Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS


KINERJA MEBEL

Disusun Oleh:
Ramlah 2005502007

Dosen Pengampuh : Mahmuddin, S.Sos.,M.Si

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah mengenai “Pengaruh kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kinerja

Karyawan di MEBEL ” guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku

Organisasi. Shalawati dan salam selalu tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa kita dari zaman dulu hingga sekarang ini.

Dalam suatu keberhasilan, tentunya terdapat orang-orang hebat yang berdiri

dibelakang-Nya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahmuddin,

S.Sos.,M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perilaku Organisasi atas bimbingannya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa juga penulis ucapkan

terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan fasilitas penunjang, serta teman-teman

di dalam kelompok yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan proposal ini. Penyusun

menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kesediaan dari pembaca untuk memberikan

kritik dan saran sebagai perbaikan proposal di waktu yang akan datang agar dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih dan semoga dapat

bermanfaat.

Makassar , 10 desember 2021

Ramlah
Daftar isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Industri mebel merupakan salah satu sektor industri yang terus


berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri mebel
terus meningkat karena sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai
artistik yang dapat memberikan kenyamanan sehingga dapat menunjang berbagai
aktivitas. Mebel Indonesia kini juga berperan penting sebagai sumber devisa bagi
negara karena peminat produk tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar
negeri. Keadaan ini membuat para produsen mebel bersaing untuk menghasilkan
produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen.

Kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah


membawa dampak yang dahsyat dalam hubungan antar bangsa khususnya dalam
hubungan ekonomi internasional. Arus informasi telah memungkinkan setiap
bangsa untuk lebih mengenal dan memahami bangsa lain. Khusus dalam bidang
ekonomi setiap bangsa lebih mudah mengetahui dari mana bangsa itu dapat
memenuhi kebutuhan ekonomisnya yang lebih berdaya dan berhasil guna dan
sebaliknya ia akan lebih mudah mengetahui keamanan sebaiknya memasarkan
komoditi - unggul negaranya

Industri MEBEL adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan
setengah jadi dari kayu, rotan dan bahan baku alami lainya menjadi produk barang
jadi, MEBEL yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi.

Industri MEBEL di Indonesia hampir di seluruh provinsi dengan sentra – sentra

yang cukup besar terletak di Jepara, Sukoharjo, Surakarta, Klaten dan lain – lain.

Namun permasalahan yang di alami produsen dalam negeri adalah permasalahan

internal perusahaan – perusahaan dalam industri mebel begitu beragam

permasalahan itu antaranya seperti kurangnya permodalan baik dalam

memproduksi maupun mendistribusikan komuditas mebel dan olahan kayu

sumber daya manusia yang kurang kreatif, teknologi dalam memproduksi serta

manajemen usaha yang kurang mendukung perubahan lingkungan bisnis di dalam

industri mebel.

Teknologi mempunyai pengaruh yang penting dalam upaya

menciptakan keunggulan dalam persaingan antar perusahaan. Sehingga

perusahaan dituntut untuk meningkatkan daya saingnya dengan berfokus pada


peningkatan peranan dan kontribusi teknologi.

Pengertian teknologi tradisional

sesungguhnya adalah teknologi yang sangat sedikit terkena sentuhan teknologi

sedangkan teknologi mutakhir sangat mengikuti perkembangan teknologi yang

ada, selama ini banyak orang yang memahami teknologi dalam arti sempit yang

memandang teknologi hanya dari segi metode dan keteknikan saja. Namun

sebenarnya teknologi merupakan suatu System yang terdiri dari komponen –

komponen perangkat keras dan lunak yang secara totalitas dibutuhkan manusia.

Maka dari itu metode Teknometrik merupakan suatu metode yang dapat

digunakan oleh industri dalam menentukan standar teknologi yang dimilikinya,

Maka dari itu dalam penelitian ini tingkat teknologi yang di kaji dari empat

komponen teknologi yaitu: technoware, humanware, infoware, organware.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang akan di bahas dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah profil dari industri MEBEL

2. Seberapa jauh aspek teknologi yang sudah di terapkan DI INDUSTRI MEBEL

1.3 Tujuan penelitian

adapun maksud tujuan dari di lakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil dari industri Furniture / mebel

2. Seberapa jauh aspek teknologi yang sudah di terapkan di industri mebel

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari dilakukannya penelitian ini adalah

1. Untuk kalangan akademis seperti mahasiswa dosen, dan para peneliti

merupakan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya sebagai upaya

pengembangan industri Furniture / mebel

2. Untuk pelaku usaha industri Furniture/ mebel merupakan bahan masukan untuk

perbaikan dalam pengelolaan usahanya.


BAB 2

KONSEP

2.1 pengertian kepemimpinan

Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang

penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan

organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak

mudah. Karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda.

Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan pengabdian dan

partisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efisien. Dengan kata lain,

bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh

kualitas kepemimpin.

Menurut Sutrisno (2016:218) “Kepemimpinan ialah sebagai proses

mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para

anggota kelompok”.

Menurut Fahmi (2016:122), “Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang

mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi,

dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang

direncanakan”.

Menurut Hasibuan (2010 : 170), “ Kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja secara produktif

untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun Kepemimpinan Pancasila ialah

Kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya

untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya ke dalam

kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945”.

Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa

definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli (Fahmi 2016:122), yaitu

a. Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.

b. Ricard L. Daft mengatakan, kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan

mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapain tujuan.


c. G. R Terry memberikan definisi: Leadership is the activity of influencing

people to strive willingly for mutual objctives.

d. Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu

mempengaruhi perilaku oaring lain tanpa harus mengandalkan kekerasan;

pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchart (Sunyoto, 2016:34), “ Kepemimpinan adalah

setiap upya seseorang yang mencoba untuk memengaruhi tingkah laku sesorang

atau kelompok, upaya untuk memengaruhi tingkah laku ini bertujuan mencapai

tujuan perorangan, tujuan teman, atau bersama-sama dengan tujua organisasi yang

mungkin sama atau berbeda”.

2.2 pengertian produksitivitas

 Produktivitas merupakan hasil produk dibagi dengan masukan


organisasi mebel.
Produktivitas merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi
konsumen mebel.Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan
masukan dan efektivitas pencapaian sasaran yang berhubungan
upah tenaga kerja, pengalaman, curahan waktu kerja untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dengan yang telah
ditetapkan hingga tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh.
Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan seorang
tenaga kerja untuk mengelola efisiensi input (material, mesin,
metode dan informasi) yang ditranformasikan untuk menghasilkan
efektivitas output berdasarkan standar yang telah ditentukan.

Peranan produktivitas sebagai sasaran manajemen untuk


keberhasilan suatu tingkat kegiatan pada perusahaan, sedangkan
pengukuran produktivitas digunakan untuk sasaran manajemen
penganalisa dan mendorong efisiensi produksi sehingga dapat
diketahui kekurangannya serta melakukan perbaikan.
2.3 pengertian kinerja
Kinerja merupakan singkatan dari Kinetika Energi Kerja yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan performance. Dalam hal ini, kata performance umumnya merujuk pada “job
performance” atau “actual performance” yang artinya suatu prestasi kerja atau prestasi
sebenarnya yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam konteks
manajemen, pengertian kinerja adalah suatu prestasi kerja atau hasil kerja seseorang
berdasarkan kuantitas dan kualitas yang dicapainya dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan tanggung jawab yang diterima. Menurut beberapa pendapat ahli mengenai
pengertian
kinerja sebagai berikut:
1) Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), pengertian kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2) Menurut Gary Dessler (2000:41), kinerja adalah prestasi kerja, yaitu perbandingan
antara hasil kerja yang dicapai dengan standar yang ditetapkan.
3) Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153), pengertian kinerja adalah hasil dari
proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta
organisasi bersangkutan.
Kinerja seseorang dalam organisasi dapat dinilai dengan beberapa indikator. Menurut
Stephen P. Robbins, berikut ini adalah beberapa indikator untuk mengukur kinerja
seseorang
sebagai berikut:
1) Kualitas, yaitu kualitas kerja yang diukur dari persepsi seorang pegawai
terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan, serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan pegawai.
2) Kuantitas, yaitu jumlah yang dihasilkan oleh seorang pegawai yang dinyatakan dalam
istilah tertentu, seperti; jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3) Ketepatan Waktu, yaitu tingkat aktivitas yang diselesaikan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output, serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lainnya.
4) Efektivitas, yaitu tingkat penggunaan sumber daya yang ada (uang, tenaga, bahan baku,
teknologi) secara optimal untuk meningkatkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan
sumber daya tersebut.
5) Kemandirian, yaitu tingkat kemampuan dan komitmen seorang pegawai dalam
menjalankan fungsi kerjanya secara bertanggungjawab.
2.4 Teori kepemimpinan

A. Teori Karakter
Adalah suatu teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik atau sifat-
sifat yang khas yang dihubungkan dengan keberhasilan seorang pemimpin.
Karakteristik yang dapat diperhatikan seperti intelegensia, kepribadian, karakter fisik,
kemampuan pengawasan dan sebagainya.
Intelegensia, seorang pemimpin lebih cerdas dari pengikut. Namun perbedaan
intelegensia dapat menimbulkan masalah antara pemimpin dan pengikut. Kelebihan
kecerdasan pemimpin mampu membuat kepemimpinan lebih efektif.
Kepribadian, seorang pemimpin memiliki sifat siaga, integritas pribadi, percaya diri,
dan penuh inisiatif. Pada prinsipnya ada kepribadian tertentu yang membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin.
Karakteristik fisik, seorang pemimpin dapat terlihat dari karakteristik fisik. Dengan
pengertian lain menganggap sifat-sifat fisik membedakan antara pemimpin dan
bukan pemimpin (penampilan). Akan tetapi anggapan ini menimbulkan diskusi yang
cukup tajam. Kenyataan banyak menunjukkan sulit melihat efektifitas pemimpin dari
penampilan fisik.
Kemampuan pengawasan. Ghiselli (dalam Rasimin, 2004) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara tingkat pengawasan dengan tingkat hirarki.
Krikpatrick dan Locke menambahkan bahwa pemimpin tidak harus memiliki
intelegensi yang tinggi akan tetapi harus memiliki “hal-hal yang tepat atau
karakter/sifat untuk menjadi efektif.
Adapun hal lain yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin adalah: ambisi
dan energi, hasrat untuk memimpin, kejujuran, kepercayaan diri, sosiabilitas,
pengetahuan dan stabilitas emosi.
Alasan teori ciri kurang tepat di dalam menerangkan efektifitas kepemimpinan.
Karena mengabaikan pengikut, kurang mampu menjelaskan pentingnya ciri, dan
mengabaikan faktor situasional.

Hasil ringkasan Stogdill terhadap penelitian karakteristik selama 70 tahun sebagai


berikut:
1. Pemimpin mempunyai rasa tanggungjawab yang kuat dan keinginan
menyelesaikan tugas.
2. Keras hati dalam mencapai tujuan.
3. Suka berpetualang dalam menyelesaikan masalah.
4. Dorongan berinisiatif dalam situasi sosial.
5. Rasa percaya diri dan memiliki identitas pribadi.
6. Kemauan menerima konsekwensi atas keputusan dan tindakan yang dilakukan.
7. Kesiapan menerima tekanan.
8. Kemauan memberi toleransi terhadap frustrasi dan penundaan.
9. Kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain.
10. Kapasitas membuat struktur sistem interaksi sosial sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki.

Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku
spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Dalam teori perilaku terdapat
dua pendekatan yaitu: job centered dan employee centered.
Job centered adalah pemimpin yang berpusat pada pekerjaan, yang mengawasi
secara ketat dan memperhatikan kerja orang lain. Sedangkan employee centered
adalah memperhatikan hubungan dengan karyawan, memperhatikan kepuasan
pengikut.

Kepemimpinan Kontingensi
Kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Menurut Fiedler prestasi
kerja suatu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari kepemimpinan dan
sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi
tertentu. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan
dan pengaruh.
1. Kepemimpinan yang efektif terletak pada “belajar menjadi pemimpin yang baik”
2. Penolakan terhadap pemikiran “satu jalan yang terbaik”.
3. Perilaku pemimpin yang sesuai tergantung pada karakteristik tertentu dari
pemimpin, situasi yang dihadapi dan bawahan (mereka yang dipimpin).
4. Dasar teori kontingensi ialah perilaku pemimpin berubah sesuai dengan keadaan
tertentu

Terdapat dua hal pertimbangan penting:


1. Sampai sejauh mana situasi memberikan pemimpin kekuatan dan pengaruh yang
diperlukan agar efektif
2. Sampai sejauh mana pemimpin dapat meramalkan efek dari gaya pemimpin pada
perilaku atau prestasi pengikut

Efektifitas kepemimpinan menurut Fiedler tergantung pada interaksi antara gaya


kepemimpinan dengan situasi yang mendukung, sebagai berikut:
1. Struktur kebutuhan pemimpin; apakah motivasi pada pencapaian tugas atau
hubungan antar pribadi.
2. Kendali situasi pemimpin, yaitu keyakinan pemimpin bahwa tugas bisa
diselesaikan. Kendali situasi adalah fungsi dari; hubungan pemimpin-anggota
(tingkat keyakinan, kepercayaan, dan respek bawahan terhadap pemimpin mereka),
struktur tugas (tingkat di mana penugasan pekerjaan diprosedurkan yakni terstruktur
atau tidak terstruktur), dan kekuasaan jabatan (tingkat pengaruh yang dimiliki
seorang pemimpin mempunyai variabel kekuasaan seperti mempekerjakan,
memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan menaikan gaji)..
3. Interaksi antara struktur kebutuhan pemimpin dengan kendali situasi. Fiedler
mengevaluasi situasi dalam ketiga variabel kemungkinan tersebut (hubungan
pemimin-anggota, struktur tugas dan kekuasaan jabatan). Hubungan pemimpin-
anggota baik atau buruk, struktur tugas tinggi atau rendah, kekuasaan jabatan kuat
atau lemah. Fiedler menyatakan bahwa makin baik hubungan pemimpin-anggota,
makin terstruktur pekerjaan itu, dan makin kuat kekuasaan posisi, makin banyak
kendali atau pengaruh yang dimiliki pemimpin itu.

Teori Kepemimpinan Situasional (Situasional Leadership Theory)


Teori kepemimpinan situasional, dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard. Teori ini
berusaha memberikan pemahaman kepada pemimpin tentang kaitan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan dari para pengikutnya.
Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa bawahan merupakan faktor yang sangat
penting dalam situasi kepemimpinan. Tingkat kematangan dari para bawahan
menentukan gaya efektif dari pemimpin.
Dengan demikian konsep dari teori kepemimpinan situasional menekankan bahwa
seorang pemimpin hendaknya menganalisa secara cermat tingkat kematangan
anggota di dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya anggota yang sudah bisa
memotivasi dirinya sendiri akan sangat sesuai bila ia dipimpin dengan cara delegasi.
Artinya ia dipercaya penuh mengerjakan tugas-tugasnya secara mandiri tanpa perlu
adanya pengawasan melekat. Jadi dalam hal ini pemimpinlah yang harus
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan situasi.

2.5 Faktor – faktor kepemimpinan

Faktor-Faktor Kepemimpinan

Berikut ini disajikan faktor-faktor utama dalam kepemimpinan menurut Sudarwan


(dalam Sudaryono, 2014:33): 

Pemimpin 

Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jujur mengenai siapa dirinya sendiri.
Kesuksesan seorang pemimpin sejati berasal dari pengakuan pengikut atau masyarakat,
oleh karena itu untuk menjadi sukses, seorang pemimpin harus meyakinkan pengikutnya
dan dia harus mampu menampilkan sosok yang layak untuk diikuti. 

Pengikut 

Berbeda pengikut, berbeda pula karakternya. Dengan demikian, pengikut yang berbeda
memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Karenanya, seorang pemimpin
harus mengenali orang-orang yang dipimpin atau pengikutnya. Pemimpin harus “turun
ke bawah” untuk mengetahu atribut karyawannya, seperti; menemui, mengetahui, dan
mengajak untuk melakukan sesuatu. 

Situasi 

Kepemimpinan tidak berada pada situasi yang kosong. Dia selalu berada dalam suatu
situasi, meski hampir semua situasi berbeda. Apa yang efektif dilakukan oleh pemimpin
dalam satu situasi tidak akan selalu efektif dalam situasi yang lain. Pimpinan harus
menggunakan pertimbangan untuk memutuskan tindakan terbaik seperti apa dan gaya
kepemimpinan macam apa yang diperlukan untuk setiap situasi. Di sinilah esensi
seorang pemimpin memerlukan kecerdasan edversitas, yaitu kemampuan diri untuk
cepat keluar dari situasi sulit dengan tindakan yang benar atau beresiko kecil. 

Komunikasi 

Pemimpin yang baik adalah komunikator yang handal. Sebagian besar waktu yang
terpakai untuk kerja kepemimpinan adalah berkomunikasi, baik internal maupun
eksternal. Aktivitas pemimpin dilakukan melalui komunikasi dua arah, baik secara verbal
maupun nonverbal. Cara pemimpin berkomunikasi sangat menentukan apakah hal itu
akan membangun atau merusak hubungan antarsesama mereka.

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku


dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya suatu pola atau bentuk tertentu. 

Menurut Rivai (2007:64), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan
pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat
pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh pemimpin.

Flippo (dalam Sudaryono, 2014:201) mendefinisakan gaya kepemimpinan sebagai suatu


pola perilaku yang dirancang untuk memadukan kepentingan-kepentingan organisasi
dan personalia guna mengejar beberapa sasaran. 
Sehubungan dengan itu Agus Dharma (dalam Sudaryono, 2014:201) mendefinisikan
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada
saat ia mencoba memengaruhi orang lain. 

Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah,


keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan
menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang
pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap,
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja
bawahannya.

2.6 deskripsi usaha

Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua


barang seperti kursi, meja, dan lemari. ... Sedangkan kata furniture berasal
dari bahasa Prancis fourniture (1520–30 Masehi). Fourniture mempunyai
asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan.

