Anda di halaman 1dari 8

BAB 9.

ANTELMINTIKA

BAB
9 ANTELMINTIKA

A ntelmintika atau obat cacing (Yun. anti = lawan, helmint = cacing) adalah obat-obat yang dapat memusnahkan
cacing pada manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah semua zat yang bekerja lokal menghalau
cacing dalam saluran cerna maupun obat-obat sistemis yang membasmi cacing maupun lavarnya yang
menghinggapi organ dan jaringan tubuh. Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih disukai untuk cacing di dalam rongga usus
agar kadar setempat setinggi mungkin, lagi pula karena kebanyakan antelmintika juga bersifat toksis bagi tuan rumah.
Sebaliknya, terhadap cacing yang menembus dinding usus dan menjalar ke jaringan dan organ lain, misalnya cacing gelang,
hendaknya digunakan obat-obat sistemis, yang justru diresorpsi baik ke dalam darah hingga bisa mencapai jaringan.

PENYAKIT CACING
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar
manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih efektif, eradikasi penyakit
cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang
dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu lintas, dan kepariwisataan udara modern. Proyek-proyek irigasi
untuk meningkatkan agrikultur dapat pula menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi. Misalnya schistosomiasis
(bilharziasis), penyakit ini berkembang karena timbulnya kondisi yang menunjang pengembangan keong-keong, yang
menjadi tuan rumah antara bagi cacing schistosoma dan cacing ini menginfeksi manusia.
Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis
yang merupakan suatu faktor ekonomis sangat penting. Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, penyakit cacing
adalah penyakit rakyat umum yang sama pentingnya dengan, misalnya, malaria atau TBC. Infeksinya pun dapat terjadi
simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu
infeksi cacing.

PENULARAN
Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, adakalanya langsung melalui luka di kulit (cacing tambang dan
benang), atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada di mana-mana di atas tanah. Apalagi bila pembuangan kotoran
(tinja) dilakukan dengan sembarangan (sistem riol terbuka) dan tidak memenuhi persyaratanya higiene. Terutama anak kecil,
yang lazimnya belum mengerti azas higiene mudah sekali terkena infeksi. Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim
dalam saluran cerna atau berpenetrasi ke jaringan. Jumlah cacing merupakan faktor menentukan apakah orang menjadi sakit
atau tidak.
Diagnosis. Prosedur esensial untuk mendiagnosa infeksi cacing ini adalah melalui pemeriksaan mikroskopis dari telur
atau larvanya dalam tinja, urin, darah dan jaringan. Penentuan ini adalah penting sekali karena daya kerja obat cacing
kebanyakan tergantung dari jenis parasitnya.

GEJALA
Gejala dan keluhan dapat disebabkan oleh efek toksis dari produk-produk pertukaran zat cacing, penyumbatan usus
halus dan saluran empedu (obstruksi), atau penarikan zat-zat gizi yang penting bagi tubuh. Sering kali gejala tidak begitu
nyata dan hanya berupa gangguan lambung-usus, seperi mual, muntah, mulas, kejang-kejang, dan diare berkala dengan
hilangnya nafsu makan (anoreksia). Obstruksi usus buntu dan saluran pankreas dapat menimbulkan appendicititis dan
pancreatitis. Pada sejumlah cacing yang mengisap darah, maka tuan rumah dapat menderita kekurangan darah (anemia),
misalnya cacing tambang, pita, dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau tidak menunjukkan gejala
cacingan sama sekali. Misalnya, pada orang-orang pembawa cacing, telur/kistanya (carriers).

PENCEGAHAN
Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah menaati aturan higiene tertentu dengan tegas dan konsekuen terutama
oleh anak-anak. Yang terpenting di antaranya adalah, selalu mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah
bahan makanan. Jangan memakan sesuatu yang telah terjadi di tanah tanpa mencucinya dengan bersih terlebih dahulu.
Dengan demikian infeksi melalui mulut, yang paling sering terjadi, dapat dihindarkan. Selanjutnya, untuk pemberantasan

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 86


BAB 9. ANTELMINTIKA

infeksi cacing perlu diambil tindakan-tindakan higiene umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan hidup dan
kemajuan sosial-ekonomi.

JENIS-JENIS CACING
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
1. Plathyhelminthes (flatworms): Cestoda dan Trematoda.
Ciri-ciri cacing ini adalah bentuknya yang pipih dan tidak memiliki rongga tubuh (body cavity).
a. Cacing pita (Cestoda): Taenia, Echinococcus (blowworm).
Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen, dan tidak memiliki saluran cerna.
Echinococcus memiliki tuan rumah tetap (anjing) dan larvanya membentuk kista di organ-organ dalam.
b. Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma, Fasciola, dan lain-lain.
Umumnnya cacing ini berbentuk seperti daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies schistosoma yang
berbentuk lebih memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Schistostosoma (bilharzia) ditulari oleh bentuk aktifnya
(cercariae). Fasciola (cacing hati) khusus terdapat pada domba dan menimbulkan antara lain pembesaran hati, jarang
sekali menulari manusia. Infeksi cacing-cacing ini dinamakan masing-masing schistosomasis (bilharziasis) dan
fasciolasis.
2. Nematoda (roundworms): Oxyuris, Ascaris, juga Filaria.
Infeksi cacing ini dinamakan ancylostomiasis (cacing tambang), strongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis
(cacing gelang), dan trichuriasis (cacing cambuk). Infeksi dapat terjadi melalui telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui
mulut atau langsung melalui kulit.
Ciri-cirinya : bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna nyata, dan kelamin terpisah.
Siklus hidup cacing ini cukup kompleks dan sering kali membutuhkan tuan rumah-antara sehingga cacing dewasa. Pada
manusia, tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam saluran cerna atau menembus hingga jaringan.

Tabel 9.1. Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi cacing


Penyakit dan parasit Lokasi di tubuh Cara penularan Penyebaran geografis Pengobatan
Ascaris
Ascaris lumbricoides (N) Usus halus; larva melalui Makanan/tanah terinfeksi Seluruh dunia; sangat Piperazin
(cacing gelang biasa) paru-paru tinja dengan telur cacing umum Thiabendazol

Enterobiasis Coecum, colon Anal-oral, autoinfeksi Seluruh dunia Piperazin


Enterobius vermicularis (N) Pyrvinium pamoat
(cacing kremi)

Filariasis Lymp nodes; Gigitan nyamuk Daerah tropis dan Dietikarbamazin


Wucheria bancrofti (N) mikrofilaria dalam darah subtropis

Hookworms Usus halus; larva melalui Melalui kulit, tanah yang Daerah tropis Befenium,
Ancylostoma duodenale, paru-paru terinfeksi Tetrakloretillen,
Necator americanus (N) Thiabendazol

Strongyloidiasis Duodenum, jejunum; Melalui kulit Seluruh dunia Thiabendazol,


Strongyloides stercoralis (N) larva melalui kulit; paru- Pyrivinium pamoat
paru

Cacing pita Usus halus Daging mentah Seluruh dunia Niklosamida;


Taenia saginata/solium (C) Quinakrin

Trichionis Larva dalam otot Daging mentah Seluruh dunia Thiabendazol


Trichinella spiralis (N)

Trichuariasis Coecum, colon Tanah yang terinfeksi Seluruh dunia Heksilresorsinol


Trichuris trichiura (N) tinja dengan telur cacing Thiabendazol
cacing cambuk
C = cestoda (cacing pita); N = nematoda (cacing gelang)

PENGOBATAN
Banyak anthelmintika memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat
saja, yang memilki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum), misalnya mebendazol. Oleh karena itu,
pengobatan harus selalu didasarkan atas diagnosis parasit dengan jalan penelitian mikroskopis.
Posmedikasi. Banyak anthelmintika dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak
mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi atau sisa-sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi
alergi, maka harus dikeluarkan secepat mungkin. Biasanya diberikan suatu laksans garam 2-4 jam sesudahnya. Minyak
kastor tidak boleh digunakan, karena banyak anthelmintika melarut dalamnya hingga resorpsi obat dan toksisitasnya

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 87


BAB 9. ANTELMINTIKA

meningkat. Pencaharan tidak diperlukan pada obat-obat modern yang bersifat laksans, misalnya piperazin atau berkhasiat
vermicida, mematikan cacing, seperti mebenadzol dan niklosamida. Bila terdapat anemia, pasien harus diobati juga dengan
sediaan yang mengandung besi.

JENIS JENIS PENYAKIT CACING


Dari sekian banyak jenis infeksi cacing yang dikenal, hanya sejumlah kecil yang sering terjadi di Indonesia
1. Ascariasis: mebendazol, pirantel, albendazol, piperazin.
Ascaris lumbricoides atau cacing gelang panjangnya 10-15 cm dan
biasanya dan bermukim dalam usus halus. Kira kira 25% dari
seluruh penduduk dunia terinfeksi cacing ini, terutama di Negara-
negara tropis (70-90%). Cacing betina mengeluarkan telur dalam
jumlah yang banyak, sampai 200.000 telur sehari, yang dikeluarkan
oleh tinja. Penularan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh
telur dan larvanya (panjangnya kira kira 0,25 mm), yang
berkembang dalam usus halus. Larva ini menembus dinding usus
halus, melalui hati untuk kemudian ke paru-paru. Setelah mencapai
tenggorokan, lalu larva ditelan dan berkembang biak menajadi
cacing dewasa di usus halus. Jumlahnya dapat mencapai demikan
besar bisa menimbulkan penyumbatan,juga komplikasi seperti ileus,
appendicitis, dan pancreatitis.Terapi. Mebendazol, albendazol,dan
pirantel merupakan obat obat cacing pilihan pertama terhadap
Gambar 9.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides
ascariasis, kur sering kali harus diulang dengan kur kedua, karena
tidak semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan.
Anggota keluarga lain mungkin merupakan pembawa kista dan sebaiknya turut ditangani. Pada infeksi campuran dari
asacariasis dengan cacing-cacing lain, seharusnya diberikan serentak suatu obat ascarisida,
2. Oxyuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol, piperazin.
Enterobius vermicularis (dahulu disebut Oxyuris) atau cacing kremi
biasanya dalam coecum, menimbulkan gatal-gatal di sekitar dubur (anus)
dan kejang-kejang hebat pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini
mengakibatkan radang umbai-usus buntu akut (appendicitis). Pada wanita,
cacing ini bisa merambat ke saluran genital dan seterusnya ke rongga ke
perut sehingga memungkinkan timbulnya salpingitis atau peritonitis.
Penularan pada anak kecil sering kali terjadi dengan jalan autoreinfeksi
yakni melalui telur yang melekat pada jari jari sewaktu menggaruk daerah
dubur, yang dirasakan sangat gatal dan dengan demikian memungkinkan
terjadi infeksi sekunder. Penyebabnya ialah cacing betina yang panjangnya
8-13 mm, yang di antara jam 8-9 malam keluar dari dubur untuk bertelur di
kulit sekitar dubur. Infeksi cacing kremi adalah infeksi cacing satu satunya
yang penularannya berlangsung dari orang ke orang, sehingga semua
anggota keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak
Gambar 9.2. Siklus hidup Enterobius
menunjukkan gejala apapun. Penyebabnya ialah cacing betina baru
vermicularis
meletakkan telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.
Terapi. Mebendazol ,albendazol, pirantel. Tidak mematikan telurnya, sehingga setelah 2 minggu cacing yang menetas
harus dimatikan oleh kur kedua. Piperazin adalah obat pilihan kedua
3. Taeniasis: praziquantel,niklosamida.
Cacing pita yang paling umum terdapat adalah Taenia solium/T. saginata yang banyak terdapat pada babi, sapi, juga ikan.
Penularannya terjadi karena memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Cacing
dewasa, yang berkembang dalam usus, berbentuk seperti pita bersegmen. T. saginata dapat mencapai panjangnya sampai
10 m, sedangkan T. solium lebih pendek, kira kira 60 cm. Taenia sukar sekali dibasmi, karena kepalanya (scolex), yang
relatif kecil dibenamkan ke dalam selaput lender usus hingga tidak terkena obat. Bagian-bagian cacing (segmen) yang
berkontak dengan obat dan telah dimatikan, dilepaskan oleh scolex, yang kemudian membuat segmen segmen baru
(regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam tinja tetapi scolex-nya biasanya sudah dicernakan oleh getah
usus.

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 88


BAB 9. ANTELMINTIKA

Gambar 9.3. Siklus hidup Taenia saginata/solium Gambar 9.4. Siklus hidup Ancylostoma duodenale

Gejala umumnya adalah jarang timbul anemia, radang usus buntu,dan radang pankreas. Seringkali infeksi berlangsung
asimptomatis.
Terapi. Obat obat pilihan pertama terhadap infeksi ini adalah niklosamida dan praziquantel. Praziquantel atau
albendazol dapat digunakan terhadap larva T. solium.
4. Ancylostomiasis: mebendazol, albendazol.
Ada dua jenis cacing tambang, yakni Necator americanus yang terutama terdapat di Amerika dan Ancylostoma
duodenale yang terdapat di daerah tropis/sub-tropis dan panjangnya kira kira 10 mm. Cacing ini disebut cacing tambang
atau cacing terowongan (tunnel disease) karena terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung. Penularannya
terjadi oleh larva yang memasuki kulit yang terluka pada kaki dan menimbulkan reaksi local. Setelah memasuki vena,
larva menuju paru paru dan bronchi, akhirnya ke saluran cerna. Seperti Taenia, cacing tambang juga mengaitkan diri
pada mukosa usus dan menghisap darah tuan rumah hingga terjadi anemia yang cukup serius. Pengobatannya di arahkan
pada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah (makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan memberantas cacing.
Mebendazol dan pirantel merupakan obat obat cacing pilihan pertama yang sekaligus juga dapat membasmi cacing
gelang bila terjadi infeksi campuran.
5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermectin, albendazol.
Strongyloides stercoralis atau cacing benang sering terdapat di daerah tropis dan subtropis. Penularannya lewat larva
yang berbentuk benang yang menembus kulit. Larva ini dapat dikenali dalam tinja, yang tidak mengandung telurnya.
Berhubung terjadinya auto-reinfeksi, maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus
halus. Di tempat ini, cacing menimbulkan radang dan kerusakan.
Gejalanya yang khas adalah gatal-gatal hebat (urticaria) di bagian pinggul, yang bersifat sementara, juga gangguan perut
dan iritasi saluran napas (batuk, engap) akibat migrasi cacing.
Pengobatan. Tiabendazol dan ivermectin merupakan obat-obat pilihan pertama terhadap cacing benang; albendazol
juga efektif.

Gambar 9.5. Siklus hidup Strongyloides stercoralis Gambar 9.6. Siklus hidup Trichuris trichiura
6. Trichiuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 89


BAB 9. ANTELMINTIKA

Trichiuris trichiura atau cacing cambuk umumnya di negara beriklim panas dan lembab. Dalam tubuh manusia,
biasanya cacing cambuk terdapat dalam coecum (usus buntu) dan berdiam di mukosa ileum dan colon, dengan
menimbulkan kerusakan dan peradangan. Telurnya dikeluarkan dalam tinja dan digunakan untuk diagnosis. Telur dapat
bekembang di tanah. Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi.
Gejalanya: pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat kehilangan darah juga dapat terjadi anemia.
Pengobatan dilakukan secara efektif dengan mebendazol, pirentel, dan albendazol.
7. Filariasis: dietilkarbamazin (DEC), Hetrazan
Wucheria bancrofti atau cacing filaria merupakan nematoda dari
famili Filaria, yang menimbulkan penyakit tropis elephantiasis
(kaki gajah) atau filariasis Bancrofti. Cacing ini terdapat antara
lain di Afrika Tengah, Amerika Selatan, India, dan negara-negara
tropis lainnya, begitu pula di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia,
Vietnam dan Cina Selatan).Radang pembuluh limfa (lymphangitis)
disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa (panjangnya 8-10
cm). Akibatnya hiptrofi dari jaringan sel, terutama bagian kaki
yang dapat membesar sampai diameter 30 cm, makanya disebut
“kaki gajah”. Penularannya ke manusia terjadi melalui tuan rumah-
antaranya: nyamuk Culex fatigans, yang menyengat pada waktu
malam.Pengobatan. Obat utama terhadap infeksi ini adalah
dietilkarbamazin, terutama bila diberikan pada waktu dini.
Kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki drainage
Gambar 9.7. Siklus hidup Wuchereria bancrofti
getah bening dan membuang jaringan yang berlebihan.

8. Schistosomiasis: praziquantel
Schistosoma haematobium merupakan cacing pipih yang tidak
bersegmen dan terdapat di Amerika Selatan, negara-negara Arab,
Afrika, Cina, dan beberapa negara Asia, antara lain Indonesia
(S.japonicum). Cacing ini adalah penyebab penyakit schistosomiasis
atau bilharziasis yang ditularkan melalui sejenis keong pembawa-
larvanya. Setelah berkembang, parasit ini menembus kulit manusia dan
memasuki peredaran darah. Di beberapa bagian dunia schistosomiasis
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui
mandi di air yang terinfeksi.Penularan terjadi oleh cercariae, bentuk
khas yang dilepaskan ke dalam air oleh tuan rumah-antaranya (keong),
yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir manusia. Siklus
seksualnya terjadi di dalam tubuh manusia dengan pembentukan banyak
telur, yang dikeluarkan lewat tinja atau urin. Di dalam air, larva keluar
dari telur dan menulari keong, di mana di produksi puluhan ribu
cercariae.Terapi. Obat pilihan pertama adalah praziquantel terhadap
Gambar 9.8. Siklus hidup Schistosoma semua jenis schistosomiasis yang menyerang manusia.

Tabel 9.2. Ringkasan anthelmintika yang digunakan pada berbagai jenis infeksi cacing
  Obat Terpilih Pilihan Kedua
Ascaris (gelang) meb – pir – alb pip – lev – ivr
Oxyuris (kremi) meb – pir – alb Pip
Taenia (pita) nik – pra alb – meb
Necator (tambang) meb – alb pir – lev
Strongyl (benang) ivr – tib Alb
Trichuris (cambuk) Meb Alb
Filaria (benang) DEC  -
Bilharzia Pra  -
meb = mebendazol pip = piperazin ivr = ivermectin
tib = tiabendazol pir = pirate lev = levamisol
alb = albendazol pra = praziquantel nik = niklosamida

ZAT-ZAT TERSENDIRI

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 90


BAB 9. ANTELMINTIKA

1. Mebendazol : Vermox
Ester-metil dari benzimidazol ini (1972) adalah anthelmintikum broad spectrum yang
sangat efektif terhadap cacing kremi, gelang, pita, cambuk, dan tambang. Obat ini
banyak digunakan sebagai monoterapi untuk penanganan massal terhadap penyakit
cacingan, juga pada infeksi campuran dua atau lebih cacing.
Mebendazol bekerja sebagai vermicid, larvicid, dan juga ovicid. Mekanisme kerjanya melalui perintangan pemasukan
glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada cacing. Tidak perlu diberikan laksans. Resorpsinya dari usus
ringan sekali, kurang dari 10%. BA nya juga rendah akibat first pass effect tinggi. PP-nya 95%. Ekskresinya berlangsung
lewat empedu dan urin. Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa gangguan saluran cerna seperti sakit perut dan diare.
Kehamilan dan laktasi : tidak boleh digunakan untuk ibu hamil karena memiliki sifat teratogen yang potensial.
Mengingat resorpsinya sangat ringan, laktasi tidak perlu dihentikan. Tidak dianjurkan bagi anak-anak di bawah usia 2
tahun.
Dosis : dewasa dan anak-anak sama,yakni pada oxyuriasis dosis tunggal dari 100 mg (= 1 tablet ) pada waktu makan pagi.
Kur diulangi 14 hari kemudian.Sebaiknya seluruh keluarga diberi obat terhadap cacing kremi ini. Pada infeksi cacing
gelang, tambang, benang, pita, dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu diulang setelah 3 minggu.
* Tiabendazol (Mintezol)
Derivat thiazolyl (1963) yang efektif sekali terhadap infeksi oleh berbagai jenis nematoda,
khususnya Strongyloidiasis, dan Trichinosis. Khasiatnya terhadap Ascaris, Oxyuris,
Ancylostoma,dan Trichiuris cukup baik. Juga memiliki daya kerja larvicid dan ovocid.
Diperkirakan mekanisme kerjanya mengganggu metabolisme cacing.
Resorpsinya dari usus cepat dan mencapai kadar puncak dalam plasma setelah 1-2 jam. Sebagian besar (90%) dari zat ini
dikeluarkan melalui air seni sebagai glukuronida atau sulfat dari metabolit 5-hidroksinya.
Efek sampingnya yang sering terjadi adalah mual, muntah, anoreksia dan pusing (hebat), tetapi hanya selewat. Obat ini
juga dapat menimbulkan gangguan SSP, maka selama pengobatan kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan mental agar
dihindarkan. Jarang sekali tetapi sangat serius adalah hepatitis cholestatis.Berhubung hepatoksisitas ini penggunaannya
pada pasien hati (dan ginjal) hendaknya dengan hati-hati.
Dosis : 25 mg/kg berat badan, maksimum 1,5 g, dua kali sehari sesudah makan selama 2-4 hari.
* Albendazol (Zentel, Eskazole)
Adalah derivat-karbamat (1988) , yang berkhasiat broad spectrum terhadap Ascaris,
Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, Strongyloides, Trichiuris, dan lain lain. Terutama
dianjurkan pada Echinococciosis. Resorpsinya dari usus buruk, tetapi masih lebih baik
daripada mebendazol.
Di dalam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang diekskresikan melalui empedu dan urin.
Efek sampingnya berupa gangguan lambung-usus, demam, rontok rambut (selewat), dan exanthema.
Wanita hamil tidak boleh menggunakan albendazol, karena ternyata teratogen pada binatang percobaan, begitu pula
selama laktasi.
Dosis : pada ascariasis, enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis anak-anak dan dewasa single dose 400 mg d.c., pada
strongyloidiasis 1 dd 400 mg d.c. selama 3 hari.
2. Piperazin (F.I.) : Samco, Antepar, Upixon.
Zat basa ini (1949) sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris berdasarkan perintangan penerusan-impuls
neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik usus.
Di samping itu, piperazin juga berkhasiat laksans lemah. Dahulu obat ini banyak digunakan karena efektif dan
murah, tetapi di banyak negara Barat sejak tahun 1984 tidak digunakan lagi berhubung efek sampingnya
terutama neurotoksisitasnya.
Resorpsinya oleh usus cepat dan kira-kira 20% diekskresikan melalui urin dalam keadaan utuh. Dari banyaknya garam
yang digunakan, mungkin hanya garam adipat yang paling sedikit resorpsinya.
Efek sampingnya jarang terjadi ( mual, muntah, reaksi alergi), pada overdose timbul gatal-gatal (urticaria), kesemutan
(paresthesia), dan gejala neurotoksis (rasa kantuk, pikiran kacau, konvulsi, dan lain-lain). Hati-hati penggunaanya pada
pasien epilepsi, gangguan hati dan ginjal.
Wanita hamil dapat diberikan piperazin.
Dosis : terhadap Ascaris 75 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 g (terhitung sebagai heksahidrat, 6 aq.) selama 2
hari. Terhadap Oxyuris 65 mg /kg berat badan atau dosis tunggal dari 2,5 g selama 7 hari.
Untuk anak-anak terhadap Ascaris: 50 mg/kg berat badan, yakni 1-2 tahun 1 g, 3-5 tahun 2 g dan di atas 6 tahun 3 g
sekaligus. Terhadap Oxyuris : doses yang sama, tetapi selama 4-7 hari.
*Dietilkarbamazin : DEC, Hetrazan.

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 91


BAB 9. ANTELMINTIKA

Derivat-piperazin ini (1948) dikembangkan sewaktu perang dunia kedua, yaitu ketika lebih
kurang 15.000 tentara AS yang ditempatkan di pulau-pulau di Pasifik Barat menderita
filariasis. Obat ini khusus digunakan terhadap mikrofilaria cacing benang (Filaria), antara
lain Wuchereria bancrofti dan Loa-loa, sedangkan terhadap makrofilaria kurang efektif.
Khasiatnya berdasarkan penurunan kegiatan otot dan kemudian melumpuhkan mikrofilaria.
Lagi pula obat ini mengubah permukaan membran cacing, sehingga cacing dapat dimusnahkan oleh daya tangkis
penderita.
Resorpsinya dari usus mudah, sehingga kadar dalam plasma sudah mencapai puncaknya dalam 1-2 jam sedangkan
plasma-t½-nya adalah 10-12 jam. Sebagian besar (lebih dari 50%) dieksresikan melalui urin dalam keadaan utuh.
Efek sampingnya seperti sakit kepala, pusing, mual dan muntah, walaupun sering terjadi, tetapi tidak serius dan biasanya
hilang sendiri dalam beberapa hari meskipun pengobatan tidak dihentikan. Protein dari filaria yang mati dapat
menyebabkan reaksi alergi, misalnya urticaria hebat, dermatitis dan demam, yang bisa hilang sendiri setelah 3-7 hari.
Untuk ini, juga dapat digunakan obat-obat antihistamin dan /atau kortikosteroida.
Kehamilan. Obat ini dianggap aman untuk digunakan untuk ibu hamil.
Dosis : 3 dd 2 mg/kg berat badan p.c. atau 150-500 mg seharinya untuk 14 hari.
3. Pirantel: Combantrin,*Quantrel.
Derivat-pirimidin ini (1966) berkhasiat terhadap Ascaris, Oxyuris, dan cacing
tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan
perlumpuhan cacing dengan jalan menghambat penerusan impuls neuromuskuler
(seperti piperazin). Kemudian, parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa
diperlukan laksans. Resorpsinya dari usus ringan; 50% zat dieksresikan dalam
keadaan utuh dan metabolitnya melalui tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui
air seni.Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna dan jarang sakit
kepala.
Kehamilan : pirantel tidak dianjurkan penggunaannya bagi wanita hamil maupun bagi anak-anak dibawah usia 2 tahun.
Dosis :pada cacing kremi dan gelang dosis tunggal sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg (pamoat = embonat), anak-anak ½-2
tablet sesuai usia (10 mg/kg). Pada cacing cambuk idem selama 3 hari.
*Oksantel (*Quantrel)
Derivat-m-oksifenol dari pirantel yang dalam dosis tunggal (250-375) mg) efektif
terhadap trichiuriasis.

Preparat kombinasi:
 Quantrel = pirantel pamaot 150 + oksantel pamaot 150 mg
 Trivexan = pirantel pamaot 100 + mebendazol 150 mg
4. Levamisol: levotetramisol, Ascaridil, Ergamisol, Ketrax
Derivat-imidazol ini (1969) efektif terhadap Ascaris (90%) dan cacing tambang (80%).
Bentuk rasemisnya, tetramisol, juga digunakan terutama pada hewan; aktivitasnya hanya
setengah dari levamisol. Khasiat lainnya yang sangat penting adalah stimulasi sistem
imunologi tubuh (imunostimulator pada kemoterapi, khususnya T-cells). Karenanya amat
berguna pada terapi dengan obat-obatan yang menekan sistem tersebut, yakni sitostatika (obat-
obat kanker) dan kortikosteroida.
Digunakan pula dalam kombinasi dengan fluorourasil setelah pembedahan reseksi pada kanker colon.
Efek sampingnya jarang terjadi, yakni reaksi alergi (rash), granulocytopenia, dan kelainan darah lainnya. Hati-hati pada
penderita rema (arthritis reumatoid) dan penyakit auto-imun lainnya, karena meraka sangat peka terhadap efek samping
hematologis.
Kehamilan dan laktasi: data untuk ini masih kurang jelas.
Dosis pada ascariasis orang lebih berat dari 40 kg sekaligus 150 mg d.c (garam HCl), anak-anak 10-19 kg: 50 mg, 20-39
kg: 100 mg.

5. Praziquantel: Biltricide

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 92


BAB 9. ANTELMINTIKA

Derivat-pirazinoisokinolin ini (1980) berkhasiat baik terhadap jenis tertentu Schistosoma


(Cina) dan Taenia, sedangkan terhadap cacing hati Fasciola hepatica tidak efektif. Obat
ini digunakan sebagai obat satu-satunya pada schistosomiasis tersebut dan juga
dianjurkan pada taeniasis. Khasiatnya berdasarkan pemicuan kontraksi cepat pada cacing
dan desintegrasi kulitnya, kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Efek sampingnya ringan dan dapat berupa mual, sakit perut, dan kepala (selewat), jarang demam dan utricaria.
Keamanannya untuk wanita hamil belum dipastikan. Dosis: 600 mg setelah makan malam
6. Niklosamida: Yomesan
Sanyawa-nitrosalisilanilida ini (1960) sangat efektif sebagai vermicida terhadap cacing
pita manusia/hewan, tetapi terhadap telurnya tidak efektif. Khasiatnya diperkirakan
melalui peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim protease dalam usus tuan rumah,
sehingga cacing lebih mudah dicerna. Oleh karena itu, sering kali scolex tidak ditemukan
lagi dalam tinja. Hal ini menyukarkan penilaian berhasil atau tidaknya pengobatan.
Umumnya, terapi dinilai efektif bila setelah 3-4 bulan tidak ditemukan lagi segmen-
segmen cacing (proglottida) dan telurnya dalam tinja.
Khususnya pada infeksi oleh Taenia solium (babi), setelah segmen dicernakan, telurnya akan dibebaskan dalam rongga
usus, sehingga timbul kemungkinan cysticercosis bagi pasien. Oleh karena itu, perlu diberikan laksans garam 3-4 jam
setelah pengobatan untuk mengeluarkan segmen yang mati sebelum dicernakan. Laksans tidak diperlukan pada infeksi
oleh Taenia saginata (sapi), karena tidak adanya resiko akan cysticercosis. Resorpsinya dari saluran cerna hanya ringan
(kira-kira 15%) dan sebagian besar diekskresikan melalui urin dalam bentuk yang sudah direduksi, sisanya melalui tinja
dalam 1-2 hari. Plasma-t ½ nya3 jam.
Efek sampingnya hampir tidak ada, namun obat ini bersifat sangat toksis, sehingga penggunaannya harus berhati-hati
sekali pada gangguan yang meningkatkan resorpsi (colitis dan luka di usus).
Kehamilan dan laktasi: data untuk ini belum mencukupi.
Dosis: dewasa dan anak-anak di atas 8 tahun pagi-pagi saat perut kosong 1 g (= 2 tablet) dikunyah halus, disusul dengan
1 g lagi 1 jam kemudian. Setelah 2 jam baru boleh makan. Anak-anak dari 2-8 tahun seperempat (sebaiknya tablet
ditumbuk menjadi serbuk halus).
7. Ivermectin: Mectizan.
Hasil fermentasi (1987) dari jamur Streptomyces avermitilis ini merupakan
cacing benang tertentu (onchocerciasis). Obat ini berdaya mengurangi
mikrofilaria di kulit dan mata dengan efektif. Ivermectin juga amat efektif
terhadap Ascaris dan Strongyloides, lebih ringan terhadap Oxyuris dan
Trichuris. Terhadap kudis dan kutu rambut juga ampuh. Plasma-t ½ nya 12
jam, ekskresinya berlangsung khusus melalui tinja.Efek sampingnya
ringandan berupa gatal-gatal, ruam kulit dan pusing. Tidak dianjurkan
untuk wanita hamil.
Dosis: di atas 12 tahun dosis tunggal dari 150 mcg/kg, maksimal 2 jam a.c/p.c bila perlu diulang sesudah 6 bulan.
8. Obat-obat lainnya seperti minyak Chenopodi, gentianviolet, ekstrak Filices, santonin, dan papain yang sudah
obsolet dan praktis tidak digunakan lagi. Untuk obat-obat yang penggunaannya tidak lazim lagi karena efek sampingnya,
misalnya pyrvinium, befenium, dan tetrakloretilin.

MG – Farmakologi Dasar D-3 Farmasi STIKes Indah Medan - 2021 93

Anda mungkin juga menyukai