Farmakologis
- Hipertensi stage 1
1. Diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari
2. Penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau
3. Nifedipin long acting 30-60 mg/hari atau kombinasi.
- Hipertensi stage 2
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2
minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya
golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau
penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
- Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi di atas.
Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari
atau maksimum 2 kali sehari.
Non Farmakologis
Pemeriksaan Fisik dan - Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
Temuan hiperemis, eksudat (virus influenza, coxsachievirus,
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada
coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di orofaring dan
lesi kulit berupa maculopapular rash.
- Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul
bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal
dan nyeri pada penekanan
Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A
dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor
criteria, yaitu :
I. Demam
II. Anterior Cervical lymphadenopathy
III. Eksudat tonsil
IV. Tidak ada batuk
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1.
Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami
faringitis akibat infeksi streptokokkus group
A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki
kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus
group A dan bila skor 4 pasien memiliki
kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus
group
- Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring
lainnya hiperemis.
- Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak
kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia
lateral band. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding
posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).
- Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa
faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
tampak mukosa kering.
- Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak
granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring
- Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
1. Stadium primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila
infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring
seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
didapatkan pembesaran kelenjar mandibula
2. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring
terdapat eritema yang menjalar ke arah laring.
3. tadium tersier
Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan
palatum.
Pemeriksaan Penunjang dan 1. Pemeriksaan darah lengkap peningkatan leukosit pada
Interpretasi infeksi bakteri, dapat terjadi penurunan leukosit pada infeksi virus
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram Gram
Positif pada infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus sp. Dan
gram negatif pada infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan
KOH.
Tatalaksana Farmakologis
- Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan
obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut.
Pada faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000-400.000
IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi
lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai
zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
- Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine
dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan
50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
- Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga
penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik
Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10
hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau
Eritromisin 4x500 mg/hari.
- Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin
generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
- Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan
sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada
faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari
selama 3-5 hari.
- Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau
ekspektoran.
- Analgetik-antipiretik
- Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk
menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat
perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan
pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari
selama 3 hari.
Non-Farmakologis
- Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan
bergizi dan olahraga teratur, istirahat yang cukup, minum
air putih
- Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
- Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi
tenggorok.
- Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
Kriteria Rujukan
- Faringitis luetika
- Bila terjadi komplikasi
Referensi Permenkes Republilk Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Primer
Diagnosis Kerja Diare Akut
Anamnesis - buang air besar (BAB) lembek atau cair
- dapat bercampur darah atau lendir
- frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam.
- Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau
kembung)
- mual dan muntah
- tenesmus.
- Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang
besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal
dari usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga
erat terjadi infeksi
Anamnesis tambahan pada anak
- Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung,
kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak-anak)
untuk mengetahui, apakah termasuk diare kongenital atau
didapat, frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada
tidaknya darah dalam tinja
- Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
- Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal
tumbuh.
- Riwayat bepergian, tinggal
Pemeriksaan Fisik dan
Temuan - Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah.
- Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung
atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut
dan lidah kering atau basah.
- Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
- Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia.
- Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary
refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
- Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat
badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
menggunakan kriteria. Pada anak menggunakan kriteria
WHO 1995.
- Antibiotik Selektif
1. Neoplasma/ karsinoma
2. Infeksi
3. Fraktur vetebra
4. Sindrom kauda equina
5. Nyeri Punggung Bawah dengan kelainan neurologik berat
6. Nyeri Punggung Bawah dengan sindroma radikuler
7. Umur > 50 tahun atau < 20 tahun
Kriteria Rujukan
Merujuk pada buku Panduan Praktik Klinis Neurologi, dokter di
PPK 1 cukup menegakkan diagnosis awal nyeri punggung bawah
dan memberikan terapi anti nyeri sederhana. Dievaluasi selama 4
minggu, bila tidak membaik segera rujuk ke dokter spesialis saraf
terdekat
Referensi Panduan Praktik Klinis Neurologi
DIAGNOSIS KERJA Tuberkulosis (TB) Paru
ANAMNESIS Gejala umum TB Paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu,
yang disertai:
PEMERIKSAAN FISIK & Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
TEMUAN awal permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali
menemukan kelainan. Pada auskultasi terdengar suara napas
bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
2. Bronkiektasis
TATALAKSANA Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
1. Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis
obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol), diminum
setiap hari dan diawasi secara langsung untuk menjamin kepatuhan
minum obat dan mencegah terjadinya kekebalan obat.
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
3. Demam tifoid
ANAMNESIS 1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola
intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi
terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua.
2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk,
anoreksia, insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau
kejang.
PEMERIKSAAN 1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
FISIK & TEMUAN 2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai
dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya
delirium atau koma)
3. Demam, suhu > 37,5 C.
4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1 C.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
8. Delirium pada kasus yang berat
Kloramfenikol Dewasa: 4x500 mg selama 10 hari Merupakan obat yang sering digunakan
Anak 100 mg/kgBB/hari, per oral dan telah lama dikenal efektif untuk tifoid.
atau intravena, dibagi 4 dosis, Murah dan dapat diberikan peroral serta
selama 10-14hari sensitivitas masih tinggi Pemberian PO/IV
tidak diberikan bila lekosit <2000/mm3
Seftriakson Dewasa: 2-4gr/hari selama 3-5 Cepat menurunkan suhu, lama pemberian
hari pendek dan dapat dosis tunggal serta
Anak: 80 mg/kgBB/hari, IM cukup aman untuk anak.
atau IV, dosis tunggal selama 5 Pemberian PO/IV
hari
.
REFERENSI Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama. PB IDI. Cetakan II, 2017.
DIAGNOSIS KERJA Ketuban Pecah Dini
Adanya riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari
vagina yang kadang- kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
DIAGNOSIS -
BANDING
4. Di RS rujukan :
≥ 34 minggu : lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila
tidak ada kontraindikasi
24-33 minggu:
Bila terdapat amnionitis, abruptio plasenta, dan kematian
janin, lakukan persalinan segera.
Berikan Deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam.
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan
janin.
Bayi dilahirkan di usia 34 minggu, bila dapat dilakukan
pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukan bahwa
paru sudah matang.
< 24 minggu:
Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko
ibu dan janin.
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
mungkin menjadi pilihan.
Jika terjadi infeksi (koroiamnionitis), lakukan tatalaksana
koriamnionitis.
ANAMNESIS 1. Nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan
hingga sedang.
5. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada
daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala.
7. Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi
anoreksia mungkin saja terjadi.
PEMERIKSAAN Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala
FISIK & TEMUAN tegang otot ini.
PEMERIKSAAN -
PENUNJANG &
INTERPRETASI
DIAGNOSIS 1. Migren
BANDING
2. Nyeri kepala cluster
TATALAKSANA 1. Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan
pasien merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien
bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau
otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau
penyakit intrakranial lainnya.