Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERKEMBANGAN HUKUM KEWARISAN

(Dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Mawaris)

Dosen Pengampu : Dra. Masdinar,M.E.I

Di Susun Oleh:
Ahmad Bukhori Pulungan(
M. Musirri(10620009)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan
Hukum Kewarisan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Fiqh Mawaris. Selain


itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan hukum kewarisan
yang ada di indonesai..

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Masdinar,


M.E.Iselaku dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi,07 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Perkembangan hukum waris di Indonesia, selama ini diwarnai
oleh tiga sistem hukum waris. Ketiga sistem hukum waris itu adalah,
sistem Hukum Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum
Islam.1Sebagai sistem hukum, maka ketiga sistem hukum tersebut di
dalam wujudnya seperti sekarang ini tidak lepas dari asas-asas yang
mendukungnya. Sistem hukum meliputi susunan atau tatanan yang teratur,
yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya,
tersusun menurut rencana atau pola sebagai hasil suatu pemikiran untuk
mencapai tujuan. Setiap sistem hukum mengandung beberapa asas yang
menjadi pedoman dalam pembentukannya, maka demikian juga adanya
sistem Hukum Kewarisan Nasional, diharapkan asas-asasnya berasal dari
sub sistem Hukum Kewarisan yang turut andil di dalam proses
pembentukannya, dan tentunya adalah ketiga sistem hukum dimaksud di
atas.
Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa asas hukum adalah suatu pikiran
dasar yang terdapat di dalam atau peraturan yang konkrit. Sebagai pikiran
dasar kemudian terjelma di dalam peraturan konkrit, maka asas hukum
menurut Nieuwenhuis dalam Sudikno Mertokusuma pada hakikatnya
selain memiliki landasan atau berakar pada nilai-nilai sebagai pedoman
oleh kehidupan bersama. Dan penerapan hukum adalah sesuatu hal yang
menjadi harapan dan dambaan bagi setiap orang sebagai sebuah konsep
nilai hukum bagi masyarakat. Seperti diketahui bahwa asas hukum adalah
pikiran dasar yang terdapat di dalam atau di belakang dari setiap sistem
hukum dan terjelma di dalam peraturan konkrit yang merupakan hukum
posistif. Sedangkan penerapan hukum adalah keputusan dalam
menjalankan peraturan konkrit yang juga merupakan hukum positif.

1
1 Wery Gusmansyah, 2013, Pluralisme Hukum Waris di Indonesia. Manhaj, Vol. 1, Nomor 2, Mei
– Agustus, hal 153
Sistem kewarisan menurut hukum adat dipengaruhi bentuk susunan masyarakat
adat. Sistem kewarisan menurut hukum adat berlatar belakang pada bentuk
susunan kemasyarakatannya, yaitu sistem keturunan dan kekerabatannya yang
pada pokoknya dibedakan dalam tiga macam yaitu sistem patrilineal,
matrilineal, maupun parental/birateral. Sedangkan sistem kewarisan yang
berlaku di Jawa adalah sistem individual, kolektif, dan mayorat. Sistem
keturunan berkaitan dalam penetapan ahli waris, sedangkan sistem kewarisan
berkaitan dalam menentukan metode pembagian harta warisan. Ketiga sistem
kewarisan tersebut, dapat berlaku pada sistem patrilineal, matrilineal, maupun
parental/birateral. System kewarisan parental di Jawa, menurut Hilman
cenderung bersifat melaksanakan system individual dimana harta warisan
dibagi-bagi pemilikannya kepada para waris.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kewarisan dan sebab- sebabnya ?
2. Bagaimana pluralisme hukum kewarisan di indonesia dan
peradilan yang menanganinya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kewarisan Dan Sebab- Sebabnya
1. Masa Jahiliyah

rang-orang Arab jahiliyah (sebelum Islam), dikenal sebagai


bangsa yang gemar mengembara dan senang berperang.
Kehidupan mereka, sedikit banyak, tergantung pada hasil
rampasan perang dari bangsa-bangsa atau suku-suku yang telah
mereka taklukan. Di samping juga mereka memperolehnya dari
hasil perniagaan.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi nabi,


masyarakat Arab jahiliyah telah mengenal sistem kewarisan.
Dalam hal pembagian harta warisan, mereka berpegang teguh
kepada adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang
mereka.

Pada masa ini, waris-mewarisi terjadi karena tiga sebab,


yaitu karena adanya pertalian kerabat atau hubungan darah,
pengakuan atau sumpah setia, dan pengangkatan anak.
Sebab-sebab itu masih belum mencukupi sebelum ditambah
dengan dua syarat tambahan, yakni sudah dewasa dan
merupakan laki-laki

Anda mungkin juga menyukai