Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh
yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari
sekumpulan sel-sel yang dapatmelakukan semua gerakan tubuh dengan kontraksi sebagai
tugas utama. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi
terjadi jika otot sedang beristiraha (Lesmana, 2013).
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang bertugas menggerakkan berbagai bagian
tubuh. Jaringan otot mempunyai kemampuan untuk berkontraksi karena sel-sel otot
mengandung protein kontraksi yangmemanjang dan mengandung serabut-serabut halus yang
disebut miofibril.Miofibril terdiri atas protein miosin dan aktin. Otot berfungsi dengan
normal jika antara sistem syaraf, spinal cord, dan otot terhubung secara utuh dan bekerja
dengan baik (Halimah, 2007).
Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lainyaitu sifat
ekstensibilitas dan elastisitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel otot dapat meregang memanjang
sampai batas tertentu apabila diberikan gaya beban tarikan. Elastisitas merupakan
kemampuan sel-sel otot untuk kembali kepada posisi normal atau semula apabila beban yang
telah diberikan, dihilangkan (Campbell, 2002). Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
diadakan praktikum ekstensibilitas dan elastisitas otot.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah Laporan Praktikum Fisiologi Hewan yaitu Ekstensibilitas Dan
Elastisitas Otot adalah :
1.2.1 Apa saja sifat ekstensibilitas dan elastisitas pada otot polos ?
1.2.2 Apa saja sifat ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan Laporan Praktikum Fisiologi Hewan yaitu Ekstensibilitas Dan
Elastisitas Otot adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui adanya sifat ekstensibilitas dan elastisitas pada otot polos.
1.3.2 Untuk mengetahui adanya sifat ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik.
1.4 Manfaat
Adapun Manfaat Laporan Praktikum Fisiologi Hewan yaitu Ekstensibilitas Dan
Elastisitas Otot :
1.4.1 Penulis
Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat lebih menambah wawasan tentang
Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot pada hewan.
1.4.2 Bagi pembaca
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat menggali wawasan
tentang Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot pada hewan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Otot
Otot merupakan bagian tubuh yang digunakan sebagai alat gerak pada makhluk hidup.
Otot terbentuk dari kumpulan sel yang bisa melaksanakan semua gerakan tubuh. Otot
merupakan salah satu dari jaringan dasar tubuh. Otot tersusun atas sel tipis dan memanjang,
yang dapat mengubah energi tersimpan pada glukosa dan lemak menjadi gerakan panas.
Berkas sel yang memanjang disebut miofiber. Pada miofiber ini terdapat ribuan serat halus
yang disebut miofibril. Suatu otot rangka mengandung sejumlah besar serat otot. Setiap serat
dibungkus suatu jaringan ikat halus yang disebut endomysium. Seberkas kecil serat
dibungkus dalam perimysium, dan otot keseluruhan dalam epimysium (Brooker, 2008).
Jaringan otot dapat mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Otot adalah alat gerak
aktif karena memiliki kemampuan kontraksi apabila mendapat rangsangan. Rangsangan di
otot ini bisa berupa rangsangan mekanik, misalnya karena suhu dingin dan panas, pijatan, dan
rangsangan kimia asam basa. Otot dapat memendek bila berkontraksi dan memanjang bila
relaksasi. Kontraksi berlangsung saat otot melaksanakan kegiatan, dan relaksasi apabila otot
dalam keadaan istirahat. (Ville et.all, 1988).

2.2 Ekstensibilitas dan Elastisitas


Kontraksi otot terjadi setelah otot menerima rangsangan pada saraf motoris atau
rangsangan langsung pada otot tersebut. Pada keadaan fisiologis rangsangan melalui saraf
motoris yang berasal dari susunan saraf pusat atau sumsum tulang belakang melalui saraf
eferen. Impuls tersebut dipindahkan dari saraf ke saraf lain yang akhirnya mencapai
neuromuscular junction yang akhirnya mengeluarkan neurontransmitter yaitu acetylcholin.
Acetylcholin akan meningkatkan elastisitas membran muscle fiber (Sulistyo, 2010).
Terdapat 4 sifat jaringan otot yaitu kontraktilitas, elastisitas, ekstensibilitas
dan eksitabilitas (Wangko, 2014).
1. Kontraktilitas, serabut otot berkontraksi dan menegang yang dapat atau mungkin juga
tidak melibatkan pemendekan otot.
2. Ekstensibilitas, serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang panjang saat
relaks.
3. Elastisitas, serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
4. Eksitabilitas, serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
Empat sifat otot tersebut dapat ditemukan pada seluruh otot makhluk hidup yaitu otot
jantung, otot skeletal dan otot polos. Ekstensibilitas adalah kemampuan sel-sel otot untuk
memanjang hingga mencapai batas tertentu apabila diberikan gaya berupa beban atau tarikan.
Elastisitas merupakan kemampuan sel-sel otot untuk kembali kepada posisi normal atau
semula apabila beban yang telah diberikan, dihilangkan (Campbell, 2002).
Elastisitas pada otot dapat dibedakan menjadi dua komponen utama. Komponen
elastis paralel (PEC) ditunjukkan pada membran otot, yang akan memberikan tahanan pada
saat otot melakukan pekerjaan secara pasif terulur (stretch). Komponen elastis seri (SEC) ada
pada tendon, memiliki pekerjaan sebagai pegas yang bersifat lentuk sebagai penyimpan
energi elastis ketika otot yang mengalami ketegangan diulur (distretch). Pada manusia,
elastisitas otot skeletal terdapat pada tendon (Sloane, 2004). Otot lurik bekerja dibawah sadar
atau volunteer. Jalur Miofibril otot lurik melintang gelap dan terang, memiliki susunan
berseling, susunan selnya mempunyai bentuk silindris dan terdapat banyak inti ditepi. Serabut
sel menyatu membentuk fasikel. Kontraksi otot lurik cepat, tapi mudah lelah. Otot polos
bekerja tidak dibawah sadar atau involunteer dan tidak melekat pada rangka makhluk hidup.
sel pada otot polos sangat halus dengan inti di tengah. Otot polos biasa ditemui pada saluran
pernafasan, pencernaan, pembuluh darah, saluran reproduksi dan saluran ekskresi (Isnaeni,
2006).
DAFTAR PUSTAKA

 Halimah, A., 2007, Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction
dan Mills Manipulasi Dengan Microwave Diathermy dan Transverse Friction
Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II, Jurnal Fisioterapi Indonusa,
VII (2), 122.
 Lesmana, S. I. 2013. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan
Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Fisioterapi
Indonusa.2(1).
 Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperwatan. Jakarta: EGC.
 Campbell, N. A. (2002). Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga Faustine.
2009. Efek Neuroterapi. Jakarta: UI Press.
 Sulistyo, W. (2010). Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat pada
Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai. Surakarta: UNS Press.
 Ville, C.A.,F, W. Warren and R.D Barnes. 1988. General Biology. New York:
Saunders Company.
 Wangko, S. (2014). Jaringan Otot Rangka Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil. Jurnal Biomedik, Vol 6(3): 27-32.
 Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai