Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA UMUM
ACARA II

“PENGUJIAN KARBOHIDRAT”

DISUSUN OLEH :
Nama : Muhammad Azani
NIM : 2020C1B003
Kelompok : 1 (satu)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA UMUM

Laporan ini merupakan salah satu tugas sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum satu
dan dua pada mata kuliah “Biokimia Umum” Tahun Ajaran 2021 Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Mataram.

Disahkan pada tangggal..................

Menyetujui,

Ko. Asisten Praktikan,

(Arika Suryani) (Muhammad Azani)


NIM : 318110003 NIM : 2020C1B003

Mengetahui,

(Dina Soes Putri, S.Si., M.Si)


NIDN : 0823038701
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Karbohidrat dapat dijumpai pada makanan seperti pengganti nasi yaitu roti, jagung,
gandum, singkong,dan sebagainya. Bila kelebihan karbohidrat akan disimpan
sebagai glikogen dan asam lemak. Karbohidrat umumnya digolongkan menurut
strukturnya yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat tidak
dapat dihidrolisis dan merupakan suatu persenyawaan netral dan mudah larut dalam
air, sukar larut dalam alkohol dan tidak larut dalam eter.
Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan
kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan. utama antara pelbagai
tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula
sederhana) adalah satuan karbohidrat Yang tersederhana; mereka takdapat
dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Sukrosa adalah suatu
disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan. glukosa. dan satu satuan.
fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya terasa manis.

Uji Molisch adalah sebagian besar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam bahan.
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan
berwarna Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel
dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul
monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis
menjadi banyak molekul monosakarida dinamakanpolisakarida. Monosakarida bisa
diklasifikaskan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika
mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul
C6H1206, tersusun atas enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka
glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak
ditemui pada buah danberkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida
(Morrison, 1983).

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH20. Karbohidrat sebenamya
adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan
utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah
satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul
karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk
dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida.
Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa.
Glukosa,galaktosa,Ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua
atau delapan. Satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida. Jika diperoleh
dari hidrolisis maka karbohidrat iti disebut Polisakarida (Fessenden, 1990).

Uji benedict ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika bernama Stanley Rossister
Benedict. Uji benedict adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan karbohidrat pada suatu larutan. Metode ini memanfaatkan reaksi kimia
antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang menghasilkan endapan berwarna
merah bata. Warna tersebut berasal dari senyawa tembaga (I) oksida yang terbentuk
dari hasil reaksi. Uji benedict ini hanya bisa digunakan untuk mengetahui
karbohidrat yang mengandung gula pereduksi seperti semua jenis monosakarida dan
disakarida pereduksi (maltosa dan laktosa). Disakarida non-pereduksi seperti
sukrosa dan polisakarida tidak bereaksi positif dengan uji ini. monosakarid dan gula
produksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung
aldehia sedangkan sukrosa dan polisakarida tidak memiliki gugus aldehid.

Uji Iodin bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida. Polisakarida yang ada
dalam sampel akan membentuk komplek adsorpsi berwarna spesifik dengan
penambahan iodium. Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru.
Desktrin akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan pati
mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat. ( Wahyudi,
2005).

Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan aldosa
berbeda pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula mengandung keton maka itu adalah
ketosa, sedangkan jika mengnadung adehid maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas
jika dipanaskan keton akan lebih cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff
adalah sebagai berikut Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric
(Anonim2,2011).

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Uji Molisch

Tujuan praktikum uji molisch ini adalah mengidentifikasi sifat-sifat umum berbagai
jenis karbohidrat berdasarkan terbentuknya furfural.

1.2.2 Uji Benedict

Tujuan dari pengujian benedict ini adalah mengidentifikasi berbagai jenis rdasarkan
sifat pereduksinya.

1.2.3 Uji Iodin

Tujuan dari praktikum uji iodin ini adalah mengidentifikasi jenis polisakarida
erubahan warna iodine yang terkait pada molekul polisakarida sebelum dan setelah
terhidrrolisis.
1.2.4 Uji Seliwanoff

Tujuan dari praktikum uji seliwanoff ini adalah untuk mengidentifikasi sifat-sifat
umum berbagai jenis karbohidrat berdasarkan terbentuknya firfural.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Molisch

Uji molisch ditemukan oleh Hans Molisch, seorang ahli tumbuhan (Botanist) dari
austria. Beliau lahir pada 6 Desember 1856 dan menjadi profesor di University of Prague,
Vienna University, Tohoku University, dan University of India.

Larutan uji molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Uji ini adalah ditandai dengan
warna ungu kemerah-merahan untuk reaksi positif, sedangkan warna hijau untuk negatif.
(Sumardjo, 2006).

Produk utama karbohidrat adalah karbondioksida, hidrogen, metan, asam lemak rantai
pendek yang mudah menguap. Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk
menentukan kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang
dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada
beberapa larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung
karbohidrat atau tidak, tes ini bisa dilakukan untuk menentukan adanya kandungan
karbohidrat. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu
ketika direksikan dengan alphanaftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi
asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk
membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alphanaftol
untuk membentuk produk berwarna (Pratana, 2003).

Berbagai senyawa yang termasuk kelompk karbohidrat mempunyai molekul yang


berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang memiliki berat molekul
90 hingga senyawa yang memiliki berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa
tersebut dibagi kedalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan
olisakarida, dan golongan polisakarida. Monosakarida terdiri atas beberapa atom saja dan
tidak dapat diuraikan secara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain.
Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton.
Gliseraldehide dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas 3 karbon dan mempunyai gugus
aldehide. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas 3 atom karbon dan
mempunyai gugus keton (Supriyanti, 2005).

2.2 Uji Benedict

Karbohidrat adalah polimer aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat
polimer-polimernya yang terbentuk. Nama karbohidrat digunakan pada senyawa-senyawa
tersebut mengingat rumus empirisnya yang berupa C H2O, yaitu mendekati C.(H2O).
yaitu karbon yang mengalami hidroksi. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi
tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram.
Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya, rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan
protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari dan
biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. (Dawn B, 2013).

Selain menjadi sumber energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa,
pektin serta lignin (Dawn B, 2013).

Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks.
Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung, sedangkan contoh
Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari karbohidrat adalah
sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang artinya gula. Melihat struktur
molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan sebagai polihidroksialdehid atau
polihidroksiketon (Winarno FG, 2010).

Alam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa as asam amino dan
sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada
tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno FG, 2010).

Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah
gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan
Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi
struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak
berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip
berdasarkan reduksi Cut menjadi Cut yang mengendap sebagai Cu20 berwarna merah
bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat (Purba, M. 2008).

2.3 Uji Iodin

Uji iodin merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk membedakan
polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Perubahan warna larutan terjadi karena
dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya
ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini yang menyebabkan pati
dapat membentuk kompleks dengan molekul yodium yang dapat masuk kedalam
spiralnya. Larutan iodin yang direaksikan dengan glikogen akan membentuk warna merah
sampai cokelat yang disebabkan karena adanya penyerapan iodin pada struktur cincin
glikogen yang saling berikatan sehingga membentuk komples berwarna merah kecoklatan.
Prisip dari pengujian iodin yaitu karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan
reaksi dengan larutan iodin akan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis
karbohidratnya. Amilosa dan iodin akan berwarna biru, amilopektin dengan iodin akan
berwarna merah violet, glikogen maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna merah
coklat, Kelebihan dari metode iodin yaitu proses pengujiannya mudah dan biaya yang
dikeluarkan lebih sedikit dibanding metode yang lain. kelemahan dari meode iodin yaitu
hasil yang diperoleh tidak akurat. Ketidak akuratan pengujian dengan metode iodin
disebabkan karena pengujian bersifat subjektif.' (Musta, 2018), menyatakan bahwa uji
iodin digunakan untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida.

Fessenden (1990) yang menyatakan bentuk rantai heliks ini menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodin yang dapat masuk ke dalam spiralnya
sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Uji pati-iodium
berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu polisakarida yang menyebabkan
terbentuknya kompleks adsorpsi berwama spesifik. Amilum atau pati dengan iodium
menghasilkan wama biru, dekstran menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat
(Sumardjo, 2009).

Pada uji ini digunakan reagen iodin (larutan l dalam KI). Penambahan iodium pada
suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik.
Amilum atau pati dengan iodium mengahasilkan warna biru. Warna biru yang dihasilkan
diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu
amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai
hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan
muncul kembali.

Di dalam amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut
dalam air dingin dan amilo pektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan
dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol
dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler.(Suja, 2003).

2.4 Uji Seliwanoff

Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan aldosa berbeda
pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula mengandung keton maka itu adalah ketosa,
sedangkan jika mengnadung adehid maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan
keton akan lebih cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah sebagai berikut
Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric (Anonim2,2011).

Uji seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa
dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton atau aldehida gula tersebut. Jika gula
tersebut mempunyai gugus keton, dia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus
aldehida, ia adalah aldosa.
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada :


Hari/Tgl : Rabu, 01-12-21
Waktu : 09.00-11.30
Tempat : Labolatorium

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

Nama acara Alat Bahan


 Pereaksi Molisch
 Larutan H2SO4
 Aquades
 Larutan ribose 1%
 Tabung Reaksi  Larutan glukosa 1%
Uji Molisch  Pipet Ukur  Larutan fruktosa 1%
 Larutan laktosa
 Larutan sukrosa
 Larutan glikogen
 Larutan pati 1%

 Pereaksi benedict
 Aquades
 Larutan ribosa 1%
 Tabung Reaksi  Larutan glukosa 1%
 PipetUkur  Larutan fruktosa 1%
Uji Benedict  Penangas air  Larutan laktosa
 Larutan sukrosa
 Larutan glikogen
 Larutan pati 1%

 Larutan selilosa 1%
 Larutan glikogen 1%
 Larutan sukrosa 1%
 Tabung Reaksi  Larutan glikogen 1%
 Pipet Ukur  Larutan pati 1%
Uji Iodin  Penangas air  Larutan sampel (tidak
diketahui jenisnya)
1%
 Larutan HCl encer

 Pereaksi seliwanoff
 Larutan H2SO4
 Aquades
 Tabung Reaksi  Larutan ribose 1%
Uji Seliwanoff  Pipet Ukur  Larutan glukosa 1%
 Larutan fruktosa 1%
 Larutan laktosa
 Larutan sukrosa
 Larutan glikogen
 Larutan pati 1%
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1 Uji Molisch

Hasil Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Terbentuknya


Furfural

Jenis Karbohidrat Terbentuknya cincin ungu


Aquades Putih (tidak mengalami perubahan)
Ribose 1% Putih kecoklatan
Glukosa 1% Putih kecoklatan
Fruktosa 1% Berubah warna menjadi ungu
Laktosa 1% Putih (tidak mengalami perubahan)
Glikogen 1% Putih (tidak mengalami perubahan)
Pati 1% Kekuningan (mengalami perubahan)

4.1.2 Uji Benedict

Hasil Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Sifat Pereduksi

Jenis Karbohidrat Perubahan Warna


Aquades Biru/tetap biru (tidak ada endapan)
Ribose 1% Biru→coklat (mengendap)
Glukosa 1% Biru →merah bata (mengendap)
Laktosa 1% Biru →merah bata (mengendap)
Glikogen 1% Biru/tetap biru (tidak ada endapan)
Pati 1% Biru →merah bata (mengendap)

4.1.3 Uji Iodin

Perubahan Warna Larutan Karbohidrat Dengan Uji Iodin

Larutan Larutan Setelah Ditetesi Warna Setelah


Iodin Ditambahkan HCl dan di
didihkan
Pati 1% Merah Tidak ada perubahan warna
Selulosa 1% Merah cerah Makin pudar
Glikogen 1% Merah Tidak ada perubahan warna
Glukosa 1% Merah Tidak ada perubahan warna
Sukrosa 1% Merah Tidak ada perubahan warna
Larutan sampel (tidak Merah pekat Warni semakin pekat
diketahui jenisnya)
1%
4.1.4 Uji Seliwanoff

Tabel Data Ukuran Beberapa Bahan Pangan

Jenis Waktu Perubahan Warna (menit)


1 2 3 4 5
Karbohidrat
Aquades Bening Bening Bening Bening Bening
kekuning- kekuning- kekuning- kekuning- kekuning-
kuningan kuningan kuningan kuningan kuningan
Ribose 1 % Bening Bening Bening Bening Bening
kekuning- kekuning- kekuning- kekuning- kekuning-
kuningan kuningan kuningan kuningan kuningan
Glukosa 1 % Bening Orange Orange Merah Merah bata
kekuning- kemerahan
kuningan
Fruktosa 1 % Bening Kuning Kuning Orange Oranye
kekuingan keorngean sedikit bata
merah
Laktosa 1 % Bening Bening Bening Bening Bening
kekuninga kekuningan kekuninga kekuningan kekuningan
n n
Pati 1 % Bening Bening Bening Bening Bening
kekuninga kekuningan kekuninga kekuningan kekuningan
n n
Sukrosa 1 % Bening Bening Bening Bening Bening
kekuninga kekuningan kekuninga kekuningan kekuningan
n n
BAB V. PEMBAHASAN

5.1 Uji Molisch

Untuk praktikum kali ini di lakukan uji molisch dengan menyiapkan 8 tabung
reaksi dan diberi label kode nomor 1 – 8, kemudian diisi masing – masing tabung
reaksi dengan 1 ml larutan berturut–turut dari tabung nomor 1 : aquades, ribose 1 %,
glukosa 1 %, fruktosa 1 %, laktosa 1 %, sukrosa 1 %, glikogen 1 %, pati 1
%.Selanjutnya ditambahkan dengan masing – masing tabung reaksi larutan tersebut
dengan 2 –3 tetes pereaksi molisch, setelah itu ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 pekat
secara perlahan–lahan melalui dinding tabung reaksi, terakhir amati apakah berbentuk
cincin berwarna ungu di antara permukaan pertemuan kedua lapisan larutan.

Berdasarkan uji molisch aquades membentuk warna putih (tidak mengalami


perubahan), Ribose 1 % membentuk warna putih kecoklatan, glukosa 1 % membentuk
warna putih kecoklatan juga, Fruktoda 1 % berubah warna menjadi ungu, laktosa 1%
membentuk warna putih (tidak mengalami perubahan), glikogen 1 % tidak mengalami
perubahan (putih), pati 1 % membentuk warna kekuningan (mengalami perubahan).

5.2 Uji Benedict

Larutan yang berubah warna terjadi karena mengandung karbohidrat dan terjadi
endapan akibat adanya pati yang dihidrolisis oleh panas

Larutan yang tidak terjadi perubahan warna karena tidak ada kandungan
karbohidrat dan pati.

Uji Benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula
pereduksi adalah gula yang mengalam reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi
sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaks
secara langsung dengan Benedict, contohnya semu golongan monosakarida,
sedangkan gula non pereduks struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa
hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalan kesetimbangannya, contohnya
fruktosa dan sukrosa. Denga prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang
mengendap sebagai Cu2o berwarna merah bata. Untu menghindari pengendapan
Cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam
sitra Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidra yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau
keto bebas tidak dapat mereduksi larutan (Razuna, 2010).
Pada saat jenis karbohidratnya aquades warnanya tetap biru (tidak ada endapan),
ribose 1% menghasilkan biru→coklat (mengendap), glukosa 1% menghasilkan warna
biru→merah bata (mengendap), laktosa 1% menghasilkan warna biru→merah bata
(mengendap), glikogen 1% menghasilkan warna tetap biru (tidak ada endapan), pati
1% menghasilkan warna biru→merah bata (mengendap).

5.3 Uji Iodin

Pada saat melakukan uji iodin kami menghasilkan data pada bahan yang ditetesi
iodin seperti pati 1% menjadi merah ketika ditambhankan HCl dan di didihkan tapi
menghasilkan tidak ada warna, selulosa 1% menghasilkan warna merah setelah
ditambahkan HCl dan di didihkan menjadi makin pudar, glikogemn 1% menjadi
berwarna merah setelah ditambahkan HCl dan di didihkan tidak ada perubahan warna,
glukosa 1% menjadi warna merah setelah ditambahkan HCl dan di didihkan tidak ada
perubahan warna, sukrosa 1% setelah ditetesi iodin menjadi warna merah, setelah
ditambahkan HCl dan di didihkan tidak ada perubahan warna, larutan sampel (tidak
diketahui jenisnya) 1% setelah ditetsi larutan iodin menghasilkan warna merah pekat,
setelah ditambahkan HCl dan di didihkan menghasilkan warna semakin pekat.

5.4 Uji Seliwanoff

Pada jenis karbohidrat aquades dan ribose 1% disetiap menit 1,2,3,4 dan 5
menghasilkan warna bening kekuning-kuningan. Namun pada saat jenis
karbohidratnya glukosa 1% menghasilkan warna bening kekuning-kuningan pada
menit 1, menit ke-2 menjadi orange, menit ke-3 menjadi merah keorangean, menit ke-
4 merah, dan menit ke-5 menjadi merah bata. Pada jenis karbohidrat fruktosa 1% saat
menit pertama menghasilkan warna bening kekuningan, menit ke-2 kuning, menit ke-
3 kuning keorangean, menit ke-4 orange sedikit merah, menit ke-5 menghasilkan
warna orange bata.
BAB. VI PENUTUP

6.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum uji karbohidrat di atas
adalah :

1. Uji Molisch pada aquades, laktosa 1%, dan glikogen 1% menghasilkan


cincin ungu yang sama yaitu, putih (mengalami perubahan), pada ribose 1%
dan glukosa 1% sama-sama menghasilkan cincin ungu putih kecoklatan,
dan pada saat fruktosa 1% menghasilkan cincin ungu berubah warna
menjadi ungu.

Uji molisch ditemukan oleh Hans Molisch, seorang ahli tumbuhan


(Botanist) dari austria. Beliau lahir pada 6 Desember 1856 dan menjadi
profesor di University of Prague, Vienna University, Tohoku University,
dan University of India.

Larutan uji molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat
menjadi monosakarida. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Uji ini
adalah ditandai dengan warna ungu kemerah-merahan untuk reaksi positif,
sedangkan warna hijau untuk negatif.

2. Uji benedict pada glukosa 1%, laktosa 1%, pati 1% menghasilkan


perubahan warna biru→merah bata (mengendap). Pada jenis karbohidrat
aquades dan glikogem 1% menghasilkan perubahan warna tetap biru (ndk
ada endapan). Kemudian pada jenis karbohidrat ribose 1% menghasilkan
perubahan warna biru→coklat (mengendap).

Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula


pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut
atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk
siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip
berdasarkan reduksi Cut menjadi Cut yang mengendap sebagai Cu20
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.

3. Uji Iodin pada larutan pati, glikogen, glukosa dan sukrosa sama-sama 1%
seteah ditetesi iodin menghasilkan warna merah dan pada saat ditambahkan
HCl dan di didihkan namun tidak ada perubahan warna. Pada saat larutan
selulosa dan larutan sampel (tidak diketahui jenisnya) 1%, pada saat ditetesi
iodin menghasilkan warna merah cerah pada saat selulosa 1% dan merah
pekat pada larutan sampel (tidak diketahui jenisnya). Setelah ditambahkan
HCl dan di didihkan mengalami kepudaran pada saat warna merah cerah di
selulosa, pada larutan sampel (tidak diketahui jenisnya) warnanya semakin
pekat.

Uji iodin merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Perubahan
warna larutan terjadi karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa
yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul yodium yang dapat masuk kedalam
spiralnya. Larutan iodin yang direaksikan dengan glikogen akan
membentuk warna merah sampai cokelat yang disebabkan karena adanya
penyerapan iodin pada struktur cincin glikogen yang saling berikatan
sehingga membentuk komples berwarna merah kecoklatan.

4. Uji seliwanoff pada jenis karbohidrat aquades, ribosa, laktosa, pati, dan
sukrosa sama-sama 1% pada perubahan warna per menit yaitu menit 1,2,3,4
dan 5 menghasilkan warna bening kekuningan. Pada saat glukosa dan
fruktosa 1% berubah warnanya pada menit 2,3,4, dan 5 namun pada menit
pertama sama-sama menghasilkan warna bening kekuningan.

Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan
aldosa berbeda pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula mengandung keton
maka itu adalah ketosa, sedangkan jika mengnadung adehid maka itu adalah
aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan keton akan lebih cepat terdehidrasi
dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah sebagai berikut Reagen yang
digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric.

6.1 Saran

1. Saran kita sebagai praktikum kepada mahasiswa supaya datang tepat waktu
dan memperhatikan koas yang mengarahkan praktikum.

2. Saran kami sebagai praktikum kepada kakak koas supaya menjelaskan


terlebih dahulu materi yang perlu dibahas dan sebaiknya semua
pembahasan itu didapatkan oleh semua mahasiswa yang praktikum supaya
sam-sama paham, masalah waktu bisa dikondisikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dawn B, Marks. et a., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta, EGC.

I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut
(Stereokimia, Struktur & Reaktivitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja.

Musta, R. 2018. Waktu Optimum Hidrolisis Pati Limbah Hasil Olahan Ubi Kayu (Manihot
esculenta Craniz var. Lahumbu) Menjadi Gula Cair Menjadi Enzim a-Amilase Dan
Glukoamilase. Indonesia Journal of Chemical Research, 5(2), 498-507.

Purba, Michael., (2007), Kimia Untuk SMA Kelas XI Smester II, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sumarjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Winarno, F.G. 2004. Kimia pangan dan Gizi. Gramedia Putaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai