BIROKRASI
REVIEW JURNAL
PENULIS TUGAS :
HAMDANI ARFAN
NIM 1963201129
B. Riwayat Pendidikan
N
Tahun
o
1 SD 2007-2013
2 SMP 2013-2016
3 SMA 2016-2019
DAFTAR ISI
Biodata Diri.................................................................................................................i
Datar Isi.......................................................................................................................ii
Daftar Jurnal Yang Direview..................................................................................iii
Ringkasan...................................................................................................................iv
Bab I Identitas Jurnal...............................................................................................1
Bab II Deskripsi Penelitian.......................................................................................2
Bab III Critikal Penelitian........................................................................................4
Bab IV Kesimpulan dan Saran................................................................................5
Daftar Pustaka...........................................................................................................6
RINGKASAN
1. Reformasi menuntut kehidupan politik yang terbuka, transparan, dan
diterapkannya nilai-nilai pokok demokrasi seperti penghargaan terhadap hak asasi
manusia (HAM), kebebasan, persamaan, keadilan, dan pertanggungjawaban.
Sementara itu, birokrasi selama ini diindikasikan sebagai penghalang bagi
tegaknya demokrasi karena lebih menjadi alat kekuasaan rezim daripada melayani
rakyat secara memuaskan. Dengan demikian, dapat dikatakan menjadi dilema
bagi demokrasi. Persoalan mendasar birokrasi di Indonesia pada era reformasi
sekarang ini ialah bagaimana membenahi birokrasi agar responsif, selaras, dan
seirama dengan nilainilai pokok demokrasi yang kini telah menjadi wacana dan
tuntutan publik.
2. Sejak bergulirnya era reformasi, berbagai isu ataupun pemikiran dilontarkan para
pakar berkaitan dengan bagaimana mewujudkan tata pemerintahan yang baik
(good governance), di antaranya dilakukan melalui reformasi birokrasi. Upaya
tersebut secara bertahap dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota). Secara empiris birokrasi
identik dengan aparatur pemerintah yang mempunyai tiga dimensi yaitu
organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen. Dalam pemerintahan, dimensi
itu dikenal kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan, yang merupakan
unsur-unsur administrasi negara; kiranya dimensi tersebut dapat ditambah dengan
kultur mind set.Konsep birokrasi Max Weber yang legal rasional, diaktualisasikan
di Indonesia dengan berbagai kekurangan dan kelebihan seperti terlihat dari
perilaku birokrasi.
3. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007, pemerintah daerah diberi kebebasan untuk menetapkan penamaan/
nomenklatur, jenis dan jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan beban kerja yang ada di tingkat
Pemerintah Daerah. Dengan kebijakan pemerintah yang demikian, secara implisit
sebenarnya terlihat nuansa kesadaran bahwa praktik pembentukan kelembagaan
birokrasi Pemerintah Daerah yang uniform sudah tidak relevan lagi dengan
dinamika lingkungan internal maupun eksternalnya.
4. Pemerintah merupakan implementator kebijakan dalam melaksanakan setiap
program yang telah ditetapkan, dalam lingkup pemerintahan secara integritas
didalamnya terintegrasi sistem birokrasi yang sistematis dan terstruktur. Birokrasi
pemerintah merupakan suatu sistem yang terstruktur dimana didalamnya
merupakan cara atau strategi dalam mengimplementasikan kebijakanpemerintah
terutama yang berorientasi pada pelayanan publik. Dengan adanya birokrasi yang
baik maka dapat menciptakan pelayanan publik yang baik terhadap masyarakat.
Namun demikian beberapa kendala yang terjadi saat ini adalah munculnya
permasalahan dalam pelayanan publi, dimana banyak pelayanan kepada
masyarakat yang dilakukan oleh pihak birokrasi tidak maksimal, hal ini
diakibatkan para birokrat dalam pelaksanaan kerjanya terintegrasi dengan
keadaan politik di lingkungan kerjanya sehingga tidak tercipta profesionalisme
pelayanan dan tidak terinformasikannya permasalahan pelayanan kepada
masyarakat terhadap pemerintah, dimana keadaan ini adalah sebagai bahan
evaluasi pemerintah atas kebijakan yang terimplementasi terutama dalam
pelayanan publik.