan telah dilaksanakan dalam
agenda prioritas NAWACITA Presiden Joko mewujudkan tujuan dan tata pemerintahan
Widodo, kehadiran dana desa yang terus yang baik. Lebih lanjut, menurut
meningkat dari tahun 2015 hingga 2018

102
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

Koordinator Pengawasan Bidang desanya dengan cara menurunkan tim


Akuntabilitas Pemerintah Daerah Sumatera pemeriksa pada keseluruhan 180 desa di
Barat, Chinggih Widanarto, dalam Rapat Kabupaten Bekasi. Menurut Inspektur
Koordinasi Program Pembangunan dan Pemerintah Kabupaten Bekasi, Nano
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Setiana, hal tersebut penting dilakukan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016, dikarenakan sebelumnya pemeriksaan hanya
menekankan pentingnya penerapan sistem dilakukan dengan mengambil 3 sampel desa
pengendalian intern dalam pengelolaan di setiap kecamatan karena jumlah auditor
keuangan desa. Penerapan tersebut yang terbatas (Berita Cikarang, 2018).
ditekankan untuk mendorong pemerintah Desa Tambun dan Desa Segarajaya
dalam mengidentifikasi titik lemah merupakan dua desa di Kabupaten Bekasi
pengelolaan keuangan desa yang harus yang memiliki karakteristik wilayah yang
ditingkatkan. saling berbeda. Melihat permasalahan
Wilayah Kabupaten Bekasi sebagai pengelolaan dana desa yang ada di
bagian dari Jabodetabek yang dikenal Kabupaten Bekasi, ternyata hal tersebut
sebagai kesatuan Kawasan megapolitan di masih turut dirasakan oleh Desa Tambun
Indonesia, merupakan wilayah dengan maupun Desa Segarajaya. Pertama,
kegiatan Industri yang berkembang cukup beberapa pelaporan yang diterima oleh Tim
pesat dan dikenal terbesar di Asia Tenggara Satgas Dana Desa di Desa Tambun pada
(DetikNews, 2017). Namun demikian, Tahun 2018 antara lain yaitu keluhan
ternyata masih ditemukan beberapa masyarakat Desa Tambun yang menilai
permasalahan terkait pengelolaan dana desa bahwa pembangunan desa tidak dirasakan
di Kabupaten Bekasi. Kepala Badan berasal dari dana desa, pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat DESA (BPMD) infrastruktur yang dinilai dilakukan tanpa
Kabupaten Bekasi, Aat Barhaty, adanya prasasti, serta BUMDes yang tidak
mengatakan bahwa selama ini dana desa di terlihat aktivitasnya. Kedua, pembangunan
Kabupaten Bekasi masih terlalu fokus untuk desa di Desa Segarajaya dinilai masih belum
pembangunan fisik berupa infrastruktur maksimal dengan masih ditemukannya
(seperti membuka dan memperbaiki jalan), sampah liar dari aliran sungai maupun
dan belum seimbang dengan pembangunan sampah masyarakat pada Kawasan Pusat
dalam bidang pemberdayaan masyarakat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove Desa
desa (contohnya BUMDes). Selain itu, Segarajaya yang seharusnya dihindarkan
Kabupaten Bekasi juga merencanakan karena fungsi KPRPM sebagai kawasan
peningkatan pengawasan pengelolaan dana konservasi (news.trubus.id, 2019). Masih

103
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

pula ditemukan beberapa fasilitas sarana kontribusi hasil penelitian yang berguna
prasarana umum di Desa Segarajaya yang bagi para pembaca.
rusak, belum adanya pusat informasi, Penelitian pertama berjudul
rendahnya kegiatan pemasaran, serta “Pengelolaan dana desa di Desa Buni
minimnya transportasi publik di sekitar Bhakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten
daerah tersebut. Selain itu, belum ditemukan Bekasi, Tahun Anggaran 2015” oleh Febria
penelitian terdahulu yang membahas secara Avicena pada tahun 2016. Tujuan dari
spesifik terkait penerapan sistem penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengendalian internal di desa, khususnya pengelolaan dana desa dengan membahas
pada Desa Tambun dan Desa Segarajaya. secara rinci terkait kebijakan pengelolaan
Sehingga, berdasarkan latar belakang yang dana desa yang dimiliki oleh Desa Buni
telah dijelaskan tersebut, dalam penelitian Bhakti mulai dari tahap perencanaan hingga
ini penulis mengangkat tema mengenai pertanggungjawaban. Metode yang
“Penerapan Sistem Pengendalian Internal digunakan adalah dengan pendekatan post-
Dalam Pengelolaan Dana Desa di positivist. Adapun hasil yang diperoleh dari
Kabupaten Bekasi Tahun 2018 (Studi penelitian tersebut yaitu ditemukan beberapa
Kasus: Desa Tambun dan Desa Segara masalah dalam pengelolaan keuangan desa,
Jaya). antara lain yaitu partisipasi masyarakat yang
belum maksimal, kebijakan pembiayaan
TINJAUAN PUSTAKA dalam RKPDes yang belum matang, serta
Penelitian ini meneliti terkait
terkait tahap pencatatan dan pelaporan
Penerapan Sistem Pengendalian Internal
keuangan desa yang masih menggunakan
Dalam Pengelolaan Dana Desa Tahun
metode konvensional dan tidak sesuai
(Desa Tambun dan Desa Segarajaya).
dengan regulasi Permendagri 113 Tahun
Penelitian ini merupakan penelitian baru,
2014.
namun sebelumnya sudah pernah dilakukan
Penelitian kedua berjudul “Analisis
beberapa penelitian sejenis. Oleh sebab itu,
Pengawasan Internal & Eksternal Dana
peneliti menjadikan beberapa penelitian
Desa, Tahun Anggaran 2015 – 2016 (Studi
terdahulu sebagai pembanding terhadap
Kasus: Kabupaten Bogor) oleh Rizka Dwi
penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan
Pratiwi pada tahun 2017. Tujuan dari
pustaka ini peneliti gunakan sebagai salah
penelitian ini adalah untuk menggambarkan
satu bahan pertimbangan dalam memastikan
proses pengawasan internal dan eksternal
agar penelitian ini berada di arah yang benar
dana desa yang bersumber dari APBN serta
dan harapannya dapat memberikan
faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten

104
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode yang akuntabilitas dari pengelolaan keuangan
digunakan adalah dengan pendekatan post- dana desa.
positivist. Adapun hasil yang diperoleh dari Penelitian keempat berjudul “Sistem
penelitian ini yaitu pengawasan internal Pengendalian Intern Pemerintah Pada
yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pada
Bogor terhadap pemerintah desa terkait dana Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat,
desa belum optimal, dikarenakan PKPT Kabupaten Temanggung” oleh Ellyas Edy
(Program Kerja Pengawasan Tahunan) Haryono pada tahun 2018. Tujuan dari
masih dilakukan secara umum saja. Selain penelitian ini adalah untuk menganalisis
itu, proses pengawasan eksternal juga belum terkait pengendalian internal pemerintah
optimal karena masih kurang berjalannya desa dalam menggunakan dana desa pada
proses informasi dan komunikasi yang baik, tahun 2016. Metode yang digunakan adalah
lemahnya pertanggungjawaban, serta deskriptif melalui pendekatan kualitatif.
kurangnya partisipasi masyarakat. Hasil yang diperoleh yaitu sistem
Penelitian ketiga berjudul “Pengaruh pengendalian intern dari pemerintah terkait
Penerapan Sistem Pengendalian Instansi pengelolaan dana desa dalam rangka
Pemerintah (SPIP) Terhadap Akuntabilitas pembangunan desa telah dilaksanakan
Pengelolaan Dana Desa (Survei Pada Desa- sesuai dengan peraturan yang ada, secara
Desa di Wilayah Kecamatan Klari, terbuka, akuntabel, serta partisipatif. Hal
Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan tersebut dikarenakan pengawasan, arahan,
Majalaya dan Kecamatan Rengasdengklok, serta sosialisasi yang masih kurang dari
Kabupaten Karawang) oleh Ivan Yudianto Pemerintah Temanggung di tingkat
dan Ekasari Sugiarti pada tahun 2018. Kecamatan dan Kabupaten kepada
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Pemerintah di Desa terkait Peraturan
mengetahui penerapan sistem pengendalian Pemerintah No. 60 Tahun 2008.
internal dan akuntabilitas dari pengelolaan Secara keseluruhan, perbedaan dari
dana desa, serta pengaruh yang diberikan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem
dari kontrol internal tersebut di wilayah Pengendalian Internal Pengelolaan Dana
Kabupaten Karawang. Metode yang Desa Tahun 2018 (Desa Tambun dan Desa
digunakan adalah deskriptif dengan Segarajaya” berfokus pada penerapan
pendekatan kuantitatif.. Adapun hasil sistem pengendalian internal yang dilakukan
penelitian yang diperoleh yaitu ditmukan oleh aparatur pemerintah desa dengan
adanya pengaruh yang signifikan atas sistem mengacu kepada teori Sistem Pengendalian
pengendalian internal pemerintah terhadap Internal yang ditetapkan oleh COSO

105
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

(Committee of Sponsoring Organizations of berpikir yaitu konsep pemerintahan daerah,


the Treadway Commission) serta dengan manajemen keuangan daerah, dan sistem
melihat kepada kesesuaian kebijakan yang pengendalian internal. Berkaitan dengan
ada di lapangan, sehingga bukan berfokus pemerintahan daerah, Nick Devas (1989),
hanya pada penerapan pengelolaan dana bahwa sistem administrasi pemerintahan
desa itu sendiri sebagaimana yang dilakukan daerah di Indonesia ditandai oleh 2
oleh Avicenna (2015). Secara mendasar pendekatan, yaitu dekonsentrasi dan
bersadarkan sudut pandang teoritik, berbeda desentralisasi. Sabarno (2007) mengatakan
dengan penelitian oleh Pratiwi (2017), bahwa saat ini Negara Republik Indonesia
Yudianto dan Sugiarti (2018), serta Haryono sebagai Negara Kesatuan menganut asas
(2018), penelitian ini menggunakan teori desentralisasi dalam penyelenggaraan
sistem pengendalian internal pemerintah pemerintahan di daerah, yaitu dengan
oleh COSO. Teori tersebut mencakup lima memberikan kesempatan dan keleluasaan
unsur sistem pengendalian intern yang dapat kepada daerah dalam menyelenggarakan
digunakan dalam penerapan pengendalian otonominya. Lebih lanjut, Hoessein (2001)
intern keuangan daerah, serta digunakan mengatakan bahwa desentralisasi mencakup
sebagai dimensi pengukuran dalam dua elemen pokok, yaitu: pembentukan
penelitian ini. Adapun lima komponen daerah otonom, dan penyerahan urusan
sistem pengendalian internal oleh COSO pemerintahan kepada daerah daerah
tersebut yaitu 1). Pengendalian Lingkungan, otonom.Secara lebih spesifik, Hoessein
2). Penilaian Risiko, 3). Pengendalian mengungkapkan bahwa terdapat tiga makna
Aktivitas, 4). Informasi dan Komunikasi, dari konsep local government, yaitu 1).
serta 4). Aktivitas Pemantauan. Selain itu, Pemerintah daerah sebagai organ (local
dalam penelitian ini juga akan dibahas authority), 2). Pemerintah daerah sebagai
secara lebih luas terkait penerapan sistem fungsi, dan 3). Pemerintah daerah sebagai
pengendalian internal dengan melihat hasil daerah otonom.
evaluasi pelaksanaan pengendalian internal Konsep berikutnya yang menjadi
pengelolaan dana desa oleh Inspektorat landasan teoritis yaitu terkait manajemen
Kabupaten Bekasi, serta Dinas keuangan daerah. Mardiasmo (2018)
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menjelaskan bahwa, reformasi sistem
(DMPD) Kabupaten sebagai unsur manajemen keuangan daerah merupakan
pemerintah daerah. konsekuensi atas pelaksanaan desentralisasi
Kerangka Teori fiskal dan otonomi daerah di Indonesia.
Dalam penelitian ini, terdapat
Adapun reformasi manajemen keuangan
beberapa konsep yang membentuk kerangka

