Anda di halaman 1dari 9

GARIS – GARIS BESAR PENYIKAPAN RUU KEPERAWATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN

Profesi keperawatan secara khusus ataupun sektor kesehatan Indonesia secara umum akan
menghadapi dinamika yg cukup besar dalam 1 atau 2 tahun kedepan. Hal ini disebabkan akan mulai
diberlakukan beberapa sistem kesehatan baru seperti : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
(BPJS) dan Asean Economic Community (AEC).

Pertama, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan masih optimis untuk mengaktifkan


BPJS tanggal 1 January 2014 sesuai dengan konsep dasar Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam
konsep BPJS ini, akan terjadi perubahan besar seperti : semua praktek kedokteran atau kebidanan
harus menginduk pada klinik BPJS terdekat, adanya peningkatan dan pemerataan fasilitas dan
tenaga kesehatan di puskesmas termasuk daerah terpencil, perubahan proses rujukan yang hanya
bisa dilakukan oleh dokter umum, dan pelayanan kesehatan pertama yang diakui yaitu hanya
pelayanan jasa medis serta beberapa perubahan lain. Semua perubahan tersebut bertujuan untuk
membuat sistem kesehatan yang adil dan merata terutama bagi masyarakat ekonomi menengah
kebawah. Dengan mereka membayar Rp. 15,500,- perbulan, mereka dapat mengakses fasilitas klinik
atau rumah sakit tanpa batas asalkan sesuai dengan proses rujukan yang berlaku.

Sistem diatas dalam proses persiapanya mendapat tanggapan yang beragam. Sebagian
pengamat kesehatan mendukung ide ini walaupun beberapa pihak terlihat kurang setuju dengan
sistem ini. Para dokter muda misalnya, mereka merasakan kekhawatiran akan mendapat imbalan
yang lebih kecil karena rendahnya jumlah kontribusi masyarakat dan terbatasnya subsidi anggaran
dari pemerintah. Para buruh sendiri juga merasa bahwa pada akhirnya mereka harus menerima
potongan gaji yang lebih besar karena biasanya Jamsostek yang menanggung asuransi kesehatan
mereka dan keluarga. Sedangkan dampak terbesar perubahan sistem ini terhadap profesi perawat
adalah sistem rujukan yang baru yang akan menghilangkan kewenangan perawat dalam merujuk
pasien dari klinik praktek mandiri keperawatan. Belum adanya sistem apresiasi atau remunerasi
terhadap perawat juga tidak akan banyak merubah kondisi kesejahteraan perawat. Selebihnya,
profesi perawat dalam negeri akan lebih aman dibandingkan perawat asing yang ingin bekerja di
Indonesia dan berniat masuk dalam sistem ini.

Walaupun demikian, karakteristik ketimpangan kondisi ekonomi lapisan masyarakat kita


masih akan membuka peluang sektor industri kesehatan swasta atau asing untuk berkembang di
tanah air. Banyaknya lapisan masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah keatas yang
masih mengagung-agungkan pelayanan kesehatan berbau laur negeri, yang akan menjadi target
market industri swasta/asing tersebut. Pada akhirnya perawat dalam negeri bisa jadi hanya akan
terus berkutat dengan sistem pelayanan yang pendanaanya terbatas yang secara tidak langsung
akan mempengaruhi kesejahteraan perawat itu sendiri. Sedangkan disisi lain, sektor swasta/asing
yang ada akan menjadi tujuan utama para perawat asing untuk bekerja di Indonesia dengan
memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dari perawat dalam negeri.
Kedua, rencana pemberlakuan Asean Economic Community tahun 2015 nanti akan
menjadikan paling tidak 7 dari 12 sektor industri di tanah air terbuka bagi pihak asing, termasuk
industri jasa medis. Secara sekilas tidak akan nampak dalam nalar kita akankah ada perawat asing
yang mau bekerja di Indonesia mengingat jumlah imbalan jasa yang belum terlalu memuaskan.
Namun demikian, paling tidak ada dua hal yang akan tetap menjadi daya tarik perawat asing untuk
bekerja di negeri kita. Para perawat dari negara seperti Filipina ataupun India dengan motif ekonomi
akan menjadikan Indonesia sebagai sebuah lahan garapan baru mengingat banyaknya jumlah
masyarakat ekonomi menengah keatas. Sementara negara seperti Australia atau Eropa akan
menjadikan Indonesia sebagai tujuan kerja mengingat banyaknya obyek wisata yang terkenal di
mancanegara. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perawat ataupun seluruh insan kesehatan
untuk mempersiapkan diri menghadapi pasar terbuka ini.

Kondisi yang sangat menarik adalah dari beberapa profesi medis, yang termasuk cukup baik
dalam mempersiapkan diri adalah Kedokteran dan kedokteran gigi. Hal ini ditandai oleh sdh
terbentuknya UU Praktik Kedokteran maupun Konsil atau Kolegium Kedokteran Indonesia hanya
kurang lebih dua tahun sejak mereka menandatangani Asean Mutual Agreement tahun 2006 silam.
Dalam penjelasan UU ini dapat dilihat begitu jelas proses sertifikasi para dokter Indonesia termasuk
tenaga dokter asing. Satu hal lagi yang menarik dalam UU ini yaitu diperbolehkanya Konsil
Kedokteran Indonesia berfungsi secara maksimal seperti : menyelenggarakan Uji Kompetensi,
mengelola secara mandiri proses registrasi, dan melakukan pembinaan terhadap institusi Pendidikan
Kedokteran. Kesempatan untuk mengelola dan mengembangkan profesi secara mandiri akan sangat
membantu peningkatan kualitas profesi itu sendiri. Pemahaman inilah yang juga menjadi harapan
profesi keperawatan untuk dapat mandiri demi meningkatkan profesionalitas dan mendapatkan
apresiasi yang selayaknya.

BAB II ULASAN TERKINI RUU KEPERAWATAN

Setelah hampir 20 tahun para petinggi profesi keperawatan berusaha merumuskan RUUK
yang komprehensif dengan melalui jalan terjal dan berliku, saat ini usaha tersebut sedang
menghadapi badai yang lebih besar lagi. Paling tidak sudah 2 kali terjadi upaya untuk menggagalkan
proses ini. Pada tahun 2010, muncul RUU Nakes yang diusulkan oleh Kemenkes sebagai konsep
tandingan thd RUUK. Setelah tidak berhasil, Kemenkes berusaha lagi dengan mencoba menggeser
RUUK dari prolegnas 2012 agar pembahasan RUUK tersendat. Namun perjuangan tak kenal lelah
para insan keperawatan di tanah air mampu untuk melalui hadangan tersebut dan sekarang telah
menjadi salah satu RUU prioritas.

Walaupun demikian, seyogyanya para insan keperawatan tidak lekas berpuas diri terhadap
keberhasilan tersebut dikarenakan tantangan yang ada semakin berat. Terbatasnya waktu
pembahasan oleh DPR terkait habisnya masa jabatan mereka awal tahun depan dan strategi baru
dari Kemenkes untuk merusak kesatuan konsep RUUK menjadikan perjuangan ini dalam tahap yang
cukup kritis. Masa tugas Komisi IX saat ini akan berakhir Agustus tahun depan. Namun dengan
adanya proses Pemilu Legislatif Juni mendatang otomatis fokus para anggota dewan tersebut akan
terpecah mulai awal tahun depan. Realitanya waktu yang kita miliki hanya sampai 4 atau 5 bulan
kedepan untuk mendapatkan perhatian yang maksimal dari anggota dewan tersebut. Sebenarnya
kondisi ini dapat kita manfaatkan dengan mencoba melakukan negosiasi politik dengan mereka.
Secara tidak langsung kita ingin mengatakan akan menjual dukungan seluruh perawat indonesia
pada Pileg nanti asalkan mereka bersedia membantu disahkanya RUUK ini. Secara singkat ide ini
tidak terlihat terlalu mengada-ada dan cukup berpeluang menjadi strategi yang efektif dalam upaya
kita mensukseskan pengesahan RUUK.

Hambatan lain yang ada saat ini yaitu paling tidak ada dua usulan dari kemenkes yang sangat
menusuk perasaan seluruh insan keperawatan ditanah air. Usulan Kemenkes untuk menggabungkan
kebidanan dan RUUK ini seakan – akan menghancurkan usaha yang sudah dirintis sejak tahun 1994
lalu. Hal ini akan memaksa RUUK untuk kembali ke tahap perumusan dasar dengan memasukkan
konsep kebidanan dalam setiap pasal dan mememerlukan sinkronisasi serta uji publik atau
konsultasi pakar yang baru. Kondisi ini sama saja dengan memukul mundur kita 10 atau 15 tahun
kebelakang. Situasi ini diperburuk lagi dengan belum adanya sama sekali persiapan ataupun
perhatian terhadap RUUK dari pihak Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Beberapa alasan Kemenkes
mengeluarkan ususlan ini yaitu bahwa secara historis pendidikan keperawatan dan kebidanan
adalah satu rumpun serta usulan ini sesuai dengan penggabungan yang terjadi antara kedokteran
dan kedokteran gigi. Ditambahkan lagi bahwa usulan inipun sesuai dengan konsep yang sedang di
kembangkan dalam RUU Nakes. Sangat menggelikan sekali pemikiran terakhir ini dan cukup
menunjukkan sikap arogansi yang besar karena mencoba menyesuaikan suatu RUU dengan RUU lain
yang sama-sama belum disahkan. Melihat kondisi tersebut maka sangat jelas sekali adanya
kebutuhan akan sebuah proses advokasi yang intens baik secara ilmiah maupun sosial untuk
mencegah pemikiran ini berkembang lebih lanjut. Harus ada beberapa strategi yang efektif untuk
mengcounter isu ini seperti: Seminar Pakar ataupun Aksi massa mendesak Kemenkes bersikap adil
terhadap profesi keperawatan. Sekedar tambahan informasi, walaupun agak kesulitan memahami
pertimbangan PPNI, sikap PPNI jelas menolak keterlibatan berdiskusi dengan pihak kemenkes. Disatu
sisi sikap ini dapat dibenarkan karena kalau PPNI terlibat sekalipun maka hasil akhirnya tetap tidak
akan mampu mematahkan usulan mereka. Namun disisi lain sikap ini dapat menunjukkan karakter
PPNI yang emosional dan tidak ilmiah dalam merumuskan kemaslahatan masyarakat. Pada akhirnya
pihak Kemenkes akan terus melaju berdiskusi langsung dengan anggota dewan.

Usulan lain dari Kemenkes yang kemungkinan akan masuk dalam Daftar Inventaris Masalah
(DIM) yang akan diserahkan ke DPR 5 agustus mendatang yaitu akan dipangkasnya fungsi konsil
keperawatan dalam naskah RUUK. Tidak seperti Konsil kedokteran, pemerintah tidak akan
memberikan kesempatan kepada Konsil Keperawatan untuk melakukan proses sertifikasi secara
mandiri. Pemerintah masih akan melakukan Uji Kompetensi, Proses registrasi (STR), penerbitan Surat
Izin Kerja Perawat (SIKP), dan Surat Izin Praktek Perawat Mandiri (SIPP). Hal ini bisa dikaji dalam
Permenkes 1796/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Dapat kita bayangkan berapa besar
dana yang akan terkumpul dengan semua proses tersebut yang jika diberikan kepada Konsil
Keperawatan maka akan dapat digunakan untuk pengembangan profesi itu sendiri.
Kondisi kritis yang dimaksud diatas yang berkaitan dengan kondisi DPR saat ini ataupun sikap
arogan kemenkes yaitu terancam gagal disahkanya RUUK ini. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh
diterimanya isu penggabungan kebidanan dalam naskah RUUK yang secara tidak langsung akan
menurunkan skala prioritas RUUK ini ataupun kemungkinan deadlock yang terjadi antara DPR dan
Pemerintah yang diwakili oleh Kemenkes. Sesuai dengan Tatib DPR tentang proses pembuatan UU,
jika tidak adanya kesepakatan bersama antara DPR dan Pemerintah maka RUU tersebut tidak
diperbolehkan diajukan kembali pada masa persidangan oleh anggota DPR yang sama. Ini berarti kita
harus menunggu adanya DPR dan Menkes yang baru untuk dapat kembali mengajukan pembahasan
RUUK ini. Dengan kata lain, kemenangan kita akan tertunda kembali sampai tahun depan. Tatib ini
dapat dilihat di http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/bab-6 pada pasal 150 ayat 3.

Sedemikian besar badai yang sedang kita hadapi ternyata tidak diimbangi dengan kondisi
para pejuang keperawatan yang ada. Tampak terlihat sebuah kelelahan yang sangat besar dari
semua kerja yang telah dilakukan, bahkan sudah banyak para pejuang yang tumbang dan tidak lagi
mampu meneruskan pengawalan isu RUUK ini. Praktis setelah aksi besar 21 Mei lalu perjuangan
insan keperawatan seakan memasuki masa anti klimaks. Hal ini juga disebabkan karena belum
adanya sebuah desain penyikapan yang terencana yang mampu mempertahankan intensitas
pressure pengawalan isu ini.

Kelemahan lain yang tampak adalah kurangnya sosialisai terhadap internal keperawatan
sendiri sehingga seolah-olah PPNI ataupun lapisan mahasiswa yang ada terlihat bekerja sendiri tanpa
adanya dukungan dari grassroot keperawatan di tanah air. Adanya pengkotak-kotakan elemen
perjuangan seperti PPNI, IMDKI, IMMKI, ILMIKI atau yang lainya mengakibatkan seakan-akan semua
berjalan sendiri-sendiri sesuai pemahaman dan kemampuan yang dimiliki. Andai saja semua
bersedia bergabung dalam satu almamater ‘Just Perawat’, kama kemungkinan perasaan memiliki
akan meningkat dan menghasilkan sebuah gerakan yang lebih besar lagi.
BAB III ANALISA KONDISI

A.) STRENGHTS

1. Rumusan naskah RUUK yang sudah cukup komprehensif setelah melalui Uji publik dan Konsultasi
Pakar.

2. Semangat dan Kesabaran seluruh insan keperawatan untuk terus mengawal pengesahan RUUK ini

3. Terbangunya akses yang adekuat dengan anggota dewan Komisi IX

4. Signifikanya jumlah massa perawat dan persebaran yang hampir merata di seluruh nusantara.

5. Terbentuknya jaringan koordinasi mahasiswa keperawatan seluruh indonesia yang mempunyai


kesempatan untuk melakukan pressure secara moral kepada pihak-pihak yang terkait.

B.) WEAKNESSES

1. Kelelahan PPNI dalam memimpin penyikapan perkembangan RUUK ini.

2. Lemahnya sosialisasi internal seluruh lapisan insan keperawatan sehingga terbatasnya dukungan
yang ada.

3. Terkotak-kotakannya elemen perjuangan RUUK ini sehingga sedikit mengurasi rasa kepemilikan
dan kebersamaan dalam perjuangan ini.

4. Kurang menjualnya para tokoh keperawatan dalam berbicara lintas profesi ataupun lintas
masyarakat sehingga sulitnya kita mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.

C.) OPPORTUNITIES

1. Adanya proses politik yang akan berlangsung dalam waktu dekat memungkinkan kita mampu
menjual potensi insan keperawatan Indonesia untuk mendapatkan dukungan para wakil rakyat di
DPR

2. Bertahanya RUUK menjadi prolegnas prioritas akan membuka kesempatan insan keperawatan
menuntut segera disahkanya RUUK ini. Selain itu, akan diberlakukanya BPJS ataupun AEC juga dapat
turut meningkatkan skala prioritas RUUK ini untuk segera disahkan.

3. Kurangnya kesiapan IBI untuk menyikapi perkembangan RUUK ini dapat dimanfaatkan untuk
menunda ide bergabungnya kebidanan dalam naskah RUU ini.

4. Telah disahkanya UU Praktik kedokteran akan memberikan kesempatan bagi insan keperawatan
untuk menuntut diperlakukan yang sama dihadapan hukum dan undang-undang.
D.) THREATS

1. Sikap arogansi Kemenkes yang ingin mendahulukan disahkanya RUU Nakes dibanding RUUK

2. Sulitnya mengkaji alasan ilmiah untuk tidak menggabungkan keperawatan dan kebidanan
berkaitan dengan banyaknya negara-negara lain yang juga memiliki penggabungan UU Nursing and
Midwifery.

3. Terbatasnya masa tugas DPR saat ini akan membuka peluang dimentahkanya kembali proses
pengesahan RUUK ini.

4. Adanya event Hari Raya Islam dlm waktu dekat akan sedikit mempersulit usaha kita untuk menarik
perhatian media ataupun mencoba menggulirkan isu RUUK ini menjadi isu masyarakat.
BAB IV STRATEGI PENYIKAPAN

Salah satu kelemahan utama dalam proses pengawalan RUUK ini yaitu belum maksimalnya
pemanfaatan networking insan keperawatan seluruh nusantara. Keyakinan bahwa setiap perawat
pasti akan mendukung pengesahan RUUK tetap akan menjadi sebuah motivasi dan tambahan energi
dalam perjuangan ini. Kebanyakan diantara mereka hanya tidak tahu bagaimana memberikan
kontribusinya terhadap perjuangan ini. Hal ini menjadi salah satu prinsip utama penyikapan RUUK ini
demi bertambahnya dukungan terhadap perjuangan ini.

Harapan untuk membentuk sebuah kesatuan aksi yang tidak hanya sekedar forum
komunikasi agaknya akan sulit terwujud mengingat waktu yang sedemikian terbatas dan kondisi
psikologi alami dari masing-masing pihak yang selama ini terlibat dalam perjuangan ini. Akan sangat
sulit untuk menerima masukan positif karena akan terbentur oleh posisi/jabatan ataupun tingkat
pendidikan. Karena itu, hanya usaha untuk memberikan argumen terbaik dan harapan agar semua
berjuang dengan hati terbuka yang menjadi dasar kita bekerja bersama dalam perjuangan ini.

Adapun usulan strategi penyikapan isu RUUK ini adalah sebagai berikut :

1. Konsolidasi Internal & Pemantapan Networking

Berkaitan dengan adanya event Hari raya Islam, praktis tidak banyak yang bisa dilakukan dalam
waktu beberapa minggu kedepan. Satu hal yang mungkin dilakukan adalah memperdalam rumusan
desain pergerakan dan membangun pola koordinasi dan komunikasi yang efektif yang mampu
mencakup seluas-luasnya seluruh insan keperawatan di Indonesia. Ilmiki dalam hal ini memiliki
potensi besar untuk mengambil inisiatif membangun kekuatan koordinasi antar sesama kampus
keperawatan seluruh Indonesia dan mencoba membangun komunikasi dengan PPNI Daerah masing-
masing. Target dari tahap ini yaitu disepakatinya rumusan pola penyikapan paling tidak dalam 4 atau
5 bulan kedepan.

2. Pencerdasan Internal (Buletin RUUK)

Seperti sudah dijabarkan sebelumnya bahwa tingkat kepemilikan isu yang rendah dari seluruh insan
keperawatan menjadi salah satu kelemahan yang harus kita atasi. Adanya penyebaran secara
berkala buletin seputar perkembangan RUUK keseluruh Kampus Keperawatan ataupun PPNI setiap
RS akan membantu meningkatkan kepedulian mereka terhadap perjuangan ini. Pendayagunaan
sarana sosial-media juga patut di maksimalkan berhubung sudah banyaknya forum-forum insan
keperawatan yang perduli terhadap RUUK ini seperti : MERAPI, Peduli RUU Keperawatan, ataupun
Koin untuk RUU Keperawatan.

3. Seminar Pakar

Salah satu upaya untuk mematahkan usulan penggabungan konsep keperawatan dan kebidanan
adalah dengan menjabarkan secara ilmiah bahwa secara historis pendidikan keduanya adalah
berbeda sekaligus mencoba membahas bahwa ekpektasi kedua profesi tersebut sungguh sangat
berbeda dimasa yang akan datang. Kita dapat mengundang Pakar Kesehatan, Pakar Pendidikan,
sekaligus mengundang perwakilan IBI untuk menjalin komunikasi awal dengan mereka sekaligus
memvalidasi sejauh mana kesiapan sikap mereka terhadap pembahasan RUUK ini. Kegiatan ini juga
diharapkan mampu memberikan pemahaman baru kepada seluruh insan keperawatan dengan
mengundang mereka seluas-luasnya menghadiri acara ini. Jika memungkinkan diadakan tanpa
memungut biaya.

4. Audiensi/Aksi Mahasiswa Keperawatan dengan Kemenkes

Hasil Seminar Pakar diatas yang diharapkan mampu merumuskan argumentasi ilmiah pemisahan
keperawatan dan kebidanan menjadi modal awal kita mengadvokasi sikap Kemenkes. Sebaiknya ini
dilakukan setelah Kemenkes secara resmi menyerahkan DIM ke Komisi IX tanggal 5 agustus nanti.
Kita juga akan mencoba menuntut Kemenkes untuk bersikap adil terhadap profesi keperawatan
sebagaimana mereka memperlakukan profesi kedokteran dimata hukum. Jika sekiranya mereka
terlihat dari awal masih tetap arogan, maka sebaiknya skala audiensi di naikkan langsung ke skala
aksi menuntut perlakuan adil pemerintah terhadap profesi keperawatan. Aksi inipun dapat dilakukan
beberapa kali tergantung bagaimana reaksi dari kemenkes. Aksi inipun dapat ditingkatkan
eskalasinya dengan mengemas kekhawatiran adanya invasi perawat asing ke Indonesia yang
mengharuskan keperawatan Indonesia memiliki sistem sertifikasi dan perlindungan hukum yang
jelas.

