Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO

Di susun oleh

Nama : Dzoelkivly Raden Lihimi


NIM : 18 302 052
Kelas : Manajemen 6A

1
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………1
Daftar isi……………………………………………………………………...2

Kata Pengantar………………………………………………………………..3

Bab I Latar Belakang……………………………………………………4


Bab II Kerangka Teori…………………………………………………..6
Bab III Pembahasan………………………………………………..……7
A. Manajement Resiko………………………………………..……7
B. Sasaran Manajement Resiko……………………………………8
C. Kategori Resiko…………………………………………………8
D. Mengidentifikasi Resiko……………………………………..…9
E. Menganalisa Resiko……………………………………….……10
F. Monitoring Resiko Dan Evaluasi………………………….……10
G. Konsep Resiko……………………………………………..……11
H. Mengevaluasi Resiko……………………………………………12
I. Menangani Resiko………………………………………….……12

J. Memantau Resiko…………………………………………...……13

K. Mengkomunikasikan Resiko………………………………..…...13

L. Cara Pengendalian Resiko………………………………………14


Bab IV Penutup…………………………………………………………..15
Daftar Pustaka……………………………………………………………16

2
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan Makalah Manajemen Resioko dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga Makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Bitung, 12 Juni 2021

Penulis

3
BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan
kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan
kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan
dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010)
menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko
non usaha adalah resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan
kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko
(risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya
manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang
dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian
sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang
sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah

4
ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami
kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu
yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial
akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang
siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa
beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya
adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas
yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis
tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan
corporate governance, mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan
asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

5
BAB II
KERANGKA TEORI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko dalam
Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi adanya kehilangan (Iban
Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola
suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas
badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi (Kasidi, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko adalah suatu kemungkinan
terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan, namun penyimpangan ini baru terlihat
bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko adalah
ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari beberapa definisi yang
telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah sesuatu yang belum pasti namun
apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. MANAJEMENT RESIKO
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi
untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang
timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan
hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua wirausaha. Proses
di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu
aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari
manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk
menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk
memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi
organisasi. Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan
kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang
bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.
Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan
metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa
kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan kebijaksanaan yang
efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior. Manajemen resiko harus
diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan
tanggung jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana
setiap manajer dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi

7
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward,
mempromosikan efisiensi operasional dari semua tingkatan.
B. SASARAN MANAJEMENT RESIKO
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff,
organisasi).
C. KATEGORI RESIKO
Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui
suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan dan penanggulangan resiko.
2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui
diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara sistematis akan
mempengaruhi posisi pasar (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal
dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu
tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau
malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.
Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu

8
cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian
dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni
adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan
untung sedangkan untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka
dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko
murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan.
Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif,
kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.
Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
D. MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara sistematis dan
berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena
itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial.
Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak
milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian
personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan
menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

9
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan
metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

E. MENGANALISA RESIKO
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko
dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas
terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan
lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko
karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.
F. MONITORING RESIKO DAN EVALUASI
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian penting
dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti sampai di sini saja.
Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana
dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui
keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun
berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan
diimplementasikan secara efektif.

10
G. KONSEP RESIKO
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisas

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan


kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari kemungkinan tentang
hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja
sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan. Manajer resiko dapat
menggunakan tenaga pihak luar untuk proses mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi,
broker, atau konsultan manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka
membatasi proses hanya pada resiko yang diasuransikan saja. Dalam hal ini diperlukan strategi
manajemen untuk menentukan metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang
dihadapi

a. Faktor Penyebab Resiko


Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir, tanah
longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang secara langsung
dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas bangunan
suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya resiko moral.
Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai suatu badan/perusahaan misalnya

11
yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang terlibat pada permasalahan penggelapan dana
nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian finansial, tapi juga resiko
reputasi, bahkan kepatuhan. Resiko reputasi dan kepatuhan lebih membahayakan keberlangsungan
perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan membuat
bank tersebut kehilangan dana karena masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang telah
tertanam di bank tersebut karena takut akan mengalami kerugian besar. Dana-dana yang ditarik
tersebut sebenarnya digunakan untuk menjalankan kegiatan perbankan, namun kerena ada
penarikan sejumlah dana dan ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut
dapat terancam likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi dengan
menutup bank.

b. Sumber Penyebab Resiko


Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1. Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan orang-orang
menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan. Misalnya : pencurian, huru-hara, peperangan.
2. Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku manusia.
Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian maupun kerusakan harta.
3. Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

H. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko
terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan
resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko
dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
I. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko
melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan
terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang

12
ada pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih
rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh
dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam
register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko,
faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi,
pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat
kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.

J. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara penanganan
resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko
perlu dipantau perubahannya.
K. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang
dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai
dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal
perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat,
masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).

13
L. CARA PENGENDALIAN RESIKO
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1.
2. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung jawab dan
keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan Komisaris,
Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk management dan unit business yang telah
berinteraksi dan bersinerji secara optimal.
3. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan digunakan sebagai
laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki
tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
4. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan persiapan untuk
mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi penanggung jawab dari seluruh inisiatif
strategis terkait kepatuhan pegawai.
5. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan pemeliharaan cadangan
likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit resiko likuiditas, merancang analisis
scenario dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana
yang cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006).

14
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu proses
mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber
daya yang tersedia.

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua wirausaha. Proses
di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu
aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari
manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko

15
DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org

http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management

http://vibiznews.com

AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint Technical


Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.

Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. What is COSO:


Background and Events Leading to Internal Control-Integrated Framework. 1992

Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The Institute of
Internal Auditors. Internal C

Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978

16

Anda mungkin juga menyukai