Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan judul Fikih Ekologi
Dan Politik Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Islam dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih kepada Bapak
Sjafruddin A. Rahman selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Negeri Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi dan
kritikan konstruktif dari pembaca makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini. Mudah-mudahan Allah SWT, selalu menjaga dan
membimbing dalam setiap langkah kita, sehingga dalam kehidupan kita sehari-
hari tidak terlepas dari Rahmat dan Hidayah Allah SWT. Akhirnya, semoga
makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................................................5
2.1. FIKIH EKOLOGI: KONSERVASI LINGKUNGAN DAN UPAYA..................................................................5
PENCEGAHAN KERUSAKANNYA.........................................................................................................................5
2.1.1 Konsep Konservasi Lingkungan......................................................................................................................5
2.1.1.1 Pengertian Konservasi Lingkungan..............................................................................................................5
2.1.1.2 Lingkup Konservasi Lingkungan.................................................................................................................6
2.1.2 Penyebab Kerusakan Lingkungan...................................................................................................................6
2.1.3. Dampak Kerusakan Lingkungan....................................................................................................................8
2.1.4. Pandangan Islam Terhadap Konservasi Lingkungan.....................................................................................8
2.2. POLITIK MENURUT ISLAM DAN MENURUT AHLI POLITIK HUBUNGAN AGAMA DENGAN
NEGARA...................................................................................................................................................................13
2.2.1. Tipologi Politik dalam Islam........................................................................................................................14
2.2.2. Sistem Khilafah dalam Tradisi Politik Islam................................................................................................16
2.2.3. Cinta Tanah Air Menurut Agama Islam.......................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................................................................19
PENUTUP......................................................................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................................................19
3.2. Saran....................................................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
PENCEGAHAN KERUSAKANNYA
Beberapa bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, antara lain :
kerusakan lingkungan akibat limbah,penebangan hutan, dan penambangan. Beragam
jenis limbah yang dibuang oleh manusia dapat berupa limbah cair maupun padat .
Bila jumlah limbah di suatu lingkungan telah melebihi ambang batas , maka akan
menimbulkan kerusakan pada lingkungan,termasuk pengaruh buruk pada manusia.
Salah satu contoh kasus pencemaran air adalah “Kasus Teluk Minamata di Jepang .
Ratusan orang meninggal karena memakan hasil laut yang ditangkap dari Teluk
Minamata yang telah tercemar unsur merkuri (air raksa).
Sedangkan kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh faktor alam pada umumnya merupakan
bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir, angin, putting beliung, gempa bumi, tsunami
dan sebagainya. Ada beberapa faktor lain penyebab kerusakan lingkungan antara lain (1)
pertambahan penduduk yang pesar,sehingga memacu timbulnya eksploitasi terhadap sumberdaya
alam hayati yang berlebihan, (2) perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mempermudah
eksploitasi keanekaragaman hayati, (3) kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati yg
sangat sentralistik,bersifat kapitalis, dan tidak tepat guna, dan (4) perubahan sistem nilai budaya
masyarakat dalam memperlakukan keanekaragaman hayati sekitarnya.
2.1.3. Dampak Kerusakan Lingkungan
Islam merupakan agam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW yang mengatur hubumgan manusia dengan Allah SWT (hablun
minallah), mengatur dirinya sendiri , mengatur hubungan antar manusia (hablun
minannas) dan mengatur hubungan dengan alam (hablun minal ‘alam).
Berkaitan dengan ajaran Islam yang mengatur hubungan manusia dengan
alam, hal ini menjadi dasar bagi tegaknya keseluruhan peradaban Islam, termasuk
penataan lingkunganperspektif ini di bangun dari konsep tauhid dan
ibadah.konsep tauhid memberikan cara pandang bahwa manusia, alam dan
kehidupan di ciptakan Allah SWT dengan tujuan tertentu. Allah menciptakan
manusia, alam, dan kehidupan dalam suatu keseimbangan yang sinkron dan
dinamis. Allah berfirman dalam al-Qur’an (Al-Baqarah: 30) :
Berkaitan dengan rukun yang kedua yakni rukn hukum fikih, terdapat
sejumlah ayat al-Qur’an dan hadis yang terkait dengan lingkungan, misalnya
tentang air, tanah, binatang dan tumbuh-tumbuhan, diantaranya adalah:
1) Q.S. Al-Hajj:65:
:Q.S. An-Nuur:43 )2
Adapun mengenai hadis Rasulullah SAW tentang peduli lingkungan jumlah banyak sekali,
diantaranya :
1. Larangan menelantarkan lahan
َم ْن:ال َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َ َ ق: قَا َل،حديث أَبِي هُ َري َْرةَ رضي هللا عنه
َ َْت لَهُ أَرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا أَو ِليَ ْمنَحْ هَا أَ َخاهُ فَإ ِ ْن أَبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك أَر
ُضه ْ َكان
Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Siapa yang memiliki tanah maka hendaknya
menanaminya atau memberikannya kepada saudaranya, jika tidak maka boleh menahannya.
(Bukhari. Muslim).
1. Hima
2. Iqta
Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh Negara kepada para
investor atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan untuk mengadakan
reklamasi (perbaikan lahan yang digarap).
Lahan yang di gunakan untuk iqta dalah lahan yang di dalamnya tidak
terdapat kepentingan umum, misalnya sumber daya air, kepentingan ekosistem dan
tidak menimbulkan masalah baru bagi daerah sekitar pada masa penggarapan.
3. Harim
4. ihya al-Mawat
Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia, yakni untuk beribadah seperti
difirmankan Allah SWT dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 dan sebagai khalifah di
muka bumi seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Manusia dalam
dirinya mempunyai potensi untuk mencinta. Cinta pada lingkungan hidup dengan
segala makhluk di dalamnya akan menciptakan damai dan harmoni antara manusia
dan alam lingkungannya. Di dalam interaksi ini manusia punya keistimewaan yakni
memiliki akal budi. Manusia diberi Allah kuasa untuk memelihara segala ciptaan-
Nya dengan tanggung jawab. Beberapa kewajiban utama yang harus dilakukan oleh
manusia terhadap alam sekitar adalah sebagai berikut :
1. Membangun Rasa Cinta Terhadap Lingkungan
dengan cara berbicara, tetapi lebih dengan tindakan kongkrit. Di alam semesta
terdapat banyak sumber daya yang dapat diolah dan didayagunakan oleh manusia,
baik yang terdapat di daratan maupun di lautan. Manusia telah diserahi tugas oleh
Allah untuk mengolah dan mengelola semua sumber daya yang terdapat di alam ini;
bukan hanya yang terdapat di muka bumi ini tetapi juga yang berada di planet lain
apabila ternyata ada. Penggalan firman Allah dalm (Q.S. Al-Qashash: 77)
Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap lingkungan hidup, hal ini bisa di
lihat dari banyaknya ayat al-Quran dan hadis Rasulullah SAW yang
memerintahkan kita untuk menjaga dan mencintai bumi beserta segala isinya
demi keberlangsungan hidup umat manusia. Jika kita berbuat kerusakan di atas
muka bumi, niscaya bencana akan datang menghampiri kita sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS.Ar-Ruum: 41-42.
2.2. POLITIK MENURUT ISLAM DAN MENURUT AHLI POLITIK HUBUNGAN
AGAMA DENGAN NEGARA
Politik merupakan suatu kegiatan untuk mengatur sebuah negara yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Dilihat dari asal katanya, Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang memiiki arti
kota, yang berarti juga merupakan kegiatan pemerintahan. Politik juga didefinisikan sebagai ilmu
yang berkaitan dengan pemerintahan yang mengatur dan mengawasi kehidupan rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat dalam suatu negara, karena negara merupakan suatu wilayah yang
digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan berpolitik.
Menurut Websters dictionary dalam (Maarif, 1985:12) yang menyatakan bahwa “negara
adalah sejumlah orang yang mendiami secara permanen suatu wilayah tertentu dan
diorganisasikan secara politik di bawah suatu pemerintahan yang berdaulat yang hampir
sepenuhnya bebas dari pengawasan luar serta memiliki kekuasaan pemaksa demi mempertahankan
keteraturan dalam masyarakat.”
Pendapat Websters dictionary diatas menunjukkan bahwa negara sangat berperan aktif di
dalam kegiatan berpolitik untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk membuat
hukum yang dilaksanakan dalam masyarakat. Kegiatan berpolitik sendiri juga diatur di dalam
ajaran agama Islam.
Menurut Shiddieqy (1969:13) yang mengatakan sebagai berikut: “dapatlah kita mengatakan
bahwa tata aturan Islam itu adalah tata aturan yang bersifat berpolitik dan bersifat agama. Hal itu
adalah karena hakikat Islam melengkapi segi-segi kebendaan (maddijah) dan segi-segi kejiwaan
(ruhijah) dan mencakup segala amal insani dalam kehidupan duniawiyah dan ukhrawiyah.” Dr. V.
Fitgerald berpedapat (dalam Rais, 2001: 23) sebagai berikut: Islam bukanlah semata agama (a
religion), namun juga merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun pada
dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua sisi
itu, namun seluruh gagasan pemikiran Islam dibangun di atas fundamen bahwa kedua sisi itu
saling bergandengan dengan selaras dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Di dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang digunakan sebagai dasar dalam berpolitik
dalam Islam yang artinya adalah sebagai berikut:
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Bassyar, telah bercerita kepada kami Muhammad bin
Jafar, telah bercerita kepada kami Syubah dari Surat al-Qasaz berkata, aku mendengar dia berkata;
“Aku hidup mendampingi Abu Hurairah radiallahu anhu selama lima tahun dan aku mendengar
dia bercerita dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang bersabda: “ Bani Israil, kehidupan mereka
selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi
setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku, yang ada adalah para khalifah yang
banyak jumlahnya. Para sahabat bertanya; “Apa baginda perintahkan kepada kami?” Beliau
menjawab: “Penuhilah baiat kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak
mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka”.
Di dalam hadis di atas terdapat kata yang mempunyai arti Para Nabi mendampingi mereka
yang dimaksudkan membimbing mereka dalam menjalankan pemerintahan dan mengatur
kehidupan bermasyarakat. Mereka disini adalah Khalifah yang menggantikan Para Nabi. Pada
hadist di atas yang sangat ditekankan adalah pertanggung jawaban dari para khalifah kepada Allah
dalam mengatur dan sebagai pemimpin yang menggantikan Nabi.
Politik di dalam pandangan Islam haruslah politik yang netral, tanpa memihak jiwa politik
dalam Islam keikhlasan dan keterbukaan, sebab dengan cara ini fungsi kontrol terhadap aktivitas
pemerintah akan berfungsi secara maksimal. Hanafi, Y., dkk (2013:211). Politik di dalam Islam
memiliki peranan yang sangat penting, sebab karena melalui politik perdamaian ketentraman,
keadilan dapat diwujudkan. Politik di dalam Islam mempunyai tujuan untuk menegakkan agama
dan untuk mengatur kehidupan dunia sebagai bekal di dalam kehidupan akhirat kelak.
Katakanlah: "Tuhanku
menyuruh
menjalankan keadilan".
Dan
(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada
permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)".
Seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, untuk berpolitik membutuhkan suatu
negara yang menjalankannya terdapat beragam bentuk (Tipologi) mengenai hubungan agama dan
negara, yaitu:
a. Tipologi Teo—Demokrasi
Menurut tipologi teo-demokrasi ini, agama dianggap sekaligus sebagai negara. Kelompok ini
menganggap atau menganut jenis tipologi ini disebut dengan sebagai politik Islam, karena
menurut mereka Islam merupakan agama yang lengkap dan di dalamnya juga terdapat politik. Di
Indonesia ada juga gerakan yang mempunyai pandangan Tipologi Teo-Demokrasi. Salah satu
gerakan yang menganut sistem ini adalah NII ( Negara Islam Indonesia). Gerakan ini bertauhid
bahwa Allah merupakan satu-satunya Raja yang kerajaannya di langit dan di bumi. NII
mempunyai anggapan bahwa apabila mereka mengakui keberadaan lembaga lain di luar syariat
Allah, maka mereka dianggap musyrik. Islam memiliki sebuah pandangan mengenai tujuan
dibentuknya negara.
Menurut Maarif (1985:13) yang menyatakan sebagai berikut: Bila dilihat dari sudut
pandangan seorang muslim tentang tujuan penciptaan suatu negara, maka akan
diperoleh gambaran-gambaran sebagai berikut, yaitu bahwa tujuan suatu negara
islam adalah untuk memelihara keamanan dan integritas negara, menjaga hukum
dan ketertiban, dan untuk mengajukan negeri hingga setiap individu dalam negeri
itu dapat merealisasikan seluruh potensinya sambil memberika sumbangan bagi
kesejahteraan semua.
b. Tipologi Sekuler
Tipologi ini menganggap bahwa agam bukanlah negara. Negara merupakan urusan dunia
yang pertimbangannya menggunakan akal manusia yang bersifat duniawi, sedangkan agama
merupakan urusan pribadi setiap orang. Agama tidak diatur oleh negara, dan negara juga tidak
diatur oleh agama. Hanafi, Y., dkk (2013:213) menyatakan bahwa “tipologi menyebabkan tidak
ada dalil sebuah negara. Jadi eksplisit Menurut Mindarjito ada dua model yang mendasari dalam
dalam Al-Quran maupun Al-Hadis yang menunjukkan kewajiban mendirikan sebuah negara”. Jadi
urusan agama dan negara harus dipisahkan. Islam itu bersifat universal dan politik itu besifat
partikular.
c. Tipologi Moderat
Tipologi Moderat menganggap bahwa Islam tidak mengatur sistem ketatanegaraan, namun
di dalam Islam terdapat tata nilai etika bagi ketatanegaraan. Menurut kelompok Tipologi Moderat
tidak ada satupun di dalam Al-Quan yang memerintahkan untuk mendirikan negara. Relasi antara
Agama dan Negara adalah relasi etik dan moral. Negara dijadikan sebagai instrumen politik dan
menjalankan nilai dan akhlak dalam Islam. Sehingga umat Islam bebas dalam memilih sistem
apapun selama tidak menentang prinsip-prinsip yang terdapat di dalam Agama Islam. Prinsip
politik Islam dalam tipologi moderat ini adalah tentang pluralisme, toleransi, persamaan setiap
anggota masyarakat, serta keadilan.
Greg Barton dalam ( Hanafi, dkk :214) menyatakan bahwa ciri dan aliran moderat atau
neo-modernisme, yaitu gerakan progresif yang bersifat positif terhadap modernitas, perubahan,
pembangunan.
Terkait pada pemerintahan yang ada di Indonesia, menurut pandangan hukum agama islam
adalah syah. Ini karena presiden dipilih langsung oleh rakyat, seperti halnya pengangkatan Ali
R.A. yang menjadi seorang khalifah. Kedaulatan NKRI juga dianggap benar, karena konsep ini
bertujuan untuk menjaga keutuhan, kesejahteraan semua rakyat Indonesia.
Untuk menjalankan kedaulatan NKRI ini, Indonesia memiliki empat pilar yang menjadi
landasan pembentukan pemerintahan. Yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal
Ika. Empat pilar ini menjadi cara yang final bagi umat Islam di Indonesia untuk membentuk atau
mendirikan negara dan pemerintahan.
Yang pertama adalah Pancasila, di dalam pancasila tercantum nilai-nilai yang diajarkan di
dalam Islam yaitu nilai dari Ketuhanan dan Kemanusiaan. Pancasila dijadikan sebagai ideologi
NKRI yang digunakan untuk mempersatukan dari segi agama, kebudayaan ras, suku, bahkan
geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Menurut Hanafi, dkk (2013: 215) menyatakan
bahwa “ Pancasila sebagai falsafah bangsa mengandung nilai-nilai tauhid, kemanusiaan, keadaban,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Keadaannya identik dengan Piagam Madinah, sebagai wadah
pemersatu kebhinekaan bangsa.”
Empat Pilar bangsa Indonesia tersebut mirip dengan prinsip dasar politik islam yang
meliputi:
1. Prinsip Amanah, yang menginginkan pemerintah menjalankan tugasnya dengan sebaik
mungkin dalam bertanggung jawab kepada Allah dan masyarakatnya serta dirinya sendiri.
2. Prinsip Keadilan, yaitu memberikan keadilan pada setiap rakyat tanpa memandang derajat,
golongan dan pangkatnya.
3. Prinsip Ketaatan, yaitu menjalankan politik sesuai dengan hukum-hukum yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
4. Prinsip Musyawarah, yaitu para penyelenggara negara melaksanakan tugasnya dengan baik
dan melakukan diskusi atau bertukar fikiran dengan siapa saja yang tepat untuk mencapai
tujuan yang terbaik untuk kesejahteraan semua rakyat.
Dalam ayat tersebut kata khalifah mempunyai arti wakil, pengatur, dan pengganti. Kata
khilafah sendiri merupakan sebuah sistem pemerintahan Islam pertama kali didirikan ketika
wafatnya Rasulullah. Dalam sistem ini pemimpin disebut dengan Khalifah. Kata Khalifah
memiliki sinomim kata dengan imamah.
Khilafah mayoritas digunakan oleh golongan umat muslim yang mana mereka ingin
memberlakukan tatanan yang ada dalam kalangan masyarakat dunia berdasarkan syari’at Islam.
Seperti kelompok Hizbut Tahrir, mereka memiliki pemahaman bahwa pemberlakuan syariat islam
tidak harus terikat oleh negara.
Dalam Q.S Al-Nisa’:58-59 menyebutkan bahwa pemimpin mempunyai tugas melayani
rakyatnya, bersikap adil, dan memegang amanahnya dengan baik. Rakyat juga memiliki
kewajiban mentaati Allah, Rasul, dan pemimpinnya yang telah mereka pilih, asalkan sesuai
dengan hukum dari Allah.
Sebelum Nabi Muhammad wafat, Beliau tidak pernah mempermasahkan siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin umat islam setelah beliau wafat. Beliau memang
menyerahkan semua kepada umat muslim sendiri. Setelah Rasul wafat kemudian kaum Muhajirin
dan Anshar mengadakan musyawarah mengenai pengganti Rasul dan akhirnya memutuskan Abu
Bakar as-Shidiq sebagai pengganti Rasulullah. Dari segi proses, Abu Bakarsebagai Khalifah
berdasarkan sistem baiat atau sistem demokrasi dengan berdasar pada al-amru syuro bainahum
( Hanafi, dkk., 2013: 217).
Pemerintahan pada masa Abu Bakar kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif lebih
fokus terhadap Khalifah. Abu bakar selalu mengedepankan asas musyawarah, hal ini ditunjukkan
ketika itu beliau menunjuk Umar untuk meminta suatu pendapat dari sahabat-sahabatnya. Karena
menurut Abu Bakar Musyawarah merupakan suatu prinsip yang terpenting dalam pergantian
kekhalifahan.
Selanjutnya Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Pada masa Umar masih
berlakunya sistem demokrasi atau baiat dan memegang teguh pada prinsip al amru syura
bainahum (musyawarah). Pada masa Ustman pemgnag kekuasaan tertinggi ada pada khalifah, jadi
Dewan Penasehat diketuai oleh Ustman sendiri. Ketika Ali menggantikan Ustman dia dipilih
sebagai khalifah berdasarkan musyawarah juga. Selanjutya pada masa dinasti Umayyah, khilafah
dijadikan sistem otoriter. Pada masa dinasti Abbasiyah khalifah dijadikan sebagai wakil Tuhan.
Penguasa Abbasiyah mendapat gelar Khalifatullah.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan suatu pemimpin
berdasarkan atas musyawarah dan mufakat, namun juga terdapat perubahan dalam sistem
pemerintahan karena selalu disesuaikan dengan zamannya.
individu. Selain itu, Cinta tanah air melahirkan nasionalisme, yaitu memiliki rasa bangga terhadap
bangsa, tanah airnya, menjaga kehormatan dari bangsa untuk tercapainya kemajuan,
kesejahteraan, kehormatan, kedamaian bangsa dan negara nasionalisme juga melahirkan sikap
patriot, yaitu sikap gagah berani, pantang menyerah, rela berkorban dengan cara memajukan
pendidikan, penegakan hukum yang adil dan tidak memihak, memberantas kebodohan,
kemiskinan, serta menghindari korupsi. Cinta tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah)
( Hanafi , dkk., 2013: 219).
Di dalam ajaran agama Islam diajarkan cinta terhadap tanah air, yaitu sikap Rasulullah
terhadap tanah kelahirannya, yaitu Kota Makkah. Dari Abdullah bin Abbas R.A, Rasulullah
bersabda : “ Sungguh engkau adalah bumi Allah yang paling baik, alangkah besarnya cintaku
padamu (Kota Makkah), kalaulah bukan karena penduduknya mengusirku darimu, maka pasti aku
tidak akan pernah meninggalkanku.” (H.R. Tirmidzi).
Rasa cinta tanah air juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim A.S yang tertuang dalam (Q.S. An-
Nahl:123) yang berbunyi:
Cinta tanah air memiliki dua unsur yaitu, jasmani dan rohani. Tanah air jasmani
merupakan tempat manusia berbuat baik untuk bekal alam akhirat nanti. Cinta tanah air ini
dikaitkan dengan dengan empat pilar kebangsaan yang disebut dengan wawasan nusantara dan
dijadikan sebagai tujuan pembangunan bangsa. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
mencintai tanah airnya. Ajaran ini merupakan salah satu wujud dari empat pilar kebangsaan. Cinta
tanah air ini harus ada dan subur di dalam hati setiap orang agar tanah air Indonesia tetap menjadi
negara yang damai dan aman. Tanah air adalah milik setiap warga, bukan milik pribadi atau
golongan sa
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dalam pandangan islam konservasi adalah amanah dari Allah untuk manusia.
Manusia sebagai wakil Allah di muka bum (khalifatullah fil ardh) harus
memahami hubungan antara dirinya dengan Allah dan lingkungan Konservasi
yang dilakukan manusia melalui pemeliharaan , pemanfaatan secara wajar, dan
rehabilitasi akan memberikan efek positif terhadap lingkungan.
2. Ada dua faktor penyebab kerusakan lingkungan yaitu faktor manusia dan
proses alam. Faktor manusia merupakan penyebab utama kerusakan yang
terjadi di bumi, kerusakan lingkungan yang di sebabkan kegiatan manusia
terjadi dalam berbagai bentuk, seperti : pencemaran, pengerukan, dan
penebangan hutan. Allah melarang manusia untuk merusak lingkungan,
meskipun manusia sebagai khalifah di beri kuasa untuk mengelola dan
memelihara alam. Sedangkan kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh
faktor alam pada umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung
berapi, banjir, angin, putting beliung, gempa bumi, tsunami dan sebagainya.
4. Islam memandang bahwa sumber daya alam adalah suatu karunia besar yang
tidak hanya dapat dimanfaatkan tetapi juga harus dilestarikan agar dapat
dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
5. Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam adalah Hima, Iqta, Harim, dan Ihya
al-Mawat
dengan segala makhluk di dalamnya akan menciptakan damai dan harmoni antara manusia
dan alam lingkungannya.
6. Sistem Politik menurut agama Islam haruslah politik yang netral, tanpa memihak jiwa
politik dalam Islam keikhlasan dan keterbukaan, sebab dengan cara ini fungsi kontrol
terhadap aktivitas pemerintah akan berfungsi secara maksimal. Sedangkan politik menurut
pandangan politikus adalah politik adaalah ilmu yang berkaitan dengan pemerintahan yang
mengatur dan mengawasi kehidupan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat dalam suatu
negara, karena negara merupakan suatu wilayah yang digunakan sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan berpolitik.
3.2. Saran
Al-Fikri , Muchsin. 2007. Fikih Lingkungan dan Kearifan Lokal. Artikel diakses
UII Press.
Indonesia Forest and Media Campaign (INFORM). 2004. Fikih Lingkungan (Fiqh
al-bi’ah). Bogor: Indonesia Forest and Media Campaign (INFORM).
http://id.shvoong.com/society-and-nesw/environment/2121236-faktor-
penyebab-kerusakan-lingkungan/#ixzz3HqenPrAI. Diakses pada 5 Mei
2013
http://www.kabarindonesia.com/berita.p=20&dn=20080224214420