Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS


KINERJA MEBEL

Disusun Oleh:
Ramlah 2005502007

Dosen Pengampuh : Mahmuddin, S.Sos.,M.Si

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Pengaruh kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kinerja Karyawan di
MEBEL ” guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi. Shalawati dan salam selalu
tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman dulu hingga
sekarang ini. Dalam suatu keberhasilan, tentunya terdapat orang-orang hebat yang berdiri
dibelakang-Nya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mahmuddin, S.Sos.,M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perilaku Organisasi atas
bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa juga
penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan fasilitas penunjang,
serta teman-teman di dalam kelompok yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan
proposal ini. Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kesediaan dari pembaca untuk memberikan kritik dan
saran sebagai perbaikan proposal di waktu yang akan datang agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih dan semoga dapat
bermanfaat.

Makassar , 10 desember 2021

Ramlah

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


Daftar isi..................................................................................................................................... 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 latar belakang ................................................................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................... 5
BAB 2 ........................................................................................................................................ 6
KONSEP .................................................................................................................................... 6
2.1 pengertian kepemimpinan ................................................................................................ 6
2.2 pengertian produksitivitas ................................................................................................ 7
2.3 pengertian kinerja ............................................................................................................. 7
2.4 Teori kepemimpinan ........................................................................................................ 8
2.5 Faktor – faktor kepemimpinan ....................................................................................... 10
2.6 deskripsi usaha ............................................................................................................... 11
BAB 3 ...................................................................................................................................... 12
MATONOLOGI ...................................................................................................................... 12
3.1 jenis penelitian................................................................................................................ 12
3.2 waktu dan tempat penelitian .......................................................................................... 12
3.3 populasi dam sampel ..................................................................................................... 12
BAB 4 ...................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
Kesimpulan........................................................................................................................... 14
Saran ..................................................................................................................................... 14
Daftar pustaka....................................................................................................................................... 16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Industri mebel merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia.
Kebutuhan akan produk-produk dari industri mebel terus meningkat karena sektor industri
ini memberikan desain interior serta nilai artistik yang dapat memberikan kenyamanan
sehingga dapat menunjang berbagai aktivitas. Mebel Indonesia kini juga berperan penting
sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat produk tidak hanya di dalam negeri
tetapi juga di luar negeri. Keadaan ini membuat para produsen mebel bersaing untuk
menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen.Kemajuan
teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah membawa dampak yang dahsyat
dalam hubungan antar bangsa khususnya dalam hubungan ekonomi internasional. Arus
informasi telah memungkinkan setiap bangsa untuk lebih mengenal dan memahami bangsa
lain. Khusus dalam bidang ekonomi setiap bangsa lebih mudah mengetahui dari mana
bangsa itu dapat memenuhi kebutuhan ekonomisnya yang lebih berdaya dan berhasil guna
dan sebaliknya ia akan lebih mudah mengetahui keamanan sebaiknya memasarkan
komoditi - unggul negaranya

Industri MEBEL adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi dari
kayu, rotan dan bahan baku alami lainya menjadi produk barang jadi, MEBEL yang
mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi Industri MEBEL di Indonesia
hampir di seluruh provinsi dengan sentra – sentra yang cukup besar terletak di Jepara,
Sukoharjo, Surakarta, Klaten dan lain – lain. Namun permasalahan yang di alami produsen
dalam negeri adalah permasalahan internal perusahaan – perusahaan dalam industri mebel
begitu beragam permasalahan itu antaranya seperti kurangnya permodalan baik dalam
memproduksi maupun mendistribusikan komuditas mebel dan olahan kayu sumber daya
manusia yang kurang kreatif, teknologi dalam memproduksi serta manajemen usaha yang
kurang mendukung perubahan lingkungan bisnis di dalam industri mebel.Teknologi
mempunyai pengaruh yang penting dalam upaya menciptakan keunggulan dalam
persaingan antar perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan daya
saingnya dengan berfokus pada peningkatan peranan dan kontribusi teknologi. Pengertian
teknologi tradisional sesungguhnya adalah teknologi yang sangat sedikit terkena sentuhan
teknologi sedangkan teknologi mutakhir sangat mengikuti perkembangan teknologi yang
ada, selama ini banyak orang yang memahami teknologi dalam arti sempit yang
memandang teknologi hanya dari segi metode dan keteknikan saja. Namun sebenarnya
teknologi merupakan suatu System yang terdiri dari komponen –komponen perangkat keras
dan lunak yang secara totalitas dibutuhkan manusia. Maka dari itu metode Teknometrik
merupakan suatu metode yang dapat digunakan oleh industri dalam menentukan standar
teknologi yang dimilikinya,Maka dari itu dalam penelitian ini tingkat teknologi yang di kaji
dari empat komponen teknologi yaitu: technoware, humanware, infoware, organware.

4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah profil dari industri MEBEL
2. Seberapa jauh aspek teknologi yang sudah di terapkan DI INDUSTRI MEBEL

1.3 Tujuan penelitian


adapun maksud tujuan dari di lakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil dari industri Furniture / mebel
2. Seberapa jauh aspek teknologi yang sudah di terapkan di industri mebel

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat di ambil dari dilakukannya penelitian ini adalah
1. Untuk kalangan akademis seperti mahasiswa dosen, dan para peneliti
merupakan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya sebagai upaya
pengembangan industri Furniture / mebel
2. Untuk pelaku usaha industri Furniture/ mebel merupakan bahan masukan untuk
perbaikan dalam pengelolaan usahanya.

5
BAB 2

KONSEP
2.1 pengertian kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena
pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Karena harus memahami setiap perilaku
bawahan yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa
memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh
kualitas kepemimpin.
Menurut Sutrisno (2016:218) “Kepemimpinan ialah sebagai proses mengarahkan dan
memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok”.Menurut
Fahmi (2016:122), “Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara
komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan”.
Menurut Hasibuan (2010 : 170), “ Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi. Adapun Kepemimpinan Pancasila ialahKepemimpinan yang memiliki jiwa
Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat
lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.Untuk memahami definisi kepemimpinan secara
lebih dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli (Fahmi
2016:122), yaitu
a. Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
b. Ricard L. Daft mengatakan, kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan
mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapain tujuan.
c. G. R Terry memberikan definisi: Leadership is the activity of influencing
people to strive willingly for mutual objctives.
d. Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu
mempengaruhi perilaku oaring lain tanpa harus mengandalkan kekerasan;

pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin. Menurut Hersey
dan Blanchart (Sunyoto, 2016:34), “ Kepemimpinan adalah setiap upya seseorang yang
mencoba untuk memengaruhi tingkah laku sesorang atau kelompok, upaya untuk memengaruhi
tingkah laku ini bertujuan mencapai tujuan perorangan, tujuan teman, atau bersama-sama
dengan tujua organisasi yang mungkin sama atau berbeda”.

6
2.2 pengertian produksitivitas
Produktivitas merupakan hasil produk dibagi dengan masukan organisasi mebel.Produktivitas
merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
untuk memenuhi konsumen mebel.Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan
masukan dan efektivitas pencapaian sasaran yang berhubungan upah tenaga kerja, pengalaman,
curahan waktu kerja untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dengan yang telah ditetapkan
hingga tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh.Produktivitas tenaga kerja merupakan
kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengelola efisiensi input (material, mesin, metode dan
informasi) yang ditranformasikan untuk menghasilkan efektivitas output berdasarkan standar
yang telah ditentukan.Peranan produktivitas sebagai sasaran manajemen untuk keberhasilan
suatu tingkat kegiatan pada perusahaan, sedangkan pengukuran produktivitas digunakan untuk
sasaran manajemen penganalisa dan mendorong efisiensi produksi sehingga dapat diketahui
kekurangannya serta melakukan perbaikan.
2.3 pengertian kinerja
Kinerja merupakan singkatan dari Kinetika Energi Kerja yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan performance. Dalam hal ini, kata performance umumnya merujuk pada “job
performance” atau “actual performance” yang artinya suatu prestasi kerja atau prestasi
sebenarnya yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam konteks
manajemen, pengertian kinerja adalah suatu prestasi kerja atau hasil kerja seseorang
berdasarkan kuantitas dan kualitas yang dicapainya dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan tanggung jawab yang diterima. Menurut beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
kinerja sebagai berikut:
1) Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), pengertian kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2) Menurut Gary Dessler (2000:41), kinerja adalah prestasi kerja, yaitu perbandingan
antara hasil kerja yang dicapai dengan standar yang ditetapkan.
3) Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153), pengertian kinerja adalah hasil dari
proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta
organisasi bersangkutan.
Kinerja seseorang dalam organisasi dapat dinilai dengan beberapa indikator. Menurut
Stephen P. Robbins, berikut ini adalah beberapa indikator untuk mengukur kinerja seseorang
sebagai berikut:
1) Kualitas, yaitu kualitas kerja yang diukur dari persepsi seorang pegawai
terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan, serta kesempurnaan tugas terhadap

7
keterampilan dan kemampuan pegawai.
2) Kuantitas, yaitu jumlah yang dihasilkan oleh seorang pegawai yang dinyatakan dalam
istilah tertentu, seperti; jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3) Ketepatan Waktu, yaitu tingkat aktivitas yang diselesaikan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output, serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lainnya.
4) Efektivitas, yaitu tingkat penggunaan sumber daya yang ada (uang, tenaga, bahan baku,
teknologi) secara optimal untuk meningkatkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan
sumber daya tersebut.
5) Kemandirian, yaitu tingkat kemampuan dan komitmen seorang pegawai dalam
menjalankan fungsi kerjanya secara bertanggungjawab.
2.4 Teori kepemimpinan
A. Teori Karakter
Adalah suatu teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik atau sifat-sifat yang
khas yang dihubungkan dengan keberhasilan seorang pemimpin. Karakteristik yang dapat
diperhatikan seperti intelegensia, kepribadian, karakter fisik, kemampuan pengawasan dan
sebagainya.
Intelegensia, seorang pemimpin lebih cerdas dari pengikut. Namun perbedaan intelegensia
dapat menimbulkan masalah antara pemimpin dan pengikut. Kelebihan kecerdasan pemimpin
mampu membuat kepemimpinan lebih efektif.
Kepribadian, seorang pemimpin memiliki sifat siaga, integritas pribadi, percaya diri, dan penuh
inisiatif. Pada prinsipnya ada kepribadian tertentu yang membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin.
Karakteristik fisik, seorang pemimpin dapat terlihat dari karakteristik fisik. Dengan pengertian
lain menganggap sifat-sifat fisik membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin
(penampilan). Akan tetapi anggapan ini menimbulkan diskusi yang cukup tajam. Kenyataan
banyak menunjukkan sulit melihat efektifitas pemimpin dari penampilan fisik.
Kemampuan pengawasan. Ghiselli (dalam Rasimin, 2004) menemukan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara tingkat pengawasan dengan tingkat hirarki. Krikpatrick dan
Locke menambahkan bahwa pemimpin tidak harus memiliki intelegensi yang tinggi akan tetapi
harus memiliki “hal-hal yang tepat atau karakter/sifat untuk menjadi efektif.
Adapun hal lain yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin adalah: ambisi dan energi,
hasrat untuk memimpin, kejujuran, kepercayaan diri, sosiabilitas, pengetahuan dan stabilitas
emosi.
Alasan teori ciri kurang tepat di dalam menerangkan efektifitas kepemimpinan. Karena
mengabaikan pengikut, kurang mampu menjelaskan pentingnya ciri, dan mengabaikan faktor
situasional.

Hasil ringkasan Stogdill terhadap penelitian karakteristik selama 70 tahun sebagai berikut:
1. Pemimpin mempunyai rasa tanggungjawab yang kuat dan keinginan menyelesaikan tugas.
2. Keras hati dalam mencapai tujuan.
3. Suka berpetualang dalam menyelesaikan masalah.
4. Dorongan berinisiatif dalam situasi sosial.

8
5. Rasa percaya diri dan memiliki identitas pribadi.
6. Kemauan menerima konsekwensi atas keputusan dan tindakan yang dilakukan.
7. Kesiapan menerima tekanan.
8. Kemauan memberi toleransi terhadap frustrasi dan penundaan.
9. Kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain.
10. Kapasitas membuat struktur sistem interaksi sosial sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik
membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Dalam teori perilaku terdapat dua pendekatan
yaitu: job centered dan employee centered.
Job centered adalah pemimpin yang berpusat pada pekerjaan, yang mengawasi secara ketat dan
memperhatikan kerja orang lain. Sedangkan employee centered adalah memperhatikan
hubungan dengan karyawan, memperhatikan kepuasan pengikut.

Kepemimpinan Kontingensi
Kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Menurut Fiedler prestasi kerja suatu
kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari kepemimpinan dan sejauh mana pemimpin
dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu. Kepemimpinan dilihat sebagai
suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.
1. Kepemimpinan yang efektif terletak pada “belajar menjadi pemimpin yang baik”
2. Penolakan terhadap pemikiran “satu jalan yang terbaik”.
3. Perilaku pemimpin yang sesuai tergantung pada karakteristik tertentu dari pemimpin, situasi
yang dihadapi dan bawahan (mereka yang dipimpin).
4. Dasar teori kontingensi ialah perilaku pemimpin berubah sesuai dengan keadaan tertentu

Terdapat dua hal pertimbangan penting:


1. Sampai sejauh mana situasi memberikan pemimpin kekuatan dan pengaruh yang diperlukan
agar efektif
2. Sampai sejauh mana pemimpin dapat meramalkan efek dari gaya pemimpin pada perilaku
atau prestasi pengikut

Efektifitas kepemimpinan menurut Fiedler tergantung pada interaksi antara gaya


kepemimpinan dengan situasi yang mendukung, sebagai berikut:
1. Struktur kebutuhan pemimpin; apakah motivasi pada pencapaian tugas atau hubungan antar
pribadi.
2. Kendali situasi pemimpin, yaitu keyakinan pemimpin bahwa tugas bisa diselesaikan.
Kendali situasi adalah fungsi dari; hubungan pemimpin-anggota (tingkat keyakinan,
kepercayaan, dan respek bawahan terhadap pemimpin mereka), struktur tugas (tingkat di mana
penugasan pekerjaan diprosedurkan yakni terstruktur atau tidak terstruktur), dan kekuasaan
jabatan (tingkat pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin mempunyai variabel kekuasaan
seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan menaikan gaji)..
3. Interaksi antara struktur kebutuhan pemimpin dengan kendali situasi. Fiedler mengevaluasi
situasi dalam ketiga variabel kemungkinan tersebut (hubungan pemimin-anggota, struktur
tugas dan kekuasaan jabatan). Hubungan pemimpin-anggota baik atau buruk, struktur tugas
tinggi atau rendah, kekuasaan jabatan kuat atau lemah. Fiedler menyatakan bahwa makin baik
hubungan pemimpin-anggota, makin terstruktur pekerjaan itu, dan makin kuat kekuasaan
posisi, makin banyak kendali atau pengaruh yang dimiliki pemimpin itu.

Teori Kepemimpinan Situasional (Situasional Leadership Theory)


Teori kepemimpinan situasional, dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard. Teori ini berusaha

9
memberikan pemahaman kepada pemimpin tentang kaitan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dengan tingkat kematangan dari para pengikutnya. Hersey dan Blanchard berpendapat
bahwa bawahan merupakan faktor yang sangat penting dalam situasi kepemimpinan. Tingkat
kematangan dari para bawahan menentukan gaya efektif dari pemimpin.
Dengan demikian konsep dari teori kepemimpinan situasional menekankan bahwa seorang
pemimpin hendaknya menganalisa secara cermat tingkat kematangan anggota di dalam
melaksanakan tugasnya. Misalnya anggota yang sudah bisa memotivasi dirinya sendiri akan
sangat sesuai bila ia dipimpin dengan cara delegasi. Artinya ia dipercaya penuh mengerjakan
tugas-tugasnya secara mandiri tanpa perlu adanya pengawasan melekat. Jadi dalam hal ini
pemimpinlah yang harus menyesuaikan dirinya dengan tuntutan situasi.

