Anda di halaman 1dari 8

KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DALAM MATERI BANGUN DATAR

DITINJAU DARI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE

Fetri Sulistianingsih, Edy Yusmin, Agung Hartoyo


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan
Email: fetrisulistianingsih@gmail.com

Abstract
Problem solving is an integral part of mathematics learning program, and so it should not
be isolated part of the mathematics program. This study aims to find out the extent of van
Hiele's geometry thinking level and students' problem solving abilities in a plane geometry
matter that includes: the level of visualization and level of analysis. Subjects in this study
were four students of class VIII A MTs Negeri 1 Pontianak. The study used case studies.
Data collection techniques used are test techniques and direct communication techniques.
The result of this research can be concluded that from four students there are two students
(50%) in solving Polya stage problem is at level II, one student (25%) in solving Polya
stage problem is at level III, and one student (25%) in solving Polya stage problem is at
level IV. In general, the problem solving ability of students vary depending on the level of
geometry thinking that is owned by students. The problem solving ability of students who
are at the level of analysis thinking is higher than the ability of problem solving students
who are at the level of visualization thinking.
Keywords: Problem Solving Ability, Plane Subject Matter , Level of Thinking Geometry

Pembelajaran matematika adalah suatu mathematics program”, yang artinya


usaha yang dilakukan oleh guru atau pendidik pemecahan masalah merupakan bagian
untuk menjadikan siswa mengenal ilmu integral dalam pembelajaran matematika,
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan
secara sistematik, penalaran logika dan dari pembelajaran matematika.
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Polya (1973: 222) mengartikan problem
Pembelajaran matematika banyak ditemukan solving sebagai usaha mencari jalan keluar
dalam kehidupan sehari-hari karena dapat dari suatu kesulitan guna mencapai suatu
membantu manusia dalam melakukan tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat
perhitungan dan pertimbangan berpikir secara dicapai. Menurut Polya terdapat empat
logis dan nalar. Oleh sebab itu mata pelajaran langkah yang harus dilakukan dalam problem
matematika diberikan pada semua jenjang solving sebagai berikut: 1) memahami
pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan masalah (understanding the problem), 2)
sampai Perguruan Tinggi. merencanakan penyelesaian (devising the
NCTM (2000: 52) mengemukakan plan), 3) menyelesaikan masalah sesuai
bahwa “Problem solving means engaging in a rencana (carry out a plan), dan 4) memeriksa
task for which the solution method is not know kembali hasil yang diperoleh (looking back at
in advance”, yang artinya pemecahan masalah the completed solution).
adalah usaha mencari jalan keluar dimana Dalam tulisan Mahmudi (2010: 3)
metode penyelesaiannya belum diketahui dikemukakan bahwa memahami masalah
pada awalnya. Lebih lanjut, dalam NCTM merujuk pada identifikasi fakta, konsep, atau
(2000: 52) “Problem solving is an integral informasi yang diperlukan untuk
part of all mathematics learning, and so it menyelesaiakan masalah. Membuat rencana
should not be an isolated part of the merujuk pada penyusunan model matematika

1
dari masalah yang diketahui. Melaksanakan (abstraksi). Pada tingkat ini siswa sudah mulai
masalah merujuk pada penyelesaian model mengenal dan memahami sifat-sifat suatu
matematika yang telah disusun. Sedangkan bangun geometri yang satu sama lainnya
menelaah kembali berkaitan pemeriksaan saling berhubungan; (d) Tingkat 3 (deduksi).
kesesuaian dan kebenaran jawaban. Uraian di Pada tingkat ini siswa telah mampu menarik
atas diketahui bahwa pemecahan masalah kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik
salah satu bagian yang penting dalam kesimpulan yang bersifat umum dan menuju
pembelajaran matematika. ke hal-hal yang bersifat khusus; (e) Tingkat 4
Hakekatnya semua visualisasi yang ada (rigor). Pada tingkat ini, siswa sudah mulai
disekitar kita adalah sebuah geometri. Sehinga menyadari pentingnya ketepatan prinsip-
geometri sangat erat kaitannya dengan suatu prinsip dasar yang melandasi suatu
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. pembuktian (Lestari, 2015: 35).
Satu diantaranya permasalahan dengan Penelitian yang dilakukan Shaughnessy
bangun datar. Van de Walle (Sarjiman, 2006: & Burger (1986) menemukan tingkat
75) mengungkapkan, “lima alasan mengapa berpikir siswa SMP dalam belajar geometri
geometri sangat penting untuk dipelajari. tertinggi pada tingkat 2 (deduksi informal) dan
Pertama, geometri membantu manusia sebagian besar berada pada tingkat 0
memiliki apersepsi yang utuh tentang (visualisasi). Pernyataan ini didukung oleh
dunianya, geometri dapat dijumpai dalam pendapat Walle (2001) yang menyatakan
sistem tata surya, formasi global,, kristal, bahwa sebagian besar siswa SMP berada pada
tumbuhan dan tanaman, binatang sampai pada antara tingkat 0 (visualisasi) sampai tingkat 2
karya seni arsitektur dan hasil kerja mesin. (deduksi informal).
Kedua, eksplorasi geometrik dapat membantu Hasil studi pendahuluan, penelitian ini
mereka sehari mengembangkan keterampilan diperoleh indikasi bahwa kemampuan
pemecahan masalah. Ketiga, geometri problem solving siswa pada materi bangun
memainkan peranan utama dalam bidang datar segiempat masih tergolong rendah.
matematika lainnya. Keempat, geometri Siswa kurang tertarik dengan soal-soal
digunakan oleh banyak orang dalam pemecahan masalah karena membutuhkan
kehidupan sehari-hari. Kelima, geometri penalaran yang lebih mendalam dan mereka
penuh dengan tantangan dan menarik”. mengalami kesulitan pada tiap tahapan
Diantara ahli pendidikan yang pengerjaannya. Umumnya siswa pada tingkat
memperhatikan tingkat kemampuan kognitif berpikir geometri yang lebih tinggi dapat
dengan materi geometri adalah van Hiele. menyelesaikan soal pemecahan masalah
Penelitian van Hiele menghasilkan beberapa geometri lebih baik dibandingkan dengan
kesimpulan mengenai tahap-tahap siswa pada tingkat berpikir geometri yang
perkembangan kognitif anak dalam rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan
memahami geometri. Pierre van Hiele dan berpikir geometri seseorang dapat
Dina van Hiele Geldof (1957-1959) mempengaruhi kemampuan problem solving
mengemukkan suatu teori mengenai seseorang.
perkembangan kognitif yang dilalui para Berdasarkan latar belakang di atas, untuk
siswa dalam mempelajari/memahami menganalisis kemampuan problem solving
geometri. Menurut pandangannya, siswa akan siswa dalam materi bangun datar ditinjau dari
mengalami lima tingkatan berpikir geometri tingkat berpikir teori van Hiele di MTs Negeri
berikut: (a) Tingkat 0 (visualisasi). Pada 1 Pontianak dipandang menarik untuk
tingkat ini siswa mengenal bentuk-bentuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
geometri yaitu hanya sekedar karakteristik mengetahui kemampuan problem solving
visual dan penampakannya; (b) Tingkat 1 siswa dalam materi bangun datar ditinjau dari
(analisis). Pada tingkat ini siswa sudah mulai tingkat berpikir geometri van Hiele di MTs
mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun Negeri 1 Pontianak. Secara rinci penelitian ini
geometri yng diamati; (c) Tingkat 2 bertujuan untuk 1) Untuk menganalisis

2
kemampuan problem solving siswa pada Geometry Test (VHGT), tes kemampuan
tingkat berpikir visualisasi dalam materi problem solving matematika, dan wawancara.
bangun datar di MTs Negeri 1 Pontianak. 2) 1) Tes tingkat berpikir geometri menggunakan
Untuk menganalisis kemampuan problem instrumen berupa soal pilihan ganda yang di
solving siswa pada tingkat berpikir analisis adopsi oleh Usiskin (1982) pada Cognitive
dalam materi bangun datar di MTs Negeri 1 Development and Achievement in Secondary
Pontianak. School Geometry (CDASSG) Project.
Instrumen ini berupa soal pilihan ganda yang
METODE PENELITIAN disusun sebanyak 25 butir yang dibagi ke
Metode penelitian yang digunakan dalam 5 subtes. Masing-masing subtes
adalah metode deskriftif. Menurut Nawawi mewakili satu tahap dan terdiri dari 5 butir
(2015: 67) penelitian deskriptif dapat soal. Masing-masing pertanyaan dibangun
diartikan sebagai prosedur pemecahan untuk mengukur tingkat berpikir geometri
masalah yang diselidiki dengan siswa berdasarkan teori van Hiele. Salah satu
menggambarkan atau melukiskan keadaan karakteristik berpikir geometri van Hiele,
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, bahwa setiap tingkat harus dilalui secara urut,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang tidak melompati tahap di bawahnya. Siswa
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau yang tidak memenuhi kriteria menjawab 3 dari
sebagaimana adanya. Bentuk penelitian yang 5 soal dalam setiap subtes maka tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah studi dikategorikan berapa pada tingkat tersebut. 2)
kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu Tes kemampuan problem solving berupa tes
penelitian yang dilalukan terinci dan essay yang dibuat sendiri oleh peneliti yang
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga mengacu pada indikator problem solving
atau gejala tertentu ( Arikunto, 2013: 185). matematika. 3) Wawancara dalam penelitian
Pada penelitian ini dalam menentukan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah
subjek penelitian untuk dilakukan tes dilakukan tes. Di samping itu, wawancara
kemampuan problem solving tidak dipilih yang dilakukan juga bertujuan untuk
secara acak, tetapi dengan pemilihan sampel memperkuat jawaban siswa dengan
bertujuan (purposive sample). Sampel menghindari bias pada penelitian ini, serta
bertujuan memfokuskan pada informan- untuk mengetahui hal-hal dari siswa sebagai
informan terpilih yang kaya dengan kasus responden dengan lebih mendalam.
untuk studi yang bersifat mendalam. Selain Prosedur dalam penelitian ini yaitu:
itu, juga untuk menggali informasi yang
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang Tahap Persiapan
muncul. Untuk menentukan subjek penelitian Pada tahap ini persiapan yang dilakukan
ini, memberikan tes VHGT (Van Hiele adalah menentukan instrumen tes yang
Geometry Test) 41 siswa kelas VIII A MTs digunakan kemudian melakukan uji coba
Negeri 1 Pontianak diberikan tes VHGT untuk instrumen tes. Setelah instrumen tes valid,
mengkategorikan siswa ke dalam tingkat selanjutnya dilakukan pengambilan data.
berpikir van Hiele. Hasil tes VHGT diperoleh
12 siswa pada tingkat visualisasi, 8 siswa pada Tahap Pelaksanaan
tingkat analisis, dan 21 siswa belum mencapai Langkah-langkah yang dilakukan pada
tingkat visualisasi dan tingkat analisis. Subjek tahap pelaksanaan antara lain: (1)
dalam penelitian ini adalah empat siswa kelas Memberikan tes VHGT; (2) Menganalisis dan
VIII A MTs Negeri 1 Pontianak. Dari mengelompokkan tingkat berpikir geometri
kelompok -kelompok tersebut dipilih dua siswa.; (3) Mengambil empat siswa sebagai
siswa pada tingkat berpikir visualisasi dan dua subjek penelitian dimana dua siswa pada
siswa pada tingkat berpikir analisis. tingkat visualisasi dan dua siswa pada tingkat
Alat pengumpulan data yang digunakan analisis; (3) Pelaksanaan tes kemampuan
dalam penelitian ini adalah tes Van Hiele problem solving terhadap empat siswa yang

3
telah dipilih; (4) Mewawancarai empat siswa Memberikan saran atau rekomendasi kepada
yang telah dipilih; dan (5) Mencatat hasil pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian;
wawancara dalam format wawancara. dan (3) Menyusun laporan hasil penelitian.

Tahap Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Langkah-langkah yang dilakukan pada Hasil Penelitian
tahap analisis data antara lain: (1) Penelitian ini bertujuan untuk
Mengumpulkan data hasil tes VHGT, tes mengungkap kemampuan problem solving
kemampuan problem solving , dan dalam materi bangun datar ditinjau dari
wawancara; dan (2) Mendeskripsikan tingkat berpikir geometri van Hiele di MTs
kemampuan problem solving untuk masing- Negeri 1 Pontianak. Pengelompokkan siswa
masing tingkatan berpikir geometri van Hiele. dalam tingkat berpikir geometri van Hiele
tidak didasarkan pada perolehan nilai masing-
Tahap Penarikan Kesimpulan masing siswa, tetapi pada kemampuan siswa
Langkah-langkah yang dilakukan pada dalam menjawab soal dari masing-masing
tahap penarikan kesimpulan antara lain: (1) tingkatan. Berdasarkan hasil tes VHGT
Menarik kesimpulan dari penelitian yang diperoleh 21 siswa pada tingkat previsualisasi,
dilakukan dengan menjawab rumusan 12 siswa pada tingkat visualisasi, dan 8 siswa
masalah dalam penelitian berdasarkan hasil pada tingkat analisis. Untuk lebih jelasnya
analisis data dan temuan selama penelitian; (2) dapat dilihat pada grafik berikut:

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI


Analisis, 19.51%

Previsualisasi,
51.22%

Visualisasi, 29.27%

Diagram 1. Hasil Tes VHGT

Dari Diagram 1 dapat diketahui mengenal bentuk bangun datar seperti persegi
persentase banyaknya siswa pada masing- panjang, jajargenjang, belah ketupat dan lain-
masing tingkat berpikir geometri van Hiele lain. Akan tetapi masih ada siswa yang belum
yaitu 21 siswa (51,22%) berada pada tingkat mengenal bagian bangun datar seperti
previsualisasi, 12 siswa (29,27%) berada pada trapesium, belah ketupat, jajargenjang dan
tingkat visualisasi, dan 8 siswa (19,51%) lain-lain. Sehingga pada kondisi ini siswa
berada pada tingkat analisis. dikategorikan ke dalam tingkat previsualisasi.
Dari diagram di atas, siswa kelas VIII A Dari diagram di atas juga terlihat bahwa
MTs Negeri 1 Pontianak mayoritas berada siswa kelas VIII A MTs Negeri 1 Pontianak
pada tingkat previsualisasi yaitu siswa masih sudah mampu mencapai tingkat visualisasi
belum mampu mencapai tingkat visualisasi. dan tingkat analisis, akan tetapi jumlah siswa
Pada tingkat visualisasi siswa sudah mampu yang mencapai tingkat analisis cenderung

4
lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang tingkat tersebut dengan urutan yang sama dan
mencapai tingkat visualisasi. Pada tingkat tidak dimungkinkan adanya tingkat yang
analisis siswa sudah mampu memahami sifat- diloncati”.
sifat bangun datar seperti sisi persegi panjang Pengerjaan tes kemampuan problem
yang berhadapan adalah kongruen. Akan solving oleh empat siswa yaitu dua siswa dari
tetapi pada tingkat analisis, siswa belum ampu kelompok tingkat berpikir visualisasi dan dua
memahami hubungan antara bangun datar. siswa dari kelompok tingkat berpikir analisis.
Dalam penelitian diperoleh fakta bahwa Siswa mengerjakan tes yang berisi 3 soal
siswa yang gagal mencapai tingkat bentuk uraian berisi pemahaman terhadap
sebelumnya, maka akan gagal mencapai materi geometri. Hasil tes kemampuan
tingkat selanjutnya. Hal ini sejalan dengan problem solving siswa dapat dilihat pada tabel
teori van Hiele bahwa “semua anak berikut:
mempelajari geometri dengan melalui tingkat-

Tabel 1
Hasil Pengkategorian Tes Kemampuan Problem Solving

Tingkat Berpikir
Kode Siswa Nilai Kategori
Geometri
NN 68,75 % Tingkat II
Visualisasi
S 77,08 % Tingkat II
NA 100 % Tingkat IV
Analisis
SJ 83,33 % Tingkat III

Berdasarkan Tabel 1 dua orang siswa kedua siswa tersebut memiliki kemampuan
yang mewakili tingkat visualisasi adalah probem solving dalam memecahkan masalah
siswa NN dan S. Diperoleh informasi bahwa tahap Polya berada pada tingkat III (siswa SJ)
kedua siswa pada tingkat visualisasi memiliki dan tingkat IV (siswa NA). Siswa NA
kemampuan problem solving yang sama yaitu memperoleh persentase nilai 100%,
dalam memecahkan masalah tahap Polya sedangkan siswa SJ memperoleh persentase
berada pada tingkat II. Siswa NN memperoleh nilai 83,33%.
persentase 68,75%, sedangkan siswa S Untuk lebih jelasnya hasil penskoran dan
memperoleh persentase 77,08%. Dan dua pengkategorian kemampuan problem solving
orang yang mewakili tingkat analisis adalah dapat dilihat dari grafik berikut:
siswa NA dan SJ. Diperoleh informasi bahwa

120.00%
100%
100.00%
83.33%
77.08%
80.00% 68.75%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
Visualisasi Analisis
NN S NA SJ

Grafik 1. Hasil Penskoran Tes Kemampuan Problem Solving

5
Pembahasan Penelitian persegi dan persegi panjang. Kurangnya
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal kemampuan siswa dalam merencanakan
10 Mei 2017. Dari keseluruhan data yang ada penyelesaian atau membuat model
bahwa siswa kelas VIII A MTs Negeri 1 matematika serta dalam memeriksa kembali
Pontianak, pada umumnya berada pada pekerjaan yang telah dilakukan, menyebabkan
tingkat 1 (analisis). Padahal menurut Walle siswa kesulitan dalam menyelesaikan
(2001: 309), siswa yang berada pada tingkat permasalahan yang diberikan.
ini biasanya terdapat pada siswa SD kelas 3 – Berdasarkan hasil tes VHGT, tes
6. Sedangkan seharusnya siswa SMP kelas kemampuan problem solving, wawancara, dan
menengah atas, secara umum telah sampai hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
pada tingkat 2 yakni tingkat abstraksi. Pada diketahui bahwa kemampuan problem solving
tingkat abstraksi, pemahaman siswa terhadap tiap tingkatan berpikir geometri bervariasi.
geometri lebih meningkat lagi dari
sebelumnya yang hanya mengenal bangun- Kemampuan Problem Solving Siswa
bangun geometri beserta sifat-sifatnya. Ditinjau Dari Tingkat Visualisasi
Adapun faktor penyebab siswa tidak Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam memahami masalah siswa NN dan
adalah: siswa S mampu memahami masalah dengan
1. Tingkat Visualisasi baik, karena siswa bisa memahami kalimat
Fakta bahwa sebagian besar soal dengan baik, mengetahui dengan tepat
ketidakmampuan mencapai tingkat informasi yang ada dalam soal, dan yang
berpikir visualisasi disebabkan oleh ditanyakan serta mampu mengidentifikasi
faktor: data yang diberikan cukup untuk
a. Siswa salah dalam menentukan nama menyelesaikan soal. Hal ini sejalan dengan
suatu bangun datar. pendapat Polya (1973) bahwa dalam
b. Siswa belum mengenal bagian bangun memecahkan masalah, siswa harus
datar seperti trapesium, jajargejang, memahami masalah yang dihadapinya.
belah ketupat, dan lain-lain. Siswa NN dan S dalam menyusun
2. Tingkat Analisis rencana penyelesaian pada nomor soal 1
Fakta bahwa sebagian besar masih belum tepat menentukan sketsa dari
ketidakmampuan mencapai tingkat masalah yang diberikan, belum tepat dalam
analisis disebabkan oleh faktor: memodelkan, dan belum tepat dalam
a. Siswa salah dalam menentukan sifat memutuskan strategi untuk diterapkan dalam
suatu bangun datar. menyelesaikan masalah. Dalam
b. Siswa salah dalam menentukan melaksanakan rencana penyelesaian siswa NN
konsep-konsep bangun datar. dan siswa S pada soal nomor 1 tidak
3. Tingkat Abstraksi menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi
Fakta bahwa sebagian besar penyelesaiannya dan hasil perhitungan yang
ketidakmampuan mencapai tingkat diperoleh tidak tepat. Siswa NN dan siswa S
abstraksi disebabkan oleh faktor: dalam memeriksa kembali tidak mampu
a. Siswa masih salah dalam menentukan memeriksa hasil penyelesaiannya dan tidak
kalimat dugaan dan konklusi dalam dapat memberikan penjelasan.
kalimat implikasi. Pada penyelesaian soal no 2, siswa NN
b. Siswa belum mampu menggunakan dan S tergolong mampu dalam menyelesaikan
pernyatan “jika..., maka...” permasalahan yang ada. Sedangkan pada soal
Berdasarkan dari hasil penelitian secara tersebut tidak memuat gambar. Siswa pada
keseluruhan, dapat diketahui gambaran umum tingkat visualisasi secara teori dapat
mengenai kemampuan problem solving dalam memahami atau mengenal rumus-rumus
materi bangun datar ditinjau dari tingkat keliling dan luas bangun segi empat. Sehingga
berpikir geometri van Hiele, khususnya dalam penyelesaian soal no 2 siswa NN dan

6
siswa S dapat menyelesaikannya walaupun sebesar 100% (Siswa NA) dalam
tanpa melihat gambar. memecahkan masalah tahap Polya berada
Dari dua orang siswa yang menjadi pada tingkat IV dan 83,33% (Siswa SJ) dalam
subjek penelitian dari tingkat visualisasi ini memecahkan masalah tahap Polya berada
diperoleh informasi bahwa terdapat kesamaan pada tingkat III.
antara kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat
tes, kedua siswa tersebut memperoleh bahwa kemampuan problem solving siswa
ketercapaian kemampuan problem solving berbeda pada tiap tingkat berpikir geometri.
sebesar 68,75% (Siswa NN) dan 77,08% Siswa yang berada pada tingkat analisis,
(Siswa S) dalam memecahkan masalah tahap kemampuan problem solving siswa tersebut
Polya berada pada tingkat II. lebih baik dari siswa yang berada pada tingkat
visualisasi.
Kemampuan Problem Solving Siswa
Ditinjau Dari Tingkat Analisis SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Simpulan
bahwa, dalam memahami masalah siswa NA Berdasarkan hasil penelitian dan
dan siswa SJ mampu memahami masalah pembahasan pada bab IV, secara umum dapat
dengan sangat baik karena siswa bisa disimpulkan bahwa kemampuan problem
memahami kalimat soal dengan baik, solving siswa dalam materi bangun datar
mengetahui dengan tepat informasi yang ada ditinjau dari tingkat berpikir geometri van
dalam soal, dan yang ditanyakan serta mampu Hiele di MTs Negeri 1 Pontianak diantaranya,
mengidentifikasi data yang diberikan cukup dari empat siswa terdapat dua siswa (50%)
untuk menyelesaikan soal. Siswa NA dan SJ dalam memecahkan masalah tahap Polya
dalam menyusun rencana penyelesaian berada pada tingkat II, satu siswa (25%) dalam
mampu menentukan sketsa dari masalah yang memecahkan masalah tahap Polya berada
diberikan, mampu memodelkan, mampu pada tingkat III, dan satu siswa (25%) dalam
memutuskan strategi yang sesuai dengan memecahkan masalah tahap Polya berada
sketsa yang telah dibuat untuk diterapkan pada tingkat IV. Pada umumnya kemampuan
dalam menyelesaikan masalah. problem solving siswa berbeda-beda
Dalam melaksanakan rencana tergantung dari tingkat berpikir geometri yang
penyelesaian siswa NA mampu dimiliki oleh siswa. Kemampuan problem
menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi solving siswa yang berada pada tingkat
penyelesaiannya dengan menggunakan berpikir analisis lebih tinggi dibandingkan
langkah-langkah penyelesaiannya dengan dengan kemampuan problem solving siswa
benar dan proses perhitungan tiap langkah yang berada pada tingkat berpikir visualisasi.
juga benar. Untuk siswa SJ dalam Secara khusus berdasarkan sub-sub
melaksanakan rencana penyelesaian soal masalah yang dirumuskan, maka didapat
nomor 2, proses perhitungannya tidak tepat. kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan
Siswa NA dalam memeriksa kembali hasil problem solving siswa pada tingkat berpikir
penyelesaiannya mampu memberikan visualisasi yang diwakili oleh dua orang siswa
penjelasan dengan baik. Sedangkan siswa SJ dalam memecahkan masalah tahap Polya
dalam memeriksa kembali hasil berada pada tingkat II. Siswa dalam
penyelesaiannya belum mampu memberikan memecahkan masalah tahap Polya pada
penjelasan. tingkat II mampu dalam memahami masalah
Dari dua orang siswa yang menjadi yang diberikan. Siswa belum mampu dalam
subjek penelitian dari tingkat analisis menyusun rencana penyelesaian. Siswa belum
diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan mampu melakukan rencana untuk
antara kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil menyelesaikan masalah. Siswa belum mampu
tes, kedua siswa tersebut memperoleh memeriksa kembali hasil penyelesaiannya; (2)
ketercapaian kemampuan problem solving Kemampuan problem solving siswa pada

7
tingkat berpikir analisis yang diwakili oleh Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M. 1986.
dua orang siswa dalam memecahkan masalah “Characterizing the van Hiele Levels of
tahap Polya berada pada tingkat III dan tingkat Development in Geometry.” Journal
IV. Siswa dalam memecahkan masalah tahap for Research in Mathematics
Polya pada tingkat IV mampu melaksanakan Education. 17 (1): 31 – 48.
empat langkah Polya dan siswa dalam Lestari, Eka dan Ridwan, Yudhanegara. 2015.
memecahkan masalah tahap Polya berada Penelitian Pendidikan Matematika. PT
pada tingkat III mampu dalam memahami Refika Adimata: Bandung.
masalah yang diberikan, mampu menyusun Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi
rencana penyelesiaan, mampu menyelesaikan antara Kemampuan Pemecahan
masalah sesuai dengan startegi Masalah Matematis dan Disposisi
penyelesaiannya dengan menggunakan Matematis. Makalah 12 LSM. (Online).
langkah-langkah penyelesaian dengan benar (http://staff.uny.ac.id, diakses tanggal
dan proses perhitungan yang benar pula. 06 Maret 2017).
Nawawi, Hadari. 2015. Metode Penelitian
Saran Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Berdasarkan hasil penelitian dan Mada Universitas Press
kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran NCTM. 2000. Principle and Standards for
yang dapat peneliti sampaikan yaitu: (1) School Mathematics. USA: NCTM
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan Polya G. 1973. How To Solve It. United States
yaitu siswa memahami geometri secara Of America: Princeton University
bermakna, kegiatan belajar siswa harus Press.
disesuaikan dengan tingkat perkembangan Sarjiman, P. 2006. Peningkatan Pemahaman
siswa atau disesuaikan dengan tingkat Rumus Geometri Melalui Pendekatan
berpikirnya. Dengan demikian siswa dapat Realistik di Sekolah Dasar. FIP
memperkaya pengalaman dan berpikirnya, Universitas Negeri Yogyakarta.
selain itu sebagai persiapan untuk Tersedia:
meningkatkan tingkat berpikirnya kepada http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/ar
tingkat yang lebih tinggi dari tingkat ticle/download/393/pdf. Diakses
sebelumnya; (2) Bagi peneliti lainnya yang tanggal 10 April 2017
hendak mengkaji penelitian ini lebih lanjut Usiskin, Z. 1982. van Hiele Level and
disarankan untuk memperhatikan kelemahan- Achievement in Secondary School
kelemahan penelitian, terutama pada bagian Geometry: Final report of the Cognitive
penetapan instrumen penelitian agar diperoleh Development and Achievement in
hasil yang akurat; (3) Bagi guru matematika Secondary School Geometry
diharapkan untuk mempertimbangkan hasil (CDASSG) Project. Department of
penelitian ini sebagai salah satu acuan dalam Education, University of Chicago, US.
pembelajaran matematika terutama dalam Van Hiele, Gedolf-Dina. 1957. English
menumbuhkan kemampuan problem solving Translation of Selected Writings of
siswa pada materi bangun datar; (4) Perlu Dina van Hiele-Geldof and Pierre M.
diadakannya penelitian lebih lanjut terhadap Dissertation of Dina van Hiele-Gcldof
kemampaun problem solving siswa ditinjau Entitled: The Didactic of Geometry in
dari tingkat berpikir geometri van Hiele the Lowert Class of Seondary School.
dengan jangkauan subjek yang lebih luas. (Original work published in 1957)
Walle, J. A. 2001. Geometric Thinking and
DAFTAR RUJUKAN Geometric In Elementary and Middle
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu School Mathematics: Teaching
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Developmentally, 4th ed. Boston: Allyn
Cipta and Bacon

Anda mungkin juga menyukai