LANDASAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Berikut merupakan beberapa aktor yang memengaruhi mobilisasi:
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental fisik akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Ketidakmampuan itu ada dua macam yaitu
ketidakmampuan primer, yang disebabkan oleh penyakit atau trauma. Sedangkan
ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer.
3. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. agar sseseorang dapat melakukan
mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilitas. pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun
sejalan dengan penuaan.
1.1.3 Fisiologi
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan
sistem persarafan.Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan atau kontraksi
yaitu adanya stimulasi dari otot motorik,transmisi neuromuskulor dan eksitasi kontraksi
coupling.
1. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik yang dikontrol
oleh korteks serebri, cerebellum,batang otak, dan basal ganglia.Upper motor Neuron
merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps pada bagian anterior horn medula
spinalis,sedangkan Lower Motor Neuron merupakan saraf – saraf yang keluar dari
medula spinalis menuju ke otot rangka. Signal listrik dan potensial aksi terjadi
sepanjang mealin sepanjang akson saraf motorik yang berjalan secara Saltatory
Conduction. Impuls listrik berjalan dari saraf motorik ke sel otot melalui sinaps
dengan bantuan neutransmitter asetilkolin.
2. Tranmisi Neuromuskular
Asetilkolin dihasikan dari vesikel pada akson terminal.Adanya depolarisasi dan
pontesial aksi pada akson terminal merangsang ion kalsium dari cairan ektraseluler
kemudian terjadi perpindahan ke membran akson terminal.Bersaman dengan
itu,molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang selanjutnya akan ditangkap oleh
reseptor maka terjadilah pontesial aksi pada sel otot dan terjadilah kontraksi.Setelah
asetilkolin terpakai selanjutnya dipecah atau dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase
menjadi kolin yang kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembetukan
asetilkolin.
3. Eksitasi-Kontraksi Couplin
Merupakan mekanisme molekular peristiwa kontraksi.Adanya implus di neuron
motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetikolin dan menimbulkan potensial
aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar keseluruh serat otot sampai ke sistem T.
Keadaan ini mempengaruhi retikulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang
kemudian diikat oleh troponin C,sehingga ikatan troponin 1 dengan aktin
terlepas.Lepasnya ikatan troponin 1 dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser
dan terbukalah celah atau biding site aktin sehingga terjadi ikatan antara aktin dan
miosin serta kontraksi otot terjadi.
1.1.4 Klasifikasi
Beberapa macam keadaan imobilitas :
1) Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2) Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3) Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai
4) Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
1.1.5 Manifestasi klinis
1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan.
2) Pemenuhan ADL (Activity Daily Life) dibantu oleh orang lain .
3) Elastisitas kulit menurun .
4) Keterbatasan menggerakan sendi.
5) Menurunnya massa otot.
6) Kelemahan otot .
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Keluhan nyeri pada gerakan
2) Penyebab gangguan gerakan
3) Efek dari gangguan pergerakan
4) Tanda dan gejala
5) Aktivitas yang membuat lelah
6) Pola aktivitas sehari-hari
7) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran.
2) Postur atau bentuk tubuh :
a. Skoliosis.
b. Kifosis.
c. Lordosis.
d. Cara berjalan.
3) Ekstremitas :
a. Kelemahan.
b. Gangguan sensorik.
c. Tonus otot.
d. Atrofi.
e. Tremor.
f. Gerakan tak terkendali.
g. Kekuatan otot.
kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
0 : Paralisis sempurna.
1 : Tidak ada gerakan,kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat.
2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan tapangan.
3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi.
4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan
minimal.
5: Kekuatan normal,gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh.
h. Kemampuan jalan.
i. Kemampuan duduk.
j. Kemampuan berdiri.
k. Nyeri sendi.
l. Kekakuan sendi.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
NANDA (00085)
Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik Faktor Yang Berhubungan
Dispnea setelah beraktivitas Agens farmaseutikal
Gangguan sikap berjalan Ansietas
Gerakan lambat Depresi
Gerakan spastik Disuse
Gerakan tidak terkoordinasi Fisik tidak bugar
Instabilitas postur Gangguan fungsi kognitif
Kesulitan membolak-balik posisi Gangguan metabolisme
Keterbatasan rentang gerak Gangguan muskuloskeletal
Ketidaknyamanan Gangguan neuromuskular
Melakukan aktivitas lain sebagai Gangguan sensoriperseptual
pengganti pergerakan (misal, Gaya hidup kurang gerak
meningkatkan perhatiaan pada Indeks massa tubuh di atas
aktivitas orang lain, mengendalikan persentil ke-75 sesuai usia
perilaku,fokus pada aktivitas sebelum Intoleran aktivitas
sakit) Kaku sendi
Penurunan kemampuan melakukan Keengganan memulai pergerakan
keterampilan motorik halus Kepercayaan budaya tentang
Penurunan kemampuan melakukan aktivitas yang tepat
keterampilan motorik kasar Kerusakan integritas struktur
Penurunan waktu reaksi tulang
Tremor akibat bergerak Keterlambatan perkembangan
Kontraktur
Kurang dukungan lingkungan
(misal, fisik atau sosial)
Kurang pengetahuan tentang nilai
aktivitas fisik
Malnutrisi
Nyeri
Penurunan kekuatan otot
Penurunan kendali otot
Penurunan ketahanan tubuh.
Penurunan massa otot
Program pembatasan gerak
1.2.3 Intervensi
NOC : Ambulasi...................................................................................kode(0200)
Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan pada.............Ditingkatkan ke........
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
SKALA TARGET Tergang- Tergang- Tergang- Tergang- Tergang-
OUTCOME gu gu gu gu gu
1 2 3 4 5
INDIKATOR
020001 Meno- 1 2 3 4 5 NA
pang berat badan
020014 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi kamar
020015 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi rumah
020016 Menyesuaikan 1 2 3 4 5 NA
dengan perbedaan
tekstur
permukaan/lantai
020017 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
rintangan
NIC
Terapi Latihan: Ambulasi (0221)
Definisi: peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga atau mengembalikan
fungsi tubuh otonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari penyakit
atau cedera
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika