Anda di halaman 1dari 3

Landasan Teori

Jantung merupakan suatu aplikasi yang spesifik dari pembuluh darah atau suatu struktur muskular
berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial
(perikardium). Peranan jantung sangat penting dalam hubunganya dengan pemompaan darah keseluruh
tubuh melalui sirkulasi darah, sirkulasi darah adalah sistem yang bekerja dalam transportasi dan
penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi dan senyawa N, dari
tempat asal keseluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran
darah sampai ke bagain-bagian jaringan jaringan tubuh (Afandi, 2001). Denyut jantung menjadi dua tipe
yaitu neurogenik dan jantung meogenik. Jantung saraf adalah jantung pada tingkat rendah
(invertebrata), yang aktivitasnya diatur oleh sistem saraf sehingga jika hubungan saraf dengan jantung
memutuskan maka jantung akan berhenti berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap ritmis
meskipun hubungan dengan memutuskan memutuskan. Bahkan bila jantung katak diambil selagi masih
hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut (Affandi, 2002).

Kontraksi otot jantung dipicu oleh input neuron motoris yang berperanuntuk mengontrolnya. Namun,
sel-sel otot jantung dapat membengkitkanpotensial aksinya sendiri tanpa input dari system saraf.
Membrane plasmapada otot jantung dapat berperan sebagai pacu jantung yang
menyebabkandepolarisasi berirama, yang dapat memicu potensial aksi sehingga
dapatmenyebabkan otot jantung tetap berdenyut meskipun telah diisolasi dari tubuhdan ditempatkan
dalam biakan sel. Potensial otot jantung dapat bertahan 20kali lebih lama dibandingkan otot rangka.
Pada sel jantung durasi poensialaksi berperan untuk mengontrol durasi kontraksi (Campbell, 2004).

Jantung katak terdiri atas tiga ruang, yaitu dua atria yang berdinding tipis,dan satu vebtrikel yang
berdinding tebal. Pada sekat antara serambi dan bilikterdapat katup. Darah dari seluruh tubuh masuk ke
atrium kanan melalui sinusvenosus. Dari atrium kanan, darah masuk ke ventrikel lalu dipompa
melaluiarteri pulmokutaneus yang bercabang dua, yang satu menuju paru-paru yangdisebut arteri
pulmonalis dan cabang lain menuju ke kulit disebut arteri kutenius (soewolo 2000)

Pada jantung vertebrata, pengaturan irama denyut jantung dilakukan olehsinus venosus. Sinus venosus
pada katak pengaturan depolarisasi iramanyadimulai tepat setelah potensial aksi sebelumnya berakhir,
yaitu padakonduktan kalium membrane sangat tinggi. Penyaluran kalium kemudianturun secara
bertahap, dan membrane menunjukan kondisi depolarisasi yangcocok untuk atrium. Depolarisasi
pengaturan irama terus berlangsungsampai mengaktifkan penyaluran natrium pada membrane sel otot
jantung (soewolo 2000)

Suatu jantung mungkin mengandung banyak sel-sel yang mempunyaiaktivitas pengatur irama.
Sel jantung secara tercepat akan menstimulus semuabagian jantung dan menentukan laju denyut
jantung. Sel-sel pengatur iramatersebut secara normal akan mengalahkan sel-sel yang
aktivitasnya lebihlamban dari pengatur irama, tetapi bila pengatur irama asli dihentikan, makasel-sel
pengatur irama yang lain akan menentukan suatu laju denyut jantungbaru yang lebih rendah
(Soewolo,2000).

Asetilkolin bersifat memperlambat pengatur irama bila dibebaskan olehaktivitas saraf vagus, yaitu
dengan meningkatkan penyaluran kalium dari sel-sel pengatur irama. Dengan peningkatan tersebut,
maka menjaga potensialmembrane dalam keadaan istirahat untuk waktu lama, dengan demikian
akanterjadi perlambatan depolarisasi pengatur irama dan menunda permulaan upstroke
berikutnya (Soewolo 2000).

Kelebihan ion kalsium menyebabkan efek yang hampir berlawanandengan efek ion kalium,
menyebabkan jantung berkontraksi spatik. Hal inidisebabkan efek langsung ion kalsium untuk
merangsang proses kontraksijantung (Tenzer, 2011).Kelebihan ion natrium menekan fungsi jantung,
suatu efek yang samaseperti ion kalium, tetapi dengan alasan yang berbeda sama sekali.
Ionnatrium bersaing dengan ion kalsium pada beberapa tempat yang tidakdiketahui pada
proses kontraksi otot sedemikian rupa sehingga makin besarkosentrasi ion natrium dalam cairan
ekstrasel makin kurang efektivitas ionkalsium menyebabkan kontraksi bila terdapat potensial aksi
(Tenzer, 2011)

Daftar pustaka
Affandi, R dan U. M. Tang, 2002. Fisiologi hewan air. UNRI Press. Pekanbaru.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Campbell, Neil A, dkk. 2004. Biologi, (Terj.): Manalu, W. Biologi. Edisi ke lima jilid III. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai