Anda di halaman 1dari 9

RESUME RISKO AUDIT MATERIALITAS DAN TINGKATANYA

Resume ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah

Pemeriksaan Akuntansi

Disusun oleh:

ANISA NUR AINI (5552190134)

JURUSAN SI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan alat bagi Perusahaan untuk mengetahui posisi harta,
kewajiban dan modal yang dimiliki Perusahaan, dan juga menggambarkan laba yang diperoleh
Perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar
Akuntansiyang berlaku umum. Namun, laporan keuangan yang telah disusun tidak akan terlepas
dari salah saji, untuk itu sangat penting dilakukan pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik
(Auditor Eksternal) untuk menghindari atau mengurangi salah saji.

Profesi akuntan publik adalah profesi kepercayaan masyarakat, di mana masyarakat


mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh
manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). Untuk menghasilkan laporan
audit yang berkualitas dalam rangka pengambilan keputusan, maka seorang auditor diharuskan
melaksanakan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
(Rosdiana, 2017). Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SPAP yang berlaku umum
akan terbebas dari salah saji.

Produk akhir dari pemeriksaan adalah menghasilkan pendapat,Unqualified opinion,


Unqualified opinion with explanatory language, Qualified opinion, Adverse opinion, dan
Disclaimer opinion. Unqualified opinionsangat diharapkan oleh pemakai laporan keuangan,
karena pendapat tersebut memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari
salah saji yang material dan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
( MN Rochman,2016) Dalam melaksanakan audit, auditor memutuskan tingkat risiko yang dapat
diterima dan merencanakan audit untuk mencapai tingkat risiko audit tersebut. Risiko salah saji
material dalam laporan keuangan berada di luar kendali auditor. Auditor harus melakukan
penilaian risiko (risk assessment) untuk menentukan risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik setelah menentukan risiko audit,
hal lain yang harus dipetimbangkan adalah menentukan tingkat materialitas.
MATERIALITAS DALAM KONTEKS AUDIT

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan


lapangan dan standar laporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang
mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Makna konsep materialitas dan
relevansinya dengan perencanaan audit dibahas berikut ini. Materialitas adalah besarnya nilai
yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi , yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya , dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan terhadap innformasi tersebut karena adanya penghilangan
atau salah saji tersebut.

PERTIMBANGAN TENTANG MATERIALITAS

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.


Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Berikut
ini disajikan contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor dalam
mempertimbangkan materialitas.

1) Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b. Total aktiva dalam neraca.
c. Total aktiva lancar dalam neraca.
d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
2) Faktor kualitatif seperti :
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
b. Kemungkinan terjadinya kecurangan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
d. Adanya gangguan dalam trend laba.
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
TINGKATAN MATERIALITAS
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :

1. Materialitas pada tingkatan laporan keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan
yang dipandang material oleh audit dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit
dalam pelaksaan audit.
2. Materialitas pada tingkatan saldo akun
Materialitas pada tingkatan ini merupakan salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. salah
saji pada tingkatan ini disebut salah saji bisa diterima

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT


Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara
materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus
tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan (hubungan terbalik).

RISIKO AUDIT

Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat (expressing an
inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material.
(Tuanakotta, 2013:89). Tujuan audit ialah menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat
diterima auditor (to reduce this audit risk to an acceptably low level)
KOMPONEN – KOMPONEN RISIKO AUDIT

Sebelum melakukan audit diperusahaan klien, maka auditor perlu melakukan tahap perencanaan
audit untuk menemukan resiko-resiko audit yang terdapat dalam perusahaan klien, hal ini
dilakukan untuk mempermudah pekerjaan auditor dalam menilai materialitas instansi dalam
resiko auditnya. Ada tiga macam resiko audit sebelum auditor melaksanakan audit di instansi.

1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)


Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi trehadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
Perhitungan tentang risiko bawaan membutuhkan pertimbangan tentang berbagai hal
yang bisa berpengaruh terhadap asersi-asersi dari semua/banyak rekening dan hal-hal
yang berhubungan hanya dengan asersi-asersi untuk rekening tertentu.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Control Risk (Risiko Pengendalian) adalah risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi
dalam suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) dan bias
material, sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi
dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas. Tingkat resiko
pengendalian sesungguhnya tidak bisa diubah oleh auditor. Namun demikian, auditor bisa
mengubah tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan dengan memodifikasi (1)prosedur
yg digunakan untuk mendapatkan pemahaman mengenai SPI yg berhubungan dengan
asersi-asersi, (2) prosedur yg digunakan untuk melakukan pengujian pengendalian.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Resiko deteksi adalah resiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat dalam suatu asersi.. Resiko ini timbul sebagian karena

ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau

golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun

saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100 %.


HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN – KOMPONEN RISIKO AUDIT

Semakin rendah resiko bawaan dan resiko pengendalian yg diperhitungkan, semakin tinggi
tingkat resiko deteksi yg dapat diterima.

Model resiko audit

RA = RB x RP x RD

Dalam model di atas simbol2 berarti sbb:

RA = resiko audit

RB = resiko bawaan

RP = resiko pengendalian

RD = resiko deteksi

Pada suatu tingkat resiko audit tertentu, semakin tinggi tingkat resiko bawaan dan resiko
pengendalian diperhitungkan, akan semakin rendah tingkat resiko deteksi yg dapat diterima.

RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT SALDO

Akun Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan
baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit
keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung
oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
2. Risiko Audit Individual

Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit
keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual
perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena
besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan

HUBUNGAN ANTARA RESKO AUDIT DENGAN BUKTI AUDIT

Seperti halnya materialitas, resiko juga merupakan salah satu faktor yg mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti. Terdapat hub.terbalik antara resiko audit dengan
jumlah bukti yg diperlukan u/ mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Sebaliknya,
resiko bawwn dan resiko pengendalian mempunyai hub.langsung dengan jumlah bukti yg
diperlukan

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RESIKO AUDIT, DAN BUKTI AUDIT


Hubungan antara materialitas, resiko audit, dan bukti audit adalah sebagai berikut :

 Jika auditor mempertahankan resiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
 Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, resiko audit menjadi meningkat.
 Jika auditor menginginkan resiko audit , auditor dapat menempuh salah satu dari tiga
cara berikut ini :
1) Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
2) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
3) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
KESIMPULAN

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis laporan


audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalah menentukan
apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Alasan
penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk
membantu auditor merencanakan bukti-bukti audit yang memadai yang harus
dikumpulkan.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat
laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko
audit juga digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko
audit individual. Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur (1) risiko
bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang terkait, (2) risiko pengendalian, yakni
risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas dan (3)
risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan buktiaudit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi
individual atau kelompok asersi.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Pertiwi, Ira Sari, Hetti Hermawati. 2017. Pengaruh Risiko Audit Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialiatas. SIKAP, 2(1), 14-19.

Seto, Johanes. 2015. Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal. Kompasiana

Anda mungkin juga menyukai