TINJAUAN PUSTAKA
A. Disiplin Kerja
1. Pengertian
seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin
adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan,
yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat untuk tujuan tertentu. Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian
diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah suatu
beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, gengsi, aktualisasi diri, dan lain
lain. Pendapat lain dari Brown (dalam Anoraga, 1998) mengatakan bahwa kerja
merupakan penggunaan proses mental dan fisik dalam mencapai beberapa tujuan
yang produktif.
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan
baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
14
dengan bersikap tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan, menekankan
mungkin terjadi. Anoraga (2009) mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap kejiwaan
Menurut Rivai (2005), disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran
sosial yang berlaku. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap
baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
menyatakan bahwa disiplin kerja adalah kemampuan kerja seseorang untuk secara
teratur, tekun terus menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan berlaku dan
tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Kemudian menurut Nitisemito (dalam
Darmawan, 2013), disiplin kerja diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang sesuai peraturan dari organisasi dalam bentuk tertulis maupun tidak.
kerja adalah bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya,
15
mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan
tindakan yang dilakukan karyawan dengan sikap tanggung jawab atas pekerjaan yang
Ukuran disiplin kerja bagi karyawan menurut Rivai (2005) memiliki beberapa
aspek yaitu:
waktu karyawan dating ketempat kerja setiap harinya, dan durasi kerja penuh
b) Ketaatan pada peraturan kerja, hal ini mengenai pemahaman karyawan terhadap
peraturan kerja serta mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
c) Ketaatan pada standar kerja, hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung
akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta
16
e) Bekerja etis, yaitu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dalam bekerja,
karyawan
jam kerja, dan pada biasanya digunakan saran kartu kehadiran pada mesin absensi.
b. Ketepatan jam kerja: penetapan hari kerja dan jam kerja diatur atau ditentukan
oleh perusahaan. Karyawan diwajibkan untuk mengikuti aturan jam kerja, tidak
melakukan pelanggaran jam isitirahat dan jadwal kerja lain, keterlambatan masuk
c. Mengenakan pakaian kerja dan tanda pengenal: seluruh karyawan wajib memakai
pakaian yang rapi dan sopan, dan mengenakan tanda pengenal selama
untuk mengukur disiplin kerja pada pegawai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan
17
Pelatihan (BKPP) Kabupaten X. Rivai (2005), menyebutkan lima aspek yaitu
kehadiran, ketaatan pada peraturan kerja, ketaatan pada standar kerja, dan tingkat
kewaspadaan tinggi, serta bekerja etis. Aspek dalam Rivai (2005) lebih sesuai dengan
kondisi penelitian dan sesuai dengan aturan yang berlaku di tempat penelitian.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang
bersangkutan. Tetapi jika pekerjaan itu di luar kemampuannya atau pekerjaannya itu
rendah. Di sini letak pentingnya asas the right man in the right place and the right
b. Kepemimpinan
dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik,
berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Pimpinan jangan
Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh para
18
bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan agar pimpinan mempunyai kedisiplinan
Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang di terima kurang
d. Keadilan
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan
kedisiplinan karyawan yang baik. Pimpinan atau manajer yang cakap dalam
menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisplinan yang
baik pula.
e. Pengawasan Melekat
19
berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah
kerja, dan prestasi bawahan. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat
kerjanya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada
bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah
ditentukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Saydam (2005) yang menjelaskan bahwa
adanya hubungan timbal balik antara disiplin kerja dan pengawasan yang mana
dikatakan disiplin terbentuk dari sikap keryawan dalam menciptakan rasa tanggung
jawab atas tugas yang di hadapi.Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Nurrahman (2014) yaitu pengawasan melekat berkorelasi dengan disiplin kerja
pegawai.
f. Sanksi Hukuman
Karena dengan adanya sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin
karyawan akan berkurang. Berat ringannya sangsi hukuman yang akan diterapkan
20
ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara
g. Ketegasan
yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang
disegani dan diakui kepemimpinanya. Tetapi bila seorang pimpinan kurang tegas atau
tidak menghukum karyawan yang indisipliner, maka sulit baginya untuk memelihara
meningkat.
h. Hubungan Kemanusiaan
baik bersifat vertikal maupun horizontal yang hendaknya horizontal. Pimpinan atau
serta mengikat, vertikal maupun horizontal. Jika tercipta human relationship yang
serasi, maka terwujud lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan
21
a) Besar kecilnya pemberian kompensasi
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan
tempat ia bekerja. Semakin besar balas jasa yang diterima karyawan, semakin baik
kedisiplinan karyawan karena dengan balas jasa yang besar akan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya jika balas jasa yang diterima karyawan kecil, maka
kedisiplinan karyawan akan rendah karena karyawan akan sulit memenuhi kebutuhan
hidupnya.
apabila tingkah laku pimpinan baik maka disiplin karyawan pun akan baik,
sebaliknya jika tingkah laku pimpinan kurang baik maka disiplin karyawan pun akan
kurang baik.
karena dengan adanya aturan, karyawan akan mengetahui aturan yang ada pada
perusahaan itu serta sanksi apa yang akan didapat bila melanggar aturan tersebut.
kedisiplinan karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum
setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
22
karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepepimpinannya oleh
karyawan.
meningkatkan kedisiplinan. Karena dengan pengawasan ini berarti atasan aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti atasan selalu hadir di tempat kerja, supaya atasan dapat
kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya dan juga dapat memberikan metode atau
cara yang lebih efektif dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi
atau mewujudkan disiplin kerja, sebab dengan perhatian, karyawan akan merasa
dihargai diri dan hasil kerjanya, dan dengan perhatian akan terwujud hubungan
kerjasama yang baik dan harmonis antara atasan dengan bawahan dalam perusahaan
oleh Hasibuan (2016), yaitu tujuan dan kemampuan, kepemimpinan, balas jasa,
kemanusiaan. Hal ini dikarenakan teori dalam Hasibuan, (2016) lebih sesuai dengan
23
variabel yang peneliti gunakan. Kemudian teori dari Hasibuan (2001) telah banyak
1. Pengertian
indera agar memberi makna kepada lingkungan. Selanjutnya menurut Slameto (2010)
persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak
terhadap suatu objek yang ditangkap melalui panca indera. Mulyana (2005),
persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi
dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek
yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan, persepsi negatif
24
merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan
pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang
dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif
dipersepsikan.
mengetahui ketercapaian tujuan dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan
pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil
bawahannya, melainkan karena manusia memang tidak sempurna dan oleh karenanya
untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksaan tugas
25
atau kegiatan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Handoko (2008)
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan
Pengawasan melekat menurut Hasibuan (2016) yaitu atasan secara aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 menjelaskan bahwa pengawasan melekat adalah
dilakukan oleh setiap atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau
represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien
26
pengamatan oleh atasan mengenai pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
Sesuai dengan Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam Nurrahman, 2014), maka
untuk mengukur variabel pengawasan melekat dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu:
intern. Yang perlu dilakukan dalam tahap penyiapan dan pelaksanaan WASKAT
ini adalah: (a) melakukan identifikasi secara lengkap dan rinci terhadap
27
cukup terhadap masing-masing unsur WASKAT, (c) membuat catatan resume
adalah: (a) memahami aktivitas organisasi dan unsur WASKAT yang ada, (b)
pengendalian yang berlaku, (d) mengetahui cara kerja sistem tersebut, (e)
28
tersebut dapat memberikan keyakinan yang tinggi bagi pencapaian sasaran dan
5) Tindak lanjut
perbaikan dan penyempurnaan sistem dan prosedur operasi, dan pendalaman titik
29
f) Proses pelaksanaan pengawasan harus efisiensi, jangan sampai terjadi
g) Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada
yang dipaparkan oleh Nurrahman (2014) yang merujuk pada Kepmen No. 46 tahun
2004 sebagai acuan dalam penelitian ini, yang menyebutkan lima aspek untuk
melekat, dan tindak lanjut yang dilaksanakan oleh atasan. Penilaian tersebut bisa
positif atau negatif. Apabila muncul penilaian secara positif berarti pegawai
apabila pegawai menilai secara negatif yang artinya pegawai tidak memahami dengan
30
pengawasan melekat, pemantauan pelaksanaan pengawasan melekat, evaluasi
pengukuran ini karena banyak dijadikan acuan penelitian serta mudah dipahami.
Kabupaten X
Keberhasilan suatu organisasi tidak akan terlepas dari faktor sumber daya
manusia yang memiliki andil besar dalam menentukan maju atau berkembangnya
saing daerah. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan
pengawasan dalam mengelola sumber daya manusia tersebut. Hal ini dibutuhkan
dilakukan atasan dalam organisasi. Hal ini juga akan mempengaruhi perilaku pegawai
31
dalam organisasi yang memiliki persepsi positif atau negatif terhadap pengawasan
(Sandi, 2013). Persepsi pengawasan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
ketercapaian tujuan dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan tersebut.
mengukur persepsi pengawasan melekat menurut Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam
pelaksanaan pengawasan melekat, dan tindak lanjut. Aspek ini akan dibahas satu
Menurut Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam Nurrahman, 2014) aspek yang
32
pentingnya pengawasan pimpinan kepada staf karena pengawasan melekat
Duncan (dalam Harahap, 2001), mengatakan bahwa pengawasan harus dipahami sifat
kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi, oleh karena itu harus ada komunikasi
dan penjelasan mengenai setiap kegiatan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Robbins
(2002), bahwa persepsi adalah penilain individu terhadap suatu objek atau informasi
dengan pandangan. Apabila penilain tersesbut bersifat negatif maka akan timbul
pandangan yang negatif. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan atau
ketidaktahuan individu terhadap objek atau informasi tersebut. Pegawai yang merasa
tidak puas atau tidak memahami tentang sosialisasi pengawasan melekat akan
hal ini terjadi maka pegawai tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan karena
stress yang dialami pegawai. Menurut Sarwono (1992), penjelasan yang tidak mudah
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Jika stress tersebut berlanjut maka akan
berdaya, dan penurunan prestasi sampai titik terendah. Pemimpin yang memberikan
individu terhadap suatu objek atau informasi, munculnya persepsi positif karena
33
adanya kepuasan dan juga pengetahuan terhadap objek yang dipersepsikan. Pegawai
menumbulkan persepsi positif pada dirinya, hal ini akan menjadikan pegawai
baik merupakan bagian dari bentuk kedisiplinan. Pegawai yang didisiplin akan
menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik, serta mentaati setiap aturan
yang berlaku (Rivai, 2005). Sebaliknya jika pegawai tidak menjalakan tugas dan
setiap kebijakan yang berlaku pada suatu organisasi maka akan mengakibatkan
Menurut Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam Nurrahman, 2014) aspek yang
pencatatan, pelaporan, supervisi dan review intern. Menurut Kepmen No. 46 tahun
2004 jika ada suatu kegiatan yang telah disepakati untuk dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan pimpinan tetapi kebijakan tersebut tidak tertulis, kegiatan tidak diorganisir
dengan baik, tidak ditetapkan persyaratan personil yang akan melakukan, tidak
tidak jelas prosedur kerja yang harus diikuti dalam melakukan kegiatan, serta tidak
ada review atas pelaksanaan kegiatan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa hasil
34
Mengenai persepsi yang dijelaskan oleh Robbins (2002), yaitu persepsi adalah
penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi. Apabila muncul persepsi
positif karena adanya kepuasan, pengalaman dan juga pengetahuan terhadap objek
yang dipersepsikan. Pegawai yang memiliki pengetahuan dalam aspek persiapan dan
pegawai dalam bekerja secara cepat dan tepat, menguasai metode-metode pekerjaan
positif terhadap pengawasan melekat akan memahami kegiatan dan aktifitas dalam
pengawasan melekat dan menciptakan rasa tanggung jawab dalam dirinya. Sikap
tanggung jawab yang diciptakan oleh pegawai mencerminkan sikap disiplin dalam
bekerja, agar tingkat disiplin pegawai dapat tergolong tinggi maka perlu diberikan
Robbins (2002), yaitu penilain individu terhadap suatu objek atau informasi dengan
pandangan negatif, hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan, pegalaman atau
ketidaktahuan individu terhadap objek atau informasi tersebut. Apabila pegawai tidak
melekat. Pegawai yang memiliki persepsi negatif akan sulit memahami mengenai
kegiatan dan aktivitas dalam pengawasan melekat, hal ini akan menyulitkan pegawai
35
dalam bekerja yang berdampak pada disiplin kerja pada pegawai akan ikut menurun
Menurut Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam Nurrahman, 2014) aspek yang
telah ditetapkan. Pemantauan yang dijelaskan tersebut termasuk pada upaya preventif
pelaksanaan pengawasan melekat, adapun upaya preventif adalah sebuah usaha yang
mentaati peraturan (Listyawati & Suharsono, 2012). Pegawai akan merasa didukung
oleh atasan jika adanya upaya preventif dalam organisasi (Putra, 2015). Robbins
(2002), mengatakan persepsi merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau
dan juga pengetahuan terhadap objek yang dipersepsikan. Pegawai yang memahami
timbul persepsi positif dalam diri pegawai serta pegawai akan merasa didukung oleh
atasan. Menurut Lee dan Ashforth (1996), kurangnya perasaan dukungan dari atasan
kelelahan, merasa tidak dihargai juga curiga dengan alasan yang tidak jelas
(Freudenberger & Rchelson, dalam Feri Farhati & Haryanto FR, 1996). Jika pegawai
36
merasa tidak didukung dan hubungan antara atasan dan bawahan yang terjadi kurang
baik maka akan sulit tercipta kedisiplinan pada pegawai (Hasibuan, 2016).
terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan negatif, hal ini terjadi karena
pengawasan melekat maka akan memiliki persepsi negative, hal ini akan
dukungan yang diperoleh pegawai dari atasan didasari pada hubungan timbal balik
antara atasan dan bawahan, atasan harus berusaha menciptakan hubungan yang
pegawai.
pada Kepmen No. 46 tahun 2004 (dalam Nurrahman, 2014). Pimpinan wajib
agar unsur pengawasan melekat dapat menjadi alat pengendali dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Crawford (2000), menjelaskan bahwa evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atasan sulit untuk membagi waktu dalam melakukan evaluasi, oleh karena itu
37
pegawai merasa atasan perlu meluangkan waktu dari sekian banyak kegiatan untuk
suatu objek atau informasi. Apabila muncul persepsi positif karena adanya kepuasan,
pengalaman dan juga pengetahuan terhadap objek yang dipersepsikan. Pegawai yang
memiliki persepsi positif. Pegawai yang memiliki persepsi positif maka akan
memiliki motivasi dalam bekerja dan merasa didukung oleh atasan atas kegiatan
yaitu penilain individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan
negatif, hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan, pegalaman atau ketidaktahuan
individu terhadap objek atau informasi tersebut. Pegawai yang tidak memahami
dengan baik mengenai evaluasi pengawasan melekat maka akan menilai secara
kegiatan tersebut karena tidak memahami dengan baik kegiatan evaluasi pengawasan
melekat yang dilakukan oleh atasan, hal ini mampu mengakibatkan pegawai merasa
tidak dukungan. Dukungan yang rendah akan menciptakan suasana lingkungan kerja
yang kurang nyaman dan menurunkan motivasi pegawai untuk bersikap disiplin
(Hasibuan, 2016).
Aspek terakhir membahas mengenai tindak lanjut, sesuai dengan Kepmen No.
38
prosedur operasi, dan pendalaman titik rawan penyimpangan melalui audit
untuk menjaga jangan sampai timbul masalah lain yang lebih besar dan lebih luas
keputusan
pegawai yang akan menjalankan keputusan itu. Jika pemimpin tidak memperhatikan
hal ini maka mampu menimbulkan konflik dalam diri pegawai karena pegawai
2012). Konflik yang terjadi dalam diri pegawai dikarenakan perbedaan cara pandang
suatu objek atau informasi. Kemudian apabila muncul persepsi negatif pada pegawai,
hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan, pegalaman atau ketidaktahuan individu
terhadap objek atau informasi tersebut. Jika pegawai tidak memahami dengan baik
mengenai tindak lanjut yang dilakukan oleh atasan maka pegawai memiliki persepsi
39
negatif. Persepsi negatif pada pegawai akan mengakibatkan pegawai merasa
pemimpin tidak mampu dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam organissi
yang akan mengakibatkan terjadinya konflik di dalam diri pegawai karena pegawai
individu terhadap suatu objek atau informasi, munculnya persepsi positif karena
dipersepsikan. Pegawai yang memahami dengan baik mengenai tindak lanjut yang
dilakukan oleh atasan maka akan memiliki persepsi yang positif terhadap kegiatan
tindak lanjut. Jika pegawai memiliki persepsi positif maka pegawai akan merasa puas
penyempurnaan system dan prosedur operasi, serta pendalaman titik rawan melalui
investigasi. Hal ini sesuai dengan harapan pegawai maka akan memudahkan pegawai
menjadi disiplin.
dengan disiplin kerja pada pegawai. Menyadari akan pentingnya disiplin kerja
suatu organisasi dalam mencapai tujuan, maka peran pengawasan atasan sangat
pegawai yang memiliki persepsi positif terhadap pengawasan melekat maka akan
memiliki pandangan yang positif terhadap pengawasan melekat, pegawai merasa puas
40
dengan adanya pengawasan melekat dan memahami pentingnya pengawasan melekat.
Adanya perasaan puas dan pemahaman tersebut akan meningkatkan disiplin kerja
pada pegawai karena pegawai akan bekerja dengan baik sesuai dengan prosedur dan
Vitak et al (2011), yaitu persepsi dan sikap. Robbins (2002), mengatakan persepsi
kehadiran yang buruk dan absensi, hasil kerja yang buruk atau ceroboh, dan
kegagalan untuk mengikuti aturan, seperti kesehatan dan keselamatan kerja. Masalah
hubungan kerja adalah tentang penolakan untuk taat pada perintah yang logis dan
perilaku yang merusak. Perilaku tersebut tergolong pada sikap tidak disiplin dalam
D. Hipotesis
penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi pengawasan melekat dan
41
disiplin kerjapada pegawai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP)
tinggi disiplin kerja pada pegawai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
maka akan semakin rendah pula disiplin kerja pada pegawai di Badan Kepegawaian
42