Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM BIOKIMIA

REVIEW JURNAL

PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA SAPI PERAH YANG MENGALAMI KAWIN


BERULANG

DISUSUN OLEH :

Nama : Rosalina Muna Tazkiyah

NIM : 201905073

Kelas : S1 Farmasi 4B

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

2021/ 2022

Jurnal Kedokteran Hewan Surya Agus Prihatno, dkk


ISSN : 1978-225X

PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA SAPI PERAH YANG


MENGALAMI KAWIN BERULANG

Blood Biochemical Profile in Repeat Breeding Dairy Cows

Surya Agus Prihatno1, Asmarani Kusumawati1, Ni Wayan


Kurniani Karja2, dan Bambang Sumiarto3
1 Bagian Reproduksi dan Obstetri Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2 Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, Bogor
3 Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta E-mail: prihatno@ugm.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui profil biokimia darah pada sapi perah yang mengalami kawin berulang. Sapi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dua puluh ekor sapi perah peranakan Friesian Holstein, berumur 3-8 tahun sudah pernah beranak minimal satu kali,
mempunyai siklus reproduksi normal, dan kondisi tubuh sehat. Seluruh sapi dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 10
ekor sapi. Kelompok I adalah sapi fertil sedangkan kelompok II adalah sapi yang telah diinseminasi lebih dari tiga kali tetapi belum atau tidak
bunting. Profil biokimia darah yang diukur adalah kadar total protein, total kolesterol, glukosa, dan kalsium. Data dianalisis menggunakan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total protein; total kolesterol; glukosa; dan kalsium pada kelompok I vs kelompok II masing-masing adalah
6,77±0,38 vs 6,82±0,821 g/dl (P>0,05); 166,08±37,06 vs 125,95±38,108 mg/dl (P<0,05); 68,40±9,60 vs 48,58±6,675 mg/dl (P<0,01); dan
9,90±1,43 vs 9,23±0,94 mg/dl (P>0,05). Disimpulkan bahwa sapi-sapi perah yang mengalami kawin berulang mempunyai total kolesterol dan
kadar glukosa yang lebih rendah dibanding sapi-sapi perah yang fertil.

Kata kunci: kawin berulang, total protein, total kolesterol, glukosa, kalsium

ABSTRACT

This research aimed to determine blood biochemical profile of repeat breeding dairy cows. Twenty Friesian Holstein cross breed with the
age of 3-8 years old, have birth at least once, normal reproductive cycle, and in a healthy condition were divided in to two groups. Group I
consist of 10 fertile cows and group II consist of cows which were inseminated more than 3 times with fertile and non fertile sperm. The
concentration of total protein, total cholesterol, glucose, and calcium in blood serum from fertile and repeated breeding cows were calculated.
The data was analyzed by t-test statistics. The result showed that blood biochemical profile of repeated breeding cows such as total protein, total
cholesterol, glucose and calcium were 6.82±0.821 g/dl, 125.95±38.108 mg/dl, 48.58±6.675 mg/dl, and 9.23±0.94 mg/dl, respectively. Profiles of
fertile cows were 6.77±0.38 g/dl, 166.08±37.06 mg/dl, 68.40±9.60 mg/dl, and 9.90±1.43 mg/dl, respectively. The t-test analysis showed that the
total cholesterol of repeated breeding cows was significantly lower (P<0.05) and glucose concentration was very significantly lower (P<0.01)
than the fertile one. In conclusion, dairy cows with repeated breeding case had lower cholesterol total and glucose concentration than fertile one.

