Anda di halaman 1dari 4

Nama : Febrianti Nurvida

NIM : 12208193051
Kelas : Tadris Biologi 5A

JAWABAN:
A. SISTEM PENCERNAAN DAN NUTRISI
1. Mengapa endoparasit tidak memerlukan alat pencernaan makanan khusus seperti
hewan lainya (a)? dan jelaskan hubungan antara bentuk paruh dan gigi pada hewan
dengan jenis makanan yang dimakan (b)?

Jawaban:
a) endoparasite tidak memerlukan alat pencernaan makanan khusus seperti
hewan lainnya, dikarenakan endoparasite hanya membutuhkan makanan
berupa zat organic terlarut yang diambil melalui penyerapan atau pinositosis
berupa vakuola makanan
b) bentuk paruh dan gigi bergantung pada jenis makanan yang dimakannya,
dengan demikian akan menunjuang kemampuan burung dalam memakan
makanan yang sesuai dengannya. Misalnya burung kolibri yang memiliki
paruh pipih sedikir panjang yang cocok untuk menghisap nectar. Sedangkan
bentuk gigi juga berhubungan dengan jenis makanan yang dimakan,
misalnya pada hewan-hewan herbivora umumnya memiliki gigi seri yang
memungkinkan untuk mengunyah rerumputan, sedangkan hewan karnivor
memiliki gigi taring dan graham khusus yang digunakan untuk mengoyak
serta mengunyah daging. Jika saja bentuk gigi dan paruh pada hewan tidak
sesuai dengan jenis makanannya bisa saja membuat hewan tersebut tidak
dapat bertahan hidup.

2. Bagaimanakah mekanisme hewan sesil dalam memperoleh makanananya, berikan


contoh dan penjelasanya baik hewan di lingkungan air tawar dan laut (a)?
bagaimanakah hewan arthropoda memperoleh makananya, dengan cara bagaimana,
sertai juga contohnya (b)?

Jawaban:
a) Hewan sesil memperoleh makanan dengan du acara yaitu menangkap
zooplankton yang melayang di air atau dengan menerima hasil fotosintesis
zooxanthellae. Contoh pada bunga karang di lingkungan air laut yang
memiliki dua mekanisme cara menangkap mangsa hingga dapat mencapai
mulut, yang pertama mangsa ditangkap lalu tentakel membawa ke mulut,
yang lainnya yaitu dengan menangkap mangsa yang dibawa oleh Gerakan
silia di sepanjang tentakel. Karang menarik dan menjulurkan tentakel yang
aktif pada malam hari ketika mencari mangsa, lalu mangsa ditangkap dengan
bagian ektodermis tentakel yang mempunyai sel penyengat, sel tersebut akan
aktif apabila zooplankton atau hewan lain akan ditangkap, serta
mengeluarkan racun untuk melemahkan mangsa.
Sedangkan hewan sesil yang berada di air tawar yaitu porifera air tawar
Spogilla lacustris yang memiliki mekanisme memperoleh makanan sama
seperti porifera pada umumnya, dengan cara menyaring partikel-partikel
makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya atau filter feeder. Makanan
diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostium ke dalam spongiosel.
Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air
dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna.
Bahan makanan yang sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh
oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan
dibuang keluar tubuh memalui ostium. Makanan spons yang tersaring
dengan cara filter feeder ini adalah protozoa, bakteri, plankton, dan detritus
b) Hewan arthropoda memiliki cara memperoleh makanan yang berbeda-beda,
ada yang dengan berburu menggunakan kemampuan bagian tubuhnya juga
ada yang menunggu mangsanya datang. Misalnya pada Crustacea, yang
dapat mencari makan dengan filter feeder yang memungkinkan rahang
berfungsi untuk menyaring air dan antenna untuk melacak makanan pada air.
Pada Crustacea pemakan bangkai, herbivor dan karnivora memiliki bagian
tubuh yang berfungsi untuk mencengkram atau mengambil makanan, contoh
pada maksilla mandibula yang berfungsi untuk memegang, menggigit,
menggiling makanan.

3. Pada kegiatan praktikum Paramecium sp. yang anda lakukan, apakah terjadi
perubahan warna pada vakuola makanan? kalau terjadi perubahan warna pada
vakuola makanan, mengapa hal tersebut bisa terjadi (a)? enzim apa saja yang terlibat
didalam proses pencernaan makanan pada Paramecium sp. (b)? bagaimanakah
Paramecium sp. membuang limbah pencernaanya (c)?
Jawaban:
a) Iya, terjadi perubahan warna setelah Paramecium sp. diberi makanan.
Dikarenakan Paramecium sp. diberi makanan berupa ragi, yang terdapat larutan
red congo yang dilarutkan dengannya, hal ini menyebabkan terjadi perubahan
warna pada Paramecium sp.
b) protease, karbohidrase, dan esterase
c) Paramecium sp. membuang limbah pencernaannya dengan melalui proses
eksositosis yang alat pengeluarannya berupa vakuola kontraktil yang menyatu
dengan membran sel saat sel akan membuang sisa metabolismenya.

B. TERMOREGULASI
1. Jelaskan klasifikasi hewan berdasarkan pada kemampuan pengaturan suhu:
poikiloterm dan homeoterm?

Jawaban:
Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh hewan
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu poikiloterm dan homeoterm.Poikiloterm
adalah hewan yang tidak memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya
sendiri, sehingga bergantung pada panas dari matahari untuk menghangatkan tubuh
agar metabolisme dapat berlangsung. Hewan yang termasuk jenis ini
adalah Ikan (Pisces), Reptil, dan Amfibi. Homoiterm atau hewan berdarah
panas memiliki kemampuan utnuk mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan dapat
meningkatkan suhu tubuhnya. Hal ini terjadi karena darah bersih yang mengandung
oksigen dan darah kotor yang mengandung karbon dioksida terpisah. Hewan yang
termasuk jenis ini adalah burung (Aves) dan Mamalia.

2. Bagaimanakah cara adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu yang sangat panas dan
suhu yang sangat dingin?

Jawaban:
Cara adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu lingkungan yang sangat panas
yaitu dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan , serta mengubah
mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sedangkan untuk adaptasi
terhadap suhu sangat dingin, hewan ektoterm beradaptasi dengan menambah zat
terlarut ke dalam cairan tubuhnya sebagai upaya meningkatkan konsentrasi osmotic
dan dengan menambah protein anti beku dek dalam tubuhnya.

3. Berikan contoh studi kasus mengenai ganngguan pada termoregulasi pada


hewan, jelaskan ?

Jawaban:
Hewan ternak, misalnya ayam dapat mengalami gangguan pada termogulasi
yaitu hipotermia saat suhu lingkungan turun pada musim hujan. Hal ini terjadi
karena ayam dalam kondisi kekurangan/kehilangan panas tubuh, serta pada sejumlah
ayam yang bulu-bulu punggungnya telat tumbuh/ kurang lebat sehingga tidak bisa
menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Ayam yang mengalami hipotermia
biasanya berciri-ciri pucat, lemas, bahkan bisa mati. Untuk menanggulangi
hipotermia pada ayam, maka ayam harus mendapat sinar matahari setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai