Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSIF

“Memiliki Pemahaman dan Wawasan Mengenai Hakikat Pendidikan Inklusif”

Disusun Oleh :
Septi Misliza (20129206)
Devia Marzalta nanda (20129262)

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah pendidikan inklusif.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 5 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusif ................................................................................ 3

B. Sejarah Pendidikan Inklusif ..................................................................................... 5

C. Tujuan Pendidikan Inklusif ...................................................................................... 6

D. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif ........................................................ 7

E. Keutamaan dan Sisi Positif Pendidikan Inklusi ...................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9

B. Saran ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, karena dengan pendidikan
manusia memperoleh ilmu pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan sehingga
manusia dapat menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Melalui
pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk membawa bangsa kearah yang lebih baik. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan
(difabel).
UUD 1945 pasal 31 (1) mengatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Namun hal ini baru dapat terpenuhi pada saat Indonesia
memasuki pembangunan jangka panjang kesatu tahun 1969/1970-1993/1994. Dalam
periode ini pemerintah mulai menaruh perhatian pada pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa, termasuk didalamnya program percepatan (akselerasi) belajar filosofi
yang berkenaan dengan hakekat manusia, hakekat pembangunan nasional, tujuan
pendidikan dan usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Kelemahan yang
tampak dari penyelenggaraa pendidikan seperti ini adalah tidak terakomodasinya
kebutuhan idividual siswa di luar kelompok siswa normal.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi
sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi
setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Dengan kata lain pendidikan
inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-
sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Namun,
dalam penyelenggaraannya pendidikan ini masih belum terlaksana dengan baik karena
tidak terakomodasinya kebutuhan siswa di luar kelompok siswa normal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pendidikan inklusi?
2. bagaimana sejarah dari pendidikan inklusi?
3. Apakah tujuan dari pendidikan inklusi?
4. Apa sajakah prinsip pendidikan inklusi?

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian pendidikan inklusi.
2. Dapat menjelaskan sejarah pendidikan inklusi
3. Dapat menyebutkan tujuan pendidikan inklusi
4. Dapat mendeskripsikan prinsip pendidikan inklusi

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan hak dasar setiap warga Negara Indonesia, tak terkecuali mereka
yang berkebutuhan khusus. Seperti halnya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada
Pasal 5 Ayat 1, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan yang merata
tentu sangat berpengaruh dan penting dalam pengembangan pendidikan. Selama ini Anak
Berkebutuhan khusus disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan
jenis kekhususannya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Namun, Sekolah Luar Biasa (SLB) masih menjadi tembok pemisah bagi anak-anak
berkebutuhan khusus dengan anak-anak pada umumnya, hal ini menghambat proses interaksi di
antara mereka. Akibatnya anak berkebutuhan khusus menjadi kelompok yang tersingkirkan
dalam interaksi sosialnya di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan anak
berkebutuhan khusus, dan begitupun sebaliknya, anak berkebutuhan khusus merasa bukan bagian
dari kehidupan masyarakat disekitarnya.

Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan
pendidikan tanpa diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya
dapat memperoleh pendidikan yang sama. Dalam pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus
tidak mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak istimewa, melainkan persamaan hak dan
kewajiban yang sama dengan peserta didik lainnya. Kerjasama dari berbagai pihak baik itu
pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat sangat berpengaruh dalam pelaksaannya, karena
sekolah inklusi merupakan tantangan baru bagi pihak sekolah dan masyarakat. Dengan
pelaksanaan sekolah inklusi ini diharapkan mampu menciptakan generasi penerus yang dapat
memahami dan menerima segala bentuk perbedaan dan tidak menciptakan diskriminasi dalam
kehidupan masyarakat kedepannya.

A. Pengertian Pendidikan Inklusif


Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah
yang dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata Education for All yang artinya
pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan pendidikan yang berusaha

3
menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Mereka semua memiliki hak dan kesempatan
yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan
kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik individu secara fisik,
mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi. Pada titik ini tampak bahwa
konsep pendidikan inklusif sejalan dengan filosofi pendidikan nasional Indonesia yang
tidak membatasi akses peserta didik kependidikan hanya karena perbedaan kondisi awal
dan latarbelakangnya. Inklusif pun bukan hanya bagi mereka yang berkelainan atau luar
biasa melainkan berlaku untuk semua anak.
Pendidikan inklusi menurut beberapa ahli mempunyai pengertian yang beragam,
diantarannya :
a. Tarmansyah (2009:75) mengatakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang
menampung semua murid di kelas yang sama.
b. Tarmansyah (2009:76) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi adalah penempatan
anak berkelainan tingkat ringan, sedang dan berat secara penuh di kelas regular.
c. L.K.M. Marentek (2007:145) mengemukakan pendidikan inklusi adalah pelayanan
pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan pendidikan khusus di
sekolah regular (SD, SMP, SMA, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti
berkelainan, lamban belajar (slow learner) maupun yang berkesulitan belajar lainnya
d. Pendidikan inklusi bertujuan memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman
dalam keragaman, dan memandang keragaman bukan sebagai masalah, namun
sebagai tantangan dan pengayaan bagi lingkungan belajar (UNESCO, 2003).
e. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya
perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak
penyandang cacat atau anak-anak berkebutuhan khusus.
f. Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang mungkin ada pada mereka.
g. Pendidikan Inklusif adalah Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tingkat
ringan, sedang dan berat, secara penuh di kelas reguler (Staub dan Peck (1995)
h. Permendiknas No. 70 Tahun 2009 (dalam Lilis Setyaningsih, 2013) pendidikan
inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan

4
kesempatan kepada semua peserta didik yang memilki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi
mengandung unsur bahwa layanan dalam pendidikan inklusi merupakan sebuah layanana
yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
sebayanya dengan meberikan akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara
bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaaran dengan layanan pendidikan
yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan
anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga,
bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan
fisik atau mental.
B. Sejarah Pendidikan Inklusif
Sejarah perkembangan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali
dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada
tahun 1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar biasa
ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment,
yang ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris dalam
Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai
adanya pergeseran model pendidikan untuk anak kebutuhan khusus dari segregatif ke
intergratif.
Tuntutan penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata terutama
sejak diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan konferensi
dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi
„Education for All.‟ Implikasi dari statement ini mengikat bagi semua anggota konferensi
agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan khusus ) mendapatkan
layanan pendidikan secara memadai. Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun
1994 diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan

5
perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan “the Salamanca statement
on inclusive education.”
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan
inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan
menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan
inklusif. Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun
2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya terus
dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara menjamin bahwa
semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas dan
layak.
Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut, maka
Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan program
pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan program pendidikan terpadu yang
sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian
kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti
kecenderungan dunia, menggunakan konsep pendidikan inklusif.
C. Tujuan Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan.
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak termasuk anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan
angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keberagaman, tidak diskriminatif,
serta ramah terhadap pembelajaran.
5. Menciptakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi „setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyi
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. UU no 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal

6
5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. „UU No 23/2002 tentang perlindungan Anak,
khususnya pasal 51 yang berbunyi anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental
diberikan kesempatan yang sama dan aksessibilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa.
D. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, ada beberapa prinsip umum yang
harus dipahami oleh setiap penyelenggara pendidika (kepala sekolah, guru, staf
administrasi, dll).
Adapun prinsip terbut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan yang Ramah. Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga
komunitas kelas yang ramah dan terbuka dalam menerima keanekaragaman dan
menghargai perbedaan yang ada. Sekolah yang “ramah” juga berati memberikan hak
kepada anak untuk belajar dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin di
dalam lingkungan yang aman dan terbuka. Selain itu, “ramah” juga berarti guru
menunjukkan sikap positif dan mendukung pada peserta didik tanpa terkecuali dan
tidak mengganggap ABK sebagai beban.
2. Pengembangan seoptimal mungkin. Pada dasarnya, setiap anak memiliki kemampuan
dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan harus diusahakan
untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.
3. Kerja sama. Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh
komponen pendidikan terkait.
4. Perubahan Sistem. Sekolah harus berani fleksibel dalam implementasi
penyelenggaraan pendidikan. Perlu diperhatikan setting kelas yang cocok,
kemungkinan perlunya modifikasi program belajar, dan sistem penilaian yang sesuai
bagi masing-masing ABK.Menelaah semua penjelasan di atas, maka dalam
pelaksanaannya, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan reguler dalam satu system
persekolahan untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap peserta didik.
E. Keutamaan Dan Sisi Positif Pendidikan Inklusif

7
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menjalankan sistem pendidikan
inklusif. Beberapa diantarannya adalah:
a. Tidak semua ABK cocok atau harus belajar di sekolah khusus (Sekolah Luar
Biasa). Bagi ABK dengan gangguan tidak terlalu berat atau memiliki potensi
akademik (IQ) yang (cukup) baik/rata-rata ke atas, situasi dan tuntutan belajar di
sekolah khusus tidak dapat menjawab kebutuhan ABK tersebut.
b. ABK perlu kelas reguler untuk belajar menggeneralisasikan ketrampilan
yang telah dipelajari dandikuasainya dalam settingyang lebih nyata.
c. ABK perlu belajar di kelas reguler secara langsung untuk dapat
mempelajari suatu ketrampilan tertentu.
d. Dilihat dari jumlah sekolah yang ada, jumlah sekolah khusus (SLB) relatif jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan sekolah regular.
e. Dilihat dari tenaga kerja, guru kelas reguler/bidang studi lebih
menguasai ilmu yang ingin disampaikan. Sedangkan guru Pendidikan Luar Biasa
(PLB) atau guru pendamping khusus lebih mendalami tata laksana penerapan disiplin
atau perlakuan yang harus dijalani. Jadi jelas butuh kolaborasi antara guru reguler
dengan guru dengan latar belakan pendidikan luar biasa

Keutamaan dan Sisi Positif Pendidikan Inklusi

1. Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
dan tidak didiskriminasikan.
2. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya.
3. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua
anak.
4. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan
pembelajaran yang berbeda.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membaca pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
inklusif dapat menjad jembatan untuk mewujudkan pendidikan untuk semua (education
for all), tanpa ada seorangpun yang tertinggal dari layanan sistem pendidikan.Perbedaan
kemampuan dan kondisi siswa hendaknya tidak dilihat sebagai beban namun sebuah
tantangan yang memberikan keuntungan baik bagi guru, peserta didik dengan kebutuhan
khusus dan tanpa kebutuhan khusus. Paradigma pengajaran di sekolah yang dilakukan
perlu di dasari dengan paradigma untuk memahami dan merespon kebutuhan peserta
didiknya. Dalam menjalankannya, penting untuk diingat prinsip-prinsip dasar
pelaksanaan pendidikan inklusif yang ramah, fleksibel, terbuka, mengakomodasi
kebutuhan, dan kebersediaan melakukan perubahan sistem.
B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk pemecahan masalah pendidikan inklusi
adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya pemerintah serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai
dengan peraturan pendidikan.
2. Pemerintah harus serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai dengan
tahapan-tahapan pendidikan inklusi secara konsisten mulai dari sosialisasi hingga
evaluasi pelaksanaannya.
3. Adanya kerjasama antara pemerintah dan sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi tersebut.
4. Bagi sekolah yang ingin menyelenggarakan pendidikan inklusi, harus
mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menunjang lancarnya pendidikan inklusi
tersebut, baik itu berupa sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik yang sudah
dibekali dengan pendidikan khusus untuk mengajar ABK.
5. Bagi guru yang telah ditunjuk untuk mengajar ABK dilingkungan sekolah tersebut,
harus bisa menciptakan suasana kondusif hingga proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien.

9
DAFTAR PUSTAKA

Darma, Indah Permata, and Binahayati Rusyidi. "Pelaksanaan sekolah inklusi di


Indonesia." Prosiding penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 2.2 (2015).

Herawati, Nenden Ineu. "Pendidikan Inklusif." EduHumaniora| Jurnal Pendidikan Dasar


Kampus Cibiru 2.1 (2016).

Materi pertemuan 1

Materi pertemuan 2

Murniarti, Erni, and Nouf Zahrah Anastasia. "Pendidikan Inklusif Di Tingkat Sekolah
Dasar." Jurnal Dinamika Pendidikan 9.1 (2016): 9-18.

10

Anda mungkin juga menyukai