Anda di halaman 1dari 3

Kasus di Indonesia sudah jauh menurun sejak lonjakan kasus pada bulan Juli 2021 lalu.

Sekarang, berbagai aturan PPKM mulai longgar. Jalanan mulai penuh, macet jadi suatu hal
yang wajar kembali. Hmm, apakah pandemi sudah usai sepenuhnya?
Oktober 2021, lonjakan kasus melanda dunia
Bulan Oktober 2021, sementara Indonesia terlena dengan terus menurunnya tren kasus
harian, negara-negara di berbagai belahan dunia tengah mengalami lonjakan kasus
mendadak. Tak perlu jauh-jauh, tetangga Indonesia contohnya. Ya, akibat ledakan
infeksi virus korona di Singapura pada awal Oktober lalu, CDC memasukkan negara
singa ini ke “daftar merah” tujuan perjalanan. 
Kenaikan kasus yang terus menerus terjadi lagi semenjak adanya pelonggaran
pembatasan pengoperasian bisnis secara penuh pada bulan Juli—Agustus. Dilansir
dari CNBC, kenaikan kasus ini disebabkan oleh varian Delta. 
Bergeser ke Asia Tengah, pada pertengahan Oktober lalu, terdapat sekitar 34.000
kasus positif COVID-19 harian baru di Rusia. Angka kematian akibat COVID-19 pun
sempat menyentuh angka 1.000. Di Tiongkok, gelombang baru COVID-19 varian Delta
juga telah menyebar di 11 provinsi dan bahkan lebih besar dibandingkan dengan yang
terjadi di Provinsi Nanjing pada Juli 2021.
Sekali lagi, Eropa menjadi “pusat pandemi” COVID-19
Dikutip dari BBC, dalam konferensi pers, kepala WHO Eropa, Hans Kulge, mengatakan
bahwa dapat diprediksi kematian dengan jumlah setengah juta lebih banyak di Eropa
dibandingkan bulan Februari. Hal ini diduga disebabkan kurangnya vaksinasi. 
Selama beberapa bulan terakhir, di seluruh benua, vaksinasi memang tengah
melambat. Persentase masyarakat yang mendapatkan dosis ganda pun masih rendah.
Diduga, longgarnya praktik kesehatan meningkatkan infeksi di wilayah Eropa WHO,
yakni di 53 negara, termasuk negara-negara di Asia Tengah. WHO telah mencatat 1,4
juta kematian di seluruh wilayah tersebut.

Prediksi gelombang tiga di Indonesia


Bukan tidak mungkin bagi Indonesia juga mengalami gelombang ketiga. Wakil kepala
petugas medis Inggris mengatakan, terlalu banyak orang yang percaya bahwa pandemi
telah berakhir. Inilah salah satu faktor yang bisa memicu timbulnya gelombang ketiga.

Selain itu, menurut epidemiolog dari Griffith University, gelombang ketiga COVID-19
dapat dipicu beberapa hal, seperti tingginya mobilitas masyarakat, belum meratanya
vaksinasi, banyaknya pelonggaran dari aturan serta protocol kesehatan, serta adanya
potensi mutasi varian virus korona. Lonjakan kasus ini diprediksi akan terjadi di akhir
tahun 2021 dan awal tahun 2022.

Saat ini kita memang hidup di era new normal. Jadi, jangan sampai kendor prokes, ya!
Meski keadaan sudah mulai membaik, kita tetap tidak boleh lengah. Jangan bosan-
bosan untuk terus menerapkan protokol kesehatan saat pergi keluar rumah dan
bertemu dengan orang-orang yang tidak tinggal serumah dengan kita. Mungkin mereka
akan berteriak ‘lebay’ dan ‘penakut’ dengan heran kepadamu yang masih menjalankan
prokes dengan ketat hingga saat ini. Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati,
bukan?
Taat prokes bukan cuma tentang kesehatanmu saja, tapi juga keluarga, teman-teman,
dan orang-orang di sekitarmu. Lebih dari itu, taat prokes menjadi salah satu cara
sederhana untukmu membantu, mengucapkan terima kasih, dan mengapresiasi para
nakes dan mereka yang telah gugur dalam perang melawan pandemi ini.

Kontributor: CAM

Anda mungkin juga menyukai