HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 responden mahasiswa Ners
STIKes Karsa Husada Garut di RSUD dr Slamet Garut 2016.
a. Pola bimbingan klinik
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pola Bimbingan Klinik Di RSUD dr.Slamet Garut
Tahun 2016
Pola BimbinganKlinik Frekuensi Persentase (%)
Terstruktur 45 75%
Tidak terstruktur 15 25%
TOTAL 60 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar pola
bimbingan klinik terstruktur yaitu 75% (45 responden) dibandingkan dengan
pola bimbingan yang tidak terstruktur yaitu 25% (15 responden) .
b. Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah I
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I Di RSUD dr.Slamet
Tahun 2016
N % N % N %
PEMBAHASAN
a. Pola Bimbingan Klinik
Bimbingan klinik keperawatan merupakan suatu proses belajar–
mengajar dilahan praktek yang disiapkan bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran (
Keliat, 2004 dalam Enawati 2008).
Pola bimbingan klinik adalah segala sesuatu yang berupa bantuan
pengarahan, peranan/role model dalam proses pembelajaran klinik
terhadap mahasiswa yang terencana dan terjadwal. Reilly dan obermann
dalam Nursalam (2008) menyatakan bahwa pengalaman belajar klinik
(rumah sakit dan puskesmas) merupakan bagian penting dalam proses
pendidikan mahasiswa keperawatan terutama profesi Ners.
Peranan dari seorang pembimbing klinik juga sangat diperlukan dan
sangat berpengaruh dalam proses perkembangan sikap profesional
seorang mahasiswa keperawatan terutama profesi Ners dalam
pembelajaran di lahan klinik hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ali &
Panther (2008) ; Kalen et al.,(2010) bahwa peran pembimbing adalah
sebagai penasihat, role model, coach, problem solver, guru, pemberi
dorongan, organizer dan guide.
Pola bimbingan yang tersrtuktur mempengaruhi keberhasilan dalam
pembelajaran klinik. Hasil penelitian dari 60 responden menyatakan
sebagian besar pola bimbingan klinik sudah terstruktur 75 %. Sedangkan
25% menyatakan pola bimbingan tidak tersrtuktur.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa masih terdapat pola
bimbingan yang tidak terstruktur 25%. Namun tidak terstrukturnya pola
bimbingan klinik disebabkan karena beberapa hambatan diantarnya
kesibukan, waktu, meningkatnya jumlah mahasiswa, suvervisi yang belum
adekuat, dan dimana para pembimbing harus membagi waktu dengan
tupoksinya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Nursalam (2008).
b. Pencapaian Target Kompetensi Mahasiswa Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah I
Pencapaian target kompetensi mahasiwa ners stase keperawatan
medikal bedah I merupakan salah satu syarat untuk meneyelesaikan
pendidikan keperawatan di mana kompetensi perawat adalah
pengetahuan dasar, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan secara aman dan
bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Mahasiswa dikatakan berkompeten apabila mampu melaksanakan atau
mencapai target kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan salah
satunya pada stase keperawatan medikal bedah I.
Praktik profesi keperawatan medikal bedah merupakan program
yang menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat
menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap ketika melakukan
asuhan keperawatan profesional, memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal etis
serta menggunkan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan
keperawatan orang dewasa (AIPNI, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dari uji statistik bahwa
responden yang mencapai stase keperawatan medikal bedah I (73,33 %)
dan yang belum mencapai target kompetensi yaitu (26,67 %).
Walaupun dari hasil penelitian ini sebagian besar mahasiswa ners
sudah mencapai target kompetensi namun masih terdapat mahasiwa ners
yang belum mencapai target kompetensi pada stase keperawatan medikal
bedah I selama proses pembelajaran klinik. Hal ini disebabkan karena
bimbingan klinik belum maksimal, mahasiswa terkadang pasif, kurangnya
motivasi, menurut penelitian Sulistiyowati (2010), Pemberian motivasi
kepada mahasiswa juga sangat mempengaruhi target kompetensi dimana
motivasi yang tinggi dapat menguatkan hasil dan target secara maksimal.
Menurut Nursalam (2008) untuk meningkatkan pencapian target
kompetensi perlu dilakukan perubahan dan lebih memberikan bimbingan
kepada mahasiswa karena kompetensi secara nyata akan memprediksi
seseorang bekerja baik atau buruk sesuai dengan kriteria sfesifik atau
standar.
c. Hubungan Pola Bimbingan Klinik Terhadap Pencapaian Target
Kompetensi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pola bimbingan klinik Terhadap Pencapaian target
kompetensi ners stase keperawatan medikal bedah I hal ini terlihat dari
nilai p-value yang lebih kecil dari α (0,05) yaitu 0,002. Hasil perhitungan
odds ratio OR menghasilkan nilai 8,14 ( 2,19-30,18) artinya pola
bimbingan klinik yang terstruktur memiliki peluang 8,14 kali lebih besar
dapat mencapai target kompetensi mahasiswa ners pada stase
keperawatan medikal bedah I dibandingkan pola bimbingan klinik yang
tidak terstruktur.
Oleh karena pola bimbingan klinik berhubungan erat dengan target
kompetensi dimana pola bimbingan terstruktur akan mengakibatkan
pencapaiaan target kompetensi mahasiswa ners pada stase keperawatan
medikal bedah I mencapai target yang ditetapkan. Begitupun sebaliknya
jika pola bimbingan yang tidak terstruktur akan mengakibatkan
pencapaian target tidak tercapai secara maksimal. Penggunaan metode
dan model bimbingan juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran
klinik. Penelitian ini didukung penelitian wanda dessie (2005) dimana
prilaku pembimbing klinik dapat mempengaruhi mata ajar dan pencapaian
target kompetesi. Prilaku, peran serta diskusi, umpan balik pembimbing
klinik yang maksimal terhadap mahasiswa akan memberikan dampak
yang baik dan memperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi.
Senada dengan penelitian Makarem et. al (2001), yang menyatakan
bahwa diskusi antara instruktur klinik dan mahasiswa efektif dalam
pembelajaran klinik karena pada saat diskusi mahasiswa bisa
mengklarifikasi apa yang ditemui saat mereka praktik di lahan praktik.
Pada saat diskusi, seorang pemimbing klinik bisa memberikan contoh
cara mengintegrasikan pola berpikir yang logis, tepat dan komprehensif.
Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa mahasiswa
keperawatan terutama profesi Ners mengharapkan pola bimbingan
dijalankan secara terencana dan terstruktur serta pembimbing klinik dapat
memberikan bimbingan secara maksimal, memberikan peran yang baik
sebagai seorang perawat, memberikan umpan balik, memandu diskusi
dengan efektif, sehingga proses pembelajaran klinik berlangsung dengan
baik dan pencapaian target dapat terpenuhi. Namun demikian
pembimbing klinik harus memberikan penguatan mengenai pentingnya
pencapaian taget kompetensi sebagaimana yang dijelaskan oleh Susito
dkk, (2006) dalam penelitiannya bahwa proses keberhasilan mahasiswa
dalam pembelajaran klinik sangatlah dipengaruhi oleh peran dari seorang
pembimbing klinik.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
1. Pola bimbingan klinik sebagian besar telah terstruktur
2. Pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan
medikal bedah I sebagian besar sudah tercapai
3. Ada hubungan yang bermakna antara pola bimbingan klinik terhadap
pencapaian target kompetensi mahasiswa ners stase keperawatan
medikal bedah I di RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016.
SARAN
Bagi Institusi Pendidikan STIKes Karsa Husada Garut
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk di jadikan suatu bahan kajian
selanjutnya untuk meningkatkan proses pembelajaran praktik profesi Ners ini
dan sebagai tambahan referensi.
Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang
pola bimbingan klinik secara kualitatif.
Bagi pihak Rumah sakit
1) Pihak rumah sakit di harapkan melakukan evaluasi dan koordinasi
terhadap pembimbing klinik.
2) Pembimbing klinik rumah sakit diharapkan memperbaiki pola bimbingan
dan mengikuti pelatihan Clinical Instructor.
DAFTAR PUSTAKA
AIPNI. 2010. Kurikulum Pendidikan Ners Indonesia.
Arikunto, Suharesmi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Dahlan, Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Emilia, Ova. 2008. Kompetensi Dokter Dan Lingkungan Belajar Klinik di
Rumah Sakit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Enawati Sri, 2008. Pengaruh penggunaan metode konseptual dalam
bimbingan praktek klinik keperawatan terhadap pencapaian
kompetensi Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Di akses melalui https://eprints.uns.ac.id tanggal 21 desember 2015
Giri, EM dan Flavianus Darman. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen. Jakarta: Transmedia Pustaka.
Higgs,et al, dalam Valerie, Ness et al. 2010. Supporting And Mentoring
Nursing Student In Practice. Diakses melalui http:/e-
resources.perpusnas.go.id Pada tanggal 4 januari 2016