Key words: repeat breeding, cholesterol total, glucose, calcium reproduksi. Rendahnya efisiensi reproduksi
mengindikasikan adanya gangguan reproduksi.
Salah satu gejala gangguan reproduksi adalah
kejadian kawin berulang. Kawin berulang adalah
PENDAHULUAN suatu keadaan sapi betina mengalami kegagalan
untuk bunting setelah dikawinkan tiga kali atau
Permasalahan reproduksi yang sering terjadi pada lebih dengan pejantan fertil tanpa adanya patologi
sapi perah di Indonesia adalah rendahnya efisiensi pada traktus reproduksinya (Båge et al., 2002).
Salah satu penyebab kawin berulang adalah Selain pengaruh nutrisi, defisiensi dan
kesalahan manajemen, terutama nutrisi (Fahey ketidakseimbangan mineral juga berpengaruh
et al., 2002). Hubungan antara reproduksi terhadap kawin berulang (Das et al., 2002),
dengan status nutrisi pada sapi sangat erat aktivitas ovarium, dan rendahnya efisiensi
kaitannya (Wettemann et al., 2003). reproduksi (Boland, 2003). Kalsium mempunyai
Kekurangan nutrisi telah dilaporkan sebagai peranan penting dalam pengaturan proses
faktor utama yang menghambat sistem fisiologis dan biokimia yang mencakup
produksi sapi di daerah-daerah tropis. eksitabilitas neuromuskuler, koagulasi darah,
Kekurangan nutrisi atau masukan nutrisi yang proses sekresi, integritas membran serta transpor
tidak cukup dapat berpengaruh langsung membran plasma, reaksi enzim, pelepasan
terhadap efisiensi reproduksi (Salem et al., hormon dan neurotransmiter dan kerja
2006), seperti rendahnya kinerja reproduksi interseluler sejumlah hormon (Granner, 2003).
dan produktivitas. Sumber utama kalsium bagi keperluan tubuh
adalah dari pakan. Mineral ini diserap di dalam
Selain itu, defisiensi nutrisi juga menyebabkan
usus dari permukaan mukosa oleh sel-sel yang
aktivitas ovarium tidak optimal, gangguan
terbentuk secara khusus dari sekumpulan
hormon, dan skor kondisi tubuh yang rendah,
mikrovili kemudian memasuki sitoplasma sel-sel
menyebabkan calving interval panjang, yang pada
usus (Cunningham et al., 2005).
akhirnya menyebabkan kawin berulang.
Laporan tentang profil darah sapi yang mengalami
Rendahnya kadar glukosa dalam serum pada sapi,
kawin berulang di Indonesia masih sangat
selain dapat menghambat sintesis atau pelepasan
terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
gonadothropin releasing hormone (GnRH) juga
mengetahui gambaran profil biokimia darah pada
menghambat pelepasan follicle stimulating
sapi perah yang mengalami kawin berulang
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH),
sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan
menyebabkan terhambatnya perkembangan
mendapat data dasar kadar total protein, total
folikel, ovum, estrogen, dan progesteron.
kolesterol, glukosa, dan kalsium dalam serum
Kekurangan nutrisi juga berdampak pada
darah sapi perah yang mengalami kawin berulang
kematian ovum, embrio, dan fetus karena tidak
yang dipelihara secara tradisional.
cukupnya hormon steroid ovarium.

Defisiensi kolesterol dapat mengakibatkan berahi


tenang (silent estrus) atau berahi pendek
(subestrus), memperpanjang masa anestrus,
MATERI DAN METODE
menurunkan angka kebuntingan, dan mendorong
timbulnya anestrus pasca melahirkan Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi perah
(Hardjopranjoto, 1995). Kekurangan protein peranakan Friesian Holstein (FH) yang berasal
menyebabkan timbulnya berahi yang lemah, dari daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
berahi tenang, anestrus, kawin berulang (repeat (DIY) berumur 3-8 tahun, sudah pernah beranak
breeding), kematian embrio dini, absorbsi embrio minimal satu kali, siklus reproduksinya normal,
yang dan kondisi tubuh sehat. Sapi-sapi tersebut dibagi
ke dalam dua kelompok yaitu kelompok I terdiri
29 atas 10 ekor sapi fertil dan kelompok II adalah
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 No. 1, Maret 2013
kelompok sapi yang telah diinseminasi lebih dari
tiga kali tetapi gagal menjadi bunting. Sapi-sapi
tersebut diberi ransum pakan yang sama dengan
mati oleh dinding uterus, kelahiran anak yang
bahan pakan penyusun ransum terdiri atas
lemah atau kelahiran prematur (Bearden et al.,
campuran rumput gajah (Pennisetum purpureum)
2004).
dan konsentrat yang terdiri atas bekatul, gaplek,
ampas kecap, pollard, kulit ketela, kulit kacang,
tetes tebu, ampas tahu, bungkil kopra, dan kulit disebabkan oleh defisiensi asam amino yang
kopi. berfungsi untuk biosintesis gonadotropin dan
hormon gonadal (Khan et al., 2010).

Pengambilan Sampel Darah Kolesterol ialah suatu zat lemak yang beredar di
Sampel darah diambil lima jam sebelum diberi dalam darah dan diproduksi oleh hati (Murray et
pakan melalui vena jugularis sebanyak 10 ml al., 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggunakan spuit ukuran 10 ml, dimasukkan ke total kolesterol pada sapi yang mengalami kawin
dalam tabung darah kemudian disimpan pada berulang lebih rendah dibanding sapi yang fertil
termos es. Untuk selanjutnya dilakukan analisis (P<0,05). Menurut Murray et al. (2003), kolesterol
darah di Laboratorium Penelitian dan Pengujian juga merupakan unsur penting dalam membran
Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM). plasma, yakni kolesterol merupakan senyawa
Pemisahan serum dilakukan dengan cara induk bagi semua steroid lainnya yang disintesis
sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama dalam tubuh seperti hormon korteks adrenal serta
10 menit. hormon seks, vitamin D, dan asam empedu.
Rendahnya total kolesterol pada sapi

Pengukuran Kandungan Biokimia Serum


Darah
Pengukuran kandungan serum darah dilakukan
terhadap glukosa darah, total kolesterol, total
protein, dan kalsium darah dengan menggunakan
spektrofotometer Microlab 300 di LPPT UGM.
Data hasil pemeriksaan yang terkumpul berupa
kadar glukosa, total kolesterol, total protein, dan
kalsium dicatat dan dianalisis dengan t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil penelitian biokimia darah pada sapi
perah yang mengalami kawin berulang dan sapi
yang normal disajikan pada Tabel 1.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar


total protein serum darah sapi yang kawin
berulang lebih rendah dibanding dengan sapi-sapi
yang fertil, yaitu masing-masing adalah 6,77±0,38
dan 6,82±0,82 g/dl, namun secara statistik tidak
berbeda (P>0,05). Idealnya, menurut Mitruka dan
Rawnsley (1981), konsentrasi total protein serum
darah sapi perah adalah 7,56±0,50 g/dl. Menurut
Ramakrishna (1996), kadar protein tidak berbeda
secara signifikan antara sapi yang mempunyai
siklus normal dengan kawin berulang. Rendahnya
konsentrasi total protein serum darah baik pada
sapi perah yang mengalami kawin berulang
maupun yang fertil merupakan suatu pertanda
bahwa sapi-sapi perah tersebut kekurangan
protein dalam ransumnya yang mungkin
Tabel 1. Hasil uji biokimiawi darah pada sapi peranakan Friesian Holstein yang mengalami kawin berulang dan sapi normal
Kawin Berulang Normal
Uji Biokimiawi Darah
(n = 10) (n = 10)
Total protein (g/dl) 6,77±0,38 6,82±0,82
Total kolesterol (mg/dl) 124,59±34,73a 166,08±37,06b
Glukosa (mg/dl) 48,58±6,68d 68,40±9,60e
Kalsium (mg/dl) 9,23±0,94 9,90±1,43
a,b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) c,d
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

30
Jurnal Kedokteran Hewan Surya Agus Prihatno, dkk
yang mengalami kawin berulang bisa juga diakibatkan rendahnya lemak dalam ransum pakan dan
memengaruhi proses reproduksi. Sapi-sapi yang kekurangan lemak dalam ransumnya dapat
menekan berahi dan ovulasi atau mengurangi jumlah sel telur yang diovulasikan. Kekurangan lemak
pada sapi betina dapat diikuti oleh berahi tenang (silent heat) atau berahi pendek (subestrus),
memperpanjang masa anestrus, atau kawin berulang (Hardjopranjoto, 1995).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kadar glukosa pada serum darah sapi-sapi yang
mengalami kawin berulang lebih rendah secara sangat nyata (P<0,01) dibanding sapi-sapi yang fertil
yaitu masing-masing sekitar 48,58±6,675 dan 68,40± 9,60 mg/dl. Rendahnya kadar serum glukosa
pada sapi yang mengalami kawin berulang menandakan rendahnya energi (karbohidrat) dalam
ransum. Penelitian ini mendukung pendapat Chandrahar et al. (2003), bahwa sapi perah yang
mengalami kawin berulang mempunyai kadar glukosa serum darah yang sangat rendah.

Glukosa adalah salah satu substrat metabolisme paling utama yang diperlukan untuk fungsi yang
sesuai dengan proses reproduktif pada sapi. Rendahnya kadar serum glukosa selain dapat
menyebabkan tingginya konsentrasi non esterified fatty acids (NEFA) yang mempunyai efek toksik
terhadap folikel, oosit, embrio, dan fetus (Arthur et al., 2001), dan menurunnya sekresi GnRH oleh
hipotalamus (Murray et al., 2003). Penurunan GnRH menghambat sintesis FSH dan LH dan
menyebabkan terjadinya kawin

berulang (Mulligan et al., 2006)

Kadar kalsium pada sapi perah yang mengalami kawin berulang menunjukkan lebih rendah namun
tidak berbeda secara signifikan (P>0,05). Rendahnya kalsium dalam serum darah selain
menyebabkan gangguan biosintesis steroid di dalam glandula adrenalis dan ovarium (Seifi et al.,
2005) dan menurunkan fungsi otot polos, terutama otot polos gastrointestinal dan uterus.
Akibatnya adalah penurunan penyerapan nutrisi dan rendahnya kontraksi uterus, yang
menyebabkan menurunnya efisiensi reproduksi dan menghasilkan kawin berulang.

Rendahnya profil biokimia serum darah terutama total kolesterol, kadar glukosa darah, dan kalsium
tersebut menandakan rendahnya nutrisi dalam ransum yang diberikan, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Kondisi yang demikian jelas sangat berpengaruh pada sistem reproduksi.
McDonald et al. (1988), menyatakan kekurangan nutrisi dapat menyebabkan problem kesehatan
dan problem reproduksi yang serius. Kekurangan nutrisi dalam ransum dapat mempengaruhi proses
ovulasi dan pembuahan, mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus di dalam uterus, sehingga
dapat diikuti kematian embrio dan penyerapan embrio oleh dinding uterus, abortus atau kelahiran
anak yang lemah dan kematian neonatal (Jainudeen dan Hafez, 2000; Bearden et al., 2004).

KESIMPULAN
Sapi-sapi perah yang mengalami kawin berulang mempunyai total kolesterol dan kadar glukosa yang
lebih rendah dibanding sapi-sapi perah yang fertil.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, G.H., E.N. David, and H. Pearson. 2001. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 8th ed. Bailliere Tindall, London.
Båge, R., H. Gustafsson, B. Larsson, M. Forsberg, and H. Rodríguez-Martínez. 2002. Repeat breeding in dairy heifers: Follicular dynamics
and oestrous cycle characteristics in relation to sexual hormone patterns. Theriogenology 57:22572269.

Bearden, H.J., J.W. Fuquay, and S.T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction. 6th ed. Pearson Prentice Hall, USA.

Boland M.P. 2003. Trace minerals in production and reproduction in dairy cows. Adv. Dairy Technol. 15:319-330.

Cunningham, M., M.A. Latour, and A. Duane. 2005. Animal Science and Industry. 7th ed. Pearson and Prentice Hall, New Jersey.

Chandrahar, D., R.P. Tiwari, M.K. Awasthi, and G.K. Dutta. 2003. Serum biochemical profile of repeat breeder cows. Indian J. Anim
Reprod. 24:125-127.

Das, S., S.K. Bandopadhya, S. Basu, B.B. Ghosh, and R. Dattagupta. 2002. Blood mineral profile of normal cyclic and repeat breeder
crossbred cows under rural condition. Indian J. Anim. Reprod. 23:167-169.

Fahey, J., K. O’Sullivan, J. Crilly, and J.F. Mee. 2002. The effect of feeding and management practices on calving rate in dairy herds. Anim.
Reprod. Sci. 74:133-150.

Granner, D.K. 2003. Hormon yang Mengatur Metabolisme Kalsium. Dalam Biokimia Harper. Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, dan
V.W. Rodwell (eds.). EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya.

Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000. Reproductive Failure in

Females. In Reproduction in Farm Animal. Hafez E.S.E


(Ed.) 7th ed. Lea and Fabiger, Philadelphia.

Khan, S., A. Thangavel, and S. Selvasubramaniyan. 2010. Blood biochemical profile in repeat breeding cows. Tamilnadu J. Vet. Anim.
Sci. 4:90-102.

McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th ed. Longman Scientific and Technical, USA.
Mitruka, B.M. dan H.M. Rawnsley. 1981. Clinical Biochemical and Hematological Reference Values in Normal Experimental Animals
and Normal Humans. 2nd ed. Year Book Medical Publishers Inc., Chicago.
Mulligan, F.J., L. O’Grady, D.A. Rice, and M.L. Doherty. 2006. Nutrition and fertility in dairy cows. Irish Vet. J. 60:15-20.

Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, dan V.W. Rodwell. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ramakrishna, K.V. 1996. Microbial and biochemical profile in repeat breeder cows. Indian. J. Anim. Reprod. 17:30-32.

Salem, M.B., M. Djemali, C. Kayouli, and A. Majdoub. 2006. A review of environmental and management factors affecting the
reproductive performance of Holstein-Friesian dairy herds in Tunisia. Livestock Research for Rural Developm. 18(4):123129.

Seifi, H.A., N. Farzaneh, and M. Mohri. 2005. Relationships between fertility serum calcium and inorganic phosphorus in dairy cow.
Iranian J. Vet. Research.06: 02.

Wettemann, R.P., C.A. Lents, N.H. Ciccioli, F.J. White, and I. Rubio. 2003. Nutritional and suckling-mediated anovulation in beef cows. J.
Anim. Sci. 81 (E. Suppl. 2): E48-E59.
REVIEW JURNAL PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA SAPI PERAH YANG
MENGALAMI KAWIN BERULANG

1 JUDUL PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA SAPI


PERAH YANG MENGALAMI KAWIN
BERULANG
2 JURNAL Jurnal Kedokteran Hewan
3 HALAMAN Hal 29 – 30
4 TAHUN -
5 PENULIS Surya Agus Prihatno, Asmarani Kusumawati, Ni
Wayan Kurniani Karja, dan Bambang Sumiarto
6 REVIEWER Rosalina Muna Tazkiyah
7 TANGGAL 18 JUNI 2021
8 TUJUAN PENELITIAN Mengetahui profil biokimia darah pada sapi perah
yang mengalami kawin berulang
9 SUBJEK PENELITIAN DARAH PADA SAPI PERAH YANG
MENGALAMI KAWIN BERULANG
10 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi perah
peranakan Friesian Holstein (FH) berumur 3-8
tahun, sudah pernah beranak minimal satu kali.
Sapi-sapi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok
yaitu kelompok I terdiri atas 10 ekor sapi fertil dan
kelompok II adalah kelompok sapi yang telah
diinseminasi lebih dari tiga kali tetapi gagal
menjadi bunting.
11 HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian biokimia darah pada sapi
perah yang mengalami kawin berulang dan sapi
yang normal disajikan pada Tabel 1. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar total protein
serum darah sapi yang kawin berulang lebih rendah
dibanding dengan sapi-sapi yang fertil, yaitu
masing-masing adalah 6,77±0,38 dan 6,82±0,82
g/dl, namun secara statistik tidak berbeda (P>0,05).
Idealnya, menurut Mitruka dan Rawnsley (1981),
konsentrasi total protein serum darah sapi perah
adalah 7,56±0,50 g/dl. Menurut Ramakrishna
(1996), kadar protein tidak berbeda secara
signifikan antara sapi yang mempunyai siklus
normal dengan kawin berulang. Rendahnya
konsentrasi total protein serum darah baik pada
sapi perah yang mengalami kawin berulang
maupun yang fertil merupakan suatu pertanda
bahwa sapi-sapi perah tersebut kekurangan protein
dalam ransumnya yang mungkin disebabkan oleh
defisiensi asam amino yang berfungsi untuk
biosintesis gonadotropin dan hormon gonadal
(Khan et al., 2010).
Kolesterol ialah suatu zat lemak yang beredar di
dalam darah dan diproduksi oleh hati (Murray et
al., 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
total kolesterol pada sapi yang mengalami kawin
berulang lebih rendah dibanding sapi yang fertil
(P<0,05). Menurut Murray et al. (2003), kolesterol
juga merupakan unsur penting dalam membran
plasma, yakni kolesterol merupakan senyawa induk
bagi semua steroid lainnya yang disintesis dalam
tubuh seperti hormon korteks adrenal serta hormon
seks, vitamin D, dan asam empedu. Rendahnya
total kolesterol pada sapi yang mengalami kawin
berulang bisa juga diakibatkan rendahnya lemak
dalam ransum pakan dan memengaruhi proses
reproduksi. Sapi-sapi yang kekurangan lemak
dalam ransumnya dapat menekan berahi dan
ovulasi atau mengurangi jumlah sel telur yang
diovulasikan. Kekurangan lemak pada sapi betina
dapat diikuti oleh berahi tenang (silent heat) atau
berahi pendek (subestrus), memperpanjang masa
anestrus, atau kawin berulang (Hardjopranjoto,
1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi kadar glukosa pada serum darah sapi-
sapi yang mengalami kawin berulang lebih rendah
secara sangat nyata (P<0,01) dibanding sapi-sapi
yang fertil yaitu masing-masing sekitar
48,58±6,675 dan 68,40± 9,60 mg/dl. Rendahnya
kadar serum glukosa pada sapi yang mengalami
kawin berulang menandakan rendahnya energi
(karbohidrat) dalam ransum. Penelitian ini
mendukung pendapat Chandrahar et al. (2003),
bahwa sapi perah yang mengalami kawin berulang
mempunyai kadar glukosa serum darah yang sangat
rendah. Glukosa adalah salah satu substrat
metabolisme paling utama yang diperlukan untuk
fungsi yang sesuai dengan proses reproduktif pada
sapi. Rendahnya kadar serum glukosa selain dapat
menyebabkan tingginya konsentrasi non esterified
fatty acids (NEFA) yang mempunyai efek toksik
terhadap folikel, oosit, embrio, dan fetus (Arthur et
al., 2001), dan menurunnya sekresi GnRH oleh
hipotalamus (Murray et al., 2003). Penurunan
GnRH menghambat sintesis FSH dan LH dan
menyebabkan terjadinya kawin berulang (Mulligan
et al., 2006)
Kadar kalsium pada sapi perah yang mengalami
kawin berulang menunjukkan lebih rendah namun
tidak berbeda secara signifikan (P>0,05).
Rendahnya kalsium dalam serum darah selain
menyebabkan gangguan biosintesis steroid di
dalam glandula adrenalis dan ovarium (Seifi et al.,
2005) dan menurunkan fungsi otot polos, terutama
otot polos gastrointestinal dan uterus. Akibatnya
adalah penurunan penyerapan nutrisi dan
rendahnya kontraksi uterus, yang menyebabkan
menurunnya efisiensi reproduksi dan menghasilkan
kawin berulang. Rendahnya profil biokimia serum
darah terutama total kolesterol, kadar glukosa
darah, dan kalsium tersebut menandakan rendahnya
nutrisi dalam ransum yang diberikan, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Kondisi yang demikian
jelas sangat berpengaruh pada sistem reproduksi.
McDonald et al. (1988), menyatakan kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan problem kesehatan dan
problem reproduksi yang serius. Kekurangan
nutrisi dalam ransum dapat mempengaruhi proses
ovulasi dan pembuahan, mempengaruhi
perkembangan embrio dan fetus di dalam uterus,
sehingga dapat diikuti kematian embrio dan
penyerapan embrio oleh dinding uterus, abortus
atau kelahiran anak yang lemah dan kematian
neonatal (Jainudeen dan Hafez, 2000; Bearden et
al., 2004).
12 KESIMPULAN Sapi-sapi perah yang mengalami kawin berulang
mempunyai total kolesterol dan kadar glukosa yang
lebih rendah dibanding sapi-sapi perah yang fertil.
13 DAFTAR PUSTAKA Arthur, G.H., E.N. David, and H. Pearson. 2001.
Veterinary Reproduction and Obstetrics. 8th ed.
Bailliere Tindall, London. Båge, R., H. Gustafsson,
B. Larsson, M. Forsberg, and H. Rodríguez-
Martínez. 2002. Repeat breeding in dairy heifers:
Follicular dynamics and oestrous cycle
characteristics in relation to sexual hormone
patterns. Theriogenology 57:2257-2269. Bearden,
H.J., J.W. Fuquay, and S.T. Willard. 2004.
Applied Animal Reproduction. 6th ed. Pearson
Prentice Hall, USA. Boland M.P. 2003. Trace
minerals in production and reproduction in dairy
cows. Adv. Dairy Technol. 15:319-330.
Cunningham, M., M.A. Latour, and A. Duane.
2005. Animal Science and Industry. 7th ed.
Pearson and Prentice Hall, New Jersey.
Chandrahar, D., R.P. Tiwari, M.K. Awasthi, and
G.K. Dutta. 2003. Serum biochemical profile of
repeat breeder cows. Indian J. Anim Reprod.
24:125-127. Das, S., S.K. Bandopadhya, S. Basu,
B.B. Ghosh, and R. Dattagupta. 2002. Blood
mineral profile of normal cyclic and repeat breeder
crossbred cows under rural condition. Indian J.
Anim. Reprod. 23:167-169. Fahey, J., K.
O’Sullivan, J. Crilly, and J.F. Mee. 2002. The
effect of feeding and management practices on
calving rate in dairy herds. Anim. Reprod. Sci.
74:133-150. Granner, D.K. 2003. Hormon yang
Mengatur Metabolisme Kalsium. Dalam Biokimia
Harper. Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes,
dan V.W. Rodwell (eds.). EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta. Hardjopranjoto, H.S. 1995.
Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga
University Press, Surabaya. Jainudeen, M.R. and
E.S.E. Hafez. 2000. Reproductive Failure in
Females. In Reproduction in Farm Animal.
Hafez E.S.E (Ed.) 7th ed. Lea and Fabiger,
Philadelphia. Khan, S., A. Thangavel, and S.
Selvasubramaniyan. 2010. Blood biochemical
profile in repeat breeding cows. Tamilnadu J. Vet.
Anim. Sci. 4:90-102. McDonald, P., R.A.
Edwards, and J.F.D. Greenalgh. 1988. Animal
Nutrition. 4th ed. Longman Scientific and
Technical, USA. Mitruka, B.M. dan H.M.
Rawnsley. 1981. Clinical Biochemical and
Hematological Reference Values in Normal
Experimental Animals and Normal Humans.
2nd ed. Year Book Medical Publishers Inc.,
Chicago. Mulligan, F.J., L. O’Grady, D.A. Rice,
and M.L. Doherty. 2006. Nutrition and fertility in
dairy cows. Irish Vet. J. 60:15-20. Murray, R.K.,
D.K. Granner, P.A. Mayes, dan V.W. Rodwell.
2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Ramakrishna,
K.V. 1996. Microbial and biochemical profile in
repeat breeder cows. Indian. J. Anim. Reprod.
17:30-32. Salem, M.B., M. Djemali, C. Kayouli,
and A. Majdoub. 2006. A review of environmental
and management factors affecting the reproductive
performance of Holstein-Friesian dairy herds in
Tunisia. Livestock Research for Rural
Developm. 18(4):123-129. Seifi, H.A., N.
Farzaneh, and M. Mohri. 2005. Relationships
between fertility serum calcium and inorganic
phosphorus in dairy cow. Iranian J. Vet.
Research.06: 02.
Wettemann, R.P., C.A. Lents, N.H. Ciccioli, F.J.
White, and I. Rubio. 2003. Nutritional and
suckling-mediated anovulation in beef cows. J.
Anim. Sci. 81 (E. Suppl. 2): E48-E59.

Anda mungkin juga menyukai