Anda di halaman 1dari 12

Interaksi Sebagai Proses Belajar Mengajar

Muhammad Faiq Dzaki


Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlang-
sung interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar yang merupakan
kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan
interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan
guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan
komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu
(1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan :
yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu.
Interaksi belajar mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian siswa mempunyai tujuan,
(2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu
adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan,
(3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi
yang khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan
sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar,
(4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat
pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya interaksi belajar mengajar,
(5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.
Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dan
proses belajar mengajar,
(6) dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-
langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan,
(7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu
harus dicapai,
(8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai
melalui interaksi belajar mengajar.( Titin, 2003:10)
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi belajar mengajar
guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi
pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil
memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang
digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami
landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua proses yang terpadu
yaitu proses belajar mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar
sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses penerapan prinsip.
Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) mengatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup yang
memungkinkan makhluk hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara
kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi
baru. Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
dimana organisme perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar bukanlah
menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep
yang baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan
konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna.
Merujuk pada kaum kontruktivis bahwa belajar merupakan proses aktif dalam
mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang.
(Suparno P , 1997 :61)
Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara
sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati
secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai
pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau dapat
dikatakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan
sikap.
Belajar fisika dalam kerangka pengajaran dan pendidikan di sekolah
adalah proses aktivitas siswa arahan dan bimbingan untuk mempelajari materi
mata pelajaran fisika. Melalui kegiatan belajar fisika siswa diharapkan
memperoleh pengertian tentang fakta-fakta, konsep fisika, prinsip, hukum,
metode ilmiah dan sikap ilmiah serta saling keterkaitan antar komponen-
komponen itu. Selanjutnya semua hal yang dipelajari tersebut diharapkan dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata dan dapat digunakan untuk mempelajari
perkembangan sains dan teknologi.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke
siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.
(Bettencournt, 1989 dalam Suparno P,1997 :65)
Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri,
dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak
sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa
mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of
learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” …….
( Hamalik ,2002:58)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses
kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru
sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar
merupakan aspek dari proses pendidikan.
Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan
sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang
mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam
kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana
sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling
berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah
ditetapkan(output).

Pustaka:
Abdillah, H. dan Abdul, M. 1988. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran.
Surabaya Indonesia : Usaha Nasional.

Hamalik, U. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta : Kanisius

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Muhammad Faiq Dzaki

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa


Tingkah Laku Guru.
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru:
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat
bahan bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.

Model Pembelajaran Kooperatif – Tiga Komponen/Elemen


Esensial
Muhammad Faiq Dzaki
Tujuan-Tujuan Kelompok
Model pembelajaran kooperatif mendapat nama demikian dari para pakar
pendidikan karena pada faktanya siswa-siswa ditempatkan dalam sebuah situasi belajar
yang meminta mereka untuk bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan
kelompok. Tujuan-tujuan kelompok ini memiliki keuntungan bagi pembelajaran karena
dapat memicu proses belajar dan sekaligus memberikan motivasi kepada mereka.
Secara umum pembelajaran di kelas dapat dibagi tiga (3) berdasarkan macam
struktur tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) kelas kompetitif tradisional, tujuan
pembelajaran berbasiskan individual. Hal ini sebenarnya dapat membuat beberapa siswa
menjadi frustasi. Ini terjadi saat guru merangking siswa dalam kurva hasil pembelajaran
dan siswa berkompetisi satu sama lain untuk memperoleh rangking terbaik. Keberhasilan
seorang siswa berarti kegagalan bagi siswa yang lainnya; (2) kelas individualistik, di
mana usaha masing-masing siswa tidak mempunyai pengaruh pada siswa yang lainnya.
Mereka bekerja sendiri-sendiri dan hasil yang diperoleh mereka juga sendiri-sendiri tanpa
diperbadingkan dalam bentuk kurva atau rangking oleh guru; (3) kelas kooperatif, tujuan
pemebalajaran yang berhasil diraih oleh seorang siswa memberi kontribusi pada
kelompoknya. Tapi dalam kelas ini, walaupun performa siswa secara individual penting,
performa kelompok jauh lebih penting. Tujuan-tujuan kelompok yang akan dicapai dalam
sebuah model pembelajaran kooperatif adalah insentif-insentif yang dapat menciptakan
semangat kelompok dan mengobarkan rasa kebersamaan siswa untuk saling bantu-
membantu dalam pembelajaran.

Akuntabilitas Individual
Meskipun telah disebutkan di atas bahwa tujuan-tujuan kelompok amat penting,
proses belajar secara individual tetaplah penting. Dalam model pembelajaran kooperatif,
terdapat apa yang disebut akuntabilitas individual. Akuntabilitas individual adalah suatu
konsep dimana setiap anggota kelompok wajib menguasai atau dapat mendemonstrasikan
sebuah materi pembelajaran atau keterampilan yang telah diajarkan. Kesempatan yang
Sama untuk Sukses
Tujuan-tujuan kelompok diharapkan akan membentuk kekompakan kelompok,
kohesif. Sementara itu akuntabilitas secara individual menjamin bahwa seluruh anggota
kelompok akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga tak merugikan kelompoknya.
Kesamaan kesempatan untuk meraih sukses adalah komponen esensial ketiga untuk
kesuksesan dalam menggenjot pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif. Melalui elemen yang ketiga ini diharapkan semua siswa akan termotivasi
untuk berprestasi. Komponen/elemen ini sangat penting pada keadaan kelas yang
mempunyai siswa dengan kemampuan beragam. Kesempatan yang sama untuk sukses
bermakna bahwa semua siswa, apapun, bagaimanapun latar belakang atau
kemampuannya dapat sukses dalam pembelajan ini karena semuanya didasarkan pada
upaya belajar. Jadi pada hakikatnya, pembelajaran lebih berfokus pada upaya belajar
setiap siswa dalam kelompok-kelompok dan peningkatan hasil belajar mereka sendiri.
Bukan membandingkan upaya belajar masing-masing siswa dengan siswa-siswa lain.

Unsur-unsur Model pembelajaran kooperatif


Muhammad Faiq Dzaki
Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model
pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya
diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif - Tujuan


Muhammad Faiq Dzaki
Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu:
Hasil akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok
bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi
dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa kelompok atas akan
meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di
dalam materi tertentu.
Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan.
Pengembangan keterampilan social
Tujuan penting Ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Pembelajaran Kooperatif – Tahapan-Tahapan Persiapan


Muhammad Faiq Dzaki
Untuk kelancaran model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya, guru
perlu sebelumnya melakukan tahapan-tahapan persiapan sebagai berikut:
Persiapan materi
Materi yang akan disajikan dalam model pembelajaran kooperatif dirancang
sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang diselenggarakan secara
kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran terlebih dahulu dibuat lembar
kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.
Pembentukan kelompok kooperatif
Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang. Kelompok yang
dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu terdiri dari siswa pandai, sedang
dan kurang. Selain mempertimbangkan kemampuan akademik, perlu juga
mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar
belakang sosial.

Penentuan skor dasar


Selanjutnya diinformasikan skor dasar tiap anggota. Skor dasar berasal dari skor
tes individu pada evaluasi sebelumnya

Ciri Model Pembelajaran Kooperatif


Muhammad Faiq Dzaki
Model Pembelajaran Kooperatif pada umumnya memiliki ciriciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share


(TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran

Muhammad Faiq Dzaki


Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan
yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD – Langkah-
Langkah Pembelajaran

Muhammad Faiq Dzaki


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui
jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak
saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match


(membuat pasangan) – Langkah-Langkah Pembelajaran

Muhammad Faiq Dzaki


Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk
sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (model tim ahli)


– Langkah-Langkah Pembelajaran
Muhammad Faiq Dzaki
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investivigation


Go A Round – Langkah-Langkah Pembelajaran
Muhammad Faiq Dzaki

Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang 5 siswaterdiri dari
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya
secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif


Muhammad Faiq Dzaki
Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi
dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di
laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang
tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan
siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa
yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya
menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam
model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif
dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan
dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan
pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi
tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin
kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa
satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran
kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan
apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara
individu.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat
memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat
diminimalisirkan.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Muhammad Faiq Dzaki
Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi
dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi temanteman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak mahal

Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Dalam Pembelajaran Kooperatif

Muhammad Faiq Dzaki


Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.


Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Motivasi Belajar – Upaya untuk Meningkatkan
Muhammad Faiq Dzaki
Upaya untuk meningkatkan motivasi belaja siswa yang dapat dilakukan yaitu:
Optimalisasi penerapan prinsip belajar.
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak pembelajaran bagi
guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa dan menguasai
seluk beluk bahan yang diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan
beberapa prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain
sebagai berikut:
Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu
guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahana masalah yang
menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun
guru dengan baik.
Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat
pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu mengatur
bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai
belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukan
kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan
ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis
tersebut dengan jalan :
Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya.
Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak
belajar.
Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi kesempatan kepada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar.
Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.
Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam
mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut
dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru
apa yang mereka tidak mengerti.
2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
4) Guru mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik
kebenaran mengatasi kesukaran.
5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya.
7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran
belajarnya sendiri.
8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan
siswa agar belajar secara mandiri.
Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar.
Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar
sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya
dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari
semua lapisan masyarakat

PAKEM – Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan


Menyenangkan
Muhammad Faiq Dzaki
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang
dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran.
Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik
pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang
kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang
dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan
yang sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh
pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau
disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.

Motivasi Belajar - Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi


Muhammad Faiq Dzaki
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa. Motivasi belajar tampak pada keinginan anak
sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat,
bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian,
keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi
pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah
keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat
mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi
lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Siswa memiliki
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat
pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan
perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah seorang pendidik
profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik,
guru dapat memilil dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku
yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

Anda mungkin juga menyukai