Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN DIAGNOSA MEDIS “SEPSIS”

1. Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi


A. Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam
proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh (Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan
Uliyan, 2015). Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2
dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologi oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel(Kusnanto, 2016).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi
oksigen dalamudara ruangan adalah 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium
(Mutaqqin, 2014).

B. Etiologi
Adapaun etiologi yang mempengaruhi klien mengalami gangguan
oksigenisasi yaitu :
a) Factor Fisologi
1) Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibuhamil, luka, dan lain-lain
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyakit kronik seperti TBC paru.

b) Faktor Perkembangan
1) Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukans
urfaktan
2) Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru- paru
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun
c) Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikatoksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan
intakenutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
haemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan
5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
transportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada ventilasi dan difusi, kerusakan
pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup afterload, preload
dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2016).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Adanya penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekpirasi
memanjang, pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes), pernapasan pursed-lip,
pernapasan cuping hidung, diameter thoraksanterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah menjadi
tanda dan gejala adanya pola napas tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenisasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Adanya PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis,
gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis. Pucat,
kebiruan) dan kesadaran menurun menjadi tanda dan gejala gangguan
pertukaran gas (Tim Pokja SDKIDPP PPNI, 2017).
Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing,
dan/atau ronkhi kering, mekonium di jalan napas (pada neonates), gelisah,
sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, dan pola napas
berubah (TimPokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Pada gangguan ventilasi spontan menunjukkan adanya tanda dan
gejalaseperti penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal
menurun, PCO2 meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun, gelisah dan
takikardia (Tim PokjaSDKI DPP PPNI, 2017).

F. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan Bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter, missal. Nebulizer, kanula nasal, masker untuk
membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
b) Keperawatan
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
5) Atur posisi pasien (Semi fowler)
6) Pemberian oksigen
7) Teknik bernafas dan relaksasi
8) Gangguan pertukaran gas

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a) EKG : menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,mendet
eksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung
b) Pemeriksaan stress latihan, digunakan mengevaluasi respond jantung
terhadap stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang
respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah koroner
c) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi: pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

H. Komplikasi
Obtruksi / sumbatan jalan napas atau gangguan pernafasan dapat
mempengaruhi system organ lain terutama system kardiovaskuler
misalnya aritima dan takhikardi. Selain itu dapat mengakibatkan kondisi
lain seperti penurunan kesadaran, hipoksia, cemas, dan gelisah.

2. Konsep Dasar Sepsis


A. Definisi
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui
(ditentukan dengan biakan positif terhadap organism dari tempat
tersebut). SIRS (SystemicInflammatory Response Syndrome) adalah
pasien yang memiliki kriteria dua ataulebih sebagai berikut:
a) Demam (Suhu >38 ºC) atau hipotermi (<36ºC)
b) Takikardi / frekuensi denyut jantung > 90x/menit
c) Takipnea / frekuensi nafas lebih > 24/menit atau PaCO2 <32 mmHg
d) Leukositosis (hitung leukosit > 12.000 /mm3) atau leukopeni (<
4000sel/ul) atau > 10 % sel imatur)
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisikan sebagai
infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggupertama kehid
upan (Bobak,2004). Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang
bersifat invasif danditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan
tubuh seperti darah, sumsum tulang atau air kemih.
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ,
kelainanhipoperfusi atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi (tetapi
tidakterbatas) pada asidosis laktat, oliguria, atau perubahan akut pada stat
us mental (SudoyoAru, dkk. 2009). Syok sepsis terjadi apabila bayi masih
dalam keadaan hipotermi walaupun telah mendapatkan cairan adekuat.
Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi
dua atau lebih organ tubuh.

B. Etiologi
Mikroorganisme dari syok septik adalah bakteri gram-negatif. Namun
demikian agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga
dapat menyebabkan syok septic.
a) Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik
b) Infeksi viral, fungal dan riketsia
c) Kerusakan jaringan yang dapat menyebabkan kegagalan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan MOSF
d) Pertolongan persalinan yang tidak hiegenis pada partus lama
C. Faktor Risiko Sepsis
a) Faktor-faktor pejamu
1) Umur yang ekstrim
2) Malnutrisi
3) Kondisi lemah secara umum
4) Penyakit kronis
5) Penyalahgunaan obat dan alkohol
6) Neutropenia
7) Splenektomi
8) Kegagalan banyak organ
b) Faktor-faktor yang berhubungan
1) Penggunaan kateter invasif
2) Prosedur-prosedur operasi
3) Luka karena cdera atau terbakar
4) Prosedur diagnostik invasif
5) Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid)

D. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman gram negatif
yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif
ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas
arteri vena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan
terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang
terlihat sebagai udem.
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh
penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk
menggunakan oksigen karena toksin kuman. Gejala syok septik yang
mngalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok hipovolemia
(takikardi, vasokontriksi perifer, produksi urin < 0,5 cc/kg/jam, tekanan
darah sitolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis
dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal mempunyai
gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal dan
tekanan nadi yang melebar.

