Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA LINGKUNGAN

SENKI DESTA GALUH, ST, MT


segala sesuatu berbentuk cairan yang
mengandung berbagai jenis bahan
kontaminasi/pencemar yang dapat merubah dan
menganggu sekitarnya.

Pengolahan air limbah adalah suatu proses yang


dijalankan untuk menghilangkan atau
membersihkan limbah (effluent) atau limbah
hasil kegiatan industri, komersial atau rumah
tangga dari air sehingga air dapat dimanfaatkan
kembali oleh lingkungan tanpa memberikan
dampak negatif

pengolahan ini dilakukan dalam 3 atau lebih


tahapan yang spesifik, tergantung pada
komposisi dan tingkat limbah yang terkandung
dalam air limbah.
Ada banyak sekali paramater dari air
limbah menurut permen LH 05 tahun
2014 (browsing google), secara umum
kandungan air limbah yang selalu
dijadikan parameter diantaranya :
 (Biochemical Oxygen Demand, disingkat BOD) atau KOB
(kebutuhan oksigen biokimia)
merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
mengurai zat sisa yang ada pada limbah industri. Semakin tinggi
kadarnya, maka hal itu menandakan bahwa bakteri
membutuhkan oksigen yang banyak.
Jika kadar BOD pada limbah masih tinggi, namun tetap dilakukan
pengaliran ke sungai, maka hal ini akan membuat biota air mati
karena asupan oksigen pada sungai akan diserap sepenuhnya oleh
bakteri-bakteri yang ada untuk melarutkan bahan-bahan organik.

 COD (Chemical Oxygen Demand)


COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada pada limbah, seperti
amonia dan nitrit. Semakin tinggi kadarnya, maka menandakan
bahwa zat-zat tersebut masih dalam jumlah yang tak wajar dan
berbahaya apabila langsung diedarkan ke lingkungan bebas.
 TDS
TDS merupakan singkatan dari ( Total Disolved
Solids ). TDS merupakan padatan yang terlarut
dalam larutan baik berupa zat organik maupun
anorganik. Sedangkan TSS merupakan padatan
yang terdapat pada larutan namun tidak terlarut,
dapat menyebabkan larutan menjadi keruh, dan
tidak dapat langsung mengendap pada dasar
larutan.

 TSS
TSS terdiri dari partikel - partikel yang
berat dan ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan sedimen. Zat pada
tersuspensi adalah endapan dari padatan
total yang tertahan pada saringan dengan
ukuran pertikel maksimal 2 mikrometer.
Menurut alat ukur indonesia yang termasuk
dalam zat padat tersuspensi adalah tanah
liat, logam oksida, sulfida, ganggang,
lumpur, jamur, dan bakteri.
 pH
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C
ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada
tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih
daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait
dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti
kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan,
rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-
bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun
dalam frekuensi yang lebih rendah.

 PO4
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfat dalam perairan
terdapat dalam bentuk senyawa anorganik terlarut
dan senyawa organik, Senyawa fosfat ini mengalami
hidrolisis menjadi bentuk ortofosfat (PO4) yang
dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton atau algae,
Fosfat tidak bersifat toksik, namun jika diiringi
dengan kelebihan kadar nitrogen, dapat menstimulir
ledakan algae (algae bloom), sehingga menghambat
penetrasi oksigen dan cahaya matahari. Keberadaan
fosfat berhubungan erat dengan tingkat kesuburan
perairan. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang,
memiliki kadar ortofosfat 0,011 – 0,03 mg/liter.
Tahapan
Ada setidaknya 3 tahapan atau lebih
pengolahan
dalam proses pengolahan air limbah
tergantung jenis kandungan dan
kepadatan zat pencemar seperti yang
sudah dibahas pada sistem penyedia air
bersih sebelumnya

Tahap awal/pra pengolahan

Pengolahan primer

Pengolahan sekunder

Pengolahan tersier

pengeringan

defoarms
Pengolahan
awal

Tujuan proses pengolahan awal,


diantaranya

▪ Membuang material bahan


padat menyerupai sedimen,
yang tampak mata dengan
teknik filtrasi

▪ penyaringan bahan kasar


(coarse screening)
▪ pembuangan kotoran
(grit removal)
Meliputi ▪ kominusi atau
pengurangan ukuran
(comminution) material
limbah yang berukuran
besar
Pengolahan
primer
Tujuan dari teknik ini ialah membuang
bahan padat, perbedaan dengan teknik
tahap awal disini menggunakan teknik
sedimentasi dan skimming atau
diaduk/dipompa udara.

Tujuan dari tahap pengolahan ini diantaranya :


 Mengurangi Kebutuhan Oksigen Biokimia
(Biochemical Oxygen Demand - BOD5)
 Mengurangi padatan tersuspensi total (total
suspended solids)
 Mengurangi dari minyak dan gris (grease) yang
ada dalam air limbah
 Beberapa zat yang berasal dari makhluk hidup,
seperti nitrogen dan fosfor, serta logam berat
yang tergolong dalam benda padat juga turut
dibuang
Pengolahan sekunder

Tujuan dari proses pengolahan


sekunder setelah menerima effluent
dari proses pengolahan primer adalah
membuang bahan organik dan bahan
padat tersuspensi lainnya yang masih
tertinggal. Diantaranya

pembuangan bahan organik


koloid dan terlarut yang
dapat terdegradasi secara Pengolahan biologis aerobik ini
biologis (biodegradable)
dengan menggunakan proses terjadi saat ada bakteri aerobik
pengolahan biologis secara yang menggunakan oksigen untuk
aerobik dan anaerobik mengubah bahan organik yang
ada di dalam air limbah menjadi
energi (proses metabolisme),
Dalam suatu kondisi di mana terdapat konsentrasi
sehingga dapat menghasilkan
tinggi kebutuhan oksigen kimia (chemical oxygen lebih banyak mikroorganisme dan
demand - COD), misalnya > 3.000 ppm, proses
pencernaan secara anaerobik lebih umum
bahan anorganik sebagai hasil
digunakan dalam proses pengolahan sekunder. akhir (yang paling utama ialah
Dalam proses pencernaan ini, bakteri anaerobik
dan fakultatif mengubah bahan organik yang ada
CO2, NH3, dan H2O).
di dalam lumpur limbah (sludge) menjadi energi
(proses metabolisme), sehingga akan mengurangi
volume pembuangan akhir, menstabilkan limbah,
dan meningkatkan sifat pengeringannya
(dewatering). Proses tersebut dilakukan dalam
tangki tertutup
Pengolahan tersier

Merupakan pengolahan tambahan


yang dilakukan setelah pengolahan
sekunder. Proses ini membuang lebih
dari 99% zat lain (impurities) dalam
air limbah, sehingga menghasilkan air • Industri pertambangan
hasil limbah yang paling baik
kualitasnya. • Industri textil
• Pengolahan limbah B3
Teknologi yang digunakan dalam • PLTU
proses ini sangatlah mahal dan
membutuhkan operator pabrik • Rumah Sakit
pengolahan yang berpengalaman dan
berpengetahuan teknis yang
mumpuni.

yang menggunakan
teknologi ini diantaranya
:
Pengeringan

bahan padat-biologis (bio-solids) yang diperoleh dari


proses pengolahan limbah harus dikeringkan untuk
mengurangi volumenya serta mengefisiensikan biaya
pembuangan. Seperti yang diperlukan dalam proses
pengolahan, limbah (sludge) tersebut dapat dibuang
untuk kemudian diolah kembali melalui unit pengering
seperti belt filter presses dan centrifuges. Bahan kimia
lainnya juga dapat digunakan untuk menjamin kandungan
kelembapan pada cake (lumpur dengan konsentrasi
padatan yang tinggi) berada pada titik terendah.

Beberapa jenis limbah padat


dikeringkan untuk
dimanfaatkan kembali
diantaranya yang paling
terkenal ialah abu terbang/fly
ash dari PLTU serta
sedimentasi kimia dari
penambangan nickel untuk
dimanfaatkan menjadi aspal
Defoamers pertama bertujuan untuk memecah busa yang
terlihat di permukaan. Minyak tanah , bahan bakar Defoamers
minyak dan produk minyak ringan lainnya digunakan
untuk memecah busa. Minyak nabati juga ditemukan
bermanfaat. Alkohol berlemak (C7 - C22) adalah
antifoam yang efektif tetapi mahal. Mereka ditambahkan
ke produk minyak untuk meningkatkan efisiensi. Susu dan
krim adalah leluhur untuk defoamers tipe emulsi modern.

Beberapa faktor penyebab busa :


• Segel bocor pada pompa
• Pompa tekanan tinggi
• Desain sistem yang buruk (desain tangki,
saluran masuk pompa, saluran keluar dan
bermacam - macam )
• Pelepasan tekanan

Kelas udara utama yang menjadi perhatian sistem mekanik adalah:

Udara terlarut berperilaku sebagai bagian dari fase fluida, kecuali bahwa ia dapat keluar
dari larutan sebagai gelembung-gelembung kecil (udara entrained)
Udara yang diberikan terdiri dari gelembung yang cukup kecil untuk dikumpulkan di atas
cairan
Gelembung yang memiliki daya apung yang cukup untuk naik ke permukaan dan
digambarkan sebagai busa
Sumber :
 Wikipedia
 Jurnal air limbah Senki Desta Galuh, ST, MT
 Enviromental chemistry

Anda mungkin juga menyukai