Anda di halaman 1dari 15

ISSN: 2087 - 4742

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN


OTONOMI DAERAH PADA SEKTOR BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Rifi Rivani Radiansyah1

Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Bale Bandung


rifi3112@gmail.com

ABSTRAK
Pelaksanaan Otonomi Daerah di bidang kesehatan menjadi urusan wajib yang harus
dioptimalkan Pemerintah Daerah. Urusan wajib Pemerintah Daerah di bidang kesehatan yang
harus diselenggarakan, diantaranya; Upaya Kesehatan, SDM Kesehatan, Sediaan
Farmasi/Obat, Alat kesehatan dan Makanan serta Minuman, selanjutnya Pemberdayaan
Masyarakat. Akan tetapi, tak jarang permasalahan timbul pada proses pelaksanaannya di
Daerah seperti halnya di Kabupaten Bandung Barat. (dalam konteks ini pelaksanaan Otonomi
Daerah pada bidang Kesehatan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meninjau
kembali Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi Daerah pada
bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat, dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif melalui pendekatan kualitatif berorientasi Grounded Theory Approach. Hal
tersebut dilakukan peneliti guna memantapkan ataupun kemungkinan dapat
mengembangkan/memodifikasi konstruk konsep gagasan dari kerangka teori yang sudah ada
sebelumnya. Adapun hasil dari analisis penelitian ini menunjukan bahwa permasalahan yang
timbul pada pelaksanaan otonomi daerah di bidang kesehatan Kabupaten Bandung Barat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; Faktor Manusia Pelaksana, Faktor Organisasi dan
Manajemen serta Faktor Pendukung Kinerja Organisasi.
Kata Kunci: Implementasi, Otonomi Daerah, Kesehatan

ABSTRACT

The implementation of Regional Autonomy in the health sector is a mandatory business


that must be optimized by the Regional Government. Mandatory Affairs of the Regional
Government in the field of health that must be held, including; Health Efforts, Health Human
Resources, Pharmaceutical / Drug Preparations, Medical Devices and Food and Beverages,
then Community Empowerment. However, it is not uncommon for problems to arise in the
process of implementation in the regions as well as in West Bandung Regency. (in this
context the implementation of Regional Autonomy in the Health sector). This study aims to
find out and review the factors that influence the implementation of Regional Autonomy in the
Health sector in West Bandung Regency, by using descriptive research methods through a
qualitative approach to Grounded Theory Approach. This is done by researchers to establish
or possibly be able to develop / modify constructs of concept ideas from a pre-existing

1
Penulis merupakan Dosen Tetap pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Bale Bandung (UNIBBA) dan saat ini
mengajar pada mata kuliah di bidang kepakaran pemerintah daerah dan otonomi daerah

JISIPOL | 1
Rifi Rivani Radiansyah

theoretical framework. The results of the analysis of this study indicate that the problems that
arise in the implementation of regional autonomy in the health sector of West Bandung
Regency are influenced by several factors such as; Implementing Human Factors,
Organizational and Management Factors and Supporting Organizational Performance
Factors.
Keywords: Implementation, Regional Autonomy, Health

PENDAHULUAN pada dasarnya bersifat objektif. Oleh


Undang-Undang Dasar Negara sebab itu, untuk meningkatkan derajat
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 kesehatan masyarakat, upaya pemerintah
ayat (2) dan ayat (5) menyatakan, bahwa untuk memenuhinya bersifat mutlak
Pemerintahan Daerah berwenang untuk sekaligus juga secara otomatis menjadi
mengatur dan mengurus sendiri Urusan tanggung jawab pemerintah.5
Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Selain itu juga, pemerintah pun
Tugas Pembantuan serta diberikannya bertanggung jawab langsung atas
otonomi yang seluas-luasnya.2 ketersediaan lingkungan yang baik,
Konsekuensi logis dari ketentuan tersebut fasilitas kesehatan fisik yang efisien dan
adalah dengan ditetapkan dan efektif bagi masyarakat, ketersediaan
diberlakukannya Undang-Undang sumber daya di bidang kesehatan yang adil
Pemerintahan Daerah. dan merata, ketersediaan akses terhadap
Berdasarkan Undang-Undang Nomor informasi, edukasi, fasilitas pelayanan
23 tahun 2014 tentang Pemerintahan kesehatan, serta memberdayakan dan
Daerah, klasifikasi urusan pemerintahan mendorong peran aktif masyarakat dalam
terdiri atas urusan pemerintahan absolut, segala bentuk upaya kesehatan demi untuk
urusan pemerintahan konkuren, dan urusan meningkatkan dan memelihara derajat
pemerintahan umum. Dari ketiga urusan kesehatan yang setinggi-tingginya.6
pemerintahan tersebut, urusan Demi untuk mewujudkan derajat
pemerintahan konkurenlah yang kesehatan yang optimal dan merata di
diserahkan ke daerah dan menjadi dasar daerah, Pemerintah melalui Undang-
pelaksanaan otonomi daerah. Urusan Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan konkuren sebagaimana yang Pemerintahan Daerah telah menyerahkan
menjadi kewenangan daerah salah satunya dan menetapkan urusan kesehatan yang
terdiri atas urusan pemerintahan wajib menjadi kewenangan pemerintahan
,seperti pelayanan dasar pada bidang daerah. Pembagian Urusan Pemerintahan
kesehatan.3 Bidang Kesehatan di Daerah yang
Kesehatan menjadi urusan diantaranya meliputi: Pertama, Upaya
pemerintahan yang bersifat wajib sebab Kesehatan terhadap masyarakat yang
kesehatan merupakan kebutuhan dasar meliputi Upaya Kesehatan Perorangan dan
manusia untuk dapat hidup layak dan Masyarakat serta penerbitan izin Rumah
produktif.4 Ketentuan tersebut, Sakit dan Fasilitas pelayanan kesehatan
menandakan bahwa kebutuhan kesehatan tingkat daerah, Kedua, pengelolaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan ,
Ketiga, Sediaan Farmasi (Obat-obatan),
2
Penerbitan dan perbekalan sertifikat
Lihat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945. Pasal 18 ayat 2 dan ayat 5.
3
Lihat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
5
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 9 Lebih jelasnya, lihat, Undang-Undang Republik
Ayat 1,hlm.10. Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4
Lihat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Bab IV.
6
Tahun 2009 Tentang Kesehatan,Bab III. Ibid.

2| JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

produksi Alat Kesehatan, Penerbitan Berdasarkan pengamatan dari data


produksi makanan dan minuman, dokumen kesehatan Kabupaten Bandung
Keempat, Pemberdayaan Masyarakat Barat, pada tahun 2013 angka Kematian
Bidang Kesehatan.7 Bayi dan Balita cukup lumayan banyak,
Dengan ketetapan tersebut, semua sebanyak 219 jiwa, angka kematian Ibu
daerah Kabupaten/Kota yang ada di sebesar 37 jiwa, kemudian angka kematian
Indonesia berhak membuat formulasi baru akibat Tuberlculosis / TB Paru sebesar 741
didalam pelaksanaan urusan kesehatan jiwa, ditambah lagi dengan rentang
yang sesuai dengan karakteristik penyakit yang dipengaruhi faktor
daerahnya masing-masing sebagai daerah kecenderungan perilaku seperti beberapa
otonom, termasuk salah satunya warga masyarakat yang mengidap HIV
dilaksanakan oleh daerah Kabupaten berjumlah 28 jiwa dan yang mengidap
Bandung Barat. AIDS sebesar 4 jiwa serta beberapa warga
masyarakat lainnya yang mengidap infeksi
Analisis Identifikasi Permasalahan kelamin menular lainnya pun berjumlah
Berdasarkan telaahan latar belakang 336 jiwa.8
diatas, jelas sudah tugas dan tanggung Selanjutnya, penyakit yang disebabkan
jawab Pemerintah Daerah Kabupaten oleh faktor lingkungan seperti penyakit
Bandung Barat terhadap masyarakat pada diare yang merupakan salah satu wabah
bidang urusan kesehatan di daerah, mau penyakit paling banyak dialami
tidak mau konsekuensi logis untuk dapat masyarakat. Berdasarkan pengamatan data
menjamin kebutuhan urusan kesehatan dokumen kesehatan Kabupaten Bandung
masyarakat agar lebih optimal, Pemerintah Barat pada tahun 2013, kasus penyakit
Daerah Kabupaten Bandung Barat harus diare tercatat berjumlah 650.096 jiwa,
senantiasa berupaya memaksimalkan namun itu pun hanya dapat ditangani
pelaksanaan urusan kesehatan yang secara optimal kurang lebih sebesar
menjadi kewenangan, kewajiban dan 73.860 jiwa.9
tanggung jawab daerah secara mandiri. Penyakit yang disebabkan oleh faktor
Hasil pengamatan awal yang didapat lingkungan dan faktor iklim seperti salah
peneliti, dari mulai pembentukan satunya penyakit Demam Berdarah (DBD)
Kabupaten Bandung Barat pada tahun misalnya, berdasarkan informasi catatan
2007, terutama hingga sampai penghujung surat kabar media tahun 2013 tercatat
masa kepemimpinan bupati terpilih 1.441 kasus DBD tersebar di 16
periode 2013-2018 mengindikasikan, kecamatan disertai 2 orang meninggal.
masih adanya kekurangoptimalan Angka tersebut kemudian menurun di
pemerintah daerah Kabupaten Bandung tahun 2014, tercatat ada 890 kasus DBD,
Barat didalam pelaksanaan urusan namun korban meninggal bertambah
kesehatan yang menjadi kewenangan menjadi 5 orang.10
daerah Kabupaten Bandung Barat sebagai Kemudian, pada sebagian penanganan
daerah otonom. Hal tersebut ditandai urusan kesehatan seperti pencegahan
dengan; Pertama, Penyelenggaraan urusan penyakit dan pemberdayaan masyarakat
kesehatan yang menjadi kewenangan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten
pemerintah daerah seperti pada upaya Bandung Barat melalui Dinas Kesehatan
kesehatan pencegahan penyakit masih dan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD)
kurang optimal dilaksanakan.
8
Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun
2013. hlm. Tabel 7,8,10, dan 14.
9
Ibid. hlm. Tabel 16.
7 10
Lihat dan Baca, Undang-Undang Republik Indonesia CikalNews, Selasa, 03 Februari 2015 12:35:00
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, WIB,http://cikalnews.com/read/10878/03/2/2015/bandun
Op.cit., hlm 102. g-barat-waspada-wabah-dbd.

JISIPOL | 3
Rifi Rivani Radiansyah

Daerah tingkat Kecamatan pun masih Bandung Barat membutuhkan banyak


cenderung kurang optimal yang ditandai klinik”. Pungkasnya.12
dengan masih kurangnya realisasi dari Jika ditinjau lebih lanjut, berdasarkan
target yang telah ditentukan. Hal tersebut jumlah fasilitas pelayanan kesehatan,
dapat ditinjau dari berbagai kegiatan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
penyelenggaraan penanganan urusan hanya memiliki 35 fasilitas kesehatan yang
kesehatan yang diantaranya dapat efektif, diantaranya, 2 (dua) Rumah Sakit
ditunjukan pada tabel 1.1 dan tabel 1.2:11 Umum Daerah yang masih tergolong
Kedua, dengan kurang optimalnya sebagai Rumah Sakit dengan kriteria tipe
pada upaya pencegahan penyakit dapat D, dan masih sebatas Unit Pelayanan
berpotensi mengganggu kestabilan Teknis Daerah (UPTD), dan 32
kesehatan masyarakat, sehingga hal puskesmas, berikut 1 Gedung Farmasi
tersebut otomatis akan berdampak pada Kesehatan (GFK).13
proporsi ketersediaan fasilitas pelayanan Dari segi kuantitas, berdasarkan
kesehatan yang seharusnya cukup optimal tinjauan dan pengamatan data Dinas
dan ideal, namun berdasarkan pengamatan Kesehatan, jumlah tenaga medis di
observasi dan pengamatan data, fasilitas Kabupaten Bandung Barat pun masih
pelayanan kesehatan yang ada masih cenderung defisit, jumlah sumber daya
defisit seperti klinik ataupun apotik obat- tenaga manusia kesehatan (dokter
obatan, bahkan RSUD yang ada pun masih spesialis,umum, gigi) secara keseluruhan
minim dari standar kualitas, ditambah lagi pada tahun 2013-2014 berjumlah 105
sumber daya manusia kesehatan di dengan rasio 6,6 per 100.000, ini berarti
beberapa RSUD dan Puskesmas pun jika dirata-ratakan satu orang dokter harus
cenderung defisit dan masih kurang melayani kurang lebih 15.151 penduduk
mumpuni, sehingga pada kasus kesakitan tiap tahunnya.
tertentu yang dialami warga, masih ada Kemudian, di salah satu Rumah Sakit
yang tidak dapat langsung ditangani Umum Daerah di Kabupaten Bandung
Puskesmas bahkan RSUD sekalipun, yang Barat seperti RSUD Cililin tingkat rasio
akhirnya perlu mendapat rujukan ke cakupannya pun cukup lumayan tinggi
Rumah Sakit tingkat Provinsi ataupun ke dengan rasio 1,2 per 100.000 penduduk,
Rumah Sakit Daerah lain. itu berarti 1 orang dokter harus menangani
Persoalan kurangnya fasilitas kurang lebih 83.333 penduduk per tahun.
pelayanan kesehatan pun diakui Kepala Menurut informasi data Departement
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Kesehatan Indonesia, dengan total 19
Barat dalam pernyataannya di salah satu tenaga medis dokter di RSUD Cililin
berita harian media sosial pada cenderung tersedia lebih sedikit di banding
pertengahan tahun 2015 lalu, menurutnya : rata-rata Rumah Sakit yang ada di
“jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota di Jawa Barat dengan
wilayahnya masih defisit dan persebaran standar minimal RSUD dengan kriteria
klinik di wilayahnya masih belum merata, tipe D adalah 36 tenaga medis dokter.14
dari beberapa klinik yang ada, sebagian
besar berada di wilayah perkotaan.
Padahal apabila melihat jumlah penduduk
dan luas geografis, setidaknya Kabupaten 12
Galamedia, Rabu, 10 Juni 2015 | 16:14 WIB,
http://www.galamedianews.com, Untuk Layanan
Kesehatan KBB Masih Kekurangan Rumah Sakit.
13
Lihat, Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2013-2014, Op.cit., hlm. Tabel 70.
14
Lihat RSUD Cililin's smart rating was calculated
11
Lihat, Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Barat by FindTheBest Indonesia to be 85 in Oct. 2015. Data
Tahun 2013. Op.cit., hlm. Tabel 27, 28, 31, 32, 40, 42, Departemen Kesehatan Indonesia:
64, 67, 67b. http://www.buk.depkes.go.id.

4| JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

1. Upaya Kesehatan

Tabel. 1.1.
Kegiatan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2014

No Upaya Kesehatan Target Realisasi


127.581 Anak
Pemberian vitamin A Pada Bayi,Anak Balita,dan Ibu 104.247 Anak balita
1 Balita
Nifas menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Puskesmas.
28.563 Ibu Nifas 26.521 Ibu Nifas
Upaya Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi 32.929 Bayi Imunisasi
2 33.607 Bayi
menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas. 31.661 Bayi Polio
Pemberian makanan pendamping ASI anak Usia 6-23
9.812 Keluarga 879 Anak Keluarga
3 Bulan Keluarga Miskin menurut jenis kelamin,
Miskin Miskin
Kecamatan, Puskesmas.
24.478
Cakupan Persalinan di tolong tenaga kesehatan, dan 36.699 ditolong tenaga kesehatan
4 pelayanan Kesehatan Ibu Nifas menurut Kecamatan, Ibu Hamil 23.206 dapat
dan Puskesmas. Pelayanan Kesehatan Ibu
Nifas
Ibu Hamil dan Neonatus Risiko tinggi/Komplikasi 37.588
5 30.963 Ibu Hamil
yang ditangani menurut Kecamatan dan Puskesmas Ibu Hamil
6 Status Perbaikan Gizi Balita 92.212 Balita 920 Balita Gizi Buruk
Sumber : Data Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2014

2. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar


Tabel. 1.2.
Kegiatan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


No. Realisasi Target
dan Makanan , Minuman
Kualitas Air Minum yang memenuhi 51 Yang memenuhi
1 228
Syarat Kesehatan. Syarat
2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 24 Desa (14,5%) 165 Desa
Tempat Umum memenuhi syarat
763 (67%) yang
3 kesehatan menurut kecamatan, 1.139
memenuhi syarat.
puskesmas.
538 TPM (24%)
Tempat Pengelolaan Makanan
4 yang memenuhi 2.200 TPM
(TPM) menurut Hygiene Sanitasi
syarat
Sumber : Data Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2014

Selanjutnya, pada proporsi tenaga kesehatan dipuskesmas, dapat diartikan


kesehatan, yang menjadi perhatian adalah secara kasaran jumlah tenaga kesehatan
Puskesmas. 32 jumlah puskesmas yang puskesmas kurang lebih berjumlah 16
ada di Kabupaten Bandung Barat dinilai orang per Puskesmasnya dengan rata-rata
masih minim jika di bandingkan dengan rasio 1,0 yang artinya satu perawat harus
jumlah Desa yang ada sebanyak 165 Desa, melayani kurang lebih 100.000 penduduk.
dengan begitu nampaknya akan sangat Berdasarkan tinjauan data Kesehatan
terlihat kontras, indikasinya adalah Kabupaten Bandung Barat pada tahun
keterbutuhan tenaga pendukung kesehatan, 2011, rasio tertinggi Puskesmas DTP ada
sebab jika dirata-ratakan dari 1.570.258 di Kecamatan Batujajar yaitu 1:126.979.
jumlah penduduk Kabupaten Bandung Hal itu dikarenakan Puskesmas DTP
Barat, hanya difasilitasi 510 orang tenaga Batujajar harus melayani penduduk

JISIPOL | 5
Rifi Rivani Radiansyah

dengan jumlah desa terbanyak yaitu 13 dapat diindikasikan bahwa pelaksanaan


Desa.15 Artinya, itu menandakan bagi otonomi daerah di Kabupaten Bandung
sebagian puskesmas jumlah tenaga Barat masih cenderung kurang optimal
kesehatan masih dapat dinilai minim, terutama dalam segala hal urusan
sehingga setiap puskesmas harus berupaya kesehatan bagi kepentingan masyarakat.
lebih maksimal kembali didalam Berdasarkan latar belakang
melaksanakan segala urusan kesehatan permasalahan yang telah di jelaskan
terhadap masyarakat sesuai dengan tugas tersebut, sebagai dugaan awal ada
dan profesi nya. beberapa faktor yang mempengaruhi
Ketiga, pengadaan alat kesehatan tahun pelaksanaan otonomi daerah pada sektor
anggaran 2014 oleh Dinas Kesehatan bidang kesehatan di Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung Barat melalui metode Barat seperti diantaranya ; faktor para
pelelangan di pertengahan tahun 2015 manusia pelaksana, faktor keuangan,
masih cenderung bermasalah didalam faktor peralatan dan faktor organisasi dan
proses perencanaannya, yang masih managemen.
menggunakan sistem drop bagi pengadaan Dugaan tersebut terlihat dari gejala-
alat kesehatan, baik untuk puskesmas gejala berikut :
maupun untuk RSUD.16 - Pemerintah Daerah (kepala daerah), dan
Berdasarkan informasi yang telah DPRD, berikut Perangkat Daerah Dinas
divalidasi, alat Kesehatan di Puskesmas Kesehatan masih cenderung kurang
maupun di RSUD Cililin kebanyakan inovatif, dan cermat didalam
masih belum bisa dipakai karena menunjukan kemampuan kapasitasnya
keterbatasan jumlah maupun kemampuan untuk melaksanakan dan mengerjakan
kompetensi sumberdaya manusia tugas pokoknya masing-masing
kesehatan yang tersedia, dan terutama pada pelaksanaan
pendistribusian stok obat-obatan untuk dua pemerintahan pada sektor bidang
tahun yang dilakukan Dinas Kesehatan kesehatan demi kepentingan masyarakat
kepada Puskesmas maupun RSUD Cililin di daerah.
tidak sesuai dengan perencanaan yang - Belum terciptanya hubungan kerja dan
menyebabkan terjadinya penumpukan partisipasi yang baik antara pemerintah
obat-obatan yang terancam tak bisa Dinas Kesehatan dengan Unit
digunakan karena mendekati masa berlaku Pelayanan Teknis Dinas seperti
(expired) di RSUD Cililin, sedangkan Puskesmas dan RSUD, dengan DPRD
kebutuhan persediaan obat-obatan masih Komisi D bidang Kesehatan juga
harus tersedia sampai akhir tahun 2015,17 dengan masyarakat.
Permasalahan tersebut menjadi begitu - Proses perencanaan strategis yang
kompleks dialami Kabupaten Bandung bersumber keuangan daerah untuk
Barat didalam melaksanakan kewenangan sektor kesehatan dinilai masih kurang
yang menjadi urusan daerah di bidang optimal.
urusan kesehatandan secara otomatis pula - Fasilitas sarana prasarana pelayanan
kesehatan yang dinilai masih defisit.
- Pengadaan barang oleh Dinas
15
Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun Kesehatan baik itu alat penunjang
16
2011,2013,2014, Op.cit., hlm. 39. kesehatan masih belum sesuai dengan
Lihat. dan Baca, Pikiran Rakyat, 10 Mei 2015.
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung
kebutuhan UPTD Puskemas dan RSUD
raya/2015/05/10/326728/kejaksaan-selidiki-pengadaan- serta kegunaannya cenderung belum
17
alkes-di-kbb. sesuai dengan proporsi tenaga Manusia
Lihat dan Baca. Galamedia News, 14 April 2015,
http://www.galamedianews.com/bandung-raya, RSUD
Kesehatan yang ada.
Cililin Banyak Peralatan Medis yang Belum Bisa Di - Tata kelola keorganisasian dan
Pakai. Validasi informasi melalui informan staf pegawai managemen kesehatan yang kurang
RSUD Cililin.

6| JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

optimal sehingga belum terpenuhinya satunya terdiri dari urusan pemerintahan


dengan baik tugas pokok mengenai wajib.
urusan kesehatan terhadap masyarakat Urursan pemerintahan wajib
di daerah terutama pada upaya merupakan urusan yang wajib
kesehatan perorangan dan upaya diselenggarakan di daerah seperti urusan
kesehatan masyarakat yang dilakukan kesehatan. Urusan Pemerintahan Wajib
UPTD terkait. yang berkaitan dengan Pelaksanaan
- Masih cenderung rendahnya otonomi daerah bidang kesehatan di
pengawasan keorganisasian dan Kabupaten Bandung Barat salah satunya
pengelolaan managemen keuangan, adalah Pelayanan Dasar urusan kesehatan
terutama terhadap alokasi dana yang meliputi :
kesehatan daerah. 1. Upaya Kesehatan
- Pengelolaan Upaya Kesehatan
Kerangka Pemikiran Perorangan (UKP) dan Masyarakat
Menurut Undang-Undang Nomor 23 (UKM) daerah Kabupaten/Kota dan
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, rujukan tingkat Daerah
Otonomi Daerah merupakan hak, Kabupaten/Kota.
wewenang, dan kewajiban daerah otonom - Penerbitan izin Rumah Sakit kelas C
untuk mengatur dan mengurus sendiri dan D dan fasilitas pelayanan
urusan pemerintahan dan kepentingan kesehatan tingkat Daerah
masyarakat setempat sesuai dengan Kabupaten/Kota.
peraturan perundang-undangan.18 2. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Dengan melihat definisi diatas dapat - Penerbitan izin praktik dan izin kerja
diketahui bahwa sejatinya otonomi daerah tenaga kesehatan.
itu merupakan suatu kebijakan yang telah - Perencanaan dan pengembangan
disepakati dalam perundang-undangan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berlaku dan harus dilaksanakan. Hal kesehatan untuk Upaya Kesehatan
itu sejalan dengan pernyataan Ryaas Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Rasyid bahwa “otonomi daerah di Perorangan (UKP) Daerah
Indonesia merupakan sebuah kebijakan Kabupaten/Kota.
strategis, maka dengan itu pelaksanaan 3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
otonomi daerah tidak bisa ditunda-tunda dan Makanan Minuman
lagi jika memang bangsa Indonesia ingin - Penerbitan izin apotek toko obat, took
menjadi sebuah bangsa yang lebih besar alat kesehatan, optikal. Dan usaha
dan mencapai tujuan-tujuan mikro obat Tradisional (UMOT).
nasionalnya”.19 - Penerbitan sertifikat produksi alat
Otonomi daerah telah memberikan kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan
peluang yang begitu besar terhadap daerah Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
untuk dapat membangun daerah sesuai (PKRT) kelas 1 (satu) tertentu
dengan karakteristik daerahnya masing- perusahan rumah tangga.
masing. Urusan pemerintahan konkuren - Penerbitan izin produksi dan
yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pengawasan Post-market makanan dan
pelaksanaan Otonomi Daerah saat ini. minuman pada industri rumah tangga.
Kabupaten Bandung Barat melaksanakan 4. Pemberdayaan Masyarakat Bidang
urusan pemerintahan konkuren yang salah Kesehatan
- Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan melalui tokoh
18
Lihat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
kabupaten/kota, kelompok masyarakat,
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Loc.cit
19
Mas’ud said, “Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia
“, (Malang:UMM press ,2008), hlm. 75.

JISIPOL | 7
Rifi Rivani Radiansyah

organisasi, swadaya masyarakat dan dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala


dunia usaha tingkat kabupaten/kota.20 Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Untuk dapat menyelenggarakan urusan Daerah. Selain itu para peran aparatur atau
kesehatan di daerah diperlukan beberapa alat-alat perlengkapan Daerah seperti
komponen pendukung penting lainnnya Pegawai Daerah dan Partisipasi
yang menjadi tanggung jawab sekaligus masyarakat Daerah sangat penting
menjadi kewajiban pemerintah daerah disamping sebagai subyek juga merupakan
diantaranya seperti : Penyediaan objek dari pembangunan itu sendiri.
Infrastruktur sarana dan prasarana Kedua, faktor keuangan daerah yang
kesehatan seperti, Rumah Sakit Umum merupakan salah satu kriteria penting
Daerah, Puskesmas. Tersedianya untuk mengetahui secara nyata
Dokter/Tenaga Medis, Tersedianya Obat- kemampuan Daerah dalam mengatur dan
obatan yang terjangkau, dan selanjutnya mengurus rumah tangganya adalah
Tersedianya Pengembangan Sistem kemampuan self-supporting dalam bidang
21
Informasi seperti Sistem Rujukan. keuangan.
Maka dari itu, agar pelaksanaan Ketiga, faktor peralatan sebagai
otonomi daerah pada bidang kesehatan di penyelenggaraan aktifitas pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat berjalan dengan Daerah. Peralatan yang dimaksudkan
optimal semua hal tersebut perlu terpenuhi hanya menyangkut perangkat keras (hard-
, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan ware), seperti gedung/ruang, peralatan
daerah agar tidak terjadi kesenjangan perkantoran, alat komunikasi dan alat
antara kebutuhan kesehatan masyarakat transportasi, dan sebagainya.
dengan kenyataan fasilitasi dan Keempat, faktor organisasi dan
sumberdaya kesehatan yang kurang manajemen. Faktor organisasi dan
mendukung tentunya. Sebab, jika terjadi manajemen diperlukan agar daerah
demikian dapat menjadi persoalan masalah dapat/mampu mengatur dan mengurus
yang harus segera diatasi pemerintah rumah tangganya sendiri-sendiri.22
daerah Kabupaten Bandung Barat.
1.1. Proposisi
Pada dasarnya, adanya permasalahan
Berdasarkan kajian kerangka
tak luput dari faktor-faktor yang
pemikiran yang telah dikemukakan di atas,
mempengaruhi terhadap suatu
maka proposisi yang dapat diambil dalam
permasalahan tersebut. Menurut Josef
penelitian ini sebagai berikut :
Riwu Kaho faktor yang berpengaruh
Penyelenggaraan otonomi daerah
terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah
bidang kesehatan di pengaruhi oleh
untuk dapat melaksanakan tugas otonomi
beberapa faktor seperti faktor Para
sebaik-baiknya diantaranya :
Pelaksana, Keuangan Daerah, Peralatan
Pertama, faktor manusia
,serta Organisasi dan Managemen.
pelaksananya. Berhasil tidaknya
pelaksanaan otonomi Daerah sebagian
METODE PENELITIAN
besar tergantung pada Pemerintah Daerah
Tipe Penelitian
itu sendiri. Maka yang dimaksudkan
Peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif melalui pendekatan
kualitatif berorientasi Grounded Theory
20
Lihat dan Baca, Lampiran Undang-Undang Republik Approach /Construct Oriented. Hal
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan tersebut dilakukan peneliti guna
Daerah, Op.cit., hlm 4 (lampiran).
21
Nuryanto. Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang
Pembangunan Dan Kemasyarakatan, “Penataan Urusan
Pemerintahan Dalam Pembangunan Kesehatan
22
Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 J. Riwu Kaho, “Prospek Otonomi Daerah di Negara
Tentang Pemerintahan Daerah”, Rakerkesnas Batam, 4- Republik Indonesia“, (Jakarta: Raja Grafindo Persada ,
7 Maret 2015. Slide. 9. Cetakan ke 10 2010 ), hlm. 66.

8| JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

memantapkan ataupun kemungkinan dapat - Partisipasi Masyarakat


mengembangkan/memodifikasi konstruk 2. Faktor Organisasi Dan Managemen
konsep gagasan dari kerangka teori yang  Pembagian pekerjaan
sudah ada sebelumnya.  Koordinasi antar pelaksana urusan
kesehatan
HASIL PENELITIAN DAN  Monitoring dan evaluasi
PEMBAHASAN  Analisis situasi kebutuhan urusan
kesehatan
Hasil Penelitian  Penentuan masalah kesehatan
Berdasarkan konsep konstruk yang  Perencanaan urusan kesehatan
telah terbangun sebelumnya 3. Faktor Pendukung Kinerja
mengindikasikan adanya beberapa faktor
 Keuangan Daerah
yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi
- Dukungan Keuangan untuk sektor
daerah pada sektor bidang kesehatan di
bidang Kesehatan di Daerah
Kabupaten Bandung Barat. Namun, hal
 Peralatan
tersebut masih berupa dugaan dan belum
- Pengadaan dan ketersediaan alat
menunjukan hasil yang mendekati realitas
penunjang kerja aparatur pemerintah
sesungguhnya. Adapun setelah proposisi
daerah dalam hal urusan administrasi
dibuktikan/diuji kembali dilapang hasil
kerja.
penelitian menunjukan beberapa
- Pengadaan alat kesehatan dan
perubahan point penting yang
sediaan farmasi (obat-obatan)
mempengaruhi pelaksanaan Otonomi
- Kualitas alat penunjang kerja urusan
Daerah pada sektor bidang kesehatan di
pelayanan medis kesehatan
Kabupaten Bandung Barat, hal tersebut
- Fasilitas sarana prasarana
diantaranya seperti :
infrastruktur pelayanan medis
1. Faktor Manusia Pelaksana
kesehatan
 Stakeholder Kunci
- Kepala Daerah
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
- Aparatur Pemerintah Daerah
 Stakeholder Pendukung
- Sumberdaya Manusia Kesehatan
 Stakeholder Utama

JISIPOL | 9
Rifi Rivani Radiansyah

Gambar 1.7 dan 3.1.


SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HASIL PENELITIAN

UU No.23 Tahun 2014


UU No.36 Tahun 2009
Proses Pelaksanaan Otonomi Daerah Sektor
Bidang Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
Fakta
Indikasi Masalah/Fenomena/Peristiwa/Isu
Urusan Pemerintahan Wajib Kontemporer
Daerah: - Kurang Optimalnya penyelenggaraan Urusan
Urusan Kesehatan : Kesehatan. Data
1. Upaya Kesehatan - Tenaga kesehatan yang minim dan kurang

Pengolahan Theory Construct


2. Sumber Daya Manusia Kesehatan. kompeten.
3. Sediaan Farmasi/Obat, Alat - Kurangnya (sarana prasarana) fasilitas fisik
Kesehatan dan Makanan serta dan alat kesehatan umum daerah yang
Minuman.
bermutu.
4. Pemberdayaan Masyarakat.
- Kurang Optimalnya Pemberdayaan Kesehatan
Masyarakat di Daerah.

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah pada


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi sektor bidang kesehatan dapat ditinjau dengan
Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada mempertimbangkan & memperhatikan faktor-
Bidang Kesehatan Di Kabupaten Bandung faktor yang mempengaruhinya, yang dapat diukur
Barat : dengan standar;
a. Komitmen dan Kemampuan Manusia
1. Manusia Pelaksana Pelaksana Harus Baik.
2. Keuangan Daerah b. Optimalnya Pengelolaan dan Ketersediaan
3. Peralatan Keuangan Daerah Sektor Kesehatan yang
INFO
Diuji

4. Organisasi dan Managemen diatur melalui pengaturan keuangan daerah


yang telah diberlakukan.
c. Penyesuaian pengadaan antara Peralatan
dengan Sumberdaya Manusia yang tersedia,
Proposisi yang disesuaikan menurut aturan yang
Proses diberlakukan.
Pengujian d. Optimalnya Pengelolaan Organisasi dan
manajemen Kesehatan seperti; Pembagian
pekerjaan,koordinasi, monitoring dan
evaluasi,analisis kebutuhan,penentuan masalah
Hasil Penelitian kesehatan, Perencanaan urusan Kesehatan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi - Kepala Daerah Political Will


Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada - DPRD
Bidang Kesehatan Di Kabupaten Bandung - Perangkat Daerah
Barat : - Sumber Daya Manusia Implementor
Kesehatan (Input)
1. Faktor Manusia Pelaksana
- Partisipasi Masyarakat
2. Faktor Organisasi dan Managemen
3. Faktor Sumber Daya Pendukung - Pembagian Pekerjaan
Kinerja Urusan Kesehatan - Koordinasi Antar
Pelaksana Urusan Kinerja
- Keuangan Daerah Kesehatan
- Faktor Organisasi
- Monitoring Dan
Peralatan/sarana (Output)
Evaluasi
Prasarana Penunjang
- Analisis Situasi
Kinerja Organisasi
Kebutuhan Urusan
Pelayanan Kesehatan Kesehatan Partisipasi
- Penentuan Masalah Masyarakat
Bersumber dari ; Kesehatan (Outcome)
- APBN - Perencanaan Urusan
- APBD Provinsi Kesehatan
- APBD Kab/Kot Pelaksanaan
- Dana bantuan lain Otonomi Daerah
(sah) Yang Baik
(Impact)

Sumber : Data Gambar hasil Olahan Peneliti

10 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

Pembahasan pelaksanaan tugas tugas daerah, termasuk


Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada dalam hal ini tugas mengenai urusan
Bidang Kesehatan di Kabupaten kesehatan Daerah. Berhasil tidaknya
Bandung Barat. Kepala Daerah menjalankan tugasnya pada
Berdasarkan analisis hasil wawancara bidang urang Kesehatan di Daerah,
dan telaahan informasi yang didapat sebagian besar tergantung kepada kualitas
peneliti, bahwasannya, pelaksanaan kemampuan yang dimilikinya dan
Otonomi Daerah pada sektor bidang Komitmen politis terhadap rakyatnya yang
kesehatan di Kabupaten Bandung Barat harus di realisasikan. Kualitas kemampuan
telah mengikuti aturan yang diberlakukan kepala daerah yang dimaksud disini yakni
Pemerintah. Akan tetapi, kendala dan mampu memberikan pengaruh positif
hambatan terasa sangat banyak sekali, bersama stakeholder yang bersangkutan
manakala perencanaan strategis Perangkat terkait urusan bidang kesehatan di Daerah,
Daerah Dinas Kesehatan kurang dapat responsive terhadap segala urusan yang
mengakomodir kebutuhan urusan menyangkut kesehatan masyarakat, dan
kesehatan di Daerah. Perlu diketahui, dapat mengakomodir seluruh kegiatan
perencanaan strategis urusan kesehatan urusan kesehatan berdasarkan jabatan yang
masyarakat di daerah menyakut beberapa diembannya. Artinya, Kepala Daerah
elemen fundamen yang saling dengan Tufoksinya harus mampu
berketerhubungan, dan peran paling vital mengakomodir dan memfasilitasi segala
tersebut salah satunya ada pada komitmen urusan yang berhubungan dengan urusan
Para Pelaksananya itu sendiri sebagai kesehatan masyarakat di Daerah.23
stakeholder kunci. Maka dari itu, Kepala Daerah
Para pelaksana yang dimaksudkan mempunyai pengaruh yang cukup vital
disini yakni; Stakeholder Kunci seperti bagi pelaksanaan Otonomi Daerah pada
misalkan Kepala Daerah, DPRD sektor Bidang Kesehatan di Daerah. Selain
Kabupaten, dan Perangkat Daerah Dinas itu, untuk dapat melihat kemampuan dan
Kesehatan. Sehingga apabila para kualitas Kepala Daerah dapat dilihat dari
pelaksana urusan pemerintahan tersebut sejauh mana Kepala Daerah dapat bekerja
dapat berkomitmen (yang berhubungan sama dengan seluruh instansi.Sebagaimana
dengan komitmen politis elit pemerintah) dijelaskan menurut Undang-Undang
dan secara kemampuan didalam Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
melaksanakan tugas dan tanggung Pemerintahan Daerah Pada Pasal 67 (g), di
jawabnya dapat diperhitungkan dengan dalam menjalankan kewajibannya Kepala
baik untuk kepentingan Stakeholder Daerah dituntut dapat menjalin hubungan
Utama (masyarakat), maka secara otomatis kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di
pula harus mampu mengelola dan Daerah dan semua Perangkat Daerah.24
membentuk tata kelola organisasi dan
memanjemen yang baik. Secara ideal hal b) DPRD Kabupaten
tersebut dilakukan demi mewujudkan tata Perihal pelaksanaan urusan kesehatan
kelola perencanaan segi keuangan Daerah di daerah, peran fungsi DPRD (komisi
yang sesuai dengan kebutuhan dan yang mengurusi bidang kesehatan) sangat
proporsional untuk urusan kesehatan penting sekali, maka dari itu mereka
masyarakat. bertanggung jawab atas segala tugas pokok

Manusia Pelaksana
23
A. Stakeholder Kunci Lebih jelasnya baca tufoksi Kepala Daerah menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2014
a) Kepala Daerah tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 65.
Kemampuan dan peran Kepala Daerah 24
Lebih jelasnya baca tufoksi Kepala Daerah menurut
tentu sangat penting sekali dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 67.

JISIPOL | 11
Rifi Rivani Radiansyah

dan fungsinya didalam pembentukan daerah dapat/mampu menyelenggarakan


perda, fungsi pengawasan dan fungsi urusan rumah tangganya dalam hal urusan
anggaran mengenai urusan kesehatan di kesehatan di Daerah dengan baik ataukah
Daerah. Ketiga fungsi tersebut dijalankan tidak. Berhasil atau tidaknya suatu
dalam kerangka representasi rakyat di kegiatan dilaksanakan dalam hal urusan
Daerah Kabupaten/Kota dan dalam rangka bidang kesehatan di daerah akan sangat
melaksanakan fungsinya tersebut DPRD tergantung pada manusia pelaksananya,
kabupaten/kota menjaring aspirasi atau aparatur Pemerintah Daerah seperti
25
masyarakat. Perangkat Daerah Dinas Kesehatan
Pada dasarnya, fungsi-fungsi DPRD didalam membantu Kepala Daerah
tersebut dapat memberikan ruang melaksanakan urusan pemerintahan yang
sinergisitas antara DPRD dan Pemerintah menjadi kewenangan Daerah.
Daerah juga Perangkat Daerah terkait
seperti Dinas Kesehatan. Artinya, apabila B. Stakeholder Pendukung
terjalin sinergisitas yang baik (dalam artian a) Sumber Daya Manusia Kesehatan
positif), maka otomatis dapat Keberhasilan pelaksanaan urusan
menghasilkan kinerja suatu Pemerintahan kesehatan di setiap fasilitas pelayanan
Daerah menjadi lebih efektif, bahkan kesehatan daerah baik itu di Rumah Sakit
dalam segala urusan Pemerintahan Daerah Umum Daerah maupun di seluruh
yang menyangkut urusan kesehatan Puskesmas akan sangat bergantung pada
masyarakat di daerah, sehingga segala kemampuan sumberdaya manusia
urusan yang berkaitan dengan perencanaan kesehatan. Setiap hal yang berkaitan
strategis Perangkat Daerah beserta dengan urusan pelayanan medis di setiap
programnya maupun pengaturan kebijakan fasilitas kesehatan, menuntut adanya
mengenai kesehatan terhadap masyarakat sumber daya manusia kesehatan yang
akan dapat berjalan dengan optimal. sesuai dengan keterbutuhan fasilitas
kesehatannya itu sendiri baik dalam segi
c) Perangkat Daerah Dinas Kesehatan kuantitas maupun kualitasnya.
Dinas Kesehatan merupakan unsur Sumberdaya manusia kesehatan yang
pelaksana otonomi daerah yang dimaksud adalah Tenaga Kesehatan seperti
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Perawat, Bidan, Farmasi, Teknis Medis
dan mempunyai tugas pokok serta tenaga kerja non kesehatan dan
melaksananan urusan pemerintahan daerah kemudian tenaga medis kesehatan seperti
yang berkaitan dengan urusan kesehatan Dokter Spesialis, Dokter Umum dan
berdasarkan asas otonomi dan tugas Dokter Gigi.
pembantuan.26 Berdasarkan hasil Hal tersebut sejalan dengan apa yang
wawancara bersama pihak terkait, dijelaskan Salamate, Rattu dan
bahwasannya kemampuan aparatur Pangemanan dalam penelitiannya, yang
Pemerintah Daerah seperti Dinas menyatakan bahwasannya kurangnya
Kesehatan sebagai implementor dan juga SDM kesehatan dapat berpengaruh
salah satunya sebagai yang mengatur terhadap pelayanan kesehatan masyarakat
segala perencanaan strategis daerah dalam terlebih bagi tenaga perawatan dalam hal
bidang urusan kesehatan merupakan salah ini tenaga dokter dan bidan yang masih
satu faktor yang menentukan apakah suatu kurang.27 Selain itu Kurniati dan Efendi

25 27
Lihat, Undang-Undang Nomor.23 Tahun 2014 Tentang Salamate, Rattu dan Pangemanan, “Analisis Perencanaan
Pemerintahan Daerah, Pasal 149, Ayat 1,2 dan 3. Sumber Daya Manusia Kesehatan di Dinas Kesehatan
26
Baca, Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Minahasa Tenggara”,JIKMU,Suplemen,
Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi Perangkat Artikel Penelitian, Volume 4, No.4, Oktober Tahun
Daerah Kabupaten Bandung Barat.hlm.13. 2014.hlm.627.

12 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

menyatakan rendahnya kualitas SDM masyarakat adalah adanya sikap


kesehatan dan kompetensi tenaga kerja mendukung terhadap penyelenggaraan
berimplikasi pada rendahnya kualitas pemerintahan daerah yang antara lain
layanan yang diberikan dan lemahnya daya ditunjukan melalui partisipasi aktif
saing tenaga kesehatan.28 anggota masyarkat dalam penyelenggaraan
urusan kesehatan di daerah.
C. Stakeholder Utama
a) Partisipasi Masyrakat Faktor Organisasi Dan Manajemen
Pelaksanaan otonomi Daerah pada Agar pelaksanaan otonomi daerah pada
sektor bidang kesehatan di Daerah tidak sektor bidang kesehatan dapat berjalan
terlepas dari adanya partisipasi aktif dengan baik, sehingga mampu mengatur
masyarakat, hal tersebut menjadi sangat serta mengurus urusan rumah tangganya
penting selain daripada masyarakat sendiri yang berkaitan dengan urusan
sebagai objek, makna substansial dari kesehatan di daerah, maka diperlukan
pelaksanaan urusan kesehatan di daerah adanya organisasi dan manajemen yang
adalah peran serta masyarakat, maka proporsional dan optimal, baik itu sesuai
dengan adanya otonomi daerah akan secara aturan yang berlaku maupun secara
memberi ruang dan waktu bagi masyarakat keterbutuhannya didalam pelaksanaan
untuk dapat membantu pemerintah daerah urusan kesehatan Daerah. Faktor
terutama perihal partisipasi masyarakat organisasi dan manajemen mempunyai
didalam urusan kesehatan, serta selain itu pengaruh yang sangat signifikan terhadap
diharapkan dengan partisipasi masyarakat pelaksanaan otonomi pada sektor bidang
dapat mengemukakan pendapat dan kesehatan di daerah.
mengajukan usul berkenaan dengan Faktor organisasi dan manajemen yang
pembangunan kesehatan di daerah. dimaksud disini merupakan hal yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan berkaitan dengan cara kinerja organisasi
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan manajemen yang mengatur segala
Dinas Kesehatan Bandung Barat urusan kesehatan di Daerah seperti Dinas
menjelaskan bahwa umumnya urusan Kesehatan beserta organisasi pendukung
kesehatan pada dasarnya bukan hanya Dinas lainnya. Faktor-faktor organisasi
menjadi tanggung jawab pemerintah dan manajemen ini memperhatikan hal-hal
daerah, melainkan harus didorong oleh penting yang bersangkutan dengan urusan
partisipasi aktif dari masyarakat untuk kesehatan seperti misal; Pembagian
dapat membantu pihak Pemerintah Daerah Pekerjaan, Koordinasi Antar Pelaksana
didalam pelaksanaan urusan kesehatan di Urusan Keseharan, Monitoring dan
Daerah. Program-program kegiatan perihal Evaluasi, Analisis Situasi Kebutuhan
kesehatan yang dicanangkan pemerintah urusan Kesehatan, Penentuan Masalah
membutuhkan partisipasi aktif dari Kesehatan di Daerah dan Perencanaan
masyarakat, sehingga masyarakat pun akan Urusan Kesehatan. Semua point-point
dapat lebih memahami dan juga memaknai tersebut sangat penting diperhatikan dan
pentingnya kesehatan. akan sangat berpengaruh terhadap
Maka daripada itu, partisipasi aktif pelaksanaan urusan kesehatan di Daerah,
masyarakat sangat berpengaruh terhadap sebab jika tata kelola keorganisasian dan
capaian suatu program yang di canangkan manajemennya baik, maka otomatis pula
Pemerintah Daerah yang dalam hal ini dalam segi perencanaan strategis urusan
aparatur Dinas Kesehatan. Salah satu kesehatan akan lebih optimal, dan tentu
wujud dari rasa tanggung jawab akan dapat mempertimbangkan pula faktor
kemampuan keuangan serta kebutuhan
daerahnya di bidang urusan kesehatan
28
Kurniati, Efendi, “Kajian SDM Kesehatan di
Indonesia”,( Jakarta :Salemba Medika,2011)

JISIPOL | 13
Rifi Rivani Radiansyah

menjadi lebih proporsional dan Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, dan


demokratis. Bantuan keuangan lainnya yang sah.

Faktor Pendukung Kinerja B. Peralatan Pendukung


A. Keuangan Daerah Untuk dapat memperlancar daya kerja
Ketersediaan sumberdaya keuangan Pemerintahan Daerah ataupun Aparatur
yang memadai didalam mendukung Pemerintah Daerah dalam hal urusan
pelaksanaan otonomi daerah pada bidang kesehatan baik itu seperti di dalam
urusan kesehatan merupakan suatu aspek memenuhi urusan kerja administrasi di
terpenting demi tercapainya pembangunan wilayah kerja Dinas Kesehatan maupun di
kesehatan yang optimal di Daerah, ketika Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan
sumber daya finansial keuangan yang di Puskesmas, maka diperlukan adanya
menjadi penunjang keberhasilan segala peralatan yang baik dalam arti cukup dan
urusan kesehatan di Daerah tidaklah dalam jumlah dapat efisien, efektif serta
mendukung, maka segala urusan kesehatan praktis dalam penggunaannya. Peralatan
baik itu berupa program kesehatan maupun yang dimaksudkan disini berupa ; Alat
pembangunan infrastruktur kesehatan dan Penunjang Kerja Aparatur Pemerintah
lain sebagainya yang berurusan dengan Daerah Dalam Hal Urusan Administrasi,
urusan kesehatan di Daerah akan dapat Alat Kesehatan Dan Sediaan Farmasi
sulit terealisasikan dengan baik. (Obat-Obatan), Alat Penunjang Kerja
Pada kasus di Kabupaten Bandung Urusan Pelayanan Medis Kesehatan, dan
Barat perihal segi keuangan sudah cukup Fasilitas Sarana Prasarana Infrastruktur
proporsional akan tetapi kurangnya Pelayanan Medis Kesehatan.
komitmen pemangku kebijakan didalam Beberapa kasus di Kabupaten Bandung
mengakomodir kebutuhannya dalam Barat, seperti misalnya peralatan medis
perencanaan strategis urusan kesehatan di pelayanan kesahatan, fasilitas sarana
Daerah terutama, yang bersumber dari prasana kesehatan yang defisit dan kurang
APBD Kabupaten selalu menjadi memenuhi standar selalu menjadi sorotan,
hambatan dan itu menjadi hal yang cukup sedangkan keterbutuhan layanan medis
berpengaruh. Secara garis besar faktor kesehatan yang efisien dan efektif semakin
sumberdaya keuangan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat Kabupaten
berkaitan erat dengan bagaimana cara Bandung Barat. Oleh sebab itu, faktor
stakeholder kunci berkomitmen melalui peralatan disini menjadi sangat
rencana strategis Perangkat Daerah terkait mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
(Kepala Daerah, DPRD Bidang urusan otonomi Daerah perihal urusan kesehatan.
Kesehatan, dan Dinas Kesehatan sebagai Semakin efisien dan semakin
Implementor perancang rencana strategis terpenuhinya peralatan pendukung kinerja
urusan kesehatan daerah) untuk pelayanan baik itu secara kuantitas
menanggulangi segala permasalahan yang maupun kualitas yang dimiliki, maka akan
berkaitan dengan urusan kesehatan di semakin memperlancar dan mempermudah
Daerah, sebab, perlu diketahui mekanisme kerja roda pemerintahan
perencanaan strategis urusan kesehatan daerah dan dengan demikian akan
bersangkutan dengan keterbutuhan urusan mempercepat usaha pencapaian tujuan
kesehatan di Daerah untuk 5 tahun kinerja pelayanan dalam urusan kesehatan.
mendatang dan hal tersebut
mempertimbangkan seluruh keterbutuhan KESIMPULAN
urusan kesehatan di Daerah secara Berdasarkan analisis data hasil
finansialnya melalui beberapa sumber penelitian dan pada pembahasan
keuangan Daerah untuk urusan Kesehatan sebelumnya dapat diketahui bahwasanya
seperti diantaranya APBN, APBD Pelaksanaan Otonomi Daerah pada Bidang

14 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 1 Januari 2019
ISSN: 2087 - 4742

Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten


dipengaruhi oleh beberapa faktor penting Bandung Barat.
yang diantaranya, Faktor Manusia
Pelaksana, Faktor Organisasi dan Karya Ilmiah :
Manajemen, serta Faktor Pendukung Nuryanto. Staf Ahli Menteri Dalam Negeri
Bidang Pembangunan Dan
Kinerja.
Kemasyarakatan, “Penataan Urusan
Secara garis besar faktor yang paling Pemerintahan Dalam Pembangunan
mempengaruhi ada pada Faktor Manusia Kesehatan Implementasi Undang-Undang
Pelaksana, seperti stakeholder kunci Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
sebagai penentu arah kebijakan (Kepala Pemerintahan Daerah”, Rakerkesnas
Daerah, DPRD Komisi Bidang Urusan Batam, 4-7 Maret 2015.
Kesehatan Daerah dan Perangkat Dinas Salamate, Rattu dan Pangemanan.(2014).
Kesehatan). Faktor Manusia Pelaksana “Analisis Perencanaan Sumber Daya
disini erat kaitannya dengan komitmen Manusia Kesehatan di Dinas Kesehatan
(Kepentingan Politis) sebagai pemangku Kabupaten Minahasa
kebijakan yang akan berhubungan Tenggara”,JIKMU,Suplemen, Artikel
Penelitian, Volume 4, No.4, Oktober
langsung dengan kepentingan/kebutuhan
Tahun 2014.hlm.627.
stakeholder utama (masyarakat) dalam Kurniati, Efendi, “Kajian SDM Kesehatan di
urusan kesehatan di Daerah. Indonesia”, ( Jakarta :Salemba
Medika,2011)
DAFTAR PUSTAKA
Media Lokal dan Umum :
Referensi Buku: CikalNews. “Bandung Barat Waspada Wabah
Almanshur & Ghony. 2012. Metode Penelitian DBD”. Selasa, 03 Februari 2015 12:35:00
Kualitatif. Yogyakata : Ar-Ruzz Media. WIB.
Riwu Kaho, Josef. 2010. Prospek Otonomi http://cikalnews.com/read/10878/03/2/20
Daerah di Negara Republik 15/bandung-barat-waspada-wabah-dbd.
Indonesia(Identifikasi Faktor-faktor yang Galamedia News, RSUD Cililin Banyak
mempengaruhi Penyelenggaraan Peralatan Medis yang Belum Bisa Di
Otonomi Daerah).Jakarta:Raja Grafindo Pakai”. 14 April 2015,
Persada. http://www.galamedianews.com/bandung
Said, Mas’ud. 2008. Arah Baru Otonomi -raya,.
Daerah di Indonesia. Malang: UMM Galamedia,”Untuk Layanan Kesehatan KBB
Press. Masih Kekurangan Rumah Sakit”. Rabu,
Kurniati, Efendi, “Kajian SDM Kesehatan di 10 Juni 2015 | 16:14 WIB,
Indonesia”,(Jakarta: Salemba Medika, http://www.galamedianews.com, Untuk
2011). Layanan Kesehatan KBB Masih
Kekurangan Rumah Sakit.
Dokumen: Pikiran Rakyat, 10 Mei 2015.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia http://www.pikiran-rakyat.com/bandung
Tahun 1945. raya/2015/05/10/326728/kejaksaan-
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor selidiki-pengadaan-alkes-di-kbb.
23 Tahun 2014. Tentang Pemerintahan RSUD Cililin's smart rating was calculated
Daerah. by FindTheBest Indonesia to
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor be 85 in Oct. 2015. Data Departemen
36 Tahun 2009.Tentang Kesehatan. Kesehatan Indonesia:
Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Barat http://www.buk.depkes.go.id
Tahun 2010,2011,2012, dan 2013.
Kabupaten Bandung Barat. Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2012. Tentang

JISIPOL | 15

Anda mungkin juga menyukai