106
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

daerah yang terjadi dinilai cukup signifikan, organisasi pemerintah yang dipengaruhi
yaitu berubahnya pendekatan anggaran manajemen organisasi, maupun pemangku
tradisional menjadi New Public kepentingan lainnya, yang mana ditujukan
Management. Secara keseluruhan, untuk menjamin keberhasilan capaian tujuan
dijelaskan bahwa terdapat tiga misi utama organsiasi Dalam konsep sistem
pelaksanaan otonomi daerah dan pengendalian internal tersebut, dijelaskan
desentralisasi fiskal, yaitu 1). Menciptakan bahwa terdapat 5 komponen yang
efisiensi dan efektifitas pengelolaan membentuk sistem pengendalian internal
sumberdaya daerah, 2). Meningkatkan yang efektif sebagai berikut: 1).
kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan Pengendalian lingkungan, 2). Penilaian
masyarakat, dan 3). Memberdayakan Risiko, 3). Kontrol Aktivitas, 4). Informasi
masyarakat untuk aktif dalam proses dan Komunikasi, dan terakhir yaitu 5).
pembangunan. Disamping itu, Mardiasmo Pengawasan Sistem Kontrol Internal.
(2018) juga turut menjelaskan bahwa Gambar 2.2. COSO Internal Control
Framework Sumber: COSO, 2013.
terdapat tiga prinsip dasar yang mendasari
pengelolaan keuangan daerah, antara lain
adalah prinsip transparansi, akuntabilitas,
dan value for money.
Konsep terakhir yang menjadi
landasan teoritis dalam penelitian ini yaitu
terkait konsep sistem pengendalian internal
oleh Committee of Sponsoring Sumber:
Organizations of the Treadway Commission (https://www.coso.org/Documents/COSO-
(COSO) Tahun 2013. COSO (Committee of ICIF-11x17-Cube-Graphic.pdf)
Sponsoring Organization of The Treadway Konsep-konsep tersebut yang
Commission) dalam Shah (2007) membentuk kerangka pemikiran sehingga
menjelaskan bahwa pengendalian internal alur pada penelitian ini dimulai dengan
dapat membantu manajemen dalam menganalisis fungsi sistem pengendalian
mengatasi dinamika ekonomi maupun internal dalam pengelolaan dana desa di
lingkungan yang kompetitif, pergeseran Kabupaten Bekasi dengan mengaitkan
kebutuhan dan prioritas masyarakat, serta dengan konsep pemerintah daerah,
restrukturisasi demi kemajuan di masa manajemen keuangan daerah, serta sistem
depan. Sehingga, pengendalian internal pengendalian internal. Selanjutnya akan
didefinisikan sebagai sebuah proses dalam dilakukan analisis lebih spesifik terkait dari

107
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

keberadaan dan penerapan masing-masing Desa Kemendagri, Inspektorat Jenderal


komponen sistem pengendalian internal Kemendes PDTT, Satgas Dana Desa
(COSO, 2013) dalam pengelolaan dana desa Kemendes PDTT, Badan Pengawas
di Desa Tambun dan Desa Segarajaya. Keuangan dan Pembangunan Perwakilan
Provinsi Jawa Barat, Dinas Pemberdayaan
METODE PENELITIAN
Masyarakat dan Desa Kabupaten Bekasi,
Pendekatan yang digunakan dalam
Inspektorat Kabupaten Bekasi, Kepala Desa
penelitian ini adalah menggunakan
Tambun, Kepala Desa Segarajaya, serta
pendekatan Post-Positivist, yang berfungsi
SEKNAS Fitra (organisasi non-pemerintah
untuk membandingkan dan menguji
yang bergerak dalam bidang kontrol sosial
kebeneran absolut dari pengetahuan dengan
transparansi penganggaran pemerintah).
realita yang ada (Phillips dan Burbules,
Selain itu, penulis juga turut menggunakan
2000 dalam Creswell, 2009). Pendekatan
data sekunder yang berasal dari dokumen,
Post-Positivist ini memegang prinsip bahwa
jurnal, buku, artikel, maupun peraturan
penyebab perbedaan antara realita dengan
perundang-undangan yang relevan dengan
teori yang ada dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Selanjutnya, analisis dalam
akhir yang didapat. Berdasarkan tujuannya,
penelitian ini dilakukan melalui proses
penelitian ini tergolong dalam penelitian
coding terhadap hasil wawancara yang telah
deskriptif untuk memberikan gambaran
diperoleh, serta mengolaborasikannya
yang lebih detail mengenai penerapan sistem
dengan hasil olahan kembali data sekunder
pengendalian internal dalam pengelolaan
yang digunakan.
dana desa di Kabupaten Bekasi Tahun
Anggaran 2018 (Studi Kasus Desa Tambun
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Desa Segarajaya) dengan manfaat yang Pembahasan ini akan menjelaskan
bersifat murni yaitu untk pengembangan mengenai penerapan sistem pengendalian
ilmu pengetahuan dan dapat memberikan internal dalam pengelolaan dana desa di
dasar informasi untuk penelitian selanjutnya. Kabupten Bekasi tahun anggaran 2018,
Berdasarkan waktu, penelitian ini masuk dengan menelaah studi kasus di Desa
dalam jenis penelitian cross sectional yang Tambun dan Desa Segarajaya. Analisis akan
dilaksanakan dari bulan Januari 2019 hingga dilakukan sesuai dengan operasionalisasi
Mei 2019. konsep yang mencakup lima dimensi
Pengumpulan data pada penelitian ini komponen sistem pengendalian internal oleh
dilakukan melalui wawancara mendalam COSO (2013). Lima dimensi sistem
sebagai data primer kepada beberapa pengendalian internal oleh COSO tersebut
informan dari Ditjen Bina Pemerintahan antara lain yaitu pengendalian lingkungan,

108
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

penilaian risiko, kontrol aktivitas, informasi yaitu komitmen untuk mengelola dana desa
dan komunikasi serta yang terakhir adalah sebaik mungkin, yang mana tercermin
pengawasan terhadap pengendalian internal. dalam realisasi pelaksanaan pembangunan
Pengendalian Lingkungan desa yang masing-masing berfokus kepada
Fungsi pengendalian lingkungan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas
merupakan pondasi awal dari seluruh Desa Tambun dan Desa Segarajaya.
komponen sistem pengendalian internal Komitmen Desa Tambun dan Desa
lainnya. COSO (2013) menjelaskan bahwa Segarajaya dalam pengelolaan dana desa
pengendalian lingkungan mencakup standar, juga dibuktikan melalui laporan data dari
proses, dan struktur yang dibutuhkan dalam Satgas Dana Desa, yang mana tidak
melaksanakan pengendalian internal dalam menemukan adanya laporan terkait
suatu organisasi. Oleh sebab itu, Institute for penyelewengan dana desa yang secara
Internal Auditors (IIA) menjelaskan signifikan melanggar kebijakan dalam
pentinya pengendalian lingkungan sebagai pengelolaan dana desa.
pondasi dasar dari ketercapaian sistem Selanjutnya, analisis indikator kedua
pengendalian internal yang efektif, Dalam adalah terkait independensi aparatur
membahas ketercapaian komponen pemerintah desa dalam penerapan
pengendalian lingkungan ini, akan dibahas pengelolaan dana desa serta pengawasan
melalui beberapa indikator, yaitu: cerminan atas pengendalian internal. Berdasarkan
komitmen dari aparatur pemerintah desa hasil analisis, ditemukan bahwa Desa
dalam bentuk integritas dan nilai etik, Tambun dan Desa Segarajaya masih
independensi dalam pelaksanaan terfokus dalam independensi penerapan
pengendalian internal, manajemen pengelolaan dana desa, dan belum secara
organisasi, pengembangan sumber daya spesifik menyentuh pembahasan terkait
manusia, serta penerapan akuntabilitas penerapan independensi dalam
kinerja. melaksanakan sistem pengendalian internal
Indikator penilaian yang pertama sebagaimana yang tertuang dalam COSO
adalah penerapan komitmen dalam bentuk Internal Control Framework. Independensi
integritas dan nilai etik aparatur Desa sistem pengendalian internal dalam
Tambun dan Desa Segarajaya dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh
pengelolaan dana desa. Secara keseluruhan, Desa Tambun dan Desa Segarajaya masih
bentuk komitmen aparatur pemerintah Desa melekat pada pelaksanaan dari pengelolaan
Tambun dan Desa Segarajaya dalam dana desa itu sendiri. Walaupun pada
pengelolaan dana desa adalah bersifat lisan implementasinya, seharusnya pemantauan

109
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

atas pengendalian internal pengelolaan dana Beberapa permasalahan yang dirasakan


desa berdiri sendiri tanpa secara utuh yaitu terkait penatausahaan atau administrasi
melekat dalam proses pengelolaan dana dalam pengelolaan dana desa. Lebih lanjut,
desa. Adapun indikator kedua ini turut permasalahan tersebut juga turut
berkaitan dengan indikator ketiga dalam mempengaruhi hasil analisis dari indikator
analisis pengendalian lingkungan, yakni yang kelima, yaitu akuntabilitas
dalam independensi pengelolaan dana desa pertanggungjawaban tiap individu aparatur
oleh aparatur pemerintah desa, terdapat desa dalam pengelolaan dana desa. Dalam
penetapan struktur, alur dan pelaporan, serta implementasinya, akuntabilitas kinerja
pembagian wewenang dan tanggung jawab individu Desa Tambun sudah cukup baik
yang tepat dalam pengelolaan dana desa dikarenakan aparatur desa yang sudah lebih
tersebut. Berdasarkan hasil temuan di Desa memahami pengelolaan dana desa karena
Tambun dan Desa Segarajaya, telah terdapat mayoritas adalah aparatur yang sama dari
alur pembagian wewenang dan periode sebelumnya. Namun di sisi lain
tanggungjawab dalam bentuk struktur Desa Segarajaya menilai bahwa penerapan
formal yang sesuai dengan kebijakan akuntabilitas di Desa Segarajaya masih
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 terkendala dengan permasalahan kompetensi
tentang pengelolaan dana desa. sumber daya manusia aparatur di desa
Selanjutnya, indikator keempat dalam tersebut. Permasalahan tersebut dinilai
analisis pengendalian lingkungan adalah karena kecenderungan aparatur Desa
terkait adanya sumber daya manusia Segarajaya yang sulit untuk diarahkan atau
aparatur desa yang kompeten dan mampu mempelajari terkait hal yang berkaitan
mengembangkan kompetensinya. dengan pengelolaan dana desa
Berdasarkan implementasi pengendalian Penilaian Risiko
internal dalam pengelolaan sumber daya Menurut COSO (2013), bahwa
manusia aparatur pengelolaan dana desa di penilaian risiko dalam sistem pengendalian
Desa Tambun dan Desa Segarajaya, dapat internal merupakan dasar yang dapat
dikatakan bahwa permasalahan terkait menentukan bagaimana organisasi dapat
sumber daya manusia masih lebih banyak mengatasi risiko. Dalam hal ini, risiko
dirasakan oleh Desa Segarajaya. didefinisikan sebagai kemungkinan yang
Permasalahan tersebut antara lain dapat muncul dari suatu kebijakan yang
dikarenakan kurangnya kompetensi dari dilaksanakan, yang mana hal tersebut dapat
aparatur pemerintah desa, yang dinilai masih memengaruhi ketercapaian dari tujuan
cenderung berada dibawah rata-rata. organisasi.

