Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN POLA BIMBINGAN KLINIK TERHADAP PENCAPAIAN

TARGET KOMPETENSI MAHASISWA NERS STASEKEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH I DI RSUD dr.SLAMET GARUT TAHUN 2016

Indraeni Eka An Nisa S.Kep


STIKes Karsa Husada Garut
ABSTRAK

Pola bimbingan yang terstruktur dapat mempengaruhi kompetensi baik


dari segi kognitif, sikap dan psikomotor mahasiswa keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta pencapaian target kompetensi yang
di tetapkan. Pola bimbingan klinik sangat di perlukan dalam proses
pembelajaran klinik terutama terhadap mahasiswa keperawatan khusunya
profesi ners, saat ini masih terdapat pola bimbingan yang tidak terstruktur
sehingga pencapaian target tidak terpenuhi secara maksimal. Tujuan umum
penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola bimbingan klinik terhadap
pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan medikal
bedah I di RSUD dr.Slamet Garut tahun 2016. Metode Penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan study kolerasi.
Populasi penelitian ini seluruh mahasiswa profesi Ners STIKes Karsa Husada
Garut. Sampel yang digunakan sebanyak 60 mahasiswa yang diambil dengan
total sampling pada periode April sampai Mei 2016. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola bimbingan klinik sebagian besar sudah terstruktur
(75%). Untuk pencapain target kompetensi mahasiswa Ners stase
keperawatan medikal bedah I diketahui bahwa 73,33% mencapai target
kompetensi. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p.value 0,002 perhitungan
odds ratio OR menghasilkan nilai 8,14 (CI 2,19-30,18) sehingga terdapat
hubungan bermakna antara pola bimbingan klinik terhadap pencapaian target
kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan medikal bedah I. Pola
bimbingan klinik yang terstruktrur mempunyai peluang 8,14 kali lebih besar
dapat mencapai target kompetensi mahasiswa ners satse keperawatan
mendikal bedah I dibanding dengan pola bimbingan yang tidak terstruktur.
Hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatkan pola bimbingan yang
masih belum terstruktur agar pencapaian target kompetensi dapat tercapai.
Kata Kunci : Keperawatan Medikal Bedah, Pola Bimbingan Klinik,
Profesi Ners, Target Kompetensi
RELATIONSHIP PATTERNS OF CLINICAL GUIDANCE TOWARDS
ACHIEVING THE TARGET OF STUDENT COMPETENCE NURSES STASE
MEDICAL-SURGICAL NURSING I IN RSUD dr.SLAMET
GARUT 2016
ABSTRACT

The pattern of structured guidance that can affect both in terms of


cognitive competence, attitude and psychomotor nursing students in providing
nursing care and competence in achieving the target set. Patterns guidance
clinic is in need in clinical learning process, especially for the profession of
nursing students especially nurses, there are still patterns of guidance is not
structured so that achieving the target is not met optimally. The general
objective of this study to determine the relationship patterns of clinical
guidance towards achieving the target of student competence stase nurses in
medical-surgical nursing I dr.Slamet Garut Hospital in 2016. The research
method used is descriptive analytic correlation study. The study population of
this entire student nurses profession STIKes Karsa Husada Garut. The
samples used were 60 students taken with total sampling from April to May
2016. The results showed that the pattern of clinical guidance largely
structured (75%). For the achievement of the target of student competence
nurses medical-surgical nursing stase I note that the 73.33% achieved the
target competence. From the statistical test result values obtained 0,002
p.value calculation produces a value odds ratio OR 8.14 (2.19 to 30.18) and
so there was a significant relationship between the pattern of clinical guidance
towards achieving the target of student nurses stase competence of medical-
surgical nursing guidance I. Pattern terstruktrur clinics have 8.14 times
greater chance to reach the target satse nurses nursing student competence
surgical mendikal I compared with guidance unstructured patterns. The
results of this study suggested to improve the guidance pattern is still not
structured so that the achievement of competence can be achieved.
Keywords: Medical Surgery , Pattern Guidance Clinic, Profession nurses,
Target Competence
LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan pilar utama bagi kelangsungan hidup manusia,


dengan pendidikan, manusia dapat meningkatkan kualitas hidup serta dapat
mewujudkan potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat. Pengembangan tenaga kesehatan termasuk didalamnya, tenaga
keperawatan merupakan salah satu prioritas dalam program pembangunan
tenaga kesehatan di Indonesia. Pendidikan tinggi keperawatan bertujuan
menghasilkan perawat profesional, proses pendidikan ini dilaksanakan
melalui dua aspek yakni pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Kedua
tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti karena keduanya merupakan
tahapan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya.proses kegiatan pembelajaran klinik sangat dipengaruhi peran dari
seorang pembimbing klinik atau yang dikenal dengan sebutan Clinical
Instructor. Dalam proses pendidikannya saat ini masih terdapat hambatan
dan masalah dalam pembelajaran klinik baik pola bimbingan, sarana dan
prasarana, pembimbing klinik maupun dari mahasiswa yang mengakibatkan
pencapaian target kompetensi tidak terpenuhi atau tidak memuasakan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada Bulan Januari 2016 di RSUD dr.
Slamet Garut dari wawancara dengan 10 wawancara kepada 10 mahasiswa
Ners Karsa Husada Garut mengenai penilaian pola bimbingan klinik dan
pencapaian target kompetensi pada stase keperawatan medikal bedah I
dalam pembelajaran klink didapatkan 6 orang (60%) mengatakan proses
bimbingan sesuai dengan prosedur, kesempatan berdisuksi baik, merasa
puas dengan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing klinik serta
kompetensi yang ditargetkan sudah tercapai. 4 orang (40%) mengatakan
selama praktek profesi mengalami kesulitan jika pembimbing klinik tidak ada
atau jadwal dinas tidak sesuai, pengarahan dan bimbingan serta waktu
berdiskusi kurang, begitupun teori bed-side teaching masih jarang dilakukan,
pola bimbingan yang dilakukan masih berantakan, ditambah lagi perbedaan
persepsi tentang asuhan keperawatan antara pembimbing akademik dan
pembimbing klinik hal ini menyebabkan pencapaian target kompetensi
khususnya pada stase keperawatan medikal bedah tidak memenuhi standar
dan kurang memuaskan dalam proses pembelajaran klinik.
Hasil wawancara, pembimbing klinik mengatakan dalam pembelajaran klinik
pola bimbingan dan komunikasi antara pembimbing klinik dengan mahasiswa
memang masih kurang dan belum dijalankan sepenuhnya. Hambatan yang
biasa terjadi dikarenakan berbagai faktor, diantaranya kesibukan, jumlah
mahasiswa yang terlalu banyak, selain itu pembimbing klinik mempunyai
peran ganda yaitu sebagai perawat dan pembimbing mahasiswa, terkadang
beberapa mahasiswa kurang aktif serta tidak disiplin misalnya dalam
pengumpulan tugas laporan. Disela-sela kesibukan, pembimbing klinik
dituntut untuk membagi waktu antara kegiatan diruangan dengan
membimbing mahasiswa praktik yang keduanya membutuhkan tanggung
jawab yang sama.
Berdasarkan fenomena yang telah terpapar di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan pola bimbingan klinik terhadap
pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan medikal
bedah I di RSUD dr.Slamet Garut tahun 2016.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola bimbingan
klinik terhadap pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase
keperawatan medical bedah I di RSUD dr.Slamet Garut tahun 2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
desain penelitian Correlation Study, study kolerasi merupakan penelitian atau
penelaah hubungan antara dua variabel pada situasi atau kelompok subjek.
Populasi penelitian ini seluruh mahasiswa profesi Ners STIKes Karsa Husada
Garut. Sampel yang digunakan sebanyak 60 mahasiswa yang diambil dengan
total sampling pada periode April sampai Mei 2016.
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari :
1) Variabel dependen yaitu : pola bimbingan klinik
2) Variabel Independen yaitu : pencapaian target kompetensi mahasiswa
ners stase keperawatan medikal bedah I
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahan interprestasi, maka
ditetapkan definisi operasionalnya sebagai berikut :
1) Pola bimbingan klinik adalah Segala sesuatu yang berupa bantuan
pengarahan, peranan/role model, dalam proses pembelajaran klinik
terhadap mahasiswa yang terencana dan terjadwal.
2) pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan
medikal bedah I adalah Suatu kemampuan yang harus tercapai dan
dilaksanakan terutama pada kritikal kompetensi oleh mahasiswa Ners
pada stase keperawatan medikal bedah I.
Pengumpulan data
Tekhnik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari kuesioner yang dibagikan. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner, kuesioner terlebih dahulu di uji validitas dan
reliabilitas, uji validitas di lakukuan di Rumah Sakit Umur Daerah Kota
Bandung kepada 20 responden dengan nilai r tabel 0,444 apabila r hitung > r
tabel maka valid dan apabila r hitung < dari r tabel tidak valid. Dan
dinyatakan reliabel apabila nilai alpha lebih dari 0,07.
Pengumpulan data terhadap variabel pola bimbingan klinik dan pencapaian
target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan medikal bedah I
dilakukan dengan membagikan kuesioner setelah selesai di isi kuesioner
dikumpulkan oleh peneliti. Setelah data terkumpul kemudian lakukan
pengolahan data dan analisis data. Analisis univariat mendistribusikan rata-
rata variabel, dan analisis bivariat mengunakan uji chi square.
Untuk menentukan apakah “Ho atau Ha” yang diterima dengan cara melihat
nilai p. p > 0,05 Ho diterima yang artinya Tidak ada hubungan antara pola
bimbingan klinik terhadap pencapaian target kompetensi mahasiswa Ners
stase keperawatan medikal bedah I di RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. p
< 0,05 Ha ditolak yang artinya Ada hubungan antara pola bimbingan klinik
terhadap pencapaian target kompetensi mahasiswa Ners stase keperawatan
medikal bedah I di RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 responden mahasiswa Ners
STIKes Karsa Husada Garut di RSUD dr Slamet Garut 2016.
a. Pola bimbingan klinik
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pola Bimbingan Klinik Di RSUD dr.Slamet Garut
Tahun 2016
Pola BimbinganKlinik Frekuensi Persentase (%)

Terstruktur 45 75%
Tidak terstruktur 15 25%
TOTAL 60 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar pola
bimbingan klinik terstruktur yaitu 75% (45 responden) dibandingkan dengan
pola bimbingan yang tidak terstruktur yaitu 25% (15 responden) .
b. Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah I
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I Di RSUD dr.Slamet
Tahun 2016

Pencapaian Target Kompetensi


Frekuensi Persentase (%)
Ners Stase KMB I
Tercapai 44 73,33%
Tidak tercapai 16 26,67%
TOTAL 60 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan responden yang mencapai target


kompetensi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I adalah 73,33 % (44
responden) dan yang tidak mencapai target kompetensi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah I adalah 26,67% (16 responden).
c. Hubungan Pola Bimbingan Klinik Dengan Pencapaian Target Kompetensi
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Tabel 4.3
Hubungan Pola Bimbingan Klinik Dengan Pencapaian Target
Kompetensi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I di RSUD
dr.Slamet Garut Tahun 2016
Pencapaian Target
Kompetensi Ners
Stase KMB I
Pola Bimbingan Total P. OR-CI
Klinik Tercapai Tidak
value 95 %
Tercapai

N % N % N %

Terstruktur 38 33,0 7 12,0 45 100 8,14


TidakTerstruktur 6 11,0 9 4,0 15 100 0.002 (2,19-
30,18)
Total 44 44,0 16 16,0 60 100

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa mahasiswa yang mencapai target


kompetensi ners pada stase keperawatan medikal bedah I sebanyak 33,0%
dengan pola bimbingan yang terstruktur, sedangkan mahasiswa yang tidak
mencapai target kompetensi ners pada stase keperawatan medikal bedah I
hanya 12,0% dengan pola bimbingan yang terstruktur. Berdasarkan hasil uji
statistik, membuktikan ada perbedaan proporsi yang signifikan antara pola
bimbingan klinik terhadap pencapaian target kompetensi Ners stase
keperawatan medikal bedah I yaitu diperoleh P-value = 0,002. Karena P-
value ≤ α (0,05), maka Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pola bimbingan klinik terhadap
pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan medikal
bedah I. Hasil analisis diperoleh pula nilai odds ratio sebesar 8,14 (CI 95%
antara 2,19-30,18) artinya pola bimbingan klinik yang terstruktur memiliki
peluang 8,14 kali mencapai target komptensi ners pada stase keperawatan
medikal bedah I dibandingkan dengan pola bimbingan yang tidak terstruktur.

PEMBAHASAN
a. Pola Bimbingan Klinik
Bimbingan klinik keperawatan merupakan suatu proses belajar–
mengajar dilahan praktek yang disiapkan bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran (
Keliat, 2004 dalam Enawati 2008).
Pola bimbingan klinik adalah segala sesuatu yang berupa bantuan
pengarahan, peranan/role model dalam proses pembelajaran klinik
terhadap mahasiswa yang terencana dan terjadwal. Reilly dan obermann
dalam Nursalam (2008) menyatakan bahwa pengalaman belajar klinik
(rumah sakit dan puskesmas) merupakan bagian penting dalam proses
pendidikan mahasiswa keperawatan terutama profesi Ners.
Peranan dari seorang pembimbing klinik juga sangat diperlukan dan
sangat berpengaruh dalam proses perkembangan sikap profesional
seorang mahasiswa keperawatan terutama profesi Ners dalam
pembelajaran di lahan klinik hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ali &
Panther (2008) ; Kalen et al.,(2010) bahwa peran pembimbing adalah
sebagai penasihat, role model, coach, problem solver, guru, pemberi
dorongan, organizer dan guide.
Pola bimbingan yang tersrtuktur mempengaruhi keberhasilan dalam
pembelajaran klinik. Hasil penelitian dari 60 responden menyatakan
sebagian besar pola bimbingan klinik sudah terstruktur 75 %. Sedangkan
25% menyatakan pola bimbingan tidak tersrtuktur.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa masih terdapat pola
bimbingan yang tidak terstruktur 25%. Namun tidak terstrukturnya pola
bimbingan klinik disebabkan karena beberapa hambatan diantarnya
kesibukan, waktu, meningkatnya jumlah mahasiswa, suvervisi yang belum
adekuat, dan dimana para pembimbing harus membagi waktu dengan
tupoksinya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Nursalam (2008).
b. Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah I
Pencapaian target kompetensi mahasiwa ners stase keperawatan
medikal bedah I merupakan salah satu syarat untuk meneyelesaikan
pendidikan keperawatan di mana kompetensi perawat adalah
pengetahuan dasar, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan secara aman dan
bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Mahasiswa dikatakan berkompeten apabila mampu melaksanakan atau
mencapai target kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan salah
satunya pada stase keperawatan medikal bedah I.
Praktik profesi keperawatan medikal bedah merupakan program
yang menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat
menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap ketika melakukan
asuhan keperawatan profesional, memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal etis
serta menggunkan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan
keperawatan orang dewasa (AIPNI, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dari uji statistik bahwa
responden yang mencapai stase keperawatan medikal bedah I (73,33 %)
dan yang belum mencapai target kompetensi yaitu (26,67 %).
Walaupun dari hasil penelitian ini sebagian besar mahasiswa ners
sudah mencapai target kompetensi namun masih terdapat mahasiwa ners
yang belum mencapai target kompetensi pada stase keperawatan medikal
bedah I selama proses pembelajaran klinik. Hal ini disebabkan karena
bimbingan klinik belum maksimal, mahasiswa terkadang pasif, kurangnya
motivasi, menurut penelitian Sulistiyowati (2010), Pemberian motivasi
kepada mahasiswa juga sangat mempengaruhi target kompetensi dimana
motivasi yang tinggi dapat menguatkan hasil dan target secara maksimal.
Menurut Nursalam (2008) untuk meningkatkan pencapian target
kompetensi perlu dilakukan perubahan dan lebih memberikan bimbingan
kepada mahasiswa karena kompetensi secara nyata akan memprediksi
seseorang bekerja baik atau buruk sesuai dengan kriteria sfesifik atau
standar.
c. Hubungan Pola Bimbingan Klinik Terhadap Pencapaian Target
Kompetensi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pola bimbingan klinik Terhadap Pencapaian target
kompetensi ners stase keperawatan medikal bedah I hal ini terlihat dari
nilai p-value yang lebih kecil dari α (0,05) yaitu 0,002. Hasil perhitungan
odds ratio OR menghasilkan nilai 8,14 ( 2,19-30,18) artinya pola
bimbingan klinik yang terstruktur memiliki peluang 8,14 kali lebih besar
dapat mencapai target kompetensi mahasiswa ners pada stase
keperawatan medikal bedah I dibandingkan pola bimbingan klinik yang
tidak terstruktur.
Oleh karena pola bimbingan klinik berhubungan erat dengan target
kompetensi dimana pola bimbingan terstruktur akan mengakibatkan
pencapaiaan target kompetensi mahasiswa ners pada stase keperawatan
medikal bedah I mencapai target yang ditetapkan. Begitupun sebaliknya
jika pola bimbingan yang tidak terstruktur akan mengakibatkan
pencapaian target tidak tercapai secara maksimal. Penggunaan metode
dan model bimbingan juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran
klinik. Penelitian ini didukung penelitian wanda dessie (2005) dimana
prilaku pembimbing klinik dapat mempengaruhi mata ajar dan pencapaian
target kompetesi. Prilaku, peran serta diskusi, umpan balik pembimbing
klinik yang maksimal terhadap mahasiswa akan memberikan dampak
yang baik dan memperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi.
Senada dengan penelitian Makarem et. al (2001), yang menyatakan
bahwa diskusi antara instruktur klinik dan mahasiswa efektif dalam
pembelajaran klinik karena pada saat diskusi mahasiswa bisa
mengklarifikasi apa yang ditemui saat mereka praktik di lahan praktik.
Pada saat diskusi, seorang pemimbing klinik bisa memberikan contoh
cara mengintegrasikan pola berpikir yang logis, tepat dan komprehensif.
Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa mahasiswa
keperawatan terutama profesi Ners mengharapkan pola bimbingan
dijalankan secara terencana dan terstruktur serta pembimbing klinik dapat
memberikan bimbingan secara maksimal, memberikan peran yang baik
sebagai seorang perawat, memberikan umpan balik, memandu diskusi
dengan efektif, sehingga proses pembelajaran klinik berlangsung dengan
baik dan pencapaian target dapat terpenuhi. Namun demikian
pembimbing klinik harus memberikan penguatan mengenai pentingnya
pencapaian taget kompetensi sebagaimana yang dijelaskan oleh Susito
dkk, (2006) dalam penelitiannya bahwa proses keberhasilan mahasiswa
dalam pembelajaran klinik sangatlah dipengaruhi oleh peran dari seorang
pembimbing klinik.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
1. Pola bimbingan klinik sebagian besar telah terstruktur
2. Pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan
medikal bedah I sebagian besar sudah tercapai
3. Ada hubungan yang bermakna antara pola bimbingan klinik terhadap
pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan
medikal bedah I di RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016.

SARAN
Bagi Institusi Pendidikan STIKes Karsa Husada Garut
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk di jadikan suatu bahan kajian
selanjutnya untuk meningkatkan proses pembelajaran praktik profesi Ners ini
dan sebagai tambahan referensi.
Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang
pola bimbingan klinik secara kualitatif.
Bagi pihak Rumah sakit
1) Pihak rumah sakit di harapkan melakukan evaluasi dan koordinasi
terhadap pembimbing klinik.
2) Pembimbing klinik rumah sakit diharapkan memperbaiki pola bimbingan
dan mengikuti pelatihan Clinical Instructor.

DAFTAR PUSTAKA
AIPNI. 2010. Kurikulum Pendidikan Ners Indonesia.
Arikunto, Suharesmi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Dahlan, Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Emilia, Ova. 2008. Kompetensi Dokter Dan Lingkungan Belajar Klinik di
Rumah Sakit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Enawati Sri, 2008. Pengaruh penggunaan metode konseptual dalam
bimbingan praktek klinik keperawatan terhadap pencapaian
kompetensi Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Di akses melalui https://eprints.uns.ac.id tanggal 21 desember 2015
Giri, EM dan Flavianus Darman. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen. Jakarta: Transmedia Pustaka.
Higgs,et al, dalam Valerie, Ness et al. 2010. Supporting And Mentoring
Nursing Student In Practice. Diakses melalui http:/e-
resources.perpusnas.go.id Pada tanggal 4 januari 2016

Indraswati R 2011. Pembimbing Klinik Keperawatan=Receptor. diakses


melalui.www.fik.ui.ac. tanggal 5 februari 2016
Linda dan Chandra. 2012. Tingkat Kepuasan Bimbingan Klinik Mahasiswa
Keperawatan. Jurnal Nursing Studies, Volume 1 Nomor 1 Hal 219-224.
diakes melalui http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing. pada
tanggal 20 januari 2016
Luddin, Abu bakar M. 2010. Dasar-Dasar Konseling: Tinjauan Teori Dan
Praktik. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.
Lui et al. 2008. Profesional nursing values among baccalaureate nursing
studies in hongkong. Nursing education today, 28, 108-144. melalui
www.ncb.nlm.nih.gov (10 januari 2016)
Makarem, S., Dumit, N. Y., Adra, M., & Kassak, K. (2001). Teaching
effectiveness and learning outcomes of baccalaurate nursing students
in a
critical care practicum: A Lebanese experience. Nursing Outlook, 49,
43-49.
Notoatmojdo, Soekijdo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurhidayah. 2011. dalam Siswanto, Fauzi. dkk. 2014. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi Mahasiswa Untuk Melanjutkan Profesi
Ners. Diakses melalui http://jom.unri.ac.id tanggal 5 Januari 2016
Nursalam dan Effendy,F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Rifai Ahmad. 2014. Capaian Komptensi Praktek Klinik Kmb-Dm I Pada
Mahasiswa Program D IV Keperawatan Politeknik Kementrian
Kesehatan Surakarta. diakses melalui download.portalgaruda.org
tanggal 20 desember 2015
Sulistiyowati, 2010 . hubungan minat dan motivasi belajar dengan pencapaian
target kompetensi praktik klinik kebidanan mahasiswa prodi d3
kebidanan stikes muhammadiyah lamongan tahun 2009/2010. Diakses
melalaui pasca.uns.ac.id Tanggal 20 desember 2015
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukesi Niken. 2013. Hubungan Bimbingan Clinical Instructur Dengan
Kepuasan Mahasiswa Praktik di Rs Permata Medika Semarang.
diakses melalui jurnal.unimus.ac.id.PDF tanggal 23 desember 2015

Wanda Dessie, 2005. Hubungan prilaku instruktur klinik dan pencapaian


tujuan mata ajar oleh mahasiswa tahap profesi keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 9, No.1, Maret 2005; 1-6. Diakses
pada tanggal 27 januari 2016
Wahyudi, Iwan dan Roganda Situmorang. 2014. Pengalaman CI Dalam
Pembelajaran Klinik, Jurnal Medika Cendikia,Volume 01 Nomor 01 Hal
38-42
Yusiana, Maria Anita dan Nyoman Anita Damayanti. 2011. Evaluasi
Penerapan Pembelajaran Klinik Keperawatan Metode Bedside
Teaching dan Penugasan Klinik Berdasarkan Evaluasi CIPP di Rs
Baptis Kediri. Diakes melalui http://journal.unair.ac.id pada tanggal 15
desember 2015

Anda mungkin juga menyukai