5. Opini Publik 1 – Media Centre Pengaduan Pelayanan Keperawatan

Dalam rangka menjadikan isu RUUK ini menjadi isu masyarakat maka dibutuhkan sebuah interaksi
awalan dengan masyarakat. Beberapa kasus percepatan RUU terjadi setelah adanya permasalahan
dimasyarakat seperti contoh RUU Desa, RUU Buku Ajar Sekolah, RUU Ormas. Berkaitan dengan hal
ini, kita melakukan strategi ‘proyeksi’ ke masyarakat. Seolah-olah kita membuat kesan bahwa banyak
permasalahan atau bahkan kejelekan dari perawat yang terjadi di pelayanan kesehatan. Strategi ini
kemungkinan besar akan terlihat menimbulkan kesan negatif dimasyarakat. Namun hasil akhir yang
diharapkan adalah adanya kesan bahwa dibutuhkanya segera UU Keperawatan untuk melindungi
masyarakat dari praktek keperawatan yang tidak sesuai standard. Maka dari itu kita dirikanlah yang
namanya Media Centre Pengaduan Pelayanan Keperawatan yang juga di barengi dengan aksi simpati
massa bagi-bagi mawar untuk menghimbau mereka menghubungi call-centre jika memiliki keluhan
tentang perawat.

6. Opini Publik 2 – Gerakan Perawat Murah Senyum

Langkah berikutnya yang bisa dilakukan dalam rangka menjaga eksistensi isu keperawatan yaitu
mempublikasikan ‘Gerakan Murah Senyum Perawat Seluruh Indonesia’. Akan coba dilaksanakan
secara menyeluruh di beberapa kota besar sebagai strategi untuk menarik perhatian media dan
masyarakat. Akan dianjurkan pula setiap perawat memakai pin ‘smile’ saat bekerja.

7. Aksi Massa Kontrak Politik

Berdasarkan tujuan untuk mendapat dukungan penuh dari anggota Komisi IX dan pembentukan
kesan bahwa massa perawat akan siap mendukung mereka pada saat Pileg nanti maka diadakan aksi
massa di depan kantor DPD Partai masing-masing sesuai dengan daerah pemilihanya. Target utama
adalah penandatanganan kontrak politik bahwa mereka akan serius mendukung pengesahan RUUK.
Ini juga bisa menjadi modal lebih utk selanjutnya melakukan lobby-lobby politik di Komisi IX. Aksi ini
dapat juga di perluas bukan hanya pada Komisi IX dan juga bisa dilakukan secara berulang sesuai
dengan kebutuhan dan dinamika yang ada.
8. Lobby – lobby Politik DPR

Mencermati perkembangan dinamika yang ada dan yang mungkin terjadi, intensitas komunikasi
dengan anggota dewan harus terus dijaga. Strategi ini sudah terlebih dahulu dilakukan oleh PPNI
ataupun IMDKI. Diharapkan semuanya saling melengkapi dan menguatkan.

9. Mogok Nasional

Diharapkan langkah-langkah diatas sudah mampu memberikan hasil yang diharapkan. Walaupun
demikian, dikarenakan adanya kemungkinan deadlock antara pemerintah dan DPR yang bisa
mengakibatkan gagalnya pengesahan RUU Keperawatan periode anggota DPR saat ini maka pilihan
strategi mogok nasional perlu untuk SEKEDAR dipertimbangkan dari sekarang. Banyak sekali
implikasi yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan memakai strategi ini. Selain itu cara ini
tdk akan berhasil tanpa berhasilnya proses pencerdasan internal yang masif.

BAB V PENUTUP

Perjuangan untuk mengawal pengesahan RUUK ini pastinya tidak akan mampu dilakukan
oleh sebagian pihak saja. Semakin banyak pihak yang terlibat maka alamiahnya akan semakin besar
peluang perjuangan ini mencapai hasil yang diharapkan. Namun demikian, masih banyak hal-hal lain
yang belum disentuh dalam rumusan dasar ini seperti : sumber dana maupun time frame. Selain itu,
hal penting yang perlu diingat bahwa tersahkanya RUUK ini bukanlah akhir dari usaha kita melainkan
hanya sebagai batu awalan untuk meningkatkan martabat profesi yang mulia ini. Semoga Allah Yang
Maha Kuasa memberikan Kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dan semua sumbangsih kita
dapat dihitung sebagai balasan amal kebajikan.

Anda mungkin juga menyukai