Anda di halaman 1dari 7

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis

1.1.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari – hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan
trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.
(Mitayani, 2009)

1.1.2 Etiologi:
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan
ini merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini
walaupun hubungan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui
dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana
yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
1.1.4 Manisfestasi Klinis
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah
sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
2.  Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi
cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3.  Tingkatan III:
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan
tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagmus dan
diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya
payah hati.

1.1.5 Komplikasi
1. Ensefalopati wernick dengan gejela nistagmus, diplopia dan
perubahan mental ,serta kelainan hati dengan gejala timbulya
ikterus
2. Hematologikakibat difisiensi vitamin C dan B dapat menimbulkan
perdarahan

1.1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Na, K, Cl, Hct, BUN
2. Keton
1.1.7 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan
tahapan sebagai berikut.
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum
sedikit demi sedikit
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
5. Pada keadaan lebih berat, berikan antiemptik seperti metoklopramid,
disiklomin hidroklorida atau klorpromazin
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan
konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Frekuensi muntah, biasanya pagi hari atau setelah makan,
2. Riwayat pola nutrisi mengalami gangguan saluran pencernaan
sebelumnya,
3. Berat badan,
4. Nyeri ulu hati,
5. Asidosis metabolik yang ditandai dengan sakit kepala, disorientasi,
mental dangkal,
6. Lab : albumin serum, Hb, pH darah, urin, BUN, Creatinin,
7. Asupan cairan (oliguria, keruh, pekat),
8. Tanda-tanda dehidrasi : mukosa bibir, gusi dan kulit kering, lidah
berkerut atau kering, mata cowong, TD menurun, takikardia (merasa
haus),
9. Tinggi fundus uteri.

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah yang
berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
Kriteria Hasil
1. Meningkatnya asupan cairan minimal 2 liter/hari
2. Klien menunjukkan keseimbangan elektrolit
3. Klien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi

Intervensi
1. Observasi tanda – tanda vital serta tanda – tanda dehidrasi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda – tanda kekurangan cairan
dapat diketahui sejauh mana keadaan umum dan kekurangan cairan
pada ibu. TD turun, suhu meningkat, dan nadi meningkat merupakan
tanda – tanda dehidrasi dan hipovolemia
2. Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi kerja yang
membuat metabolisme tidak meningkat, sehingga tidak merangsang
terjadinya muntah.
3. Pantau tetesan cairan infus
Rasional : Jumlah tetesan infus yang tidak tepat dapat menyebabkan
terjadinya kelebihan dan kekurangan cairan di dalam sistem sirkulasi
4. Catat intake dan output
Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan di dalam tubuh
5. Setelah 24 jam, anjurkan untuk minum tiap jam
Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan
melalui oral
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
Rasional : Mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang dengan
cepat, sehingga dapat mencegah keadaan yang lebih buruk pada ibu.

2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah yang terus menerus

Tujuan
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil
1. Nafsu makan meningkat
2. Berat badan meningkat sesuai dengan usia kehamilan
3. Mual dan muntah berkurang

Intervensi
1. Observasi tanda – tanda kekurangan nutrisi
Rasional : Mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah
yang berlebihan
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja
peristaltik usus serta memudahkan proses penyerapan
3. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : Makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual dan
makanan yang bervariasi untuk menambah nafsu makan ibu,
sehingga diharapakan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
4. Timbang berat badan ibu
Rasional : Mengetahui keseimbangan berat badan sesuai usia
kehamilan dan pengaruh nutrisi
5. Anjurkan klien memakan makanan kering dan tidak merangsang
pencernaan
Rasional : Makanan kering tidak merangsang pencernaan dan
mengurangi perasaan mual
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemptik
Rasional : Antiemptik mengurangi muntah

3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri pada epigastrium berhubungan dengan muntah yang berulang

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi


Kriteria hasil
1. Klien melaporkan nyeri berkurang
2. Klien tampak rileks

Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan tindakan
selanjutnya
2. Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah
makan
Rasional : Posisi kepala lebih tinggi mengurangi tekanan pada
gastrointestinal, sehingga dapat mencegah muntah yang berulang
3. Perhatikan kebersihan mulut ibu sebelum dan sesudah makan
Rasional : Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat
menimbulkan rasa nyaman juga meningkatkan rasa nyaman dan
dapat mengurangi mual dan muntah
4. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan
Rasional : Mengalihkan perhatian diharapkan ibu dapat melupakan
rasa nyeri akibat mual muntah yang berulang
5. Anjurkan ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung
Rasional : Istirahat yang cukup dan membatasi pengunjung dapat
menambah ketenangan pada ibu
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemptik dan sedatif
Rasional : Antiemptik mengurangi muntah, sehingga dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu

1.2.3 Evaluasi
1. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi secara adekuat
2. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
3. Nyeri dapat ditoleransi oleh klien
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Ida, Bagus Gede Manuaba, Ds.OG,Prof. Dr. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai