P Dengan Penyakit
CEDERA KEPALA RINGAN Di Ruang CEMPAKA RSUD KABUPATEN
BULELENG.
NIM : 17089014043
S1 KEPERAWATAN
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Cedera kepala (trauma kepala) adalah kondisi dimana struktur kepala mengalami
benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Beberapa
kondisi pada cedera kepala meliputi luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak,
perdarahan, dislokasi, patah tulang tengkorak dan gegar otak, tergantung dari
mekanisme benturan dan parahnya cedera yang dialami.
Keparahan cedera akan tergantung dari mekanisme dan kerasnya benturan yang
dialami penderita.
Berikut adalah serangkaian aktivitas atau situasi yang dapat meningkatkan risiko
cedera kepala:
Meskipun cedera kepala dapat terjadi pada semua orang, risiko cedera kepala dapat
meningkat saat seseorang sedang dalam usia produktif dan aktif seperti 15-24 tahun,
atau lansia berusia 75 tahun ke atas. Bayi yang baru lahir juga rentan mengalami
kondisi ini hingga berusia 4 tahun.
3. Patofisiologi
Cedera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cedera kulit kepala,
tulang kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Cedera bervariasi
dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak, luka terbuka dari tengkotak,
disertai kerusakan otak, cidera pada otak, bisa berasal dari trauma langsung
maupun tidak langsung pada kepala. Trauma tak langsung disebabkan karena
tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik
leher. Trauma langsung bila kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya
akselerasi, deselerasi, dan pembentukan rongga, dilepaskannya gas merusak
jaringan syaraf. Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya.
Kerusakan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi,
goresan, atau tekanan. Cidera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansia alba, cidera robekan, atau hemmorarghi.
Sebagai akibat, cidera skunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto regulasi
serebral dikurangi atau tidak ada pada area cedera, konsekuensinya meliputi
hiperemia (peningkatan volume darah, peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, tekanan intra cranial) .Pengaruh umum cedera kepala juga bisa
menyebabkan kram, adanya penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan
otak, edema otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat
menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak .
4. Gejala klinis
5. Klasifikasi
.Berdasarkan mekanismenya:
1.Tertutup
2.Terbuka .
Berdasarkan kerusakan jaringan otak :
1. Komosio Serebri ( Gagar Otak ) : gangguan fungsi neurologi ringan tanpa
adanya kerusakanstruktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10
menit atau tanpa disertai amnesiaretrograt, mual, muntah, nyeri kepala. b.
2. Kontusio Serebri ( Memar ) : gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan
jaringan otak tetapikontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih
dari 10 menit.c.
3. Laserasio Serebri : gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan otak yang
berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari
rongga intracranial.2.
Berdasarkan berat ringannya cidera kepala :
1. Cidera Kepala Ringan : jika GCS antara 15-13, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau
hematom. b.
2. Cidera Kepala Sedang : jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30
menit-24 jam,dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.c.
3. Cidera Kepala Berat : jika GCS antara 3- 8, hilang kesadaran lebih dari 24
jam, biasanya disertaikontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral.
6. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada trauma kepala, yaitu:
1. Radiografi cranium, untuk mencari adanya fraktur, jika pasiem
mengalami gangguan kesadaran sementara atau persisten setelah
cidera, adanya tanda fisik eksternal yang menunjukan
fraktur pada basis kranii, fraktur facialis, atau tanda neurologis fokal l
ainnya. Fraktur cranium padaregion temporapareital pada pasien yang
tidak sadar menunjukan kemungkinan hematomekstradural, yang
disebabkna oleh robekan arteri meningeral media.2.
2. CT-Scan cranial, segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat
kesadaran atau jika terdapatfraktur cranium yang disertai kebingungan
kejang, atau tanda neurologis fokal.
7. Komplikasi
Penderita cedera sedang hingga kepala berat sangat rentan mengalami komplikasi,
baik sesaat setelah trauma atau beberapa minggu setelahnya jika tidak ditangani
dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Pengkajian Keperawatan
A. Biodata
Identitas Klien
1. Nama
2.Umur
3.Jenis kelamin
4.Agama
5.Pendidikan
6.Pekerjaan
7.Status kawin
B. Riwayat kesehatan
1.Riwayat Kesehatan
2.Riwayat Kesehatan
3.Riwayat Kesehatan
C. Pengkajian Keperawatan
3. Eliminasi
a. Kaji karakter, frekuaensi, konsistensi BAK, BAB
b. Tanyakan apakah pasien memakai bantuan eliminasi
c. Tanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi
laksativ / diuretik?
d. Kaji cara eliminasi dan kesulitan eliminasi
e. Tanyakan apakah pasien mengeluarkan darah atau
mukus dalam eliminasi
6. Kognitif- perseptual
a. Kaji gangguan penglihatan, pendengaraan, indera
perabaan
b. Kaji nyeri, lokasi, intensitas, yang memperberat
c. Kaji status kesadaran pasien
7. Persepsi Diri – Konsep Diri
a. Kaji bagaimana pasien memandang dirinya
b. Kaji tingkat kecemasan, ketakutan pasien
c. Minta pasien menggambarkan dirinya
9. Seksual = reproduksi
a. Kaji bagaimana pola seksual pasien