TESIS
Lydia D. Soebrata
NPM : 0606007970
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JULI 2008
TESIS
Lydia D. Soebrata
NPM : 0606007970
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JULI 2008
THESIS
Lydia D. Soebrata
NPM : 0606007970
UNIVERSITY OF INDONESIA
FACULTY OF LAW
MASTER OF NOTARY PROGRAMME
DEPOK
JULY 2008
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NPM : 0606007970
Tanda Tangan :
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 25 Juli 2008
Yang menyatakan,
(Lydia D. Soebrata)
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala rahmat dan karunia yang penulis terima selama ini, baik selama mengikuti
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, tesis ini dapat diselesaikan.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini, yaitu :
1. Ibu Farida Prihatini, S.H., M.H., C.N., selaku Ketua Program Magister
2. Para staf pengajar yang telah membagikan ilmu dan pengetahuannya selama
3. Seluruh staf sekretariat dan perpustakaan yang telah banyak membantu semasa
5. Yang terkasih suami dan kedua putra putri penulis yang selama ini selalu
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan
i
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Penulis menyadari, penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
setiap saran dan masukan yang bertujuan untuk memperbaiki tesis ini, sangat penulis
harapkan.
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan tesis ini, dan semoga
Penulis
ii
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
ABSTRAK
Kata kunci :
Perselingkuhan, sita marital
iii
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
ABSTRACT
iv
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
ABSTRAK ………………………………………………………………………... iii
ABSTRACT ………………………….…………………………………………... iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .……………………………………………. 1
B. Pokok Permasalahan ..……………………………………………...... 4
C. Metodologi Penelitian ……………………………………....……..... 5
D. Sistematika Penulisan …………………………………....………….. 6
BAB II : KETENTUAN – KETENTUAN PERCERAIAN DAN LEMBAGA
SITA HARTA BERSAMA/SITA MARITAL
A. KETENTUAN-KETENTUAN PERCERAIAN …………………..... 7
1. Perceraian Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 …….... 7
2. Perceraian Sebagaimana Diatur Oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ……...……………..... 8
3. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam …....……………..... 9
4. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 1981 Perihal
Perkara Perceraian Yang Diajukan Berdasarkan Pasal 19 Huruf (f)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 …………....……….... 12
B. LEMBAGA SITA HARTA BERSAMA/SITA MARITAL …........... 14
1. Istilah Sita Harta Bersama / Sita Marital …………………………. 16
2. Tujuan Sita Harta Bersama / Sita Marital …………………………. 16
3. Pengaturan Sita Harta Bersama / Sita Marital …………………….. 17
4. Penerapan Sita Harta Bersama / Sita Marital …………………….... 19
5. Perlawanan Pihak Ketiga Atas Sita Harta Bersama /
Sita Marital …………………………………..……………..…….... 21
v
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
BAB III : PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS
AKIBAT ADANYA ORANG KETIGA SEBAGAI ALASAN
PERCERAIAN
A. ORANG KETIGA DALAM PERKAWINAN ….……….………..... 22
B. KASUS POSISI ……………….....………………………………….. 24
1. Permohonan Cerai ………………………………………………… 24
2. Permohonan Sita Harta Bersama / Sita Marital ……….……...…… 36
C. ANALISIS KASUS ………………………………………………..… 45
1. Status Hukum Hubungan Antara Suami/Isteri Dengan Orang
Ketiga Dalam Perkawinan ………………………………………… 45
2. Status Anak Yang Dilahirkan Dalam Hubungan Antara Suami/
Isteri Dengan Orang Ketiga Dalam Perkawinan ……....………...… 48
3. Itsbat Nikah Atas Pernikahan Siri Yang Dilatarbelakangi
Perselingkuhan ……………………………………………………. 49
4. Permohonan Cerai Yang Diajukan Oleh Suami Yang Melakukan
Perselingkuhan ……. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. 50
5. Permohonan Sita Harta Bersama / Sita Marital Sebagai Upaya
Penyelamatan Harta Bersama Dari Ancaman Orang Ketiga ……… 61
BAB IV : PENUTUP
KESIMPULAN ………….. …………………………. ………………… 68
SARAN …………………….. …………………………. ……………… 69
DAFTAR PUSTAKA ……………….……………………………………………. 71
LAMPIRAN
vi
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
BAB I
PENDAHULUAN
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya adalah
bahwa semua bencana ini merupakan peringatan Tuhan kepada manusia. “Kini
banyak orang kehilangan rasa malu, rasa ilang sirnaning manembah (kehilangan
perasaan berdosa, tak punya malu). Lihat perilaku selebriti dan pejabat yang tak
beretika, korupsi merajalela. Kita kehilangan jati diri. Ini peringatan agar bangsa ini
sebagaimana yang terjadi saat ini telah memberikan dampak buruk bagi lembaga-
1
Gatot Marsono. ”Angin Itu Berputar Menerbangkan Atap.” Kompas. (20 Februari 2007) : 1.
1
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
yang akhirnya membawa ancaman bagi keutuhan rumah tangga, bahkan seringkali
Perselingkuhan berasal dari kata selingkuh yang artinya curang, tidak jujur,
keharmonisan rumah tangga menjadi terganggu. Biasanya rumah tangga itu akan
perselisihan dan pertengkaran itu terjadi dengan terus menerus, seakan-akan tidak
akhirnya salah satu pihak mengajukan permohonan cerai, dengan berdasar pada Pasal
19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang mengatur tentang
alasan-alasan perceraian, yaitu antara suami dan isteri terus menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga. Hal ini tidak menjadi masalah bila suami dan isteri sama-sama
mempunyai niat untuk bercerai, atau perceraian tersebut diajukan oleh suami/isteri
No. 9 Tahun 1975, suami/isteri dapat mengajukan cerai bila pasangannya melakukan
2
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen (Jakarta: Pustaka Amani),
hal.405.
2
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
zinah. Akan tetapi bila gugatan cerai dilakukan oleh suami/isteri yang melakukan
perselingkuhan, sedangkan pasangannya tidak ingin bercerai, tentunya hal ini akan
menimbulkan masalah.
Saat ini adanya orang ketiga dalam rumah tangga, merupakan suatu
kita melihat berita-berita yang kerap mewarnai media, baik cetak maupun elektronik,
tidak sedikit rumah tangga yang akhirnya bercerai dikarenakan adanya orang ketiga.
Sepertinya tanpa suatu perasaan beban apapun, orang ketiga dengan begitu mudah
tangga-rumah tangga.
setia yang mereka lakukan pada saat melangsungkan pernikahan, hingga akhirnya
karena ingin menikahi orang ketiga tersebut. Atau suami yang melakukan
atau karena si suami tidak memenuhi syarat-syarat poligami sebagaimana diatur oleh
3
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
B. POKOK PERMASALAHAN
tersebut terjadi secara terus menerus, maka berdasarkan Pasal 19 huruf (f) Peraturan
Pemerintah No.9 Tahun 1975 mengenai alasan-alasan perceraian, hal tersebut dapat
digunakan sebagai alasan untuk bercerai. Dan hadirnya orang ketiga dalam
ketiga tersebut.
1. Apakah perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang dipicu oleh adanya
Pemerintah No. 9 Tahun 1975, dapat dijadikan alasan oleh suami yang
permohonan cerai ?
