Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Hakikat Pendidikan sangat identik dengan kehidupan manusia, karena sejak kapanpun
dan dimanapun manusia sangat membutuhkan pendidikan. Pada hakikatnya
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan
pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang - Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat 1 yang
berbunyi Pendidikan adalah usaha sadar dan juga terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta kertampilan yang
diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu mata
pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah dasar hingga beberapa jurusan di
perpendidikan tinggi adalah pelajaran matematika. Oleh karena itu, matematika
digunakan sebagai alat bantu (berkontribusi) untuk mengatasi masalah-masalah pada
bidang lainnya, sehingga matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, penguasaan Matematika secara baik perlu ditanamkan
pada peserta didik sejak dini, sehingga konsep-konsep dasar Matematika dapat
diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa matematika adalah pembelajaran sepanjang hayat, artinya
matematika merupakan bagian terintegrasi dengan kehidupan manusia sehingga
keduanya saling berkaitan satu sama lain dan berlaku seumur hidup. Penguasaan
matematika yang baik pada peserta didik tidak terlepas dari besarnya pengetahuan,
pemahaman, dan penguasaan materi ajar yang dimiliki oleh guru. Dengan demikian,
pelajaran Matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu lebih
mendasari pengertian berikutnya. National Council of Teacher Mathematic (NCTM,
2000: 67) menetapkan ada lima keterampilan proses yang harus dikuasai peserta didik
melalui pembelajaran matematika, yaitu : (1) pemecahan masalah (problem solving)
(2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof) (3) koneksi (connection) (4)
komunikasi (communication) (5) representasi (reprecentation). Berdasarkan hal
tersebut, berarti kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan
yang penting untuk dikembangkan dan harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena
itu, guru diharapkan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan
berpikir dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik.
Konsep sedapat mungkin diajarkan, dilihat, dipegang dan dimainkan, digambar,
diucapkan, dan ditulis. Pengalaman secara nyata ini sangat membantu anak dalam
memahami konsep materi yang diajarkan, sehingga peserta didik dapat memiliki
kemampuan pemecahan masalah dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan
pemecahan masalah matematis dalam matematika adalah bagian yang sangat dasar
dan penting. Kegiatan pembelajaran matematika di sekolah lebih didominasi oleh guru
sehingga keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran pun sangat
minim. Ketika guru memberikan contoh soal setelah menyampaikan pemnbelajaran
matematika, lalu guru mengubah sedikit bentuk soal yang masih bersangkutan dengan
pembelajarn yang baru saja di bahas, peserta didik masih kesulitan dalam proses
penyelesaiannya. Peserta didik kurang menunjukkan keaktifan dalam proses
pembelajaran di kelas, baik dalam hal mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan
yang dilontarkan guru atau pun merespon dan menanggapi jawaban dari teman
lainnya. Selain itu, pada saat mencocokan hasil pengerjaan soal secara bersama
kemudian ada peserta didik mengerjakan dengan langkah yang berbeda dari guru,
guru langsung menyalahkan begitu saja. Suatu tindakan yang akan mempersempit
ruang berpikir peserta didik dalam berpartisipasi untuk menemukan sendiri
pemecahan masalah atau soal yang dihadapi. Masalah utama di dalam pendidikan
matematika adalah rendahnya hasil belajar peserta didik di sekolah. Hasil belajar yang
dimaksud tidak hanya pada aspek kemampuan mengerti matematika sebagai
pengetahuan kognitif, akan tetapi juga aspek sikap terhadap matematika.
Pembelajaran Matematika Realistis ialah salah satu pendekatan pembelajaran
matematika yang berorientasi pada peserta didik, matematika merupakan aktivitas
manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap kehidupan sehari-
hari peserta didik ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang nyata.
Guru sekolah dasar dituntut untuk menyampaikan pembelajaran dengan berbagai
macam variasi agar peserta didik mampu memahami karena setiap peserta didik
berbeda untuk penguasaan materi, ada peserta didik yang mampu menguasi hanya
dengan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah, ada
juga yang perlu menggunakan media agar paham pelajaran yang disampaikan. Upaya
untuk mencapai tujuan matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran.
Suprijono menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebegai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun toturial. Guru SD harus
mampu menggunakan matematisasi vertikal dan harizontal untuk menyelesaikan
permasalahan matematika dan permasalahan dunia nyata, selain itu mampu
menggunakan pengetahuan prosedural dan konseptual mengingat keduanya saling
keterkaitan dalam pemecahan masalah matematika. Untuk memulai pembelajaran
metematika sebaiknya yang harus dilakukan pertama kali adalah mengenalkan suatu
masalah kepada peserta didik atau mengajukan masalah yang nyata atau mengaitkan
dengan kehidupan sehari — hari peserta didik. Kemudian bimbing peserta didik
secara bertahap untuk menguasai konsep matematika agar peserta didik juga ikut
berperan aktif di pembelajaran. Dalam pembelajaran Matematika berbasis masalah ini,
peserta didik dituntut untuk memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang telah diperoleh. Sementara guru dituntut untuk bisa mengajarkan peserta didik
untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Guru harus menguasai informasi tentang
pengertian masalah dan strategi pemecahan masalah beserta contoh — contoh nya
agar guru bisa membantu peserta didik untuk memecahkan masalah nya. Pendekatan
Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimenal
design, desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Karna masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen.

Belajar adalah suatu kegiatan yang mengarah pada perubahan tingkah laku pada diri
individu melalui proses interaksi maupun pengalaman dengan lingkungannya yang
melibatkan ranah kognitif, afektif serta psikomotorik, dan perubahan tingkah laku
terjadi karena latihan atau pengalaman, sehingga hal tersebut akan bersifat permanen.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai oleh peserta didik dalam proses belajar
pembelajaran yang menunjukkan adanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik atau
kedewasaan. Model pembelajaran berbasis masalah ini merupakan model
pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian aktivitas yang dilakukan baik
secara kelompok ataupun secara individual dalam memecahkan suatu permasalahan
yang berkaitan dengan dunia nyata dan menuntut peserta didik untuk berpikir,
berinteraksi, mencari dan menyelesaikan masalah dengan berpikir secara ilmiah.
Matematika adalah bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas.

Kata Kunci : Pendidikan, hasil belajar, matematika, pesera didik

Anda mungkin juga menyukai