BAB 3
MATONOLOGI

3.1 jenis penelitian


Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori- teori tertentu
dengan
cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur sehingga data yang
terdiri
dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistic (Creswell,
2012:5).
Menurut Azwar (2011: 5) Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian
inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada
suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan
diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan alat ukur
kuesioner tujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

3.2 waktu dan tempat penelitian


1) Waktu Penelitian : Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan
sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 1 (satu)
minngu. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 – 2 desember 2021.
2) Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di mebel dekat rimah tepat
di Jalan pa’lepuangang Kelurahan manangkoki Kecamatan polut Kota Takalar.

3.3 populasi dam sampel


1) Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki
beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2011 : 25). Sedangkan menurut Azwar
populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil
penelitian. Kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristikkarakteristik
bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar,
2011 : 77). Adapun, populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar yang sedang menyusun makalah.
2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini, populasinya berjumlah 5 Orang, maka penelitian ini merupakan penelitian sampel.
Dengan berbagai pertimbangan, penelitian ini mengambil sampel 30% dari
keseluruhan populasi yang berjumlah 5. Maka sampel yang digunakan berjumlah 3
subyek. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan random
sampling atau sampel acak. Dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2010: 177). Cara
pengambilan sampel random dengan menggunakan google form.

BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajinan mebel yang berada di Kecamatan Bulango Selatan meskipun
merupakan kerajinan tingkat kecil atau rumahan, namun disisi lain perubahan
yang dihasilakan dari sektor ekonomi memberikan dampak yang strategis dalam
roda perkonomian yang berada di Kecamatan Bulango Selatan dan menjadi
tonggak dalam pembangunan ekonomi nasional adapun hal-hal yang menjadi
kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Proses pengrajin mebel
Cara pemilihan kayu adalah pemilihan atau untuk mendaptkan kayu
para pengrajin mebel, masih membutuhkan jasa dari para pengusaha
atau perusahaan kayu dalam kapasitas besar untuk mendapatkan kayu,
Pembuatan mebel meliputi bagaimana para pengraji mebel merubah
bahan mentah (kayu), menjadi barang jadi dengan menggunakan alat-
alat atau peralatan seperti Gergaji, Mesin Serut, (sikap) Pahat, Martil
(palu), Mesin bor, Mesin Amplas, Siku, Meteran, dan alat ukur, Loter,
Kuas, dan spray,
Pemasaran mebel yang dilakukan oleh pengrajin mebel adalah dengan
cara, konsumen datng langsung kepada para pengrajin mebel atau
dengan cara membuat sebuah perkumpulan arisan
Perubahan sosial ekonomi
Dalam perubahan sosial ekonomi dapat dilahat sebagai berikut:
Dalam Bidang Ekonomi
Dalam hal Pendapatan adalah pengrajin mebel mampu untuk
menghidupi keluarga dan sampai bisa membangun usaha mereka
kearah kemajuan,
Dalam Etos Kerja adalah pengrajin mebel melakukan prilaku kerja
keras, disiplin, teliti, tekun, dan bertanggung jawab dalam
mencapai kesuksesan serta mencintai pekerjaannya.
Dalam Bidang Sosial
Jasa Pekerjaan adalah dimana para pengrajin mebel mampu
menciptakan lapangan pekerjaan terhadap peminat atau membuka
lapangan pekerjaan kepada para peminat yang ingin bekerja
sebagai pengrajin mebel,
Tingkat pendidikan adalah para pengrajin mebel mampu
memberikan pengetahuan tentang kerajinan mebel kepada
keturunan dan para pemula yang ingin belajar menjadi pengrajin
mebel agar kerajinan mampu bertahan.

B. Saran
Untuk pemerintah usaha kecil dalam meningkatkan pendapatan daerah
agar lebih stabil dengan adanya sektor usaha kecil dan membantu
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi
pengangguran, oleh karena itu usaha kecil harus mendapatkan
dukungan penuh dari pemerintah agar usaha kecil bisa lebih
berkembang
Meskipun penulisan ini masih dianggap kurang tetapi setidaknya
temuan peneliti bisa memberikan informasi yang praktis dalam kajian-
kajian selanjutnya tentang pengrajin mebel dan bermanfaat bagi
masyarakat luas.

Daftar pustaka
https://bangazul.com/teori-kepemimpinan-atau-leadership-theory/amp/

http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/03/pengertian-unsur-unsur-
faktor-faktor.html?m=1

https://osf.io/preprints/743hb/

https://www.dictio.id/t/apa-saja-faktor-faktor-yang-memengaruhi-
kepemimpinan/121481

Anda mungkin juga menyukai