Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KEMALARAJA
KECAMATAN BATURAJA TIMUR
Jalan Dr. Setia Budi Baturaja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
Telepon Nomor (0735) 320223 Faximile (0735) 324463 KodePos 32115

MAKALAH

“HIPERTENSI”

Oleh : Nurma, SKM

NIP : 1966101219888022001

UPTD PUSKESMAS KEMALARAJA


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

saya dapat menyelesaikan makalah “Hipertensi”.

    Makalah ini merupakan sebagian tugas yang telah diberikan sebagai salah satu

syarat untuk kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. Makalah ini saya susun untuk

memperluas dan menambah wawasan para pembaca khususnya tenaga medis. Untuk

menunjang pemahaman, saya kutip dan lampirkan beberapa sumber dari jurnal dan buku.

Dalam pembuatan makalah ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya mengharapkan kepada semua pembaca

agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.

  

Baturaja, 24 November 2021

Nurma, SKM

II
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Definisi Hipertensi...................................................................................................4
2.2 Patofisiologi Hipertensi............................................................................................4
2.3 Klasifikasi Hipertensi...............................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik Hipertensi...................................................................................7
2.5 Komplikasi Hipertensi..............................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Hipertensi....................................................................................10
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

III
IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah kesehatan global dan telah diakui sebagai

kontributor utama terhadap beban penyakit kardiovaskular. Hipertensi merupakan

peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.

(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau

tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang perlu

diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan

beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini

yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan

tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah

dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara.

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia

diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir

90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014).

Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan satu

milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di

negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi

tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi.

Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian sekitar 8 juta orang setiap

tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan 1/3 populasinya

menderita hipertensi (Kemenkes, 2017).


1
Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4%

berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di

Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi

penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari

pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan

mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda tahun 2018 juga

mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi

terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira sekitar

44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah di

Indonesia (Kemenkes, 2019).

Tingginya kasus hipertensi diatas dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai

pentingnya pola hidup sehat. Selain mendapatkan pengobatan secara medis,

penderita hipertensi juga memerlukan pendampingan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan dengan cara merubah life style seperti gaya makan, gaya hidup terutama

dalam mengelola stress sehingga perlu pemberdayaan masyarakat terutama

penderita didampingi keluarga tentang cara perawatan hipertensi. Pemantauan

tekanan darah oleh keluarga membantu penderita hipertensi meningkatkan kualitas

hidupnya sehingga mengurangi biaya perawatan dan komplikasi yang berbahaya

(Maryati & Praningsih, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi dari Hipertensi?

2. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?

2
3. Apa saja Klasifikasi Hipertensi?

4. Apa saja Manifestasi Klinik Hipertensi?

5. Apa saja Komplikasi Hipertensi?

6. Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Definisi dari Hipertensi

2. Mengetahui Patofisiologi Hipertensi

3. Mengetahui Klasifikasi Hipertensi

4. Mengetahui Manifestasi Klinik Hipertensi

5. Mengetahui Komplikasi Hipertensi

6. Mengetahui Penatalaksanaan Hipertensi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur

paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami

hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam

Ardiansyah M., 2012).

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah

sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita

penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,

dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

2.2 Patofisiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara

penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada

hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal

maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab

timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,

merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh

darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme,

penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).

4
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan

dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf

simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin

sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk

melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.

Mekanisme hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja

mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme ini antara

lain :

a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin

Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi

pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh

medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin dan epineprin yang

berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah untuk

vasokonstriksi. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Smeltzer & Bare,

2008).

b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin

Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi

substrat renin untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi

angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan tekanan darah

dapat terjadi selama hormon ini masih menetap didalam darah (Guyton, 2012).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia

(Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan


5
relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri

besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer (Smeltzer & Bare, 2008).

2.3 Klasifikasi Hipertensi

1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016), klasifikasi

hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis

No Kategori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).

2) Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)

klasifikasi hipertensi adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg

dan diastolik 91-94 mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

6
2.4 Manifestasi Klinik Hipertensi

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita

mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah

tidak mantap.

b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena

peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah

akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.

f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan

aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda

klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran

tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di

daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan

oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda

maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah

satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang

tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami

sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak

(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

2.5 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang terjadi bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk mengontrol bisa

merusak berbagai organ vital tubuh yaitu, otak, jantung, ginjal,mata, kaki.

7
1. Otak

Secara patologi anatomi dalam otak kecil akan dijumpai adanya odema,

perdarahan kecil-kecil sampai infark kacil dan nekrosis fibrinoid arteriod.

Hipertensi yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan penyumbatan atau

terputusnya pembuluh darah pada pada otak. Tekanan darah tinggi secara

signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke. Faktanya, tekanan

darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk stroke. Ditaksir bahwa 70%

dari semua stroke terjadi pada orang-orang yang menderita tekanan.

2. Jantung

Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur

sebagai akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan darah secara

efisien ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat akhirnya merusak jantung

dan menghambat kerja jantung, kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini

terjadi jika arteri koronaria menyempit, kemudian darah menggumpal. Kondisi

ini berakibat pada bagian otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria

mati.

3. Ginjal

Hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa memperlemah dan mempersempit

pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini bisa menghambat ginjal untuk

berfungsi secara normal.

4. Mata

Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang terjadi adalah

penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi

tersebut bisa menyebabkan hilangnya penglihatan.


8
5. Kaki

Pembuluh darah di kaki juga bisa rusak akibat dari hipertensi yang tak

terkontrol. Dampaknya, darah yang menuju kaki menjadi kurang dan

menimbulkan berbagai keluhan.

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1) Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada

hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut

berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan

meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak

pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang

dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi

hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum

tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark.

3) Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler

glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla

ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya

glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita

hipertensi kronik.

4) Ensefalopati
9
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang

mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh

kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro

disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.6 Penatalaksanaan Hipertensi

1) Terapi Non Farmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat

penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan

nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan

rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi

berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan

meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah

kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5

kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg

(Dalimartha, 2008).

2) Mengurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah

garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr

garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan

2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan

darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5

mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½

10
sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).

3) Batasi konsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1

gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga

membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam

penurunan tekanan darah (Dalimartha, 2008).

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan

setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan

potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium

(>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah

dan sayur.

5) Menghindari merokok

Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi

seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah

tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung

bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan

meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalimartha,

2008).

6) Penurunan stress

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan

dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat

mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi

(Dalimartha, 2008.

11
7) Aromaterapi (relaksasi)

Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang

menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan

kenyamanan emosional, setelah aromaterapi digunakan akan membantu

kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh

darah, aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan

darah(Dalimartha, 2008).

8) Terapi masase (pijat)

Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam

tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya,

saat semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh

tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat diminimalisir(Dalimartha,

2008).

2) Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan

penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh

sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat

aktifitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa

jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan

pernafasan seperti asma bronkial.

12
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II

dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,

pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis

penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi

penempelan zat angiotensin II pada reseptor.

7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung

(kontraktilitas) akan terhambat.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global dan telah diakui sebagai

kontributor utama terhadap beban penyakit kardiovaskular. Hipertensi merupakan

peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Price (dalam Nurarif A.H.,

& Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit

lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan

darah, makin besar resikonya.

Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara.

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia

diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir

90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014).

Tingginya kasus hipertensi diatas dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai

pentingnya pola hidup sehat. Selain mendapatkan pengobatan secara medis,

penderita hipertensi juga memerlukan pendampingan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan dengan cara merubah life style seperti gaya makan, gaya hidup terutama

dalam mengelola stress sehingga perlu pemberdayaan masyarakat terutama

penderita didampingi keluarga tentang cara perawatan hipertensi. Modifikasi gaya

hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah

tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita

hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara

memodifikasi faktor resiko.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :


Diva Perss

Buss, J, S & Labus, D. 2013. Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah
Edisi 2. Jakarta : EGC.

Dalimartha, S. 2008. Care Yourself Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.

Guyton, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC

Kemenkes. RI. 2014. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), 1–7.


https://doi.org/10.1177/10901981740020040.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Maryati, H., & Praningsih, S. 2019. Efektifitas Pendampingan Keluarga Dalam


Perawatan Diri Terhadap Kestabilan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
10, 53–66.

Noorhidayah, S. A. 2016. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi


Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Salamrejo. Jurnal
Ilmu Kesehatan.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction.

15
Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.

Smeltzer & Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth/ editor, Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa,
Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.

Triyanto, E. 2014. Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu.

16

Anda mungkin juga menyukai