3. Apakah sita harta bersama / sita marital dapat dilaksanakan terhadap harta
4
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
C. METODOLOGI PENELITIAN
atau penelitian hukum normatif. Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka
merupakan data dasar yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data
sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku-buku,
literatur, karangan para ahli hukum, kumpulan karya ilmiah para ahli hukum yang
rumah tangga yang dapat mengancam keutuhan rumah tangga serta mengancam
Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumen (bahan pustaka)
dan wawancara (interview). Studi dokumen meliputi sumber primer (bahan hukum
primer), sumber sekunder (bahan hukum sekunder), dan sumber tertier (bahan
data yang dapat dipergunakan sebagai dasar hukum. Penelitian ini menggunakan
metode analisis data dengan metode kualitatif terhadap data sekunder yang telah
dikumpulkan dan diolah guna perumusan kesimpulan dari penelitian ini. Dengan
5
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan thesis ini terdiri dari 4 (empat) Bab. Untuk melihat hubungan
antara satu bab dengan bab yang lainnya maka dibuatlah Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
Bab II, menguraikan secara teoritis mengenai Ketentuan - Ketentuan Perceraian Dan
Bab III, merupakan Analisis dari Permohonan Cerai Dengan Alasan Perselisihan Dan
Bab IV adalah Bab Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan
fakta baru yang apabila terdapat fakta baru tetapi tidak termasuk jawaban dari
Selain hal-hal tersebut di atas dimuat juga Daftar Pustaka yang digunakan
sebagai bahan rujukan, dan terakhir adalah lampiran yang berkaitan dengan
penulisan tesis.
6
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
BAB II
Perkawinan
Pasal 38
a. Kematian
b. Perceraian, dan
Pasal 39
3
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU No. 1 tahun 1974, LN No. 1 tahun
1974, TLN NO.3019.
7
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
B. Perceraian Sebagaimana Diatur Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tentang Perkawinan
sebagai berikut:
Pasal 19
Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan :
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri;
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada lagi harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Pasal 22
(1) Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam Pasal 19 huruf f, diajukan
kepada Pengadilan di tempat kediaman tergugat.
(2) Gugatan tersebut dalam ayat (1) dapat diterima apabila telah cukup jelas
bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu
dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat
dengan suami-istri itu.
Pasal 31
(1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua
pihak.
(2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan
pada setiap sidang pemeriksaan. 4
4
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, PP No. 9 tahun 1975, LN NO. 12 Tahun 1975, ps. 19, 22, 31.
8
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
C. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam
Kompilasi Hukum Islam untuk digunakan oleh instansi Pemerintah dan oleh
Nomor 154 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia
5
Departemen Agama, Keputusan Menteri Agama Tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1991, Tanggal 10 Juni 1991, Kepmen Agama no. 154, tahun
1991.
9
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Islam Nomor 3694/EV/HK.00.3/AZ/91, Tanggal 25 Juli 1991 yang ditujukan
kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama dan Ketua Pengadilan Agama Seluruh
Indonesia, yang intinya meminta agar Kompilasi Hukum Islam disebarluaskan dan
sebagai pedoman bagi Peradilan Agama dalam memutus dan menyelesaikan perkara.
Indonesia, mengatakan :
10
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
d. serta sekaligus akan dapat terbina penegakan kepastian hukum yang lebih
seragam dalam pergaulan lalu lintas masyarakat Islam. 6
berikut :
Pasal 113
Perkawinan dapat putus karena :
a. kematian,
b. perceraian dan
c. atas putusan Pengadilan
Pasal 114
Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi
karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.
Pasal 115
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama
setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
Pasal 116
Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan :
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya.
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
6
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta : Akademika Pressindo, 2004),
hal. 58.
11
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penaniayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
e. salah satu pihak mendapat cacad badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
g. suami melanggar taklik-talak.
h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
Pasal 143
(1) Dalam pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha mendamaikan
kedua belah pihak.
(2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan
pada setiap sidang pemeriksaan. 7
laksana Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, dalam Pasal 19 huruf (f)
perceraian, akan tetapi hal ini tidak dengan begitu saja dapat digunakan suami
terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam
7
Ibid., ps. 113 – 116, 143
12
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Agama/Mahkamah Syariah, Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1981, tertanggal 6 Juli 1981,
3. Pengadilan Negeri
8
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Tentang
Perkara Perceraian, SE no. 3, tahun 1981.
13
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1981
ini telah menjadi dasar keputusan dari Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor
ketiga, tidak dapat dijadikan alasan oleh penyebab dari timbulnya percekcokan
tersebut untuk mengajukan permohonan cerai dengan alasan berdasar Pasal 19 huruf
sebagai berikut :
9
Ali Budiarto, ”Alasan Perceraian Perkawinan,” Varia Peradilan (Februari 1990) : 52.
14
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
dalam perkawinan seringkali akan membuat rumah tangga menjadi berantakan, baik
orang ketiga biasanya akan mengakibatkan harta perkawinan menjadi terancam pula
Atau lebih tepatnya dapat dikatakan bahwa dengan hadirnya orang ketiga
dalam perkawinan biasanya akan menyebabkan Harta Bersama menjadi terbagi atau
teralihkan kepada orang ketiga tersebut, yang sebenarnya sama sekali tidak berhak
Biasanya hal ini terjadi dalam hal orang ketiga tersebut muncul dalam sisi
kehidupan suami. Pada umumnya secara otomatis Harta Bersama akan dipergunakan
pula oleh suami untuk membiayai hubungannya dengan orang ketiga tersebut, atau
Marital.
Sita Harta Bersama/Sita Marital ini adalah meliputi seluruh Harta Bersama,
baik yang ada di tangan suami ataupun isteri, dan tidak meliputi Harta Pribadi.
15
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
1. Istilah Sita Harta Bersama/Sita Marital
Sita Harta bersama dalam penulisan dan praktek peradilan umum disebut
Perkataan sita marital berasal dari maritaal beslag. Disebut juga sita
matrimonial (matrimonial beslag). Bahkan pada masa belakangan ini, dalam
perkembangan hukum Belanda lebih populer sebutan matrimonial beslag,
karena mengandung makna kesetaraan antara suami-isri dalam perkawinan.
Sedang perkataan sita marital mengandung konotasi yang menempatkan istri di
bawah kekuasaan suami dalam perkawinan, yang dikenal dengan lembaga
maritale macht sebagaimana selama ini digariskan dalam Pasal 105 dan Pasal
106 KUH Perdata, yang menegaskan :
S.H., mengatakan :
10
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, cet.3, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), hal. 368.
11
Ibid.
16
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Tujuan utama Sita Harta Bersama adalah :
undangan, yaitu :
12
Ibid., hal. 369.
17
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
ketentuan KUH Perdata mengenai perkawinan dinyatakan tidak berlaku
lagi. Namun demikian, ketentuan Pasal 190 KUH Perdata tersebut, dapat
dijadikan bahan orientasi dalam kedudukannya sebagai hukum adat
tertulis.
b. Pasal 24 ayat (2) huruf c PP No. 9 Tahun 1975
Menurut pasal ini, selama berlangsungnya gugatan perceraian atas
permohonan penggugat atau tergugat atau berdasarkan pertimbangan
bahaya yang mungkin timbul, pengadilan dapat mengizinkan dan
menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-
barang yang menjadi hak bersama suami-istri.
Dari segi redaksi, ketentuan ini lebih tegas dari Pasal 190 KUH
Perdata, karena di dalamnya terdapat perkataan menjamin terpeliharanya
harta bersama. Namun terlepas dari itu, hampir tidak ada perbedaan
antara keduanya. Sama-sama bermaksud mengamankan keberadaan dan
keutuhan harta bersama agar tidak jatuh kepada pihak ketiga.
c. Pasal 78 huruf c UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Bunyi pasal ini persis sama dengan Pasal 24 ayat (2) huruf c PP No. 9
Tahun 1975. Dapat dikatakan isi dan ketentuannya ditransfer dari pasal
PP dimaksud.
