Obat Covid

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Melalui uji klinis, pada awal November lalu, perusahaan Pfizer mengumumkan bahwa pil

mereka terbukti efektif mencegah penyakit parah terhadap orang-orang dengan risiko tinggi
terhadap COVID-19! Eits, sebelumnya, perusahaan Merck juga telah membuat obat minum
untuk melawan penyakit akibat virus korona, lo! Kira-kira, seberapa ampuhkah obat-obat ini?
Apakah Indonesia bisa mendapatkan obat-obat ini?
Pil Pfizer vs Pil Mercks
Obat berbentuk pil buatan Pfizer Inc. bernama Paclovid. Saat ini, pihak Pfizer berencana
untuk menyerahkan data sesegera mungkin kepada Food and Drug Administration
(FDA) untuk meminta otorisasi agar obat tersebut digunakan di Amerika Serikat. Pil
Pfizer telah diuji pada pasien berisiko tinggi, berisiko rendah, dan orang-orang yang
tinggal serumah dengan pasien terkonfirmasi positif COVID-19.
Sementara itu, pil buatan Merck & Co. Inc. bernama Molnupiravir. Inilah obat yang
disebut-sebut sebagai obat antivirus korona pertama di dunia. Namun, dikutip dari NY
Times, beberapa ilmuwan mengemukakan kekhawatiran mereka akan pil Mercks karena
dibuat dengan memasukkan “error” ke dalam kode genetik virus untuk
menghentikannya agar tidak bereplikasi. 
Bagaimana efektivitas keduanya?
Hasil uji klinis pil Pfizer menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dibanding pil Mercks.
Pil Pfizer diklaim 89% efektif menurunkan risiko rawat inap dan kematian bagi pasien
yang mengonsumsi pil tersebut dalam waktu tiga hari setelah gejala berkembang.
Untuk pasien yang menerima pil pada hari keempat atau kelima, risiko keduanya turun
hingga 85%. Sementara itu, pil Merck mampu mencapai efektivitas sekitar 50% bila
diberikan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala. 
Sebenarnya, dibanding menggunakan pil, perawatan antibodi monoklonal dapat
mengurangi sedikitnya 70% potensi rawat inap dan kematian pasien COVID-19 berisiko
tinggi.  Namun, biaya perawatan itu lebih mahal dan teknisnya pun lebih rumit untuk
dilakukan.

Kapan obat tersebut bisa digunakan?


Awal November lalu, penggunaan Molnupiravir untuk pengobatan COVID-19 sudah
disetujui Pemerintah Inggris, lo! Sebagai negara pertama yang mengesahkan pil Merck,
Inggris merekomendasikan agar pil Mercks tidak digunakan pada wanita yang sedang
hamil, menyusui atau yang bisa hamil selama perawatan dan selama empat hari
setelahnya.
Di Indonesia, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa Indonesia
berencana membeli hingga 1 juta dosis Molnupiravir yang akan diterima pada akhir tahun
2021. Ini tentunya menjadi salah satu langkah untuk menghadapi potensi gelombang 3.
Bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri
Kesehatan juga mengupayakan produksi Molnupiravir di Indonesia.
Meski sudah ada obat antivirus korona, kita tidak boleh santai dan lengah. Selain
terbatas, saat ini obatnya belum tersedia di Indonesia. Yuk, tetap terapkan protokol
kesehatan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain serta membantu melawan
pandemi di Indonesia!

Kontributor: Caroline Aretha M. (CAM)

Anda mungkin juga menyukai