A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
Menurut (Smeltzer dan Suzzane, 2001) etiologi dari obstruksi usus atau illeus yaitu :
1. Perlengketan usus halus (Adhesi)
Merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus.
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses
inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5%
dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital
juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup kedalam bagian lain yang ada di
bawahnya
3. Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus tersumbat. Volvulus sering
disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih
sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
4. Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus. merupakan yang terbanyak
kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien
yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
5. Tumor, Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan
tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui
kompresi eksternal.
3. Patofisiologi
Obstruksi usus disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dan lain-
lain. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi
akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan
gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20
dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi
syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan
asidosis metabolik. Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih
sehingga terjadi retensi urine. Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru
terganggu dan menyebabkan sulit bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi
nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke
peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi
usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan
mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan
ion hidrogen dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal
ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik. Dari penjelasan diatas masalah yang
muncul yaitu : nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, dan risiko kekurangan volume cairan.
4. Pathway
6. Pemeriksaaan Penunjang
a. Pemeriksaan sinar x untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap)
akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi.
c. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi
usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada
gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium
untuk mengetahui tempat obstruksi
7. Penatalaksanaan
1) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
2) Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan didekompresi.
3) Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada).
4) Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.
5) Pembedahan :
a. Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam
mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka
strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan,
terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium,
klorida dan kalium). Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung
penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan
perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
b. Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk
membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat
pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan
sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah
reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan
permanen mungkin diperlukan.
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Alief. M, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih Bahasa Setiawan, dkk. Jakarta
Price and Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1.
Jakarta: EGC
Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk Diakses pada tanggal 15 September
2019.