Yang penting dicatat, berdasarkan Pasal 78 huruf c, lingkungan
peradilan agamapun telah memiliki aturan hukum positif tentang
lembaga sita harta bersama (sita marital). Bahkan sita tersebut dalam
lingkungan peradilan agama, tidak hanya diatur dalam Pasal 78 UU No. 7
Tahun 1989, tetapi juga dalam Pasal 136 ayat (2) huruf b Kompilasi
Hukum Islam (KHI), yang sama bunyi redaksinya dengan Pasal 24 ayat
(2) huruf c PP No. 9 Tahun 1975 dan Pasal 78 huruf c UU No. 7 Tahun
1989. Dengan demikian, landasan penerapan sita harta bersama dalam
lingkungan peradilan agama telah diatur dalam berbagai bentuk peraturan
perundang-undangan.
d. Pasal 823 Rv
Tindakan-tindakan yang boleh dilakukan sehubungan dengan Pasal 190
KUH Perdata adalah penyegelan, pencatatan harta kekayaan dan
penilaian barang-barang, penyitaan jaminan atas barang-barang
bergerak bersama atau jaminan atas barang-barang tetap bersama……
18
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
salahnya mempergunakan pasal-pasal Rv sebagai pedoman sesuai dengan
asas kepentingan beracara (process doelmatigheid).13
Dalam arti sempit, berdasarkan Pasal 190 KUH Perdata dan Pasal 24 ayat (2)
huruf c PP No. 9 Tahun 1975 lembaga sita marital terbatas pada perkara gugatan
a. Perkara Perceraian
penerapan lembaga sita marital didasarkan adanya perkara antara suami-isteri. Hal
ini adalah benar jika semata-mata merujuk kepada UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No.
9 Tahun 1975.14
Akan tetapi, jika berorientasi kepada ketentuan hukum yang ada maka :
1. sita harta bersama dapat diterapkan penegakannya di luar proses perkara
perceraian atau pembagian harta bersama;
2. oleh karena itu dimungkinkan menerapkannya di luar proses perkara,
apabila terjadi tindakan yang membahayakan keberadaan harta bersama.
Penerapan yang demikian dapat berorientasi kepada ketentuan Pasal
186 KUH Perdata. Ketentuan tersebut dapat dipedomani dan dimodifikasi
sebagai hukum adat tertulis sesuai dengan semangat yang terkandung dalam
SEMA No. 3 Tahun 1963. Menurut Pasal 186 KUH Perdata tersebut :
1. selama perkawinan berlangsung suami atau istri (aslinya hanya disebut
istri), dapat mengajukan permintaan sita marital kepada hakim;
2. namun permintaan itu harus berdasarkan alasan bahwa harta bersama
berada dalam keadaan bahaya karena :
13
Ibid., hal. 370
14
Ibid., hal. 371
19
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
(1) adanya tindakan atau perbuatan suami atau istri yang nyata-nyata
memboroskan harta bersama yang dapat menimbulkan akibat
bahaya keruntuhan keluarga dan rumah tangga,
b. tidak adanya ketertiban dalam mengelola dan mengurus harta
bersama yang dilakukan suami atau istri yang dapat
membahayakan eksistensi dan keutuhan harta bersama
sebagaimana mestinya.
Semangat dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 186 KUH Perdata itu,
telah ditampung dalam Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
menegaskan :
a. suami atau istri dapat meminta sita harta bersama atas harta bersama
tanpa adanya gugatan perceraian;
b. hal itu dapat diminta apabila suami atau istri (salah satu pihak)
melakukan perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta
bersama, seperti perjudian, pemborosan, dan sebagainya.
Memperhatikan Pasal 186 KUH Perdata dan Pasal 95 KHI,
dimungkinkan meminta sita harta bersama di luar sengketa perkara perceraian
maupun pembagian harta bersama. Tanpa perkara apapun, suami atau istri
dapat mengajukan permintaan sita tersebut kepada pengadilan :
1. secara berdiri sendiri, tanpa tergantung pada perkara,
2. dengan demikian, permintaan itu tidak mutlak bersifat asesor kepada
gugatan cerai atau pembagian harta bersama.
Ditinjau dari segi hukum dan keutuhan kehidupan rumah tangga,
permintaan sita marital yang berdiri sendiri tanpa digantungkan pada perkara
perceraian atau pembagian harta bersama, dianggap sangat bermanfaat. Pada
satu sisi, suami atau istri tetap mempertahankan keutuhan eksistensi ikatan
perkawinan. Namun pada sisi lain, perlu dilakukan tindakan prevensi atas
keselamatan harta bersama dari pemborosan yang dilakukan oleh suami atau
istri. Misalnya, suami penjudi atau pemabuk. Meskipun demikian untuk
tegaknya kehidupan rumah tangga dalam ikatan perkawinan, istri tetap tabah
menghadapinya sehingga menghindari pengajuan gugatan perceraian. Namun
pada sisi lain, istri ingin mempertahankan keselamatan harta bersama, agar
kesejahteraan rumah tangga tetap terpenuhi. Dalam hal yang demikian, sangat
beralasan dan realistis memberi hak kepada istri mengajukan permintaan sita
marital, dengan ketentuan istri dapat membuktikan tindakan pemborosan yang
dilakukan sang suami. Sebagai landasan hukumnya, pengadilan dapat
mempedomani dan memodifikasi ketentuan Pasal 186 KUH Perdata dan Pasal
95 KHI dalam menerapkan sistem ini.15
15
Ibid., hal. 371.
20
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
5. Perlawanan Pihak Ketiga Atas Sita Harta Bersama/Sita Marital
M. Yahya Harahap, S.H., mengatakan bahwa Pasal 195 ayat (6) HIR maupun
Pasal 823 d Rv, memberi hak kepada pihak ketiga untuk mengajukan perlawanan
(derden verzet) atas sita harta bersama/sita marital. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sita harta bersama/sita marital dapat dilakukan terhadap harta
Mengenai perlawanan pihak ketiga atas sita harta bersama / sita marital
ini, untuk selanjutnya M. Yahya Harahap, S.H., mengatakan bahwa satu-
satunya alasan yang dapat dijadikan dasar perlawanan oleh pihak ketiga
ialah :
1. hak milik,
2. bahwa baik seluruh atau sebagian harta yang di-”sita marital” tersebut,
adalah milik pelawan, bukan harta bersama suami-istri.
Melihat dasar alasan perlawanan adalah hak milik maka dikaitkan
dengan konsep harta perkawinan yang digariskan Pasal 35 dan Pasal 36 UU
No. 1 Tahun 1974, perlawanan terhadap sita marital, dapat berbentuk :
1. Partai verzet atau perlawanan yang bersifat partai yang diajukan oleh
suami atau istri atas alasan :
a. barang yang disita bukan harta bersama dalam perkawinan;
b. tetapi adalah milik pribadi sesuai dengan yang ditegaskan Pasal 36
ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974;
c. perlawanan diajukan dalam bentuk rekonvensi dalam perkara
perceraian atau gugatan biasa, apabila sita marital itu bukan
berdasarkan perkara tetapi berdasarkan keborosan sesuai dengan
ketentuan Pasal 186 KUH Perdata atau Pasal 95 KHI.
2) Derden verzet atau perlawanan yang diajukan pihak ketiga, atas alasan :
a. seluruh atau sebagian harta yang disita adalah miliknya bukan harta
bersama suami-istri yang bersangkutan,
b. oleh karena itu, sita harta bersama yang diletakkan di atasnya keliru
dan tidak sah, dengan demikian harus segera diangkat.
Bentuk perlawanan yang dianggap memenuhi syarat harus berupa
gugatan perdata kepada PN, yang lazim disebut gugatan perlawanan. Berarti
perlawanan atau bantahan atas penyitaan yang tidak berbentuk gugatan
perlawanan dianggap tidak memenuhi syarat formil sebagai upaya hukum
membatalkan penyitaan. 16
16
Ibid., hal.379
21
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
BAB III
hubungan badan antara pria dan wanita dimana salah satu atau kedua-duanya sedang
Zinah, merupakan suatu istilah yang saat ini sudah jarang sekali terdengar,
karena begitu jarang dipergunakan lagi oleh masyarakat. Dewasa ini istilah yang
selingkuh, yaitu suatu istilah untuk menggambarkan adanya ketidaksetiaan dari salah
Saat ini dalam masyarakat beredar berbagai macam sebutan untuk orang
ketiga tersebut, diantaranya adalah WIL (sebagai singkatan dari Wanita Intim Lain)
dalam hal orang ketiganya adalah wanita, dan PIL (sebagai singkatan dari Pria Intim
Selain itu di kalangan anak-anak muda, orang ketiga ini sering juga disebut
22
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Mengenai perselingkuhan ini, dalam masyarakat bukan terhadap orang ketiga
istilah yang baku, seperti WIL, PIL, selingkuhan, dan lain sebagainya. Terhadap
istilah-istilah yang ditujukan kepadanya, seperti Lakor (sebagai singkatan dari Laki
Orang) dalam hal orang ketiga tersebut berhubungan dengan suami orang, dan Binor
(sebagai singkatan dari Bini Orang) dalam hal orang ketiga berhubungan dengan
isteri orang.
istilah baku dalam masyarakat tersebut, dapat memberikan gambaran kepada kita
umum sehari-hari.
Hal ini dapat kita lihat pula dari pemberitaan-pemberitaan yang kerap terjadi,
melibatkan para public figur. Pemberitaan para public figur di media cetak maupun
figur saja, mereka hanya kebetulan sebagai public figur saja sehingga kasusnya dapat
23
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
dengan kasus-kasus perselingkuhan yang melanda lembaga perkawinan para public
figur tersebut.
Dalam sub bab berikut penulis akan menguraikan sebuah contoh kasus
Dari apa yang tadi diuraikan di atas, dapat terlihat bahwa istilah zinah
masyarakat untuk mengartikan adanya suatu perzinaan. Oleh karena itu dalam
B. KASUS POSISI
1. Permohonan Cerai
24
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
17
1981, dan dikaruniai tiga orang putra bernama Gendis Siti Hatmanti,
c. Saat itu sudah beredar kabar bahwa rumah tersebut adalah hadiah dari
itu adalah hasil jerih payahnya menyanyi. Sejak bulan November tahun
Bambang secara siri pada tanggal 7 Juli 2000. Pernikahan ini kabarnya
17
gur/bis/bin/ind/hari/sl/guh, ”Sidang Pertama Gugatan Cerai Bambang Trihatmojo –
Halimah,” Bintang (minggu Kedua Juni 2007) : 8.
18
Farid R. Iskandar, ”Halimah Ingin Bambang Kembali,”Cek & Ricek (20 - 26 Juni 2007) : 3.
19
Budi Kusnendar, ”Jejak Langkah Mayangsari,”Cek&Ricek (27 Pebruari – 4 Maret 2008) : 6.
25
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
berlangsung tertutup, dengan hanya disaksikan oleh 4 atau 5 orang
tedhak sinten (turun tanah kaki bayi) untuk anaknya. Tanggal 21 Mei
2006, Halimah bersama dua orang putranya yaitu Gendis dan Panji,
20
Edy, ”Manis dan Pahit di Rumah Simprug,” Cek & Ricek (20 - 26 Juni 2007) : 5.
26
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
permohonan talak ini dilakukan pada tanggal 7 Juni 2007. Bambang
terjadi dalam rumah tangganya itu seperti tangan yang sudah terkena
memotong kanker tadi. Bambang sangat yakin, ia akan bisa hidup dengan
21
Farid R. Iskandar, ”Ancaman Pidana Buat Bambang Tri & Mayangsari,” Cek & Ricek (13 –
19 Juni 2007) : 3.
27
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
anak-anaknya melabrak rumah Mayang beberapa waktu lalu, dan
sedih dan khawatir adalah bahwa anak-anak yaitu Gendis dan Panji,
menjadi suami Halimah di satu sisi, dan di sisi lain memiliki isteri siri
22
Zidan, Hapipi, Rizka, Dini, Endang, Ferro, Evan, Galih, Diana, ”Mayangsari Senang,
Halimah Bersimbah Duka,” Genie (21 - 27 Januari 2008) : 21.
28
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Perkawinan, bahwa keluarga yang kekal dan bahagia tidak tercapai. Juan
karena orang ketiga, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan
orang ketiga. Rumah tangga Bambang dengan Halimah sudah lama tidak
23
gur/bis/bin/ind/hari/sl/guh, op. cit.
24
Farid R. Iskandar, ”Halimah Ingin Bambang Kembali,”Cek& Ricek (20 - 26 Juni 2007) : 3.
25
Budi Kusnendar, ”Halimah Tak Mau Dimadu,” Cek & Ricek (20 - 26 Juni 2007) : 3.
29
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
i. Berbeda dengan 13 sidang cerai Bambang-Halimah sebelumnya yang
mendiamkan pasangan. Bila salah satu pihak sudah kehilangan rasa cinta,
hal ini Mayangsari sama sekali tidak disinggung. Majelis hakim juga
30
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
ketiga, dalam hal ini Mayangsari yang telah dinikahi secara siri oleh
ikatan batin. Apabila unsur itu tidak ada lagi, maka sebenarnya
karena dapat mengakibatkan sesuatu yang negatif bagi semua pihak dan
26
bis/guh, ”Gugatan Bambang Dikabulkan, Halimah Kecewa,” Bintang (Minggu Ketiga
Januari 2008) : 6.
31
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
yang prinsip dan mendasar sehingga ia minta cerai. Mengenai saksi-saksi
juga berupa adanya saling tidak acuh, tidak ada komunikasi, dan
anak dan orang tua, tapi yang menjalani rumah tangga adalah pemohon
dan termohon. 27
juga tak bisa meluluhkan hakim. Lelyana selaku kuasa hukum Halimah
27
Navy, ”Rumah Tangga Bambang – Halimah Sudah Rapuh,” Genie (21 - 27 Januari 2008) : 22.
32
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
perceraian. Lelyana mengaku sangat kecewa karena dari sekian banyak
itu tidak menjadi suatu pertimbangan. Faktor adanya orang ketiga yang
sensitif. Keputusan hakim itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai rumah
tangga . 28
28
Zidan, Hapipi, Rizka, Dini, Endang, Ferro, Evan, Galih, Diana, op. cit., hal. 20.
33
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
langsung. Jadi menurut Lelyana, seharusnya itu sudah bisa menjadi
tersebut . 29
mengatakan bahwa jadi kalau ada lelaki pengusaha sukses dan kebetulan
etika, dan moral. Contohnya, kesaksian Gendis agar kedua orang tuanya
jangan dipisahkan. 30
dari sekian banyak saksi dan bukti yang ia keluarkan, ternyata tidak
29
Navy, op. cit.
30
Tumpak Sidabutar, M. Nizar, ”Tenang, Karena Biasa Disakiti,” Nova (21 – 27 Januari
2008) : 3.
34
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
bukti media masa menunjukkan adanya wanita lain dalam kehidupan
orang ketiga tidak bisa dijadikan alasan untuk bercerai. Putusan hakim
31
Herman, Dini, ”Halimah Akhirnya Naik Banding,” Genie (04 – 10 Pebruari 2008) : 3.
35
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
yang mempengaruhi kehidupan keluarga kliennya. Di mata Lelyana,
p. Saat ini kasus permohonan cerai Bambang atas isterinya Halimah masih
siri oleh Bambang, hal ini berkenaan dengan aset-aset yang dimilikinya
salah satu media cetak sempat memberikannya julukan Evita Peron from
32
Farid R. Iskandar,”Halimah Hadapi Perlawanan Sengit,” Cek & Ricek (23 – 29 April 2008) : 3.
36
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
2007, Majelis Hakim yang diketuai H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,
Agama Jakarta Pusat, Drs. Nuheri, S.H., antara lain menyebutkan bahwa
penolakan sita harta bersama yang diajukan oleh Halimah ini, dinilai
kliennya tidak ingin ada gugatan kembali, karena kami memang bukan
33
Sahdan Nurdin, Fitriawan, ”Evita Peron from Purwokerto,” Cek & Ricek (31 Oktober – 06
November 2007) : 3.
37
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
bertentangan dengan Pasal 60, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
LYS/L/XI/07. 35
d. Bersandar pada dalil hukum, diantaranya Pasal 186 KUH Perdata dan
Bambang-Halimah . 37
34
Budi Kusnendar, ”Perjuangan Membendung Mayangsari,” Cek & Ricek (05 – 11 Maret
2008) : 5.
35
Edy, op. cit.
36
Budi Kusnendar, ”Halimah Menambah Alat Bukti,” Cek & Ricek (05 – 11 Maret 2008) : 6.
37
Kahfi, ”Bambang Minta Buktikan Rumah Simprug dan Pravda,” Cek & Ricek (05 – 11
Maret 2008) : 6.
38
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
e. Saat memberikan jawaban atas permohonan sita harta bersama, melalui
Ini sesuai dengan Pasal 163 HIR jo Pasal 1865 KUH Perdata. Selain itu
berlebihan, apalagi sampai saat ini Bambang dengan itikad baik dan
dan isteri sudah sama dan seimbang, maka telah terjadi pemisahan harta
39
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
terhadap harta bawaan masing-masing suami dan isteri yang
f. Permohonan sita harta bersama ini pertama kali disidangkan pada tanggal
38
Kahfi, op. cit.
39
Adit, Ali, Muthia, ”Mayangsari Terancam Jatuh Miskin,” Genie (21 – 27 April 2008) : 20.
40
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
g. Hakim angota sidang harta sita bersama Halimah-Bambang, yang juga
S.H., mengatakan bahwa perkara sita harta bersama seperti yang diajukan
jelas bahwa perkara yang diajukan Halimah ini berbeda dengan perkara
agama adalah sidang sita harta bersama untuk pembagian. Pasangan yang
sita harta bersama. Alat-alat bukti itu, kalau tanah berupa sertipikat,
bank berupa buku tabungan atau dokumen lainnya. Bukti-bukti itu sangat
41
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
yang kuat, maka majelis hakim tidak punya alasan untuk menolak
permohonan sita harta yang diajukan oleh pihak pemohon. Yang pasti
perkara ini akan memakan waktu lama. Karena proses pembuktian harta
milik pemohon dan termohon butuh proses panjang yang tidak cukup
satu atau dua hari. Bisa makan waktu berbulan-bulan. Apalagi kalau
memutus perkara ini sesuai dengan azas keadilan. Sementara itu di satu
jalannya sidang. Saksi ahli yang dihadirkan pada sidang tanggal 15 April
40
Budi Kusnendar, ”Peluang Halimah Terbuka,” Cek & Ricek (13 – 19 Pebruari 2008) : 3.
41
Adit, ”Hakim Perlu Bantuan Saksi Ahli,” Genie (24 – 30 Maret 2008) : 23.
42
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Nazri Adlani. Kedua
Pasal 95, Kompilasi Hukum Islam, dan Pasal 24, Peraturan Pemerintah
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, serta Pasal 186 KUH Perdata. Dalam
bersama. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa dalam hal ditemukan
kepada pihak yang berwajib dengan dasar telah melanggar Pasal 372
KUH Pidana. KH. Nazri Adlani mengatakan bahwa dalam Hukum Islam,
posisi isteri adalah setara dengan suami, jadi isteri yang teraniaya boleh
diatur dalam Kompilasi Hukum Islam. Setelah dua saksi ahli dihadirkan
oleh majelis hakim, pada sidang tanggal 29 Mei 2008, saksi ahli yang
bersamanya. Saksi ahli tersebut adalah Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki,
42
Adit, ”Guru Besar Universitas Indonesia Kembali Kuatkan Posisi Halimah,” Genie (5 – 11
43
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
j. Pada sidang tanggal 27 Mei 2008, pihak Bambang menghadirkan dua
Halimah unuk mengajukan sita harta bersama baru dapat dipakai oleh
dan mengatakan bahwa yang harus dilakukan Halimah adalah bukan sita
pihak ketiga, dalam hal ini majelis hakim, dengan tujuan menjaga
sebagai salah satu hukum positif. Alasannya adalah karena subjek dari
hanya sebagai acuan saja, dan apabila diterapkan dalam posita (dasar
gugatan), harus ada hukum positifnya. Akan tetapi ketika diminta oleh
44
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
jawaban yang memuaskan. Dan pada saat terjadi argumentasi dengan
k. Perkara sita marital ini masih akan berlangsung, dan seperti apa yang
cukup lama.
C. ANALISIS KASUS
Dalam Perkawinan
tahun Bambang melakukan perselingkuhan dengan Mayangsari, yang hal ini berarti
selama itu pulalah Mayangsari telah menjadi orang ketiga dalam kehidupan rumah
43 )
Adit, ”Tidak Akan Ada Yang Bisa Menolak Permohonan Halimah Kecuali Tuhan,” Genie
(02 – 08 Juni 2008) : 20.
45
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
perkawinan Bambang-Halimah, hingga akhirnya Bambang mengajukan permohonan
talak atas Halimah ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat, pada tanggal 21 Mei 2007 .44
perkawinan dengan Halimah, maka status hubungan mereka secara hukum adalah
Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, untuk dapat berpoligami
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka . 46
seorang suami untuk berpoligami dengan alasan-alasan atau syarat alternatif (artinya
44
Farid R. Iskandar, ”Ancaman Pidana Buat Bambang Tri & Mayangsari,” Cek & Ricek (13 –
19 Juni 2007): 20.
45
Edy, ”Manis dan Pahit di Rumah Simprug,” Cek & Ricek (20 – 26 Juni 2007): 5.
46
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di
Indonesia (Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2004), hal. 34.
46
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
apabila memenuhi salah satu syarat, telah dapat dipergunakan sebagai alasan),
sebagai berikut :
b. isteri mendapat mendapat cacad badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
47
c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan
perkawinan yang sah menurut hukum, akan tetapi dari hal tersebut tampak jelas
seorang anak (terlepas dari apakah benar Bambang merupakan ayah biologisnya).
Bahkan dengan pernikahan siri itu banyak masyarakat yang menganggap mereka
itu sudah merupakan suami isteri karena sudah melakukan perkawinan di bawah
tangan atau pernikahan siri, yang merupakan suatu prosedur perkawinan yang sah
bagi agama Islam bila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Sebagian orang
beranggapan bahwa walau perkawinan di bawah tangan atau pernikahan siri itu tidak
Islam. Akan tetapi sebenarnya bila kita melihat hal mendasar atau paling hakiki dari
perkawinan, pernikahan siri Bambang – Mayangsari sudah tentu tidak dapat kita
47
Ibid
47
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
katakan sebagai ’suatu ikatan yang suci’, karena dilatarbelakangi oleh
perselingkuhan.
pernikahan sirinya dengan Mayangsari, kita dapat melihat bahwa pernikahan siri
tersebut telah digunakan Bambang sebagai jalan untuk dapat hidup bersama atau
Mayangsari seakan-akan terlegalisasi, hal ini terlihat pula dari banyaknya masyarakat
kepada dilahirkannya anak hasil hubungan tersebut, begitu pula dengan hubungan
antara Bambang dengan Mayangsari. Dari hubungan itu telah lahir seorang anak
walaupun Bambang telah menikah siri dengan Mayangsari, status hukum anak yang
48
Edy, op. cit.