2.5 Faktor – faktor kepemimpinan

Faktor-Faktor Kepemimpinan
Berikut ini disajikan faktor-faktor utama dalam kepemimpinan menurut Sudarwan (dalam
Sudaryono, 2014:33):

Pemimpin
Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jujur mengenai siapa dirinya sendiri. Kesuksesan
seorang pemimpin sejati berasal dari pengakuan pengikut atau masyarakat, oleh karena itu
untuk menjadi sukses, seorang pemimpin harus meyakinkan pengikutnya dan dia harus mampu
menampilkan sosok yang layak untuk diikuti.

Pengikut
Berbeda pengikut, berbeda pula karakternya. Dengan demikian, pengikut yang berbeda
memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Karenanya, seorang pemimpin harus
mengenali orang-orang yang dipimpin atau pengikutnya. Pemimpin harus “turun ke bawah”
untuk mengetahu atribut karyawannya, seperti; menemui, mengetahui, dan mengajak untuk
melakukan sesuatu.

Situasi
Kepemimpinan tidak berada pada situasi yang kosong. Dia selalu berada dalam suatu situasi,
meski hampir semua situasi berbeda. Apa yang efektif dilakukan oleh pemimpin dalam satu
situasi tidak akan selalu efektif dalam situasi yang lain. Pimpinan harus menggunakan
pertimbangan untuk memutuskan tindakan terbaik seperti apa dan gaya kepemimpinan macam
apa yang diperlukan untuk setiap situasi. Di sinilah esensi seorang pemimpin memerlukan
kecerdasan edversitas, yaitu kemampuan diri untuk cepat keluar dari situasi sulit dengan
tindakan yang benar atau beresiko kecil.

Komunikasi

10
Pemimpin yang baik adalah komunikator yang handal. Sebagian besar waktu yang terpakai
untuk kerja kepemimpinan adalah berkomunikasi, baik internal maupun eksternal. Aktivitas
pemimpin dilakukan melalui komunikasi dua arah, baik secara verbal maupun nonverbal. Cara
pemimpin berkomunikasi sangat menentukan apakah hal itu akan membangun atau merusak
hubungan antarsesama mereka.

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut
biasanya suatu pola atau bentuk tertentu.

Menurut Rivai (2007:64), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan
pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering
diterapkan oleh pemimpin.

Flippo (dalam Sudaryono, 2014:201) mendefinisakan gaya kepemimpinan sebagai suatu pola
perilaku yang dirancang untuk memadukan kepentingan-kepentingan organisasi dan personalia
guna mengejar beberapa sasaran.

Sehubungan dengan itu Agus Dharma (dalam Sudaryono, 2014:201) mendefinisikan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba
memengaruhi orang lain.

Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan,


sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan menunjukkan secara
langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan
bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil
kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya.

2.6 deskripsi usaha


Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti kursi,
meja, dan lemari. ... Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520–30
Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau
ruangan.

11
BAB 3

MATONOLOGI
3.1 jenis penelitian
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori- teori tertentu dengan
cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur sehingga data yang terdiri
dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistic (Creswell, 2012:5).
Menurut Azwar (2011: 5) Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian
inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada
suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan
diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan alat ukur kuesioner tujuan untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

3.2 waktu dan tempat penelitian


1) Waktu Penelitian : Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan
sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 1 (satu)
minngu. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 – 2 desember 2021.
2) Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di mebel dekat rimah tepat di
Jalan pa’lepuangang Kelurahan manangkoki Kecamatan polut Kota Takalar.

3.3 populasi dam sampel


1) Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki
beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2011 : 25). Sedangkan menurut Azwar
populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil
penelitian. Kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristikkarakteristik bersama
yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar,
2011 : 77). Adapun, populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar yang sedang menyusun makalah.
2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini, populasinya berjumlah 5 Orang, maka penelitian ini merupakan penelitian sampel.

12
Dengan berbagai pertimbangan, penelitian ini mengambil sampel 30% dari keseluruhan
populasi yang berjumlah 5. Maka sampel yang digunakan berjumlah 3 subyek. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan random sampling atau sampel
acak. Dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi
sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang
sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Arikunto,
2010: 177). Cara pengambilan sampel random dengan menggunakan google form.

13
BAB 4

PENUTUP
Kesimpulan
Kerajinan mebel yang berada di Kecamatan Bulango Selatan meskipun merupakan
kerajinan tingkat kecil atau rumahan, namun disisi lain perubahan yang dihasilakan dari
sektor ekonomi memberikan dampak yang strategis dalam roda perkonomian yang berada
di Kecamatan Bulango Selatan dan menjadi tonggak dalam pembangunan ekonomi
nasional adapun hal-hal yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah:

Proses pengrajin mebel Cara pemilihan kayu adalah pemilihan atau untuk mendaptkan
kayu para pengrajin mebel, masih membutuhkan jasa dari para pengusaha atau
perusahaan kayu dalam kapasitas besar untuk mendapatkan kayu, Pembuatan mebel
meliputi bagaimana para pengraji mebel merubah bahan mentah (kayu), menjadi barang
jadi dengan menggunakan alat-alat atau peralatan seperti Gergaji, Mesin Serut, (sikap)
Pahat, Martil (palu), Mesin bor, Mesin Amplas, Siku, Meteran, dan alat ukur, Loter,
Kuas, dan spray, Pemasaran mebel yang dilakukan oleh pengrajin mebel adalah dengan
cara, konsumen datng langsung kepada para pengrajin mebel atau dengan cara membuat
sebuah perkumpulan arisan

Perubahan sosial ekonomi


Dalam perubahan sosial ekonomi dapat dilahat sebagai berikut:
Dalam Bidang Ekonomi Dalam hal Pendapatan adalah pengrajin mebel mampu untuk
menghidupi keluarga dan sampai bisa membangun usaha mereka kearah kemajuan,
Dalam Etos Kerja adalah pengrajin mebel melakukan prilaku kerja keras, disiplin, teliti,
tekun, dan bertanggung jawab dalam mencapai kesuksesan serta mencintai pekerjaannya.
Dalam Bidang Sosial
Jasa Pekerjaan adalah dimana para pengrajin mebel mampu menciptakan lapangan
pekerjaan terhadap peminat atau membuka lapangan pekerjaan kepada para peminat yang
ingin bekerja sebagai pengrajin mebel,

Tingkat pendidikan adalah para pengrajin mebel mampu memberikan pengetahuan


tentang kerajinan mebel kepada
keturunan dan para pemula yang ingin belajar menjadi pengrajin
mebel agar kerajinan mampu bertahan.

Saran

Untuk pemerintah usaha kecil dalam meningkatkan pendapatan daerah agar lebih
stabil dengan adanya sektor usaha kecil dan membantu untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran, oleh karena itu usaha kecil harus
mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah agar usaha kecil bisa lebih berkembang

14
Meskipun penulisan ini masih dianggap kurang tetapi setidaknya temuan peneliti bisa
memberikan informasi yang praktis dalam kajian-kajian selanjutnya tentang pengrajin
mebel dan bermanfaat bagi
masyarakat luas.

15
Daftar pustaka

https://bangazul.com/teori-kepemimpinan-atau-leadership-theory/amp/

http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/03/pengertian-unsur-unsur-faktor-
faktor.html?m=1

https://osf.io/preprints/743hb/

https://www.dictio.id/t/apa-saja-faktor-faktor-yang-memengaruhi-
kepemimpinan/121481

16

Anda mungkin juga menyukai