110
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

Indikator pertama dalam dimensi Segarajaya dalam mengelolaa dana desa.


penilaian risiko adalah terkait adanya arah Analisis dan identifikasi masih dilakukan
tujuan pengelolaan dana desa yang jelas sebatas melalui penetapan rencana
ditetapkan oleh Desa Tambun dan Desa pembangunan desa dalam Rencana
Segarajaya. Berdasarkan hasil analisis, telah Pembangunan Jangka Menengah Desa
terdapat arah pengelolaan dana desa yang (RPJMDes), penyampaian prioritas
jelas ditetapkan oleh Desa Tambun dan penggunaan dana desa secara lisan, serta
Desa Segarajaya yang difokuskan untuk dengan meminimalisir penggunaan pihak
pembangunan infrastruktur desa. Hal ketiga dalam pembangunan desa. Di sisi
tersebut sebagaimana tercermin dalam lain, berkaitan dengan indikator ketiga,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa aparatur desa cukup memahami bahwa
Tambun dan Desa Segarajaya Tahun 2018, terdapat potensi kecurangan dalam
yang mayoritas mengalokasikan dana desa pengelolaan dana desa yang mana
paling besar dalam kegiatan pembangunan bersumber dari pihak/lembaga eksternal tak
infrastruktur. Namun di sisi lain, belum berkepentingan yang dapat
terdapat fokus pelaksanaan pemberdayaan menyalahgunakan manfaat transparansi
manusia yang seimbang sebagaimana pengelolaan dana desa. Dalam hal ini,
pelaksanaan pembangunan infrastruktur. pelaporan merupakan salah satu bentuk
Sehingga, kedepannya pemberdayaan kontrol sosial masyarakat. Namun apabila
masyarakat secara langsung harus turut hal tersebut cenderung dilakukan demi
seimbang menjadi fokus pemanfaatan dana meraih keuntungan pribadi, yang mana
desa oleh Desa Tambun dan Desa dibuktikan dengan pemeriksaan di lapangan
Segarajaya. yang tidak terbukti kebenarannya, maka hal
Indikator kedua adalah terkait tersebut menjadi risiko tersendiri dalam
identifikasi dan analisis risiko berdasarkan penglolaan dana desa.
tujuan yang telah ditetapkan, yang mana Indikator terakhir dalam penilaian
akan berhubungan dengan indikator ketiga risiko yaitu kemampuan desa dalam
yaitu kemampuan desa dalam mengindentifikasi perubahan yang
mengidentifikasi adanya potensi kecurangan berpengaruh signifikan dalam pengelolaan
dalam penilaian risiko. Pada dasarnya, dana desa. Sejalan dengan pembahasan
belum ditemukan adanya analisis dan sebelumnya, bahwa fokus dana desa di Desa
identifikasi risiko secara menyeluruh, Tambun dan Desa Segarajaya adalah untuk
terperinci, maupun tertulis yang dibuat oleh pembangunan infrastrukturt, sehingga
aparatur pemerintah Desa Tambun dan Desa perubahan yang secara signifikan terasa

111
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

adalah terkait perkembangan infrastruktur internal dalam mengatasi risiko pengelolaan


itu sendiri. Walaupn di sisi lain memang dana desa, namun hal tersebut belum secara
belum secara spesifik terlihat perubahan utuh mencerminkan keterwakilan sistem
dalam bidang pemberdayaan masyarakat pengendalian internal dalam mengatasi
desa, sehingga diperlukan peningkatan risiko pengelolaan dana desa. Dalam hal ini,
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tidak ada standar tertentu yang dilakukan
melalui dana desa agar dapat memberikan oleh Desa Tambun maupun Desa Segarajaya
perubahan secara riil di Desa Tambun dan dalam melaksanakan pengendalian internal
Desa Segarajaya. yang berfungsi untuk mengatasi identifikasi
Pengendalian Aktivitas risiko. Adapun hal tersebut juga
Menurut COSO (2013) pengendalian dilatarbelakangi oleh kurangnya
aktivitas merupakan serangkaian aktivitas kemampuan aparatur pemerintah Desa
yang secara umum didefinisikan sebagai Tambun dan Desa Segarajaya dalam secara
rangkaian kebijakan, prosedur, dan standar, utuh menyusun identifikasi dan analisis
yang dapat membantu pihak manajamen risiko dalam pengelolaan dana desa
untuk dapat mengatasi risiko dalam rangka Berbeda dengan indikator pertama
menjaga agar tujuan organisasi dapat dalam pengendalian aktivitas sebagaimana
tercapai. Dalam hal ini, pengendalian yang telah dijelaskan, indikator kedua
aktivitas dapat berbentuk prefentif atau terkait pengendalian internal dengan
detektif, serta dapat dilaksanakan dalam teknologi informasi dalam pengelolaan dana
seluruh level organisasi. desa adalah yang paling terlihat
Indikator pertama dalam pengendalian pelaksanaannya di Desa Tambun dan Desa
aktivitas adalah kemampuan desa dalam Segarajaya. Penerapan indikator tersebut
membuat dan mengembangkan tercermin melalui kehadiran Siskeudes yang
pengendalian internal yang dapat menangani dinilai sangat membantu Desa dalam
potensi risiko dalam pengelolaan dana desa. melaksanakan proses pengelolaan keuangan.
Berdasarkan hasil analisis, dapat dikatakan Adapun dalam penggunaan aplikasi
bahwa penerapan pelaksanaan Siskeudes itu sendiri di Desa Tambun
pertanggungjawaban dalam bentuk Surat maupun Desa Segarajaya tidak menemukan
Pertanggungjawaban dan Laporan masalah yang sulit untuk diatasi, salah satu
Pertanggungjawaban merupakan hal utama alasan yang melatarbelakanginya yaitu
dilakukan. Namun demikian, walaupun SPJ dikarenakan aparatur desa yang telah
merupakan hal yang wajib untuk disusun memperoleh Bimtek maupun pelatihan
dan menjadi bentuk nyata pengendalian

112
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

memadai dalam hal penerapan Siskeudes karena memungkinkan manajemen untuk


dalam pengelolaan dana desa. dapat menunjukan kepada anggota
Terakhir, indikator ketiga dalam organisasi lainnya bahwa pengendalian
pengendalian aktivitas adalah terkait kegiatan organisasi adalah hal yang penting
pelaksanaan pengendalian internal untuk dilakukan dan harus menjadi
berdasarkan kebijakan dan prosedur yang perhatian bersama.
telah ditetapkan. Sebagaimana telah Indikator pertama dalam komponen
dijelaskan sebelumnya bahwa belum informasi dan komunikasi adalah terkait
terdapat pelaksanaan pengendalian internal pemanfaatan informasi yang relevan dalam
yang dilaksanan secara spesifik, sehingga mendukung fungsi pengendalian internal
dalam pengelolaan dana desa maupun pengelolaan dana desa. Berdasarkan hasil
pengendalian internalnya secara analisis, dapat dikatakan bahwa penerapan
keseluruhan, desa masih berpedoman sosialisasi maupun Bimbingan Teknis dari
kepada Peraturan Kementrian Dalam Negeri pemerintah pusat dan daerah merupakan hal
Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan yang berperan penting dalam penyampaian
dana desa. Sehingga, dapat dikatakan bahwa informasi tersebut. Melalui penerapan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun sosialisasi dan Bimbingan Teknis tersebut,
2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal pemerintah desa Tambun dan Segarajaya
memang belum menjadi rujukan desa dalam dapat lebih memanfaatkan informasi yang
pelaksanaan pengendalian internal relevan bersumber dari Pemerintah Pusat
pengelolaan dana desa. dan Daerah, sehingga penerapan
Informasi dan Komunikasi pengelolaan dana desa akan bersesuaian
Menurut COSO (2013), bahwa dengan ketetapan pemerintah pusat dan
informasi dapat diperoleh oleh manajemen sesuai berdasarkan prioritas penggunaan
melalui pihak internal maupun eksternal, dana desa. Kemudian, hal tersebut berkaitan
yang mana informasi tersebut diharapkan dengan indikator kedua penerapan
dapat mendukung penerapan dari sistem komunikasi internal yang dilakukan oleh
pengendalian internal. Disamping itu, aparatur Desa Tambun dan Desa Segarajaya
komunikasi yang bersumber dari internal dalam mendukung fungsi pengendalian
maupun eskternal berguna untuk internal pengelolaan dana desa. Berdasarkan
menyebarkan informasi penting di dalam tinjauan penerapan komunikasi internal
maupun di luar organisasi sesuai dengan sebagai bentuk pengendalian internal dalam
kebutuhannya. Komunikasi internal dalam pengelolaan dana desa, dapat dikatakan
organisasi khususnya sangat diperlukan bahwa Desa Tambun dan Desa Segarajaya

113
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

sama-sama menerapkan suatu rapat internal untuk menyepakati hal yang bersifat
staff sebagai bentuk komunikasi internal. strategis. Namun demikian, di sisi lain,
Sehingga, berdasarkan hasil informasi belum ditemukan adanya jenis media atau
Bimtek yang diperoleh, akan sarana prasana lain yang secara khusus
dikomunikasikan lebih lanjut dalam rapat ditujukan untuk transparansi informasi
internal tersebut, yang mana diharapakan pengelolaan dana desa kepada publik secara
aparatur desa dapat saling bertukar khusus di Desa Segarajaya; kecuali untuk
informasi terkait pengelolaan dana desa agar Desa Tambun yang sudah memiliki spanduk
informasi dana desa tidak hanya dimiliki informasi APBDes Tahun 2019 pada area
oleh Kepala Desa atau Bendahara saja. depan Kantor Kepala Desa.
Indikator terakhir dalam komponen Aktivitas Pemantauan
informasi dana komunikasi, yaitu Menurut COSO (2013), bahwa
kemampuan aparatur desa dalam menjalin aktivitas pemantauan merupakan evaluasi
komunikasi dengan pihak eksternal terkait yang dilaksanakan secara berkala maupun
hal yang berpengaruh terhadap fungsi berkelanjutan untuk memverifikasi bahwa
pengendalian internal dalam pengelolaan masing-masing lima komponen dari
dana desa. Berdasarkan hasil analisis di pengendalian internal telah dilakukan,
Desa Tambun dan Desa Segarajaya, dapat termasuk aktivitas yang tercakup dalam tiap
dikatakan bahwa penerapan tersebut komponen tersebut.
tercermin melalui koordinasi antar Indikator pertama dalam komponen
pemerintah desa dengan BPD selaku pihak aktivitas pemantauan adalah adanya evaluasi
eksternal yang secara berdampingan yang dilakukan oleh pemerintah desa untuk
bertugas untuk mengawasi pelaksanaan memastikan bahwa komponen pengelolaan
pengelolaan dana desa. Kehadiran dari BPD dana desa dijalankan dengan baik. Meninjau
tersebut telah diatur oleh pemerintah pusat pelaksanaan evaluasi pengelolaan dana desa
melalui Peraturan Kementrian Dalam Negeri di Desa Tambun dan Desa Segarajaya,
Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan terlihat bahwa fokus pemanfaatan dari dana
Permusyawaratan Desa. Dalam peraturan desa masih cenderung kepada pembangunan
tersebut mendefinisikan musyawarah desa infrastruktur dan belum secara langsung dan
sebagai musyawarah antara Badan seimbang menyentuh pembangunan
Pemusyawaratan Desa (BPD) dengan pemberdayaan masyarakat. Di sisi lain,
pemerintah desa, serta unsur masyarakat, dalam implementasinya, kinerja Inspektorat
yang mana musyawarah tersebut Kabupaten sebagai Aparat Pengawasan
diselenggarakan oleh BPD dengan tujuan Internal Pemerintah (APIP) memang masih

114
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

sebatas pada pengawasan terhadap pertanggungjawaban sebelum disampaikan


pengelolaan dana desa itu sendiri, dan tidak kepada Inspektorat Kabupaten juga telah
secara spesifik mengevaluasi komponen terlaksana, walaupun dalam
sistem pengendalian internal pengelolaan implementasinya masih ditemukan beberapa
dana desa sebagaimana yang terdapat dalam masalah seperti Perdes yang belum
COSO Internal Control Framework maupun dilampirkan, atapun SPJ itu sendiri.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun Sehingga, diperlukan peningkatan disiplin
2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal desa bahwa penyelesaian SPJ harus tepat
Pemerintah. Hal tersebut disebabkan sistem waktu sehingga membantu pelaksanaan
pengendalian internal dalam pengelolaan komunikasi hasil evaluasi oleh Inspektorat
dana desa yang masih melekat dalam Kabupaten. Di sisi lain, terdapat pula
penerapan pengelolaan dana desa, sehingga permasalahan dari Inspektorat Kabupaten
peran APIP dalam melaksanakan evaluasi yang harus menjadi perhatian, yaitu terkait
terkait penerapan sistem pengendalian ketersediaan dari sumber daya manusia yang
internal tidak dapat secara utuh terlaksana. dinilai kurang memadai untuk dapat turun
Indikator kedua dalam komponen langsung melaksanakan pengawasan di desa,
aktivitas pemantauan ini adalah kinerja sehingga hal tersebut dinilai menjadi salah
Aparat Pengawas Internal Pemerintah satu alasan pelaksanaan pengawasan yang
(APIP) dalam mengomunikasikan hasil masih belum bersifat menyeluruh di Desa di
evaluasi pengendalian internal dalam waktu Kabupaten Bekasi.
yang tepat kepada pihak yang
bertanggungjawab. Secara keseluruhan, KESIMPULAN
Secara keseluruhan, sistem
komunikasi dalam hasil evaluasi yang
pengendalian internal dalam pengelolaan
dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten,
dana desa di Desa Tambun dan Desa
DPMD, dan Desa, telah dilaksanakan
Segarajaya, Kabupaten Bekasi, belum
dengan koordinasi yang cukup baik. Desa
terlaksana secara menyeluruh sebagaimana
Tambun dan Desa Segarajaya sebagai aktor
mengacu kepada komponen Sistem
utama pengelola keuangan desa, memahami
Pengendalian Internal oleh COSO (2013).
bahwa rekomendasi dari Inspektorat
Secara umum, baru empat dari lima
Kabupaten selaku APIP adalah hal yang
komponen dalam sistem pengendalian
wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan
internal pengelolaan dana desa yang telah
rentang waktu yang diberikan. Selain itu,
cukup terlaksana oleh Desa Tambun dan
koordinasi antara APIP dengan DPMD
Segarajaya, walaupun memang dalam
dalam hal pelaporan surat

115
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

penerapannya tidak seluruhnya indikator lain dikarenakan kebijakan sistem


dalam komponen yang telah terlaksana pengendalian internal dalam pengelolaan
tersebut pun telah dilakukan secara dana desa yang belum secara utuh dipahami
maksimal. Beberapa komponen sistem oleh desa, serta keterbatasan sumber daya
pengendalian internal dalam pengelolaan dari DMPD Kabupaten Bekasi maupun
dana desa yang telah dilaksanakan antara Inspektorat Kabupaten dalam melaksanakan
lain yaitu pengendalian lingkungan, pembinaan maupun pengawasan yang belum
pengendalian aktivitas, informasi dan secara menyeluruh turun langsung lapangan
komunikasi, serta pemantauan. Adapun ke 180 desa di Kabupten Bekasi.
dalam komponen penilaian risiko hanya
terdapat dua dari tiga indikator yang telah Saran
cukup sesuai dilaksanakan Desa Tambun Berdasarkan permasalahan yang ada
dan Desa Segarajaya, yaitu menetapkan dalam penelitian ini, maka peneliti
tujuan pengelolaan dana desa dan mengajukan beberapa saran sebagai upaya
mengidentifikasi perubahan signifikan perbaikan dalam penerapan sistem
setelah kehadiran dana desa. Identifikasi dan pengendalian internal pengelolaan dana desa
analisis risiko dinilai belum dilaksanakan di Desa Tambun dan Desa Segarajaya,
oleh desa dikarenakan keterbatasan Kabupaten Bekasi, antara lain sebagai
kompetensi aparatur desa yang secara berikut:
khusus melaksanakan pemetaan risiko a. Saran untuk Pemerintah Pusat:
dalam pengelolaan dana desa. - Dalam hal ini, BPKP sebagai
Selanjutnya, indikator dalam pembina pelaksanaan Sistem Pengendalian
komponen sistem pengendalian internal Internal dan Pengembang Siskeudes,
yang telah dilaksanakan dengan baik oleh seharusnya lebih mensosialiasikan
Desa Tambun dan Desa Segarajaya adalah penerapan sistem pengendalian internal
pengendalian aktivitas terhadap teknologi dalam pengelolaan dana desa hingga level
yang digunakan dalam pengelolaan dana pemerintah desa. Sehingga, penerapan
desa, yaitu Siskeudes. Penerapan Siskeudes Sistem Pengendalian Internal tidak hanya
menjadi indikator yang paling terlaksana di menjangkau level Pemerintah Daerah saja,
Desa Tambun dan Segarajaya, karena hal tapi juga turut menyentuh level pemerintah
tersebut bersifat wajib dan menjadi alat desa
bantu besa dalam menyusun laporan - Kementrian Dalam Negeri bersama
keuangan yang akuntabel. Beberapa hal Kementrian Desa, Daerah Tertinggal, dan
yang melatarbelakangi hal tersebut antara Transmigrasi, akan lebih baik apabila

116
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

- mensosialisasikan aspek identifikasi sarana informasi dasar yang seharusnya ada