48
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
dilahirkan dari hubungan Bambang-Mayangsari, yaitu Khirani adalah anak zinah
Berdasarkan Pasal 283 KUH Perdata, anak zinah sekali-kali tak boleh diakui.
Oleh karena itu berdasarkan ketentuan ini, Bambang tidak dapat melakukan
sehari-hari harus teliti dan berhati-hati dalam melihat/mempelajari status klien yang
datang kepadanya. Pasal 16 ayat 1 huruf (d) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004,
anak terhadap Khirani dan menghadap seorang Notaris untuk membuat Akta
Pengakuan Anak, maka Notaris tersebut harus dengan tegas menolaknya, karena
menurut hukum hal itu tidak dibenarkan, oleh karenanya tidak dapat dilaksanakan.
Anak zina, tetaplah anak zina, dan kepadanya tidak dibolehkan dilakukan pengakuan
anak.
membuat Akta Pengakuan Anak yang lahir dari hubungan yang tidak lain adalah
pernikahan siri yang tidak dicatatkan adalah bukan suatu perkawinan yang sah, dan
49
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Begitu pula dengan pegawai catatan sipil yang mencatatkan akta-akta
pengakuan anak, mereka harus teliti dan bertanggung jawab dalam mencatatkan akta-
dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah, dan
dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan
tidak dapat dibenarkan oleh Undang-undang No.1 Tahun 1974. Dengan demikian
sudah tentu pernikahan siri tersebut termasuk dalam batasan merupakan suatu
Tahun 1974, oleh karenanya berdasarkan Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam, terhadap
Hakim telah dinyatakan salah karena berzinah, sekali-kali tak diperbolehkan kawin
50
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
4. Permohonan Cerai Yang Diajukan Oleh Suami Yang Mempunyai
Pasal 19 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang mengatur
satu alasan perceraian. Alasan zinah yang dimaksudkan disini adalah dalam hal
Bila kita melihat kasus permohonan cerai Bambang atas isterinya Halimah,
ketentuan Pasal 19 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yang
menyebutkan perbuatan zinah sebagai salah satu alasan perceraian, menjadi terbalik
isterinya, Halimah, kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat, karena Halimah tidak
mau dipoligami.49 Permohonan cerai itu diajukan Bambang dengan alasan rumah
perdamaian. 50
Yang menjadi masalah adalah bahwa keinginan bercerai itu tidak sama-sama
dikehendaki oleh pasangannya, yaitu Halimah isterinya. Dalam kasus posisi terlihat
bahwa Halimah begitu ingin mempertahankan keutuhan rumah tangganya yang telah
49
Zidan, Hapipi, Rizka, Dini, Endang, Ferro, Evan, Galih, Diana, op. cit.
50
gur/bis/bin/ind/hari/sl/guh, op. cit.
51
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
ia bina selama 26 (dua puluh) enam tahun,51 walaupun selama bertahun-tahun ia
Keinginan agar rumah tangganya tetap dipertahankan, bukan hanya ada pada
Halimah tapi juga dengan anak-anaknya, mereka tidak ingin orang tuanya bercerai
bahkan Gendis putri mereka, pada salah satu kesempatan sidang, sempat menangis-
nangis memohon kepada Majelis Hakim untuk tidak memisahkan orang tua
mereka .52
perceraian dimana salah satu alasannya adalah salah satu pihak berbuat zina ,
Halimah dapat saja mengajukan permohonan cerai karena suaminya Bambang, telah
melakukan zinah, akan tetapi hal ini tidak dilakukannya. Ini merupakan gambaran
Dengan sampai sejauh ini memilih jalur perdata sebagai usaha untuk
menyelesaikan masalah orang ketiga dalam perkawinannya ini, dengan secara baik-
51
Farid R. Iskandar, ”Halimah Ingin Bambang Kembali,” Cek & Ricek (20 – 26 Juni 2007) : 3.
52
bis/guh, op. cit.
53
Herman , Dini , op.cit.
54
Sahdan Nurdin, Fitriawan, op.cit.
52
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
baik. Sebenarnya Halimah bisa saja mengadukan secara pidana perzinaan yang
dilakukan Bambang dengan Mayangsari. Akan tetapi hal ini akan membawa
Bambang suaminyapun, akan terkena sanksi pidana pula atau dengan perkataan lain
itu sama saja dengan memenjarakan Bambang. Begitu pula dengan usaha
penggelapan harta bersama berdasarkan Pasal 372 KUH Pidana, tapi sejauh ini hal
Atas perselingkuhan yang dilakukan oleh suami, banyak isteri yang terpaksa
tangganya serta demi kepentingan anak-anak. Tetapi ironisnya, Bambang yang telah
talak atas isterinya Halimah, ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat karena Halimah
tidak mau dipoligami. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa
permohonan talak tersebut malah dikabulkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
hangat di berbagai media cetak maupun media elektronik, dan sering dibicarakan
53
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
pendapatnya oleh media cetak maupun media elektronik mengenai hubungan
media cetak maupun elektronik, serta hal tersebut sudah menjadi bahan pembicaraan
fakta notoir, yaitu merupakan hal-hal atau keadaan-keadaan yang telah diketahui oleh
khalayak ramai. Dan sepertinya sangat mustahil bila majelis hakim tidak mengetahui
fakta adanya orang ketiga ini dalam kehidupan rumah tangga Bambang-Halimah.
Semestinya, dengan fakta notoir ini, hakim lebih cermat serta sensitif dalam melihat
keterangan yang menggambarkan adanya orang ketiga itu, dan hal ini tidak pernah
dalam memberikan keputusannya, apalagi hal ini didukung oleh fakta notoir tersebut.
Dari apa yang diuraikan dalam kasus posisi di atas, penulis berpendapat
atas isterinya, majelis hakim tidak melakukan prosedur sesuai dengan apa yang
55
Zidan, Hapipi, Rizka, Dini, Endang, Ferro, Evan, Galih, Diana, op. cit.
56
Ibid.
54
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
diinstruksikan oleh Mahkamah Agung, berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 3 Tahun 1981, tertanggal 6 Juli 1981, yang pada intinya menyatakan agar
dalam memeriksa dan memutus gugatan cerai dengan alasan Pasal 19 huruf f
ii. Tidak diselidiki siapa penyebab dari pada perselisihan tersebut sedangkan hal
iii. Tidak didengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami
isteri tersebut sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 22 ayat (2) PP Np. 9 Tahun
1975;
diajukan dengan berdasar pada alasan perceraian sebagaimana diatur oleh Pasal 19
huruf (f), PP No. 9 Tahun 1975, yaitu perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus.
55
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Ketika menjawab pertanyaan mengapa masalah orang ketiga, dalam hal ini
alasan utama Bambang menggugat cerai Halimah adalah bukan karena orang ketiga,
alasan utama Bambang menggugat cerai adalah karena rumah tangga mereka sudah
tidak harmonis.57 Penulis berpendapat, sudah tentu siapapun yang berselingkuh tidak
hubungan dengan orang ketiga. Dari jawaban hakim tersebut penulis menilai bahwa
majelis hakim hanya melihat alasan utama yang dicantumkan pemohon cerai saja.
Hal ini berarti, majelis hakim tidak menerapkan/melaksanakan butir 1, Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1981 tersebut yaitu tidak berusaha melihat
kebenaran dan motif yang menjadi latar belakang permohonan cerai Bambang. Dari
keadaan Bambang yang saat ini masih berselingkuh dengan Mayangsari bahkan
selain sampai membuahkan seorang anak, sudah lama mereka hidup bersama
layaknya suami isteri, seharusnya dapat membuat majelis hakim melihat bahwa
Bambang dapat saja mempunyai motif tertentu dalam mengajukan gugatan cerai.
dari pihak Halimah dengan jelas menyatakan hal tersebut, bahwa penyebab dari
57
bis/guh, op. cit.
58
Navy, op. cit.
56
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
memperlihatkan bahwa majelis hakim tidak menerapkan/melaksanakan butir 2, Surat
Edaran Mahkamah Agung tersebut, yaitu bahwa hakim tidak menyelidiki siapa
penyebab daripada perselisihan tersebut, sedangkan hal ini sangat menentukan bagi
Hal ini berarti bahwa bila Bambang merupakan penyebab dari percekcokan-
seharusnya tidak dapat mengajukan permohonan cerai dengan berdasar pada Pasal 19
huruf f, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu karena antara suami dan
isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran, dan tidak ada harapan akan
kesaksian-kesaksian para saksi dari pihak Halimah, termasuk kesaksian Gendis, putri
tertua Halimah dengan Bambang, tidak menjadi pertimbangan majelis hakim dalam
1981, bahwa hakim harus mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat
59
Ibid.
57
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Jangankan, menerapkan/melaksanakan butir ke 4, Surat Edaran Mahkamah
kekurangan-kekurangan dari butir 1, 2, dan 3. Butir 1, 2, dan 3 pun sama sekali tidak
Jakarta Pusat yang mengabulkan permohonan cerai Bambang, akan terasa sebagai
suatu keputusan yang jauh dari rasa keadilan bagi Halimah yang ingin
3 Tahun 1981 ini oleh Pengadilan Agama Jakarta Pusat, lembaga perkawinan
menjadi tidak terlindungi oleh adanya SEMA No. 3 Tahun 1981 ini. Yang
sebenarnya SEMA No. 3 Tahun 1981 ini dimaksudkan untuk melindungi perkawinan
permohonan cerai Bambang, yakni karena Bambang seorang intelektual, dan juga
berpendapat hal ini membuktikan bahwa ketentuan yang mengatakan bahwa setiap
60
Navy, op. cit.
58
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
untuk kasus ini. Status Bambang yang merupakan anak mantan presiden dan
Bambang dinilai majelis hakim sebagai orang yang seakan-akan selalu benar
dalam bertindak, karena sebagai seorang anak mantan presiden serta merupakan
menurut anggapan majelis hakim berarti sudah dipikirkan oleh pemikiran matang
seorang Bambang, yang adalah seorang intelektual dan merupakan seorang anak
untuk selalu setia, Pengadilan Agama sebagai salah satu lembaga penegak hukum
lembaga perkawinan dari ancaman kehancuran yang diakibatkan oleh adanya orang
ketiga.
memahami hubungan emosional antara anak dengan orang tua, akan tetapi yang
61
menjalani rumah tangga adalah pemohon dan termohon’ , penulis berpendapat
61
Ibid.
59
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
memelihara dan mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya, sebagaimana bunyi
Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Perkawinan. Pemeliharaan yang baik atas anak-
anak yang dilahirkan dalam perkawinan, merupakan tanggung jawab Bambang dan
Halimah sebagai orang tua. Dipelihara dan dididik dalam suatu keluarga yang utuh
tentunya akan lebih baik daripada dipelihara dan dididik dalam keluarga yang
anakpun seharusnya juga menjadi pertimbangan hakim. Orang tua tidak boleh begitu
saja mengajukan perceraian, mereka harus bertanggung jawab atas anak-anak yang
telah mereka lahirkan, mereka harus memikirkan dampak buruk perceraian terhadap
anak-anaknya.
dikatakan oleh Lelyana, pengacara Halimah, bahwa hal ini akan menjadi preseden
buruk dunia peradilan Indonesia dan majelis hakim hanya bertindak sebagai
isteri yang tidak bersedia dipoligami, maka suami akan dengan mudah mengambil
melindungi lembaga perkawinan dari adanya orang ketiga, tetapi perlindungan ini
hanya sebatas pada permohonan cerai saja. Pada kenyataan tanpa diakhiri
62
Zidan, Hapipi, Rizka, Dini, Endang, Ferro, Evan, Galih, Diana, loc.cit., hal.20.
60
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Oleh karena itu penulis berpendapat, mengingat begitu banyaknya orang
lembaga perkawinan merupakan sesuatu yang tinggi tingkat urgensinya. Hal ini juga
pertama kali dibentuk pribadinya. Bila dibentuk dalam rumah tangga yang kerap
diwarnai perselisihan dan pertengkaran, tentu hal ini akan menghasilkan pribadi-
Permohonan sita harta bersama atau sita marital yang diajukan Halimah atas
harta bersamanya, merupakan kasus yang baru pertama kali terjadi di dunia peradilan
di Indonesia. Bila dalam praktek biasanya sita marital ditujukan untuk pembagian
harta bersama sehubungan dengan kasus perceraian, dalam hal ini permohonan sita
Dengan berdasar diantaranya Pasal 186 KUH Perdata dan Pasal 95 Kompilasi
Agama Jakarta Pusat, dengan alasan keborosan yang dilakukan suaminya, Bambang,
Walaupun kasus ini baru pertama kali diajukan, akan tetapi bila melihat dasar
hukumnya yang merupakan suatu hukum positif yaitu telah diatur berdasarkan Pasal
63
Adit op. cit.
64
Sahdan Nurdin, Fitriawan, op. cit.
61
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
24, PP No. 9 Tahun 1975, Pasal 186 KUH Perdata, dan Pasal 95 Kompilasi Hukum
Islam, permohonan ini tentunya tidak boleh ditolak Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
Apalagi hal tersebut didukung oleh pendapat ahli (dalam praktek pengadilan
disebut saksi ahli) yakni M. Yahya Harahap yang dalam sidang tanggal 15 April
Kompilasi Hukum Islam), seperti telah diuraikan dalam Bab II di atas. Pendapat ahli
yang lain yang juga hadir pada sidang tanggal 15 April 2008 tersebut, yaitu KH.
Nazri Adlani dengan jabatan Ketua MUI Pusat, juga mengatakan bahwa dari segi
Hukum Islam, permohonan sita marital yang diajukan Halimah dapat dibenarkan,
karena dalam Hukum Islam, posisi isteri adalah setara dengan suami, jadi isteri yang
Alasan keborosan yang menjadi dasar permohonan sita marital yang diajukan
Halimah ini, adalah karena Halimah melihat perilaku Bambang yang cenderung
memboroskan uang secara berlebihan untuk diberikan kepada orang yang tidak
yang ikut meningkat pula. Kekayaan itu meliputi diantaranya mobil-mobil mewah,
65
Adit, ”Guru Besar Universitas Indonesia Kembali Kuatkan Posisi Halimah,” Genie, (5 –
11 Mei 2008) : 22
62
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
rumah, stasiun radio, show room mobil, tanah, dan lain sebagainya. Hingga dengan
dilatarbelakangi oleh kecemasan Halimah atas fakta bahwa Bambang telah memiliki
dilakukan Bambang, memang sudah terlihat. Sejak dinikahi siri oleh Bambang, hidup
67
Mayangsari menjadi bergelimang harta . Oleh karena itu, untuk menyelamatkan
dilakukan oleh suaminya, Bambang. Hakim anggota perkara sita marital yang adalah
juga juru bicara Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Drs. Nuheri, S.H., mengatakan
bahwa sepanjang daftar harta bersama yang diajukan bisa dibuktikan merupakan
harta bersama pemohon, maka sita marital dapat dilakukan. Daftar harta bersama itu
harus didukung oleh alat-alat bukti yang kuat, seperti misalnya kalau tanah berupa
66
Sahdan Nurdin, Fitriawan, op. cit.
67
Adit, Ali, Muthia, op. cit.
63
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
sertipikat, mobil berupa BPKB, rekening di bank berupa buku tabungan atau
dokumen-dokumen lainnya.68
Sesuai dengan apa yang dikatakan M. Yahya Harahap, Pasal 195 ayat (6)
HIR maupun Pasal 823 d Rv, memberi hak kepada pihak ketiga untuk mengajukan
69
perlawanan (derden verzet) atas sita harta bersama/sita marital. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sita marital dapat dilakukan terhadap harta
Halimah turut mencantumkan harta-harta Mayangsari yang diduga berasal dari harta
Mayangsari yang diduga berasal dari harta bersama, tentunya hal ini akan merupakan
akan terlalu sulit bagi Halimah untuk membuktikan bahwa harta tersebut adalah harta
keluarganya, yang diduga berasal dari harta bersama Bambang-Halimah, yang bukti
68
Budi Kusnendar, op. cit.
69
Harahap, op.cit., hal.379.
70
Farid R. Iskandar, “Memburu Harta Mayangsari,” Cek & Ricek (13-19February 2008):3.
64
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Agama Jakarta Pusat dapat dengan begitu saja meletakkan sita atas harta-harta
Mayangsari tersebut ?
bahwa salah satu bagian penting dalam sistem hukum pembuktian perdata adalah
kesewenangan terhadap pihak yang dibebani, dan memberi keuntungan gratis kepada
pihak yang lain. Untuk menghindari kesalahan beban pembuktian yang tidak
penerapannya .72
hanya harus dilakukan oleh hakim, tetapi juga oleh jaksa, polisi, pejabat pemerintah,
hukum”. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa dalam menghadapi permohonan
sita marital yang baru pertama kali terjadi di dunia peradilan di Indonesia ini,
71
Harahap, op.cit., Hal.496.
72
Ibid., hal.518.
65
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Seperti yang apa yang dikatakan selanjutnya oleh Dr.Lintong O. Siahaan,
berharap dalam menyelesaikan perkara sita marital ini, Pengadilan Agama Jakarta
Pusat dapat menerapkan sistem peradilan yang baik, karena keputusannya nanti akan
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Dr. Lintong O. Siahaan, S.H., M.H.,
bahwa kreatifitas hakim serta peran pejabat pemerintah lainnya sangat dibutuhkan
dalam menyelesaikan perkara sita marital yang baru pertama kali terjadi di dunia
bahwa lembaga Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan atau biasa
ini, agar berdasarkan informasi serta analisanya dapat diketahui apakah ada harta
bersama yang dialihkan kepada orang ketiga yang tidak berhak. Sehingga dengan
demikian dapat diketahui apakah terhadap aset-aset orang ketiga yang turut
diletakkan sita . Hal ini diharapkan akan membawa manfaat bagi penegakan hukum
keselamatan harta bersama, yang terancam oleh adanya orang ketiga dalam
perkawinan.
Dalam kasus ini informasi kemana saja aliran dana harta bersama Bambang-
Halimah merupakan sesuatu hal yang tidak mudah, akan tetapi sangat dibutuhkan.
66
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Alangkah baiknya untuk kasus ini pengadilan dapat menghadirkan lembaga Pusat
Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sebagai saksi ahli, agar dapat
diketahui apakah benar aset-aset Mayangsari yang dicantumkan dalam daftar harta
pidana, dengan adanya kasus sita marital yang baru pertama kalinya ini, penulis
berharap demi penegakkan hukum serta keadilan bagi para Halimah, PPATK dapat
membantu Pengadilan Agama Jakarta Pusat menyelesaikan perkara sita marital ini.
yang mencerminkan rasa keadilan, yang putusannya nanti dapat dijadikan pedoman
bagi permohonan-permohonan sita marital lain yang diajukan karena adanya orang
berkenaan dengan tanah dan bangunan, penulis berpendapat bahwa dalam pengadilan
sebaiknya dihadirkan saksi ahli dari Badan Pertanahan Nasional atau BPN.
67
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Dalam kasus ini, Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975,
yaitu perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus, dapat dijadikan alasan
cerai oleh suami yang mempunyai hubungan dengan orang ketiga, walaupun
68
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
dengan orang ketiga. Akan tetapi dengan tidak diterapkannya ketentuan-
ketentuan SEMA tersebut oleh hakim, akan membuat suami/isteri yang ingin
karena hakim semata-mata akan melihat hanya kepada alasan perceraian yang
alasan Pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975, sehingga akhirnya hakim
3. Sita harta bersama/sita marital dapat dilaksanakan terhadap harta bersama yang
telah dialihkan kepada orang ketiga atau berada dalam penguasaan orang
ketiga, sepanjang dapat dibuktikan bahwa harta tersebut adalah merupakan atau
SARAN
SEMA tersebut menjadi wajib diikuti oleh hakim dalam memeriksa setiap
69
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975, yaitu perselisihan
seperti misalnya kasus permohonan sita marital ini. Paling tidak PPATK dapat
berdasarkan analisanya, berkenaan dengan aliran dana Harta Bersama. Hal ini
marital, yaitu untuk mempermudah mengetahui kemana saja aliran dana harta
diketahui terhadap harta-harta mana saja yang layak diletakkan sita. Dengan
begitu, lembaga sita marital ini akan dapat benar-benar berfungsi secara efektif,
perkawinan.
70
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
71
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
_______________________. Hukum Perkawinan Menurut KUHPerdata 1. Depok,
2006
72
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Indonesia, Undang-undang Tentang Perkawinan, Nomor 1 Tahun 1974, UU No. 1
tahun 1974 LN No. 1 tahun 1974, TLN No. 3019.
III. Makalah
IV. Artikel
A. Majalah
73
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
Budiarto, Ali. ”Alasan Perceraian Perkawinan.” Varia Peradilan (Februari 1990) :
52.
B. Harian
C. Mingguan
Adit. ”Hakim Perlu Bantuan Saksi,” Genie (24 – 30 Maret 2008) : 23.
Adit. ”Guru Besar Universitas Indonesia Kembali Kuatkan Posisi Halimah,” Genie
(5 – 11 Mei 2008) : 22.
Adit. ”Tidak Akan Ada Yang Bisa Menolak Permohonan Halimah Kecuali Tuhan,”
Genie (2 – 8 Juni 2008) : 20.
Adit, Ali, Muthia. ”Mayangsari Terancam Jatuh Miskin,” Genie (21 – 27 April 2008)
: 20.
Edy. ”Manis dan Pahit di Rumah Simprug,” Cek & Ricek (20 – 26 Juni 2007) : 5.
Herman, Dini. ”Halimah Akhirnya Naik Banding,” Genie (04 – 10 Pebruari 2008) :
3.
Iskandar, Farid R. ”Ancaman Pidana Buat Bambang Tri & Mayangsari,” Cek &
Ricek (13-19 Juni 2007) : 3.
74
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008
_______________________. ”Halimah Hadapi Perlawanan Sengit,” Cek & Ricek
(23 – 29 April 2008) : 3.
Kahfi. ”Bambang Minta Buktikan Rumah Simprug dan Pravda,” Cek & Ricek (05 –
11 Maret 2008) : 6.
Kusnendar, Budi. ”Halimah Tak Mau Dimadu,” Cek & Ricek (20 – 26 Juni 2007) : 3.
Navy. ”Rumah Tangga Bambang – Halimah Sudah Rapuh,” Genie (21 – 27 Januari
2008) : 22.
Nurdin,Sahdan, Fitriawan. ”Evita Peron from Purwokerto,” Cek & Ricek (31 Oktober
– 06 November 2007) : 3.
75
Perselisihan dan pertengkaran, lydia D. Soebrata, FH UI, 2008