E. Manifestasi Klinis
Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda, fase pertama
disebut sebagai fase hangat (hiperdinamik), diantaranya hipotensi,
takikardi, takipnea, alaklosis respiratorik,curah jantung tinggi dengan
tahanan vaskuler vistemik rendah, kulit dingin, pucat,
hipertermia/hipotermia, perubahan status mental, poliuria, SDP
meningkat dan hiperglikemia.
Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik), diantaranya
hipotensi, takikardi, takipnea, asidosis metabolik, curah jantung rendah
dengan tahanan vaskuler vistemik tinggi, kulit hangat, kemerahan,
hipotermia, status mental memburuk, disfungsi organ dan seluler, SDP
menurun dan hipoglisemia.

F. Klasifikasi
a) Sepsis onset dini
1) Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstetrik
2) Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama
kehidupan
3) Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini,
demam impratu maternal dan coricomnionitis
b) Sepsis onset lambat
1) Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu ketiga kelahiran
2) Ditemukan pada bayi cukup bulan
3) Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat lokal

G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan-
pemeriksaan yang antara lain :
a) Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi
organisme penyebab sepsis
b) Elektrolit serum : berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, pepundahan cairan dan perubahan fungsi
ginjal
c) Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
d) PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/sirkulasi toksin/status syok
e) Laktat serum : meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati,
syok
f) Glukosa serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan
glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan seluler dalam metabolisme
g) BUN/kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal dan disfungsi atau kegagalan
hati
h) GDA : alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
i) EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan siritmia
menyerupai infark miokard
3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan yang lalu
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Keadaan umum : Lemah
(a) Airway
(1) Peningkatan sekresi pernapasan
(2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
(b) Breathing
(1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipnea/bradipnea. Retraksi
(2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
(3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
(c) Circulation
(1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
(2) Sakit kepala
(3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
(4) Papiledema
(5) Penurunan haluaran urine
b) Pemerikasaan Fisik
1) Sistem pernafasan
(a) Inpeksi : kembang kempis dada dan jalan nafasnya
(b) Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasan
tertinggal
(c) Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
2) Sistem kardiovaskuler
(a) Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah trauma
(b) Palpasi bagaimana mengenai kulit, suhuh daerah akral
(c) Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut
jantung paradok
3) Sistem neurologis
(a) Inspeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
(b) Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
(c) Bagaimana tingkat kesaran yang kesadaran yang dialami dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale
4) Pemeriksaan sekunder
(a) Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, jadwal olahraga tidak teratur
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
(b) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas
Tanda :
(1) Tekanan darah, dapat normal/naik/turun, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
(2) Nadi, dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia)
(3) Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain
ventrikel
(4) Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otota jantung
(5) Friksi, dicurigai perikarditis
(6) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
(7) Edema, distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
(8) Warna, pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa
atau bibir
(c) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun
(d) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawat, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma
nyeri
(e) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
(f) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan

(g) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istirahat)
Tanda : perubahan mental, kelemahan
(h) Nyeri atau ketidaknyaman
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin
Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah
Kualitas : crushing, menyempit, berat, menetap, tertekan
Intensitas : biasanya 10 (pada skala 1-10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami
(i) Pernafasan
Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, nafas sesak/kuat,pucat,
sianosis, bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum
(j) Interaksi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada misal,
penyakit, perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi,
menarik diri
c) Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan otot pernafasan d.d sesak
nafas, takipnea RR 26 ×/menit
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai O 2 ke sel dan
jaringan kurang
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d kelelahan dan tidak dapat melakukan aktivitas

d) Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria
No. Dx Intervensi
Hasil
1 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan  Monitor frekuensi, irama,
3 × 24 jam diharapkan kedalaman dan upaya napas
status pernafasan :  Monitor pola napas
ventilasi dengan  Monitor kemampuan batuk efektif
kriteria hasil :  Monitor adanya produksi sputum
1) Frekuensi  Monitor adanya sumbatan jalan
pernafasan tidak napas
ada deviasi dari
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
kisaran normal
 Auskultasi punyi napas
2) Irama pernafasan
 Monitor saturasi oksigen
tidak ada deviasi
dari kisaran normal Terapeutik :
3) Suara perkusi  Atur interval pemantuan respirasi
nafas tidak ada sesuai kondisi pasien
deviasi dari kisaran  Dokumentasikan hasil pemantuan
normal Edukasi
4) Kapasitas vital  Jelaskan tujuan dan prosedur
tidak ada deviasi pemantuan
dari kisaran normal  Informasikan hasil pemantuan, jika
perlu
2 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan  Periksa sirkulasi perifer
3 × 24 jam diharapkan  Identifikasi faktor risiko gangguan
perfusi jaringan sirkulasi
perifer dengan kriteria  Monitor panas, kemerahan, nyeri
hasil : atau bengkak pada ekstremitas
1) Edema pada sisi Terapeutik :
luka  Hindari pemasangan infus atau
2) Nyeri pengambilan darah di area
3) Infeksi keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
 Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
3 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan  Monitor kecepatan aliran oksigen
3 × 24 jam,  Monitor efektifitas terapi oksigen
diharapkan intoleransi  Monitor tanda-tanda hipoventilasi
aktifitas dengan  Monitor integritas mukosa hidung
kriteria hasil : akibat pemasangan oksigen
1) Frekuensi nadi Terapeutik :
2) Saturasi oksigen  Bersihkan sekret pada mulut,
3) Frekuensi napas hidung dan trakea
4) Sianosis
 Pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi :
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di ruamah
Kolaborasi :
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

Anda mungkin juga menyukai