dan penilaian risiko sebagaimana yang di pemerintahan desa seperti papan
dilakukan oleh Kementrian tersebut kepada informasi, baliho, serta sarana teknologi
tingkatan level pemerintah daerah dan desa. informasi lainnya belum terlihat (Khusus
b. Saran untuk Pemerintah Daerah dan untuk Desa Tambun, baru terlihat baliho
Desa: yang memuat transparansi informasi jumlah
- APIP dan DPMD Kabupaten Bekasi APBDes dan peruntukannya untuk tahun
perlu untuk meningkatkan sumberdaya 2019).
manusia, sehingga fungsi pengawasan dan - Pemerintah Desa Tambun dan Desa
pembinaan yang melekat dalam APIP dan Segarajaya perlu untuk memahami
DPMD dapat secara utuh dilaksanakan dan pentingnya analisis risiko dalam
menyentuh keseluruhan 180 desa yang ada pengelolaan dana desa yang dilakukan
di Kabupaten Bekasi. secara menyeluruh, sehingga tidak hanya
- Pemerintah Desa Tambun dan Desa berdasarkan beberapa aspek atau penilaian
Segarajaya perlu untuk memfokuskan saja yang teridentifikasi sebagai risiko.
pembangunan dalam bidang pemberdayaan
masyarakat desa disamping pembangunan
infrastruktur, serta tetap melaksanakan
prinsip transparansi kepada pubik dalam
pengelolaan dana desa walaupun di sisi lain
terdapat kekhawatir kepada oknum tidak
berkepentingan yang kemungkinan dapat
menyalahgunakan informasi tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan suatu bentuk wadah
sarana prasarana yang memadai untuk
menyajikan informasi tersebut, antara lain
seperti pemanfaatan teknolgi informasi dan
komunikasi dalam bentuk website yang saat
ini memang belum dikembangkan
- Pemerintah Desa Tambun dan Desa
Segarajaya perlu untuk meningkatkan
transparansi pengelolaan dana desa dalam
meningkatkan transparansi oleh pemerintah
desa. Hal tersebut dikarenakan beberapa

117
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 10 (2), Oktober 2020

DAFTAR PUSTAKA Kristanto, Andri. 2003. Perancangan


Sistem Informasi dan Aplikasinya. Jakarta:
Abdurrachman, Arifin. 1973. Gava Media
Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Locke, Edwin A. dan Latham. 1990. A
Jakarta: PT. Ikhtiar Baru – Van Hoeve Theory of Goal Setting and Task
Andriansyah. 2015. Administrasi Performance. Amerika Serikat: Pretince
Pemerintahan Daerah Dalam Analisa. Hall
FISIP: Universitas Dr. Moestopo Beragama Mardiasmo. 2018. Otonomi dan
A.F.Stoner James et al. 1995. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo Penerbit Andi.
Jakarta Muluk Khairul,. 2009. Peta Konsep
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Desentralisasi & Pemerintahan Daerah.
Mark S. Beasley. 2014. Audit dan Jasa ITS Press
Assurance: Pendekatan Terpadu Jakarta: Manor, James. 1999. The Political
Salemba Empat Economy of Democratic Decentralization.
Bacal, Roberts. 2002. Performance World Bank Publications
Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Neuman, W. Lawrence. 2014. Social
Utama. Research Methods: Qualitative and
Bahl. 1999. Implementation Rules for Quantitative Approaches.
Fiscal Decentralization. Atlanta, Georgia: Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan
International Studies Program, School of dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Policy Studies, Georgia State University. Jakarta: Penerbit Erlangga
Beschel, Robert P dan Mark Ahern. Pamudji. 2007. Identifikasi Sumber
2012. Public Financial Management Reform Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka
in The Middle East and North Afrca: an Pelaksaanaan Otonomi Daerah. Bina
Overview of Regional Experience (World Aksara, Jakarta
Bank Studies) Shah, Anwar. 2007. Local Public
Creswell, John W. 2009. Research Financial Manegement. Washington DC:
Design: Qulitative, Quantitative, and Mixed The World Bank
Methods Approaches. United States of Sabarno, Hari. 2007. Memandu
America: Sage Publications. Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan
Davis, Schoorman., and Donaldson, Bangsa. Jakarta: Sinar Grafika
L.1991. Stewardship Theory or Agency Supriady B. Deddy., dan Dadang
Theory: CEO Governance and Shareholer Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan
Returns. Australian Journal of Management Pemerintah Daerah. Jakarta: PT. Gramedia
Devas, Nick. 1989. Keuangan Pustaka Utama.
Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Widjaja, A,W,. 2003. Otonomi Desa
UI-Press. Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan
Farvacque-Vitkovic, Catherine, dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mihaly Kopangi. 2014. Municipal Finances: Undang – Undang Dasar Republik
A Handbook for Local Governments. The Indonesia Tahun 1945
World Bank Undang – Undang 32 Tahun 2004
Grindle, Merlee S. 2009. Going Local: Tentang Pemerintahan Daerah
Decentralization, Democratization, and the Undang – Undang No. 6 Tahun 2014
Promise of Good Governance. Princeton Tentang Desa
Press. Peraturan Kementrian Dalam Negeri
Hoesein. 2001. Hukum Administrasi No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Negara. Jakarta: Fakultas Hukum Keuangan Desa
Universitas Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan

118
Vitriana Jessica Handiyono dan Achmad Lutfi : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Dana Desa
Tahun 2018 (Desa Tambun Dan Desa Segarajaya)

Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 2014


Tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun
2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber
Dari APBN
Peraturan Bupati Bekasi Nomor 12
Tahun 2018 Tentang Perhitungan Besaran
Penerimaan Desa Dari Dana Desa Tahun
Anggaran 2018
Anshori, Asep Yusuf. 2017. Menteri
Desa Akui Dana Desa Banyak
Diselewengkan. PRFM News Channel.
http://www.prfmnews.com/berita.php?detail
=menteri-desa-akui-dana-desa-banyak-
diselewengkan
Bule, Hamda. 2017. Jangal,
Inspektorat Periksa Beberapa Desa di Satu
Lokasi. Koransiddak.
http://koransidak.co.id/2017/08/22/janggal-
inspektorat-periksa-beberapa-desa-di-satu-
lokasi/
Putro, Galang Aji. 2017. Kemendagri
Soroti Kinerja Lemah Inspektorat Pantau
Penyimpanagan. DetikNews.
https://news.detik.com/berita/d-
3404983/kemendagri-soroti-kinerja-lemah-
inspektorat-pantau-penyimpangan
Wedhaswary, Inggried Dwi. 2014.
Nawacita 9 Agenda Prioritas Jokowi – JK.
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/2
1/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jo
kowi-JK
2014. Jabodetabek Calon Megapolitan
Terbesar ke-2 di Dunia. Detiknews.
https://finance.detik.com/properti/d-
2501962/jabodetabek-calon-megapolitan-
terbesar-ke-2-di-dunia

119
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai