Anda di halaman 1dari 20

PERMASALAHAN PERILAKU ORGANISASI

PERUSAHAAN AIR MINUM


Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Perilaku Keorganisasian

Dosen :
Lucia Maduningtias, ST, MM, CHRA, CPHCM, CT, CHt, Ched

Disusun Oleh :
1. Fulqi Masyhuni (181010500884)
2. Intan Nia Nuraeni (181010500476)
3. Isnaeni Nurjannah (181010500834)
4. Nabila (181010500750)
5. Nia Septiani (181010500709)
6. Ulil Amri (181010500696)
7. Wahyu Purnomo Aji (171010507573)

UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TANGERANG SELATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang "permasalahan perilaku organisasi

perusahaan air minum".

Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian. Selain

itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis

tentang permasalahan perilaku organisasi didalam perusahaan air minum.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lucia Maduningtias selaku dosen

mata kuliah perilaku keorganisasian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari

makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun

diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................

1.2 Tujuan ..........................................................................................................................

1.3 Manfaat ........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................

2.1 Pengertian ....................................................................................................................

2.2 Faktor-faktor ..............................................................................................................

2.3 Penyebab ......................................................................................................................

2.4 Contoh Kasus ..............................................................................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................

3.2 Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang
seiring dengan perkembangan zaman khususnya didunia industri. Setiap organisasi di
tuntut untuk selalu dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan tantangan yang di
hadapi agar sukses dan maju dalam bidangnya. Salah satu yang harus dipertimbangkan
dalam usaha memajukan organisasi adalah efektivitas organisasi dalam mencapai
tujuan. Keefektifan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sungguh- sungguh
untuk mengubah ketidakefektifan dalam bidang apapun (Steers, 1983).
Persaingan yang semakin kompetitif dalam organisasi tidak terlepas dari
teknologi dan fokus pada pasar yang merupakan tantangan bagi karyawan ke depannya.
Organisasi merupakan suatu sistem sosial dengan manusia sebagai faktor utama dalam
mencapai efektivitas dan efisiensi (Rad, et.al., 2006). Sumber daya manusia dapat
mempengaruhi seberapa efektif perusahan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Organisasi dapat dikatakan efektif apabila dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari
anggotanya dalam mencapai tingkatan eksistensi tertentu (Robbins, 1994). Ada
beberapa faktor yang menghambat baik perusahaan maupun karyawan dalam mencapai
tujuannya sehingga berdampak pada efektivitas organisasi.
Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan suatu
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas organisasi
mempunyai perananan yang cukup penting sebagai penunjang dalam merealisasikan
beberapa tujuan yang sudah di tetapkan oleh organisasi. Efektivitas organisasi dapat
diukur dengan melihat sejauh mana output dan input yang diperoleh perusahaan
(Moore, 2007). Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memahami
keefektifan organisasi yaitumendapat keuntungan, mampu bersaing, konsumen
merasa puas dan luasnya pangsa pasar (Robbins, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh
Manzoor (2012) menjelaskan bahwa pengakuan dan pemberdayaan karyawan sangat
penting dalam meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Menghargai pekerjaan dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
memberikan kepuasaan baik kepada karyawan, organisasi dan lingkungan organisasi.
Dalam penelitian ini di dapatkan bahwa ada pengaruh motivasi terhadap efektivitas
organisasi, motivasi sangat penting dalam suatu organisasi dalam rangka
meningkatkan efektivitas organisasi.

3
Malik (2011) berdasarkan penelitian mengenai efektivitas organisasi dijelaskan
bahwa efektivitas organisasi mempunyai peran penting bagi suatu kesuksesan
organisasi. Organisasi seharusnya mendukung dan memperhatikan kesulitan dan
masalah yang dihadapi oleh karyawannya. Selanjutnya dalam penelitian lainnya Ashraf
(2013) juga menemukan bahwa peran iklim organisasi dalam menciptakan inovasi
memiliki hubungan dengan efektivitas organisasi. Lingkungan kerja yang menfasilitasi
dalam menciptakan inovasi akan meningkatkan efektivitas organisasi. Kepemimpinan
juga akan mempengaruhi efektivitas organisasi karena pemimpin akan mempengaruhi
arah dan visi perusahaan untuk berinovasi dalam mencapai keberhasilan perusahaan.
Kepemimpinan adalah satu dampak yang dinamis selama interaksi individu
dengan organisasi. Kemampuan manajemen dalam melaksanakan tugasnya tergantung
kaloborasi upaya dan kemampuan pemimpinnya. Kepemimpinan penting dalam
membantu fungsi manajemen untuk memaksimalkan efisiensi dan pencapain tujuan dari
suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi, kelompok atau bahkan suatu Negara
tergantung pada efektivitas seorang pemimpin (Fielder, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Chuang (2009)
menjelaskan bahwa pemimpin yang baik tidak hanya mengetahui potensi bawahan
tetapi juga meningkatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhan mereka dalam proses
pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Gaya kepemimpinan dalam suatu
organisasi merupakan salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam
meningkatkan atau menurunkan efektivitas organisasi. Wen Yang (2008) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda akan
mempengaruhi efektivitas organisasi. Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
keadaan organisasi akan memberikan rasa nyaman kepada karyawan.

Apabila sesesesrk
Hofstede (dalam Moore, 2007) menemukan bahwa variasi budaya seperti
norma, nilai-nilai dan perbedaan budaya juga dapat berpengaruh terhadap organisasi.
Perbedaan budaya organisasi juga ditemukan dapat mempengaruhi hubungan gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi. Menurut Armia (2002) Budaya
organisasi dan efektivitas organisasi memiliki hubungan yang erat sehingga keduanya
tidak bisa dipisahkan dari organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Budaya organisasi juga memiliki peranan yang penting dalam
mempengaruhi efektivitas organisasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dennison (1995) didapatkan bahwa ada hubungan yang

4
signifikan antara budaya organisasi dengan efefktivitas organisasi. Budaya
organisasi yang kuat akan menuntut organisasi dalam mencapai tujuan dari
perusahaan atau organisasi. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh
Tjiharjadi (2007) dijelaskan bahwa budaya organisasi memiliki peran yang
penting dalam keberhasilan suatu organisasi. Budaya organisasi harus senantiasa
bercermin pada efektivitas organisasi agar terjalin keselarasan antara organisasi
dengan lingkungannya.
Menurut Sulistiyani (2003:223) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. tujuan
pokok dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam usaha
untuk mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil seperti yang diinginkan.
Penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen perusahaan sendiri
(intern) atau pihak luar (ekstern). Sistem pengukuran kinerja mempunyai
peranan penting dalam fungsi-fungsi manajemen organisasi, seperti
pengendalian manajemen, manajemen aktivitas, dan sistem motivasi (Mulyadi,
2001:416).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka mendorong penulis
untuk melihat sejauh mana Budaya Organisasi dan komitmen organisasional
berpengaruh di Perusahaan Air Minum . Maka penulis membahas tentang
‘’ PERMASALAHAN PERILAKU ORGANISASI PERUSAHAAN AIR MINUM’’

5
I.2 Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari gaya kepemimpinan dan
budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam berbagai bidang seiring dengan perkembangan zaman berpengaruh terhadap
tatanan dan nilai kehidupan individu maupun organisasi khususnya di lingkungan dunia
industri yang di tuntut untuk selalu dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan
tantangan yang di hadapi.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh budaya organisasi dan komitmen
organisasional secara simultan terhadap kinerja akaryawan.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh budaya organisasi dan komitmen
organisasional secara parsial terhadap kinerja karyawan.
4. Untuk menguji dan mengetahui variable budaya organisasi dan komitmen organisasional
manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja karyawan?
I.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan sejauh mana budaya organisasi dan
komitmen organisasi memberikan nilai kontribusi positif dalam meningkatkan kinerja
karyawan.
2. Bagi Penulis
Sebagai khasanah dalam memperkaya wawasan keilmuan di bidang Sumber Daya
Manusia, terutama di bidang yang berkaitan dengan budaya organisasi dan komitmen
organisasioal terhadap kinerja karyawan.
3. Bagi pihak lain
Dapat menjadi acuan dan bahan pembelajaran serta referensi bagi penulis lainnya yang
akan melakukan penelitian dengan judul atau materi yang sama.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Organisasi


Menurut Thoha (2011), perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek
aspek tingkah laku dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasi
dapat definisikan sebagai kajian ilmu tentang individu-individu untuk mendapatkan informasi
mengenai kebiasaan, tingkah laku, cara kerja, dan berbagai dinamikan dampak keterlibatan
individu di dalam suatu organisasi.
Perilaku organisasi menggunakan komunikasi individu dengan dirinya, individu dengan
individu lain, individu dengan organisasi, serta individu dengan lingkungan. Dengan kata lain,
sebagian besar kegiatan organisasi sangat erat hubungannya dengan individu. Oleh sebab itu,
dapat dikatakan maju mundurnya suatu organisasi dapat diketahui melalui pengelolaan sumber
daya manusia di dalamnya.
Perilaku organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat
individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadapa kinerja (baik
kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi
tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari
organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik,
antropologi, dan psikologi.
Perilaku organisasi bukan hanya sebatas mempelajari mengenai individu-individu di
dalam suatu organisasi. Tetapi lebih dari itu, perilaku organisasi dapat dijadikan sebagai bagian
dan strategi organisasi, yaitu bagaimana organisasi mampu memberdayakan individu untuk
berperan aktif supaya tujuan organisasi dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mencapai
tujuannya.
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Dalam Organisasi
Perilaku individu dalam organisasi merupakan bentuk interaksi antara karakteristik
individu dengan karakteristik organisasi. Karakteristik yang dimiliki individu akan dibawa ketika
individu tersebut memasuki lingkungan baru, yaitu organisasi, dan organisasi juga merupakan
suatu lingkungan yang memiliki karakteristik tersendiri, jadi terkadang terjadi disconnect antara
karakter individu dengan karakter organisasi. Faktor yang memepengaruhi hal itu adalah:

2
a. Kepribadian, kepribadian sebagai cara dengan mana individu bereaksi dan berinteraksi
dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian pada akhirnya mempengaruhi perilaku
organisasi.
b. Kemampuan, yang dimaksud dengan kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk
melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan organisasi
diperlukan kemampuan yang terstruktur untuk mengeksploitasi kinerja-kinerja yang
menghasilkan produktifitas.
c. Pembelajaran, adalah proses perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang
terjadi karena adanya pengalaman atau latihan. Pembelajaran tidak hanya mengubah
sikap dan pikiran tetapi yang lebih penting lagi belajar harus mengubah perilaku subjek
ajar.
d. Sikap, sikap merupakan faktor yang harus dipahami agar dapat memahami individu lain.
Dengan saling memahami sikap individu maka organisasi dapat berjalan dengan baik.
e. Persepsi, merupakan suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan,
dan menafsirkan stimulus lingkungan.
f. Kepuasaan kerja, kepuasaan kerja mempengaruhi produktifitas atau kinerja karyawan,
semakin puas individu tersebut dalam bekerja maka akan betah berada dalam organisasi,
dan bila individu tidak puas maka akan mempengaruhi kinerjanya, seperti berhenti kerja
atau selalu terlambat datang.
g. Stress, stress dapat mengakibatkan tidak sinkronnya mental dan fisik individu, yang bisa
menyebakan menjadi tidak produktif individu tersebut dalam organisasi.

Sumber: https://accurate.id/marketing-manajemen/perilaku-organisasi-adalah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_organisasi
https://www.kompasiana.com/ghusyarahimapramudhitan/551f737aa33311e32bb66ef3/
faktorfaktor-yang-mempengaruhi-perilaku-individu-dalam-organisasi
Duha, Timotius.2018.Perilaku Organisasi.Yogyakarta:Deepublish

3
2.3 Penyebab
Tiga sumber utama penyebab perilaku buruk dalam Prilaku organisasi.
Pertama, yang bersifat intrapersonal, yakni karakteristik personal bawaan si karyawan yang
memang pada dasarnya buruk, misalnya memiliki sifat pemarah, malas dan sebagainya.
Kedua, yang bersumber dari sesuatu yang bersifat interpersonal yang muncul akibat tidak adanya
pengelolaan hubungan yang baik antarkaryawan di tempat kerja.
Ketiga, yang bersifat organisasional, yakni struktur organisasi yang ada memang berpotensi
melahirkan karyawan yang pada akhirnya memiliki karakter buruk yang kemudian bisa merusak
organisasi sedikit demi sedikit.
Pada dasarnya manusia adalah inti dari sebuah organisasi. Dia yang menggerakkan organisasi
untuk tumbuh dan berkembang. Perilaku oranglah yang membuat sebuah organisasi dapat
berjalan efektif dan menguntungkan sehingga pada akhirnya organisasi mencapai hasil yang
diinginkan. Sementara proses, alat atau struktur hanya membantu organisasi dan personel di
dalamnya untuk dapat bekerja yang efektif. Proses, struktur dan alat yang dimiliki organisasi
hanya membantu personel untuk melakukan tugasnya, bukan menggantikannya. Maka, jika
terdapat manusia “jahat” dalam suatu organisasi akan rusaklah organisasi itu. Pertumbuhan
perusahaan tergantung pada keberadaan orang-orang “baik” dalam perusahaan dan
kehancurannya disebabkan oleh adanya orang-orang “jahat” yang menggerogoti organisasi itu.
Maka, organisasi harus bisa menyakinkan diri bahwa orang-orang yang menggerakkan roda
organisasi merupakan jenis orang yang memiliki perilaku baik.

Adapun motif dilakukannya perilaku negatif dalam organisasi bisa dikelompokkan dalam tiga
hal. Pertama, yang bersifat personal atau berasal dari dalam diri pribadi orang itu.
Kedua, adanya unsur balas dendam kepada organisasi karena tidak diperlakukan secara adil.
Ketiga, akibat pengaruh pihak luar yang dengan sengaja ingin menghancurkan organisasi itu.
Motif ini harus dapat diidentifikasi lebih dulu sebelum mencari solusinya. Namun sayangnya,
teori motivasi yang ada lebih banyak bicara tentang bagaimana cara memotivasi seseorang.
Jarang sekali yang berusaha memahami faktor apa saja yang membuat orang tidak termotivasi
dan mengapa orang berlaku destruktif dalam organisasi.
Secara umum, orang berperilaku buruk di organisasi karena mereka merasa tidak diperlakukan
dengan baik. Tidak biasanya orang memiliki bibit perilaku jahat terhadap organisasi. Kendati ada
kemungkinan untuk itu, perilaku jahat di organisasi lebih disebabkan faktor yang bersifat
situasional dan kultural yang memicu mereka untuk bertindak jahat terhadap organisasi. Namun,
dapat dikatakan juga perilaku jahat merupakan hasil atau produk dari kombinasi faktor
lingkungan dan faktor diri pribadi orang yang melakukan kejahatan, bukan merupakan hasil dari
satu faktor saja. Maka, ketika ditemukan kasus korupsi di dalam organisasi, yang dilakukan tidak
hanya membuang si koruptor, melainkan juga harus mengubah budaya organisasi di tempat itu.

4
menghadapi banyak kendala dalam permasalahan perilaku organisasi perusahaan air
minum , terutama di kota besar permasalahan ketersediaan air bersih sangat terasa, hal itu
disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk kota, perkembangan wilayah, industri
yang semakin pesat dan pencemaran lingkungan yang sulit dikendalikan. Ketersediaan air tanah
tidak bisa diandalkan lagi, karena kondisi rumah yang berdesakan, gedung bertingkat menjulang,
jalan aspal, serta permukaan tanah yang penuh beton. Kondisi seperti itu menghalangi air hujan
masuk ke dalam tanah, sehingga kuantitas dan kualitas air tanah (ground water) semakin
merosot. Oleh karena itu, penyediaan air bersih sangat bergantung kepada air permukaan
(surface water). Air permukaan ini merupakan air baku yang dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) di kota-kota besar. Apabila masalah ini tidak direspon dengan cepat oleh
pemerintah daerah terutama 3 pemerintah kota dan kabupaten, akan menimbulkan persoalan
yang lebih serius bahkan akan menimbulkan krisis air bersih di perkotaan.
Effendy (2011) masalah PDAM adalah masalah kelembagaan dan manajemen terkait dengan
effisiensi rendah, SDM kurang kompeten, sistem operasi belum effisien, budaya kerja
perusahaan kurang menunjang dan tidak dihayati, leadership tidak visioner, kurang
entrepreneurship, strategi usaha tidak jeli, dan kurang tajam. Berdasarkan laporan dari World
Bank (Mugabi et al. 2006) tantangan yang dihadapi oleh manajemen air minum di negara
berkembang antara lain: pertama, inefisiensi air minum yang penyebab utama dari akses
masyarakat miskin untuk pelayanan air di negara-negara berkembang. Sepertiga dari produksi
hilang (melalui kerugian fisik dan komersial), pendapatan tidak cukup untuk menutup biaya
operasional apalagi memperluas cakupan pelayanan. Kedua kurangnya sistem manajemen
informasi yang effektif untuk melakukan pengawasan dan evaluasi. Ketiga, terkait isu pelayanan
publik yaitu: visi dan misi yang kurang jelas, struktur manajemen yang kurang baik dan
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Siswadi (2012) berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Persatuan Perusahan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) permasalahan
umum PDAM adalah sebagai berikut:
(1) cakupan pelayanan rendah: hal ini diakibatkan dari tingginya biaya investasi pengembangan
jaringan PDAM serta keterbatasan persediaan air baku,
(2) tingkat kehilangan air tinggi: diakibatkan karena kurang terawatnya jaringan distribusi dan

5
perpipaan,
(3) tingkat penagihan piutang 4 rendah: kebanyakan PDAM masih belum menerapkan snksi yang
tegas terhadap penunggak pembayaran air,
(4) meningkatnya komponen biaya produksi, seiring dengan laju inflasi dan nilai tukar tukar
yang tinggi,
(5) tarif yang belum menutupi biaya produksi, masalah tarif selalu menjadi perdebatan antara
eksekutif dan legislatif,
(6) utang yang sangat besar: sejalan dengan masalah penetapan tarif dan investasi yang besar
pada jaringan dan pengolahan air,
(7) ineffisiensi tenaga kerja: masalah tenaga kerja dan profesionalisme juga menjadi kendala
dalam pengembangan PDAM menjadi perusahaan yang effisien,
(8) kebijakan investasi kurang terarah:kebijakan investasi memang menjadi pilihan yang sulit
bagi PDAM, terjadinya konflik perhitungan bisnis dan sosial menjadikan hasil dalam kebijakan
investasi kurang terarah, dan
(9) campur tangan Pemda dan DPR dalam pengambil kebijakan: hal ini yang menjadikan
PDAM lambat dalam pengambil keputusan. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di
Indonesia untuk kebutuhan penyediaan air bersih bagi masyarakatnya tergantung pada PDAM.
Terdapat sembilan PDAM yang beroperasi di Provinsi Bali yang didirikan berdasarkan peraturan
daerah (Perda) kabupaten/kota masing-masing. Peningkatan jumlah penduduk harus disertai oleh
peningkatan kualitas hidup dan sanitasi lingkungan, oleh karena itulah air bersih yang biasa
dimanfaatkan oleh penduduk untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-
hari semakin meningkat pula. Seiring dengan perkembangan penduduk jumlah pelanggan yang
dilayani oleh PDAM dari delapan kabupaten dan satu kota di provinsi Bali 5 mengalami
peningkatan.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/12038-Full_Text.pdf
https://swa.co.id/swa/review/book-review/mencegah-dan-mengatasi-perilaku-buruk-dalam-
organisasi

6
2.4 Contoh Kasus
A. Penjabaran Kasus
Strategi apa yang diterapkan dalam menghadapi kelemahan dan kelebihan perusahaan PT.
AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk? Bagaimana gambaran eksternal dan internal perusahaan
dalam tata kelola strategi yang diterapkan? Sejauh mana perusahaan menerapkan alternatif
strategi sebagai kekuatan perusahaan tersebut? Sumber daya apa saja yang berperan dalam
pengelolaan PT.AQUA GOLDEN MISSISSIPPI,Tbk?Apakah upah tenaga kerja sesuai dengan
beban tenaga kerja? Mengetahui gambaran eksternal dan internal perusahaan dalam tata kelola
strategi yang diterapkan? Mengetahui sejauh mana perusahaan menerapkan alternatif strategi
sebagai kekuatan perusahaan tersebut?bagaimana keterlibatan PT.AQUA GOLDEN
MISSISSIPPI,Tbk untuk kelestarian lingkungan sekitar?

B.PEMBAHASAN
v Strategi perusahaan menghadapi kelemahan dan kelebihan perusahaan:
1) Strategi menarik konsumen
Berbagai cara dilakukan oleh PT. Aqua Golden Mississippi untuk menarik konsumen sebanyak
mungkin, salah satunya dengan cara memberi selogan yang bagus dari semua produk, membuat
iklan yang menarik, promosi di setiap pelosok tanah air, dan lain-lain. Semua ini dilakukan agar
semua orang tertarik untuk membeli atau mencoba memakai produk dari PT. Aqua Golden
Mississippi yang nantinya diharapkan bisa menjadi pelanggan mereka.
2) Strategi mempertahankan pelanggan
Di strategi ini PT. Aqua Golden Mississippi berpendapat bahwa pelanggan itu yang paling
penting untuk perusahaan. Tanpa pelanggan atau konsumen, perusahaan tidak akan menjadi
seperti sekarang ini. Maka dari it demi kepuasan pelanggan PT. Aqua Golden Mississippi
memberikan pelayanan dan kualitas yang maksimal dengan tujuan agar pelanggan selalu merasa
puas dalam menggunakan produk dari PT. Aqua Golden Mississippi. Hal itu dilakukan untuk
mempertahankan pelanggan agar tidak berpaling kepada produk yang lain.
3) Strategi promosi untuk menguasai pasar
Untuk dapat menjaring pelanggan yang banyak PT. Aqua Golden Mississippi menggunakan cara

7
yang paling utama, yaitu promosi melalui iklan-iklan yang berkualitas dan mudah dimengerti,
baik iklan di media elektronik maupun di media cetak serta yang lainnya.
4) Strategi Pemasaran dengan Marketing Mix
Marketing mix merupakan suatu alat marketing yang digunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan marketing dalam pasar target. Dalam hal ini Mizone sebagai produk baru minuman
isotonik menunjukkan eksistensinya dengan mengoptimalkan unsur 4 P marketing mix (Produk,
Harga, Distribusi, Promosi) yang kompetitif.

Tata kelola lingkungan PT.AQUA DANONE MISSISSIPI


Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar lagi yakni
lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri.
A. Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal perusahaan yang
merupakan faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada
dasarnya berada di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah:
Ekonomi
Sosial
Politik dan Hukum
Teknologi
Demografi

1 Ekonomi
Faktor ekonomi dalam industri air mineral memiliki pengaruh yang kecil karena air mineral
merupakan suatu barang yang tidak terlalu mahal dan menjadi kebutuhan dalam kehidupan
manusia.
2 Sosial
Faktor sosial dalam industri air mineral memiliki pengaruh yang kecil karena air mineral
bukanlah suatu barang yang dapat digunakan untuk menaikkan prestise seseorang.
3 Politik dan Hukum

8
Faktor politik dan hukum dalam industri air mineral memiliki pengaruh yang kecil karena
perubahan dalam situasi politik dan hukum tidak berpengaruh secara langsung terhadap industri
air mineral.
4 Teknologi
Teknologi merupakan faktor yang sangat penting karena dalam pengelolaan air mineral
membutuhkan teknologi yang canggih untuk menghasilkan barang yang berkualitas baik.
5 Demografi
Faktor demografi merupakan faktor yang penting karena dapat meningkatkan penjualan dari air
mineral semakin besar jumlah penduduk disuatu negara maka secara langsung permintaan
terhadap air mineral juga akan tinggi.
B. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor-ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier,
pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing yang secara
langsung mempengaruhi perusahaan dan tindakan dan tanggapan kompetitifnya.

Kekuatan- kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri sebagai berikut:


1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Untuk masuk dalam industri air mineral membutuhkan modal yang sangat besar sehingga
ancaman masuknya pendatang baru memiliki peluang yang kecil.
2. Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang ada
Dalam industri air mineral tidak memiliki khususan atau keunikan dan cenderung merupakan
barang yang standar, maka tingkat rivalitas diantara para pesaing yang ada cukup besar.
3. Tekanan dari Produk Pengganti
Tekanan dari produk pengganti dari air mineral sangat tinggi karena air mineral merupakan
sesuatu yang dibutuhkan pada saat itu juga.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)
Dalam industri air mineral kekuatan tawar menawar pembeli sangat kecil karena air mineral
ditawarkan ke pasar dengan harga yang relatif murah dan harganya di semua daerah juga relatif
sama.
5. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pada industri air mineral kekuatan tawar menawar dari pemasok cukup kuat karena bahan baku

9
dari air mineral ini berasal dari alam sehingga selalu bergantung pada alam.

2. Lingkungan Internal
Lingkungan dari dalam perusahan yang mempengaruhi perusahaan Aqua, antara lain:
I. Keuangan :
· Perusahaan Aqua dari segi keuangan sangat kuat karena perusahaan ini merupakan leader
dalam industri air minum yang telah menguasai pasar (market leader) air mineral hingga 60%.
DANONE meningkatkan kepemilikan saham di PT Tirta Investama dari 40 % menjadi 74 %,
sehingga DANONE kemudian menjadi pemegang saham mayoritas AQUA Group.
II. Pemasaran
Memasarkan produk tidak susah, karena konsumen sudah mengetahui kualitas produk.
Sosialisasi ke masyarakat mengenai pentingnya mengkonsumsi air mineral yang bersih dan
higienis dimana Aqua memiliki semua kriteria yang dibutuhkan.
Pemberian bantuan Aqua untuk wilayah terpencil merupakan salah satu promosi Aqua bahwa
Aqua juga perduli terhadap sesama.

Air PDAM yang sekarang sudah tidak memungkinkan untuk dikonsumsi, maka Pemerintah
menganjurkan kepada masyarakat agar mengkonsumsi air mineral dalam kemasan

III. Sumber Daya Manusia


Agen penjualan Aqua yang tersebar dimana-mana, karena untuk menjadi agen Aqua sangat
mudah, hanya dengan pengambilan minimal 20 galon Aqua.
Di bawah bendera DANONE-AQUA, kini AQUA memiliki lebih dari 1.000.000 titik distribusi
yang dapat diakses oleh pelanggannya di seluruh Indonesia.
Aqua memiliki sumber daya manusia yang sudah terampil dan loyalitas terhadap perusahaan.
IV. Operasi dan Produksi
Menggunakan manajemen sumber daya air yang canggih. Sebagai bagian dari Grup Danone di
seluruh dunia, AQUA mengikuti aturan yang dituangkan dalam Piagam Danone untuk
manajemen sumber daya air untuk menjamin kualitas sumber-sumber mata airnya.
Mempunyai peluang untuk merambah ke agen-agen kecil yang belum mempunyai pasar lokal

10
V. Produk
Brand Aqua Danone sangat kuat
Inovasi terbaru tutup Aqua Galon yang unik dan inovatif, dan secara eksklusif dilengkapi segel
transparan dengan hologram untuk menjamin terjaganya produk alami dari tiap tetes Aqua.
Kemasan Aqua semakin beragam (dari kemasan gelas, botol kecil, sedang hingga galon).
v Upah Tenaga kerja dengan Beban kerja
President Director PT Tirta Investama Danone Aqua Group Charlie Cappetti mengatakan,
Danone Aqua memiliki 17 pabrik dengan jumlah pegawai sebanyak 12 ribu. "Aqua memerlukan
para pemimpin kompeten untuk mengatur 12 ribu ribu karyawan tersebut." memerlukan
kepemimpinan yang berkompeten, Danone Group menerapkan Danone Leadership Code
(Committed, Open, Doers, Empowering), yaitu budaya kepemimpinan khas yang diinspirasi dari
nilai-nilai perusahaan, lalu pemimpim mempunyai komitmen untuk masa depan yang lebih
baik.dengan dimulai oleh pemimpin yang mampu berkompeten,selanjutnya struktural pun akan
selaras.baik keseimbangan upah tenaga kerja dengan beban yang ditanggung pekerja.

v Strategi Perusahaan

Dalam era persaingan yang semakin ketat, setiap kali sebuah perusahaan harus mengevaluasi
kinerjanya, serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat bersaing.
Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus menerus, sehingga kinerja perusahaan makin baik
dan dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan. Salah satu strategi
untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan adalah dengan cara restrukturisasi.
Jika kita mendengar istilah atau kata restrukturisasi, yang ada dipikiran kita, seolah-olah
membicarakan perusahaan yang sedang menurun. Hal ini disebabkan oleh definisi restrukturisasi
itu sendiri, yang antara lain sebagai berikut:
1. Restrukturisasi, sering disebut sebagai downsizing atau delayering, melibatkan
pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja atau divisi, ataupun pengurangan
tingkat jabatan dalam struktur oganisasi perusahaan. Pengurangan skala perusahaan ini
diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas (David,F, 1997:226)

11
2. Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perusahaan yang tidak
berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi, atau industri diambang pintu perubahan
yang signifikan. Pemilik umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan
strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan. Selanjutnya sering diikuti oleh akuisisi
untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu, guna mengurangi biaya
akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang kuat, atau merupakan transformasi
industri. Strategi restrukturisasi memerlukan tim manajemen yang mempunyai wawasan untuk
melihat ke depan, kapan perusahaan berada pada titik undervaluedatau industri pada posisi yang
matang untuk transformasi. Wawasan yang sama diperlukan untuk melakukan turn around pada
unit usaha, bahkan pada bisnis yang tidak familiar (Mintzberg & Quinn, 1996:732).
3. Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja
perusahaan (Djohanputro, Bramantyo, 2004:2).Padahal setiap kali perusahaan melakukan
perbaikan, entah dalam skala kecil, atau skala besar, tujuannya adalah untuk memperbaiki
kinerja. Tentu saja perusahaan tak perlu menunggu terjadi penurunan baru dilakukan perbaikan,
karena bisa terlambat, sehingga perbaikan perlu dilakukan secara terus menerus. Pada umumnya
istilah restrukturisasi digunakan jika perusahaan ingin melakukan perbaikan secara menyeluruh,
dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan.

v Kelestarian Lingkungan
PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk dalam kaitannya untuk pelestarian
lingkungan,perusahaan air mineral sangat mengutamakan beberapa hal antara lain :
· Kesehatan (Health)
AQUA Group berupaya untuk memastikan produk yang dihasilkannya sehat dan berkualitas.
Upaya dilakukan sejak pengambilan air baku di sumbernya, sampai proses produksi dan
pengemasan.
Kami berupaya memberikan informasi dan melakukan promosi produk yang bertanggung jawab.
meningkatkan pemahaman konsumen mengenai kesehatan dan kualitas produk dengan
memberikan informasi pada label produk, melakukan promosi dan komunikasi pemasaran serta
menjaga kepuasan dan privasi pelanggan.
· Lingkungan Hidup (Nature)
AQUA Group berkontribusi terhadap pengelolaan daerah aliran sungai di lokasi pabriknya.

12
Melalui program AQUA Lestari ini diharapkan kualitas dan kuantitas air tanah dapat terus
terjaga sehingga semua pihak dapat memanfaatkannya secara optimal
Kami melakukan inisiatif-inisiatif dalam mengelola dampak lingkungan dari kegiatan produksi
dan operasi AQUA Group. Upaya ini dilakukan demi mencegah dan meminimalkan pencemaran
lingkungan dan perubahan iklim
· Manusia (People)
o Kami melakukan dua inisiatif yaitu pemberdayaan karyawan sebagai aset perusahaan dan,
o Inisiatif sosial yang dilakukan oleh karyawan bersama pemangku kepentingan lain. Sebagian
besar merupakan program "AQUA Lestari" dan Danone Ecosystem Fund, yang dijalankan oleh
AQUA Group dengan dukungan teknis dan dana langsung dari kantor pusat Danone di Paris,
Perancis
· Untuk Semua (For All)
Pilar ini merupakan strategi Danone Group untuk menjangkau konsumen dari berbagai kalangan,
termasuk kalangan berpenghasilan rendah

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku
tingkatindividu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja
(baik kinerja individual, kelompok, Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik
secarakuantitas maupun kualitas. Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya
yang tinggi ke arah tujuan organisasi.
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya
masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
kerja. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau
informasitentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
Kelompok Kerja adalah kelompok yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi
dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya.
Tujuan Berbagi info, Tanggung Jawab. Individual, Keterampilan Beragam/acak.

3.2 SARAN
Makalah ini bermaksud untuk setiap individu, kelompok atau mahasiwa selalu berprilaku
organisasi untuk mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat dan efisien. Adapun saran yang
yang lain semogamakalah ini berguna bagi individu atau kelompok dalam kehidupan
berorganisasi dan segala krtik dan saran tentang makalah ini kami terima dengan lapang dada.

14

Anda mungkin juga menyukai