1 Referensi
1 Referensi
Disusun Oleh :
Drs. I Wayan Suarsa, M.Si
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
2016
2
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya Karya Tulis yang berjudul Spektra Rotasi dan Vibrasi ini dapat terselesaikan.
Karya Tulis ini merupakan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya di
Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangannya, maka saran
dan kritik membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Harapan penulis, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………… ii
DAFTAR ISI …….………………………………………………… .. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………..……………………………………. 2
1.4 Manfaat …...……………………………………………….. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Eksperimen ………………………………………... 3
2.2 Intensitas Garis Spektra ……………………………………. 12
2.3 Lebar Garis ………………………………………………… 16
2.4 Spektra Rotasi ……………………………………………... 20
2.5 Spektrum Vibrasi ………………………………………….. 22
2.6 Spektra Vibrasi Rotasi …………………………………….. 26
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 28
4
BAB I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui spektra vibrasi dan rotasi dan
bagaimana intensitas garis spektra serta vibrasi molekul poliatomik.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana perubahan yang
bersamaan itu mempengaruhi kemunculan spektra vibrasi dan rotasi.
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
sampel, unsur pendispersi dan detektor. Sifat khas pada setiap komponen bergantung
pada daerah spektrum elektromagnet. Kebanyakan spektrometer juga mempunyai
monokromator.
kisi difraksi. Kisi difraksi terdiri atas lempengan kaca atau keramik yang
dibuat beraturan dengan jarak 1000 nm (sebanding dengan panjang gelombang
sinar tampak) dan dilapisi dengan aluminium. Kisi difraksi menyebabkan
interferensi antara gelombang dipantulkan dari permukaannya. Interferensi
konstruktif terjadi pada sudut tertentu, tergantung pada frekuensi radiasi yang
digunakan. Dengan pengeratan (pembentukan alur sesuai dengan prosesnya),
maka intensitas pola interferensi dapat diperkuat.
2.1.4 Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah radiasi datang menjadi arus
listrik untuk memperoses atau mengeluarkan sinyal yang tepat. Berbeda
dengan jenis detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra
9
merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energy foton infra merah
juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah keecil sehingga dalam
pengukurannya harus diperkuat.Detektor gelombang mikro merupakan dioda
kristal yang terdiri dari ujung tungsten yang bersentuhan dengan
semikonduktor seperti germanium, silikon dan galium arsenida.Syarat-syarat
ideal sebuah detektor yaitu :
Memilik kepekaan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
2.1.5 Sampel
Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel
berbentuk gas digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi
40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya
cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel.
Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai
panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm yang biasanya dibuat dari lapisan
10
tipis (film) diantara dua keping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra
merah. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium
fluoride (CaF2), dan kalsium iodide (CaI2).
Dapat juga dibuat larutan yang kemudian dimasukkan ke dalam sel
larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan. Sampel dilarutkan ke
dalam pelarut organic dengan konsentrasi 1 – 5%. Pelarut organic yang biasa
digunakanadalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide (CS2) dan
kloroform (CHCl3).
Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi
kurang dari 1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal
KBr (0,1 – 2,0 % berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan
(sekitar 8 ton) sampai diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat
dengan mencampur sampel dan setets bahan pasta sehingga merata kemudian
dilapiskan antara dua keeping NaCl yang transparan terhadap radiasi infra
merah. Bahan pasta yang biasa digunakan adalah paraffin cair. Lapis tipis
dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada
permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai menguap.
dari garis eksitasi. Pita ini merupakan pergerakan simetrik atom karbon
dengan arah radial seperti gerakan kembang kempis pernafasan. Hal yang
penting mengenai modus ini adalah fakta bahwa frekuensi RBM hanya
tergantung pada diamater nanotube dan tidak dipengaruhi oleh kiralitasnya.
Frekuensi RBM berbanding terbalik dengan diameter nanotube (d) dengan
persamaan:
e. ωRBM = A /d + B
dimana A dan B adalah konstanta yang nilainya tergantung pada efek
lingkungan seperti padakan nanotube berada dalam bentuk tunggal,
terbungkus surfaktan, pada permukaan substat atau dalam bentuk
bundel.Persamaan di atas biasanya valid hanya kalau diameter nanotube
berkisar antara 1-2 nm.
sumber dengan temperatur (T), maka pdinyatakan oleh distribusi Plank yang
dinyatakan dalam frekuensi, yaitu :
8𝜋ℎ𝑣 3 2
p= x 𝑒 ℎ 𝑣/𝐾𝑇 −1 ............................................................ (4)
𝑐3
Dari dasar yang sangat umum, dapat diketahui bahwa populasi kedua kedaan
tersebut dinyatakan oleh distribusi Boltzman, yaitu :
𝑁′
= 𝑒 ℎ𝑣/𝐾𝑇 hv = E’ – E
𝑁
𝐴 1
=𝐵 𝐵′
𝑒 ℎ 𝑣/𝐾𝑇 −
𝐵
Jadi, koefisien absorpsi dan emisi terstimulasi itu sama dan kepentingan relatif
emisi spontan bertambah sebagai pangkat tiga dari frekuensi transisi.
Pertambahnyang kuat dari kepentingan relatif emisi spontan dengan
bertambahnya frekuensi merupakan kesimpulan yang sangat penting. Kesamaan B
dan B’ menunjukkan bahwa jika dua keadaan mempunyai populasi yang sama,
maka laju emisi terstimulasi tepat sama dengan laju absorpsi terstimulasi,
sehingga dengan demikian tidak ada absorpsi neto.
= N (1 - 𝑒 −ℎ𝑣/𝐾𝑇 )
Oleh karena itu, intensitas absorpsi neto sebanding dengan populasi
keadaan bawah N dan sebanding juga dengan selisih populasi antar keadaan
atas dan bawah. Jai, dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa intensitas
18
relatif dua garis yang sesui dengan transisi yng berasal dari dua keadaan
berbeda, sebagian harus dengan populasi relatif kedua keadaan awalnya.
Karena keadaan tereksitasi elektronik molekul pertama biasanya dalam orde
104 cm-1 diatas keadaan dasarnya, maka keadaan tersebut tidak ada
populasinya dalam temperatur kamar.
Energi dari keadaan tereksitasi dapat hilang dalam berbagai cara. Proses
kehilangan relatif merupakan proses ketika molekul membuang energi
eksitasinya sebagai foton. Ketentuan yang lebih umum adalah kehilangan
bukan-relatif, saat kelebihan energi dipindahkan ke dalam vibrasi, rotasi dan
translasi molekul disekitarnya. Degradasi termal ini mengubah energi eksitasi
menjadi gerakan termal lingkungan (menjadi panas). Molekul yang tereksitasi
juga dapat ikut serta dalam reaksi kimia.
Jadi, jika momen transisi tersebut bukan nol, maka transisi tersebut
berkontribusi pada spektrum. Untuk mengenali aturan seleksi, harus dicipakan
kondisi dengan 𝜇𝑛 ≠ 0. Aturan seleksi kasar menetukan ciri umum yang harus
dimiliki molekul jika molekul tersebut akan mempunyai spektrum tertentu.
Untuk transisi rotasi, momen transisi adalah nol kecuali jika molekul tersebut
mempunyai dipol listrik permanen, jadi molekul tersebut harus pilar.
19
Momen transisi adalah titik nol dalam transisi vibrasi, kecuali jika momen
dipol listrik berubah selama vibrasi tersebut. Dasar Wasik pada aturan ini
adalah molekul dapat menyebabkan medan elektromagnetik berosilasi, jika
selam vibrasi dipolnya berubah. Beberapa vibrasi tidak mempengaruhi momen
dipol molekul sehingga vibrasi ini tidak mengabsorpsi atau menghasilkan
radiasi vibrasi seperti ini yang disebut tak aktif inframerah.
Gambar 6. Empat posisi galaksi dilihat dari bumi. (a) Galaksi menghadap ke muka, (b) Posisi
antara, (c) Galaksi menghadap samping, (d) Posisi tidak jelas. Garis spektrum Galaksi yang
Berputar adalah contoh pelebaran Doppler yang teramati pada galaksi yang posisinya tidak
jelas (Gambar d)
Tidak semua awan mengembang, mengerut atau memiliki gerakan aneh,
namun garis spektral yang terbentuk dalam gas pada suhu tertentu (T), akan
selalu mengalami minimalnya pelebaran garis termal karena ingsutan Doppler
dari partikel dalam distribusi kecepatan Maxwell.
Gambar 7. Distribusi kecepatan Maxwell untuk atom hidrogen netral pada suhu 100 Kelvin
dan kepadatan total 1 per cm kubik. Ordinat menunjukkan jumlah partikel dalam selang
21
Gambar 8. Lubang-Lamb
Tidak ada keadaan tereksitasi yang mempunyai waktu hidup yang tak
terhingga. Oleh karena itu, semua keadaan mengalami beberapa pelebaran
waktu hidup dan semakin pendek waktu hidup keadaan yang berkaitan dengan
sebuah transisi, maka semakin lebar garis spektranya.
23
2.4.2 Spektra IR
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa
organik atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm. Dalam kimia organik, fungsi
utama dari spektrometri inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur moelkul,
khususnya gugus fungsional seperti OH, C = O, C = C. daerah yang paling
berguna untuk mengenal struktur suatu senyawa adalah pada daerah 1-25 μm atau
10.000 – 400 cm-1 . Dalam praktek satuan yang lebih umum dipakai adalah
satuan frekuensi (cm-1 ) dan bukan saatuan panjang gelombang. Serapan setiap
tipe ikatan (N - H, C - H , O - H, C - X, C = O, C - O, C – C, C = C, C = N, dan
sebagainya) hanya diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari daerah
vibrasi infra merah. Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk
menentukan setiap tipe ikatan. Dalam rangka memperoleh informasi struktur
senyawa organik yang dianalisis, kita harus terbiasa dengan frekuensi atau
panjang gelombang dimana berbagai gugus fungsional menyerap. Sebagai contoh,
setiap serapan dalam kisaran 3000 + 150 cm hampir selalu disebabkan adanya
ikatan C=O (gugus karbonil).
Radiasi dalam daerah inframerah jauh (panjang gelombang yang panjang)
dan gelombang mikro dari pektrum elektromagnetik mengeksitasi keadaan
25
rotasional molekul. Dari spektra absorpsi fase-gas dalam daerah ini, momen
inersia dapat dihitung (karena massa atomnya diketahui) dan panjang ikatan dan
sudut ikatan dapat ditentukan. Spektra untuk molekul nonlinear jauh lebih rumit,
tetapi penafsirannya telah membuat kimiwan bisa menentukan geometri molekul
untuk banyak molekul poliatomik kecil dengan akurasi yang tinggi.
suatu ikatan C – H yang bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus menyerap
radiasi infra merah pada frekuensi tersebut (9,0 x 1013 Hz, 3000 cm–1 ) untuk pindah
ke tingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi
dapat dideteksi oleh spektrofotometer infrared, yang memplot jumlah radiasi infra
merah yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang
gelombang) radiasi. Plot tersebut adalah spektrum infra merah yang memberikan
informasi penting tentang gugus fungsional suatu molekul.
Vibrasi Molekul Penyerapan radiasi inframerah menyebabkan perubahan
energi (ΔE) dan dinyatakan sebagai : ΔE = h υ, dengan tingkat-tingkat vibrasi
ditunjukkan pada Gambar 11.
sepanjang sumbu ikatan antara dua atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah
atau berkurang. Vibrasi stretching meliputi stretching simetris dan stretching
asimetris. Gambar 12. memperlihatkan hal ini.
Semakin banyak besar tetapan gaya, semakin besar frekuensi vibrasi dan
makin besar jarak, energi diantara tingkat-tingkat kuantum vibrasi. Tetapan gaya
untuk ikatan tunggal atau rangkap- dua, dan rangkap tiga masing-masing 5x105 ,
10x105 , dan 15x105 dyne cm-1.
Molekul poliatomik bisa memiliki tiga momen inersia yang berbeda, yang
berhubungan dengan rotasi pada tiga sumbu. Mekanika kuantum menunjukkan bahwa
gerak rotasional adalah terkuantisasi dan hanya tingkat energy rotasional disket
tertentu yang terizinkan. Dalam suatu molekul linear, contohnya energi rotasional
hanya dapat bernilai :
h2
E rotasi J = 𝐽 𝐽+1 𝐽 = 0,1,2, …
8𝜋 2 𝐼
Dengan J iyalah bilangan kuantum rotasional. Selisih energi rotasional yang
khas berkisar dari 0,001 sampai 1 kJ mol-1.
Untuk dua partikel yang terhubungkan dengan pegas, yang bisa digunakan
untuk memodelkan vibrasi pada molekul diatom (H2, N2, O2, HCl), frekuensi vibrasi
adalah
Untuk molekul, nilai k ditentukan oleh kekuatan ikatan kimia antar atomatom.
29
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Spektrum serap rotasi-vibrasi terjadi di daerah infra merah. Spektrum ini
dihasilkan oleh transisi vibrasi ke tingkat yang lebih tinggi disertai dengan transisi
rotasi, bisa naik, bisa turun. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi yang
turun, disebut "cabang P" dari spektrum. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi
rotasi naik, disebut "cabang R" dari spektrum. Untuk kasus-kasus tertentu, akan
muncul cabang Q dimana vibrasi naik tetapi tidak terjadi perubahan energi rotasi.
(Baca buku untuk melihat kapan muncul cabang Q). Pada rotasi murni, dapat terjadi
efek sentrifugal, dimana panjang ikatan bertambah saat energi rotasi meningkat,
sehingga diperlukan suku tambahan pada suku rotasi atau energi rotasi untuk
mengoreksi efek ini, Pada spectrum rotasi-vibrasi, dapat terjadi efek serupa, yang
sehingga nilai B dapat berbeda pada tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi (Bv).
Nilai B1 lebih kecil dari B0, dst.
31
DAFTAR PUSTAKA
Martoprawiro, Muhamad A. 2015. Struktur dan Ikatan Kimia. Buku Online, diakses
pada tanggal 17 Desember 2015.