Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LANDASAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
1. Mobilitas dan mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz, 2009).
2. Mobilisasi ditujukan pada kemampuan klien bergerak dengan bebas dan imobilisasi
ditujukan pada ketidakmampuan bergerak dengan bebas. (Potter and Perry, 2010)
3. Mobilitas adalah kebutuhan dasar manusia yang di perlukan oleh individu untuk
melakukan aktifitas sehari-hari berupa pergerakan sendi, sikap dan gaya berjalan guna
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan mempertahankan
kesehatannya(Potter&Perry,2010)

1.1.2 Etiologi
Berikut merupakan beberapa aktor yang memengaruhi mobilisasi:
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental fisik akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Ketidakmampuan itu ada dua macam yaitu
ketidakmampuan primer, yang disebabkan oleh penyakit atau trauma. Sedangkan
ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer.
3. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. agar sseseorang dapat melakukan
mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilitas. pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun
sejalan dengan penuaan.

1.1.3 Fisiologi
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan
sistem persarafan.Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan atau kontraksi
yaitu adanya stimulasi dari otot motorik,transmisi neuromuskulor dan eksitasi kontraksi
coupling.
1. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik yang dikontrol
oleh korteks serebri, cerebellum,batang otak, dan basal ganglia.Upper motor Neuron
merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps pada bagian anterior horn medula
spinalis,sedangkan Lower Motor Neuron merupakan saraf – saraf yang keluar dari
medula spinalis menuju ke otot rangka. Signal listrik dan potensial aksi terjadi
sepanjang mealin sepanjang akson saraf motorik yang berjalan secara Saltatory
Conduction. Impuls listrik berjalan dari saraf motorik ke sel otot melalui sinaps
dengan bantuan neutransmitter asetilkolin.
2. Tranmisi Neuromuskular
Asetilkolin dihasikan dari vesikel pada akson terminal.Adanya depolarisasi dan
pontesial aksi pada akson terminal merangsang ion kalsium dari cairan ektraseluler
kemudian terjadi perpindahan ke membran akson terminal.Bersaman dengan
itu,molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang selanjutnya akan ditangkap oleh
reseptor maka terjadilah pontesial aksi pada sel otot dan terjadilah kontraksi.Setelah
asetilkolin terpakai selanjutnya dipecah atau dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase
menjadi kolin yang kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembetukan
asetilkolin.
3. Eksitasi-Kontraksi Couplin
Merupakan mekanisme molekular peristiwa kontraksi.Adanya implus di neuron
motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetikolin dan menimbulkan potensial
aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar keseluruh serat otot sampai ke sistem T.
Keadaan ini mempengaruhi retikulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang
kemudian diikat oleh troponin C,sehingga ikatan troponin 1 dengan aktin
terlepas.Lepasnya ikatan troponin 1 dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser
dan terbukalah celah atau biding site aktin sehingga terjadi ikatan antara aktin dan
miosin serta kontraksi otot terjadi.

1.1.4 Klasifikasi
Beberapa macam keadaan imobilitas :
1) Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2) Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3) Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai
4) Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
1.1.5 Manifestasi klinis
1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan.
2) Pemenuhan ADL (Activity Daily Life) dibantu oleh orang lain .
3) Elastisitas kulit menurun .
4) Keterbatasan menggerakan sendi.
5) Menurunnya massa otot.
6) Kelemahan otot .
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Keluhan nyeri pada gerakan
2) Penyebab gangguan gerakan
3) Efek dari gangguan pergerakan
4) Tanda dan gejala
5) Aktivitas yang membuat lelah
6) Pola aktivitas sehari-hari
7) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran.
2) Postur atau bentuk tubuh :
a. Skoliosis.
b. Kifosis.
c. Lordosis.
d. Cara berjalan.
3) Ekstremitas :
a. Kelemahan.
b. Gangguan sensorik.
c. Tonus otot.
d. Atrofi.
e. Tremor.
f. Gerakan tak terkendali.
g. Kekuatan otot.
kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
0 : Paralisis sempurna.
1 : Tidak ada gerakan,kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat.
2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan tapangan.
3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi.
4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan
minimal.
5: Kekuatan normal,gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh.
h. Kemampuan jalan.
i. Kemampuan duduk.
j. Kemampuan berdiri.
k. Nyeri sendi.
l. Kekakuan sendi.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
NANDA (00085)
Hambatan Mobilitas Fisik

Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik Faktor Yang Berhubungan
 Dispnea setelah beraktivitas  Agens farmaseutikal
 Gangguan sikap berjalan  Ansietas
 Gerakan lambat  Depresi
 Gerakan spastik  Disuse
 Gerakan tidak terkoordinasi  Fisik tidak bugar
 Instabilitas postur  Gangguan fungsi kognitif
 Kesulitan membolak-balik posisi  Gangguan metabolisme
 Keterbatasan rentang gerak  Gangguan muskuloskeletal
 Ketidaknyamanan  Gangguan neuromuskular
 Melakukan aktivitas lain sebagai  Gangguan sensoriperseptual
pengganti pergerakan (misal,  Gaya hidup kurang gerak
meningkatkan perhatiaan pada  Indeks massa tubuh di atas
aktivitas orang lain, mengendalikan persentil ke-75 sesuai usia
perilaku,fokus pada aktivitas sebelum  Intoleran aktivitas
sakit)  Kaku sendi
 Penurunan kemampuan melakukan  Keengganan memulai pergerakan
keterampilan motorik halus  Kepercayaan budaya tentang
 Penurunan kemampuan melakukan aktivitas yang tepat
keterampilan motorik kasar  Kerusakan integritas struktur
 Penurunan waktu reaksi tulang
 Tremor akibat bergerak  Keterlambatan perkembangan
 Kontraktur
 Kurang dukungan lingkungan
(misal, fisik atau sosial)
 Kurang pengetahuan tentang nilai
aktivitas fisik
 Malnutrisi
 Nyeri
 Penurunan kekuatan otot
 Penurunan kendali otot
 Penurunan ketahanan tubuh.
 Penurunan massa otot
 Program pembatasan gerak
1.2.3 Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN: Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan


kelemahan

NOC : Ambulasi...................................................................................kode(0200)

Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
SKALA TARGET OUTCOME: Dipertahankan pada.............Ditingkatkan ke........
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
SKALA TARGET Tergang- Tergang- Tergang- Tergang- Tergang-
OUTCOME gu gu gu gu gu
1 2 3 4 5
INDIKATOR
020001 Meno- 1 2 3 4 5 NA
pang berat badan

020002 Berjalan dengan 1 2 3 4 5 NA


langkah yang efektif
020003 Berjalan dengan 1 2 3 4 5 NA
pelan
020004 Berjalan dengan 1 2 3 4 5 NA
kecepatan sedang
020005 Berjalandengancepat 1 2 3 4 5 NA
020006 Berjalan menaiki 1 2 3 4 5 NA
tangga
020007 Berjalan menuruni 1 2 3 4 5 NA
tangga
020008 Berjalan menanjak 1 2 3 4 5 NA
020009 Berjalan menurun 1 2 3 4 5 NA
020010 Berjalan dalam jarak 1 2 3 4 5 NA
yang dekat (< 1 blok
/ 20 meter)
020011 Berjalan dalam jarak 1 2 3 4 5 NA
yang sedang (> 1
blok < 5 blok)

020012 Berjalan dalam jarak 1 2 3 4 5 NA


yang jauh
(5 blok atau lebih)

020014 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi kamar
020015 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi rumah
020016 Menyesuaikan 1 2 3 4 5 NA
dengan perbedaan
tekstur
permukaan/lantai
020017 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
rintangan

NOC : Pergerakan.........................................................................Kode: ( 0208 )


Definisi : kemampuan untuk bisa bergerak bebas di tempat dengan atau tanpa alat bantu.
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
SKALA
Tergang- Tergang- Tergang- Tergang- Tergang-
TARGET
gu Gu gu gu gu
OUTPUT
1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR
020801 Keseimbang- 1 2 3 4 5 NA
an
020809 Koordinasi 1 2 3 4 5 NA
020810 Cara 1 2 3 4 5 NA
berjalan
020803 Gerakan otot 1 2 3 4 5 NA
020804 Gerakan 1 2 3 4 5 NA
sendi
020802 Kinerja 1 2 3 4 5 NA
pengaturan
tubuh
020805 Kinerja 1 2 3 4 5 NA
transfer
020811 Berlari 1 2 3 4 5 NA
020812 Melompat 1 2 3 4 5 NA
020813 Merangkak 1 2 3 4 5 NA
020806 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
020814 Bergerak 1 2 3 4 5 NA
dengan
mudah
NIC
Peningkatan Mekanika Tubuh (0140)

Definisi: memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktivitas segari-


hari untuk mencegah kelelahan dan ketegangan atau injuri muskuloskeletal.

Aktivitas-aktivitas:  Bantu untuk menghindari duduk


 Kaji komitmen pasien untuk belajar dalam posisi yang sama dalam
dan menggunakan postur (tubuh) yang jangka waktu yang lama
benar  Instruksikan pasien untuk
 Kolaborasikan dengan fisioterapis menggerakan kaki terlebih dahulu
dalam mengembangkan peningkatan kemudian badan ketika memulai
mekanika tubuh, sesuai indikasi berjalan dari posisi berdiri
 Kaji pemahaman pasien mengenai  Gunakan prinsip mekanika tubuh
mekanika tubuh dan latihan ketika menangani pasien dan
(misal,mendemonstrasikan kembali memindahkan peralatan
teknik melakukan aktivitas/latihan  Bantu pasien/ keluarga untuk
yang benar) mengidentifikasi latihan postur
 Informasikan pada pasien tentang tubuh yang sesuai
struktur dan fungsi tulang belakang  Bantu pasien untuk memilih
dan postur yang optimal untuk aktivitas pemanasan sebelum
bergerak dan menggunakan tubuh dan memulai latihan atau memulai
mekanika tubuh untuk injuri saat pekerjaan yang tidak dilakukan
melakukan sebagai aktivitas secara rutin sebelumnya
 Edukasi pasien tentang pentingnya  Bantu pasien melakukan latihan
postur tubuh yang benar untuk fleksi untuk memfasilitasi
mencegah kelelahan, ketegangan atau mobilisasi punggung, sesuai
injuri indikasi
 Edukasi pasien mengenai bagaimana  Edukasi pasien/keluarga tentang
menggunakan postur tubuh dan frekuensi dan jumlah pengulangan
mekanika tubuh untuk injuri saat dari setiap latihan
melakukan sebagai aktivitas  Monitor perbaikan postur tubuh
 Kaji kesadaran pasien tentang mekanika tubuh pasien
abnormalitas muskuloskeletalnya dan  Berikan informasi tentang
efek yang mungkin timbul pada kemungkinan posisi penyebab
jaringan otot dan postur nyeri otot atau sendi
 Edukasi penggunaan matras/tempat
duduk atau bantal yang lembu, jika
diindikasikan
 Instruksikan untuk menghindari tidur
dengan posisi terlungkup.
 Bantu untuk mendemonstrasikan
posisi tidur yang tepat

NIC
Terapi Latihan: Ambulasi (0221)
Definisi: peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga atau mengembalikan
fungsi tubuh otonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari penyakit
atau cedera

Aktivitas-aktivitas:  Bantu pasien untuk berpindah


 Beri pasien pakaian yang tidak sesuai kebutuhan
mengekang  Berikan kartu penanda di kepala
 Bantu pasien untuk menggunakan alas tempat tidur untuk memfasilitas
kaki yang memfasilitasi pasien untuk belajar berpindah
berjalan dan mencegah cedera  Terapkan/sediakan alat bantu
 Sediakan tempat tidur berketinggian ( tongkat,walker,atau kursi roda)
rendah, yang sesuai untuk ambulasi,jika pasien tidak
 Tempatkan saklar posisi tempat tidur stabil
di tempat yang mudah dijangkau  Bantu pasien dengan ambulasi awal
 Dorong untuk duduk di tempat tidur, dan jika diperlukan
di samping tempat tidur  Instruksikan pasien/caregiver
 (“menjuntai”), atau di kursi mengenai pemindahan dan teknik
sebagaimana yang dapat di ambulasi yang aman
toleransikan (pasien)  Monitor penggunaan kruk pasien
 Bantu pasien untuk duduk di sisi atau alat bantu berjalan lainnya
tempat tidur untuk memfasilitasi  Bantu pasien untuk berdiri dan
penyesuain sikap tubuh ambulasi dengan jarak tertentu dan
 Konsultasikan pada ahli terapi fisik dengan sejumlah staf tertentu
mengenai rencana ambulasi sesuai  Bantu pasien untuk membangun
kebutuhan pencapaian yang realistis untuk
 Instruksikan ketersediaan perangkat ambulasi jarak
pendukang jika sesuai  Dorongan ambulasi independen
 Instruksikan pasien untuk dalam batas aman
memposisikan diri sepanjang proses  Dorong pasien untuk “bangkit
pemindahan sebanyak dan sesering yang di
 Gunakan sabuk untuk berjalan ( gait inginkan” (up ad lib) jika sesuai
belt) untuk membantu perpindahan
dan ambulasi sesuai kebutuhan
1.2.4 Evaluasi
1) Klien mampu menggerakan anggota tubuhnya.
2) Klien terlihat segar dan tidak lemas.
3) Klien merasa nyaman.
4) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta: Mocomedia

Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Moorhead. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Yogyakarta: Mocomedia

Mubarak,wahid iqbal & Ns.Nurul Chayatin,S.Kep.2007.Kebutuhan Dasar


Manusia.Jakarta:EGC

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai