Anda di halaman 1dari 40

Emulsi

AMELIA FEBRIANI
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya
menyerupai milk, warna emulsi adalah putih

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah


satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
EMULSI lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Stabilitas emulsi dapat dipertahankan


dengan penambahan zat yang ketiga yang
disebut dengan emulgator (emulsifying
agent)
EMULSI

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara


termodinamik dan mengandung paling sedikit dua fase
cair yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya
didispersikan sebagai tetesan-tetesan dalam fase cair lain.
Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi
atau emulsifying agent.

- Mikroemulsi : tetesan berukuran 0,01 – 0,1 µm

- Makroemulsi : tetesan berukuran ± 5 µm (0,1-10 µm)


ALASAN DIBUAT SEDIAAN EMULSI

1. Bahan aktif fasa minyak


2. Bahan aktif larut dalam minyak
3. Diinginkan pelepasan terkontrol
Keuntungan sediaan emulsi

1. Penggunaan Internal:
- rasa obat fasa minyak tersamarkan
- dapat membawa obat yang larut dalam
minyak

2. Penggunaan eksternal: cair/semisolid (krim)


- daya sebar lebih baik dibanding larutan dan
suspensi
- mudah tercucikan
- lebih elegan.
Komponen
Dasar

Komponen
Tambahan

Komponen Emulsi
Fase dispersi/fase Fase
internal /fase kontinue/fase Emulgator
diskontinue external/fase luar

zat cair dalam emulsi


zat cair yang terbagi-
yang berfungsi sebagai bagian dari emulsi
bagi menjadi butiran
bahan dasar yang berfungsi untuk
kecil ke dalam zat cair
(pendukung) dari menstabilkan emulsi
lain.
emulsi tersebut.

KOMPONEN DASAR
Komposisi
- Fase Internal / diskontinyu/ terdispers
- Fase eksternal / Kontinyu
- Emulgator

Fase dalam emulsi :


- Bersifat polar : air
- Bersifat non polar : minyak

Bentuk
- Cair
- Semisolids
TIPE EMULSI
- Emulsi minyak dalam air (o/w) : bila fase
minyak didispersikan dalam fase air

- Emulsi air dalam minyak (w/o) : bila fase air


didispersikan dalam minyak

- Tipe emulsi dapat ditentukan dari:


● Ratio fasa minyak dan air
● Jenis Emulgator
● Cara pencampuran: urutan/suhu
Corigens Pengawet Antioksidan

metil dan propil paraben,


asam benzoat, asam asam askorbat,
sorbat, fenol, kresol, dan L.tocoperol, asam sitrat,
Saporis, odoris, colouris
klorbutanol, benzalkonium propil gallat dan asam
klorida, fenil merkuri gallat.
asetat, dll

Komponen tambahan
Emulsi tipe O/W ( oil • Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar
kedalam air
in water) atau M/A ( • Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase
minyak dalam air). external.

Emulsi tipe W/O ( • emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar
water in oil ) atau kedalam minyak
A/M ( air dalam • Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase
minyak) external.

Tipe Emulsi
Pemilihan tipe emulsi

- Emulsi obat untuk pemberian oral


biasanya tipe o/w
- Pengemulsi yang digunakan
- non ionik emulsifying agent:
merupakan bahan sintetis.
- acasia (gom)
- tragakan
- gelatin
Pemilihan tipe emulsi

➢Emulsi yang dipakai untuk pemakaian obat


luar biasanya tipe o/w atau w/o

➢Pengemulsi tipe o/w :


- Na lauryl sulfat
- Tri etanolamine stearat
- Sabun-sabun monovalen seperti natrium
oleat dan self emulsifying glyceryl
monostearate
Pemilihan tipe emulsi

Tipe w/o :
emulsifying agent yang digunakan:
- Sabun-sabun polivalen: Ca palmitat
- Ester-ester sorbitan (Spans)
- Kolesterol
- Lemak wool
Pembentukan Emulsi

1. Pemecahan fasa minyak menjadi tetesan


halus yang berlangsung sangat cepat
(disruption)
2. Stabilisasi tetesan oleh fasa ketiga
(pengemulsi) (stabilization)
STABILITAS EMULSI
• jika partikel yang terdispersi
berada dalam keadaan terbagi • Makin besar viskositas emulsi , • Jika konsentrasi fase internal
halus dalam waktu yang lama, maka makin kurang > , shg butir-butir yg berada
bila fase terdispersi makin gerakan/tumbukan butir-butir pada dasar sampai permukaan
mendekati keadaan koloidal fase dalam, → menghindari bersentuhan maka gerakan
maka emulsi tersebut makin terjadinya creaming. dari butir-butir tidak
stabil memungkinkan lagi → terjadi
creaming

Ukuran fase
Viskositas fase Konsentrasi fase
terdispersi / fase
eksternal internal
internal
Emulsi dikatakan tidak stabil bila
mengalami hal-hal seperti dibawah ini:

1. Creaming

• terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang


satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada
lapisan yang lain.
• Creaming bersifat reversible artinya bila digojok
KETIDAKSTaBILAN perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
EMULSI
2. Koalesen dan cracking (breaking)

• Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel


rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).
• Sifatnya irreversible (tidak bisa diperbaiki).
• Hal ini dapat terjadi karena :
• Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol,
perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.
• Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan.
CREAMING
➢ Laju creaming emulsi meningkat bila:
- Perbedaan kerapatan antara fase terdispersi
dan pendispers semakin besar.
- Viskositas pendispersi menurun
- Menaikkan gaya gravitasi dengan cara
sentrifugasi
➢ Laju creaming emulsi bisa diturunkan dengan cara:
- Ukuran partikel bola-bola dikurangi
dengan menghomogenkan fase terdispersi.
- Viskositas pendispersi ditingkatkan dengan
menambah pengental. Misalnya
metilselulosa, tragacanth, natrium alginat
3. Inversi
•Peristiwa
berubahnya dengan
KETIDAKSTaBILAN
EMULSI tiba-tiba tipe
emulsi w/o menjadi
o/w atau
sebaliknya.
•Sifatnya irreversible.
INVERSI FASE
(PERUBAHAN FASE)

➢ Dengan metode inversi dapat dihasilkan emulsi


yang lebih halus
➢ Inversi fase dapat terjadi :
- Perubahan perbandingan volume fase
terdispersi dan pendispersi → (continental
method)
- Penambahan bahan sehingga mengubah
pengemulsi. Misal emulsi o/w dengan
pengemulsi natrium stearat, dengan
penambahan kalsium klorida tipe emulsi
menjadi w/o.
Tergantung
PENENTUAN TIPE EMULSI dari fase
eksternal
• dapat diencerkan dengan air → emulsi tipe o/w
Dengan Pengenceran
• dapat diencerkan dengan minyak. → emulsi tipe w/o

Dengan Pemberian • Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut
warna larut dalam fase external dari emulsi tersebut

• Bila emulsi diteteskan pada kertas saring:


Dengan Kertas saring • kertas saring menjadi basah → emulsi tipe o/w,
• timbul noda minyak pada kertas → emulsi tipe w/o.
• Bila emulsi dapat menghantarkan listrik → lampu menyala → fase
lexternal emulsi adalah air → emulsi tipe o/w
Dengan Konduktivitas • Bila emulsi tidak dapat menghantarkan aliran listrik → lampu tidak
listrik menyala → fase luar emulsi adalah minyak → emulsi tipe w/o.
• Perlu diperhatikan emulsi dengan emulgator ionik dapat memberi
reaksi positif.
Emulgator Alam

• Tumbuh-tumbuhan:
Gom arab,tragacant, agar-
agar,chondrus
• Hewani:
gelatin, kuning telur, kasein, dan
adeps lanae
EMULGATOR • Tanah dan mineral:
Veegum / Magnesium Aluminium
Silikat

Emulgator Buatan

• * Sabun
* Tween (20,40,60,80)
* Span ( 20,40,80)
CARA PEMBUATAN EMULSI
untuk minyak menguap dan
Zat pengemulsi zat –zat yang bersifat minyak
zat pengemulsi dan mempunyai viskositas
(biasanya gom arab) ditambahkan ke dalam
air (zat pengemulsi rendah.
dicampur dengan umumnya larut) agar Serbuk gom dimasukkan ke
minyak terlebih dahulu, membentuk suatu dalam botol kering, kemudian
Metode Gom Kering

Metode Botol
Metode Gom Basah
kemudian ditambahkan mucilago, kemudian ditambahkan 2 bagian air,
air untuk pembentukan perlahan-lahan minyak tutup botol kemudian
corpus emulsi, baru dicampurkan untuk campuran tersebut dikocok
mem-bentuk emulsi, dengan kuat. Tambahkan sisa
diencerkan dengan sisa setelah itu baru air sedikit demi sedikit sambil
air yang tersedia. diencerkan dengan sisa dikocok.
air.
- Perbandingan corpus Perbandingan corpus emulsi
emulsi: minyak : air : gom arab = 2
:2 :1
menurut ANSEL
• minyak : air : gom arab =
4 :2 : 1
- menurut Van Duin
• minyak : air : gom arab =
2 : 1,5 : 1
CARA PEMBUATAN EMULSI

1. Fasa air (air dan bahan2 yang larut dalam


air )
2. Fasa minyak (minyak dan bahan2 yang larut
dalam minyak)
3. Fasa minyak dicampur dengan fasa air dan
diaduk dengan cepat sampai terbentuk emulsi.
EVALUASI SEDIAAN EMULSI

❑ Organoleptis
❑Viskositas
❑Sifat Alir
❑ Tipe emulsi
❑ Analisa ukuran partikel atau diameter bola-
bola fase terdispersi dari waktu kewaktu.
❑ Analisa pertumbuhan bakteri
❑ Degradasi kimia
PENGAWETAN EMULSI

➢ Pengemulsi dapat diuraikan oleh bakteri →


perlu ditambahkan pengawet/antibakteri
dengan konsentrasi yang cukup.
➢ Pengawet efektif dalam keadaan terlarut dan
tak terionkan → perhitungkan konsentrasinya
➢ Emulsi terdiri dari fase air dan minyak →
pengawet yang efektif di kedua fase.
➢ Pertimbangkan interaksi dengan bahan yang
ada di dalam emulsi mis surfaktan
Tabel Pengawet sediaan emulsi

Pengawet Konsentrasi (%)


Alkohol 15
Asam benzoat, Na benzoat (pH ≤ 4) 0,05-0,01
Benzyl alkohol (pH>5) 1-4
Methylparaben 0,05-0,3
Propylparaben 0,02-0,2
Butylparaben 0,02-0,2
Benzalkonium klorid 0,002-0,1
Asam sorbat (pH≤6) 0,1-0,2
SIFAT RHEOLOGI EMULSI

- Sifat aliran emulsi diperlukan untuk penampilan


dan penggunaan produk. Mis untuk pemakaian
parenteral, pemindahan ke dari botol atau tube dll.

- Bisa bersifat Newton, pseudoplastis atau plastis →


tergantung pada volume fase terdispersinya.
WADAH/PENYIMPANAN
➢ Wadah tertutup rapat untuk menghindari
penguapan air
➢ Bila sediaan berbentuk cairan harus ada
ruangan untuk pengocokan
➢ Untuk sediaan oral harus mudah
penuangannya
➢ Disimpan pada suhu ruang atau lemari es
➢ Harus diberi label kocok dahulu kalau
sediaan cair.
CONTOH FORMULA

Safflower oil 30 ml
Glycerin 20 ml
Rose oil (or other oil) 2 ml
Polysorbat 80 2 ml
Benzyl alcohol 1 ml
Purified water ad 100 ml
CARA PEMBUATAN

1. Ukur masing-masing bahan


2. Campur safflower oil, rose oil dan polysorbat
hingga homogen
3. Campur glycerin dengan benzyl alcohol dan
tambahkan 45 ml air untuk membentuk fase
air
4. Tambahkan (3) kedalam (4) dan aduk hingga
homogen
1. TEORI TEGANGAN
PERMUKAAN
TEORI • Penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan
TERJADINYA tegangan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara
EMUSIFIKASI kedua zat cair yang tdk dapat
bercampur akan mudah
bercampur
2. TEORI ORIENTASI BENTUK BAJI
• Setiap molekul emulgator dibagi menjadi
dua kelompok yakni :
• Kelompok hidrofilik, → emulgator yang
suka pada air.
• Kelompok lipofilik → emulgator suka
pada minyak.
Teori • Setiap jenis emulgator memiliki harga
keseimbangan yang besarnya tidak sama.
terjadinya Harga keseimbangan itu dikenal dengan
istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan
emulsifikasi perbandingan antara kelompok lipofil
dengan kelompok hidrofil .
• Semakin besar harga HLB berarti semakin
banyak kelompok yang suka pada air →
lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya

3. TEORI INTERPARSIAL
FILM
• Emulgator akan diserap
TEORI pada batas antara air dan
TERJADINYA minyak, sehingga terbentuk
EMUSIFIKASI lapisan film yang akan
membungkus partikel fase
dispersi.
• 4. TEORI ELECTRIC DOUBLE LAYER (
LAPISAN LISTRIK RANGKAP)
• Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air
yang langsung berhubungan dengan permukaan
minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan
berikutnya akan mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan didepannya.
• Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak
TEORI dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang
saling berlawanan.
TERJADINYA • Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari
EMUSIFIKASI partikel minyak yang akan mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar,
karena susunan listrik yang menyelubungi setiap
partikel minyak mempunyai susunan yang sama.
Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan
bertambah
HLB
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua
kelompok yakni :
❖Kelompok hidrofilik, → emulgator yang suka
pada air.
❖Kelompok lipofilik → emulgator suka pada
minyak.
➢ Setiap jenis emulgator memiliki harga
keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B.
(Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang
menunjukkan perbandingan antara kelompok
lipofil dengan kelompok hidrofil .
➢ Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak
kelompok yang suka pada air → lebih mudah larut
dalam air dan demikian sebaliknya
HLB
Nilai HLB Tipe Sistem
❖ HLB 1,8 – 8,6
3-6 A/M emulgator
→ lipofil →
tipe A/M
7-9 Zat pembasah ❖ HLB 9,6 – 16,7
→ hidrofil →
8-18 M/A emulgator tipe M/A
13-15 Zat pembersih

15-18 Zat penambah pelarutan


NILAI HLB BEBERAPA SURFAKTAN
MENGHITUNG HLB CAMPURAN
Contoh :
R/ Tween 80 70 % HLB: 15
Span 80 30 % HLB: 4,3

Perhitungan:
Tween 80: 70% x 15 = 10,5
Span 80 : 30% x 4,3 = 1,3
HLB campuran : 11,8

Anda mungkin juga menyukai