Anda di halaman 1dari 31

1

SPEKTRA ROTASI DAN VIBRASI

Disusun Oleh :
Drs. I Wayan Suarsa, M.Si

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
2016
2

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya Karya Tulis yang berjudul Spektra Rotasi dan Vibrasi ini dapat terselesaikan.
Karya Tulis ini merupakan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya di
Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangannya, maka saran
dan kritik membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Harapan penulis, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 22 Desmber 2016

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………… ii
DAFTAR ISI …….………………………………………………… .. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………..……………………………………. 2
1.4 Manfaat …...……………………………………………….. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Eksperimen ………………………………………... 3
2.2 Intensitas Garis Spektra ……………………………………. 12
2.3 Lebar Garis ………………………………………………… 16
2.4 Spektra Rotasi ……………………………………………... 20
2.5 Spektrum Vibrasi ………………………………………….. 22
2.6 Spektra Vibrasi Rotasi …………………………………….. 26
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 28
4

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Spektrum serap rotasi-vibrasi terjadi di daerah infra merah. Spektrum ini
dihasilkan oleh transisi vibrasi ke tingkat yang lebih tinggi disertai dengan transisi rotasi,
bisa naik, bisa turun. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi yang turun,
disebut "cabang P" dari spektrum. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi
naik, disebut "cabang R" dari spektrum. Untuk kasus-kasus tertentu, akan muncul cabang
Q dimana vibrasi naik tetapi tidak terjadi perubahan energi rotasi. Pada rotasi murni, dapat
terjadi efek sentrifugal, dimana panjang ikatan bertambah saat energi rotasi meningkat,
sehingga diperlukan suku tambahan pada suku rotasi atau energi rotasi untuk mengoreksi
efek ini, Pada spectrum rotasi-vibrasi, dapat terjadi efek serupa, yang sehingga nilai B
dapat berbeda pada tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi (Bv). Nilai B1 lebih kecil dari
B0, dst.
Asal-usul spektra dalam spektroskopi molekul adalah emisi atau absorpsi sebuah
foton, ketika energi molekul berubah. Perbedaannya dengan spektroskopi atom adalah
energi molekul dapat berubah tidak hanya sebagai hasil transisi elektronik, tetapi juga
karena transisi antara keadaan vibrasi dan rotasinya. Karena itu, spektra molekul lebih
rumit daripada spektra atom. Spektra molekul juga mengandung informasi yang
berhubungan dengan banyak sifat. Analisisnya menghasilkan nilai tentang kekuatan,
panjang, dan sudut ikatan. Spektra molekul juga menyediakan cara untuk mengukur
berbagai sifat molekul khususnya momen dipole listrik.
Spektra rotasi murni (spektra dengan hanya keadaan rotasi molekul yang berubah)
dapat diamati, tetapi spektra vibrasi yang bersamaan. Demikian pula, spektra elektronik
menunjukkan cirri-ciri yang timbul dari transisi vibrasi dan rotasi yang terjadi bersama.
Cara termudah untuk menghadapi kerumitan ini adalah dengan membahas setiap jenis
transisi secara bergantian, dan kemudian melihat bagaimana perubahan yang bersamaan
itu mempengaruhi kemunculan spektrum itu. Oleh karena itu, makalah ini mengkaji
tentang spektra rotasi dan vibrasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1) Bagaimana teknik eksperimen dalam spektroskopi?
5

2) Bagaimana intensitas garis spektra?


3) Bagaimana lebar garis?
4) Bagaimana spektra rotasi?
5) Bagaimana vibrasi molekul poliatomik?
6) Bagaimana spektra vibrasi rotasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui spektra vibrasi dan rotasi dan
bagaimana intensitas garis spektra serta vibrasi molekul poliatomik.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana perubahan yang
bersamaan itu mempengaruhi kemunculan spektra vibrasi dan rotasi.
6

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Teknik Eksperimen


Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang
diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Asal-usul spektra dalam
spektroskopi molekul adalah emisi atau absorbsi sebuah foton ketika energi
molekulnya berubah. Perbedaan antara spektroskopi atom dengan spektroskopi
molekul adalah energi molekul dapat berubah tidak hanya sebagai hasil transisi
elektronik, tetapi juga karena transisi antara keadaan vibrasi dan rotasinya. Oleh
karena itu, spektra molekul lebih rumit dibandingkan dengan spektra atom. Spektra
molekul mengandung informasi yang berhubungan dengan banyak sifat dan
analisisnya menghasilkan nilai tentang kekuatan, panjan serta sudut ikatan. Spektra
molekul juga menyediakan cara untuk mengukur berbagai sifat molekul khususnya
momen dipol listrik.
Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber
eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Dalam spektroskopi emisi,
molekul mengalami transisi dari keadaan energi tinggi (E1) ke keadaan yang energinya
lebih rendah (E2) serta memancarkan kelebihan energinya sebagai foton. Dalam
spektroskopi absorpsi, absorpsi neto dari sinar datang yang hampir monokromatis,
dimonitor saat sinar tersebut dilewatkan pada suatu jarak frekuensi. Energi (hv) dari
foton yang dipancarkan atau diabsorpsi dan karenanya frekuensi (v) dari radiasi yang
dipancarkan, dinyatakan dengan kondisi frekuensi Bohr yang sama seperti yang
dijumpai untuk atom, yaitu :
Hv = E1 – E2 ....................................................................................... (1)
Hubungan ini sering dinyatakan dalam panjang gelombang vakum (A) biasanya dalam
nanometer, yaitu :
𝑐
λ=𝑣 ............................................................................................. (2a)

atau bilangan gelombang vakum (v)


𝑣
𝑣=𝑐 ............................................................................................... (2b)

Dalam prakteknya, spektroskopi emisi biasanya digunakan untuk spektroskopi


optik dan ultraungu. Semua spektroskopi absorpsi terdiri dari sumber radiasi, sel
7

sampel, unsur pendispersi dan detektor. Sifat khas pada setiap komponen bergantung
pada daerah spektrum elektromagnet. Kebanyakan spektrometer juga mempunyai
monokromator.

2.1.1 Sumber Radiasi


Sumber radiasi menghasilkan radiasi monokromatis-frekuensi tunggal.
Salah satu sumber radiasi adalah kilstron, yaitu alat elektronik yang digunakan
untuk menghasilkan gelombang mikro.Radiasi infra merah dihasilkan dari
pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik sampai suhu antara 1500 dan
2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah Nernst Glower, Globar,
dan kawat nikrom.
Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkom (Zr) dan Yitrium
(Y) yaitu berupa senyawa ZrO2 dan Y2O3 atau campuran oksida thorium (Th)
dan Cerium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder dilapisi platina untuk
melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum pada
panjang gelombang 1,4 mm atau bilangan gelombang 7100 cm-1.
Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) dengan ukuran diameter
sekitar 5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang
gelombang 1,8 – 2,0 mm atau pada bilangan gelombang 5500 – 5000 cm-1.
Kawat Nikrom merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kaawat
nikhrom berbentuk spiral dan mempunyai identitas radiasi yang lebih rendah
dari Nernst Glower dan Globar tetapi mempunyai umur yang lebih panjang.

2.1.2 Unsur Pensupersi dan Spektroskopi Fourier


Spektrometer mengandung komponen untuk memisahkan frekuensi
radiasi, sehingga variasi absorpsi dengan frekuensi dapat dimonitor. Dalam
spektrometer konvensial, komponennya merupakan unsur pendispersi yang
memisahkan berbagai frekuensi kedalam arah yang berbeda-beda.
Unsur pendispersi yang paling sederhana adalah prisma kaca atau kuarsa
yang menggunakan variasi indeks refraksi dengan frekuensi sinar datang.
Radiasi frekuensi tinggi biasanya menghasilkan indeks refraksi lebih tinggi
daripada radiasi frekuensi rendah, jadi radiasi frekuensi tinggi mengalami
pembelokan lebih besar ketika melewati prisma. Permasalahan pada absorpsi
oleh prisma dapat dihindari dengan menggantikan prismanya menggunakan
8

kisi difraksi. Kisi difraksi terdiri atas lempengan kaca atau keramik yang
dibuat beraturan dengan jarak 1000 nm (sebanding dengan panjang gelombang
sinar tampak) dan dilapisi dengan aluminium. Kisi difraksi menyebabkan
interferensi antara gelombang dipantulkan dari permukaannya. Interferensi
konstruktif terjadi pada sudut tertentu, tergantung pada frekuensi radiasi yang
digunakan. Dengan pengeratan (pembentukan alur sesuai dengan prosesnya),
maka intensitas pola interferensi dapat diperkuat.

2.1.3 Teknik Transformasi Fourier


Spektrometer modern, khususnya spektrometer yang beroperasi dalam
inframerah selalu menggunakan teknik transformasi Fourier tentang deteksi
dan analisa spektra. Inti spektrometer transformasi Fourier adalah
interferometer Michelson, yaitu alat untuk menganalisa adanya frekuensi
dalam sinyal gabungan.
Interferometer Michelson bekerja dengan memecahkan berkas dari sampel
menjadi dua dan memasukkan selisih jalan (p) kedalam salah satu berkas. Jika
kedua komponen digabungkan kembali, terdapat perbedaan atau destraktif
yang tergantung pada selisih jalan tersebut. Sinyal yang terdeteksi akan
berisolasi saat kedua komponen secara bergantian masuk dan keluar fase saat
selisih jalan berubah, dan jika radiasi mempunyai bilangan gelombang (v),
maka sinyal terdeteksi bervariasi terhadap selisih jalan (p), dengan persamaan:
I(p) = I(𝑣) cos 2𝜋𝑣 p
Jadi, interferometer mengubah komponen tertentu dalam sinyal menjadi
berbagai intensitas radiasi yang mencapai detektor. Sinyal yang sebenarnya,
terdiri atas radiasi yang menjangkau sejumlah bilangan gelombang yang luas
dan intensitas total pada detektor merupakan jumlah semua intensitas yang
berisolasi, yaitu :
𝑥
I(p) = 𝑛
𝐼(𝑣) cos 2𝜋𝑣 p d𝑣

2.1.4 Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah radiasi datang menjadi arus
listrik untuk memperoses atau mengeluarkan sinyal yang tepat. Berbeda
dengan jenis detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra
9

merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energy foton infra merah
juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah keecil sehingga dalam
pengukurannya harus diperkuat.Detektor gelombang mikro merupakan dioda
kristal yang terdiri dari ujung tungsten yang bersentuhan dengan
semikonduktor seperti germanium, silikon dan galium arsenida.Syarat-syarat
ideal sebuah detektor yaitu :
 Memilik kepekaan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor


yang paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah adalah
thermocouple. Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai
impedans tinggi.Detektor thermocouple terdiri dari dua kawat halus yang
terbuat dari logam seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan
bismuth (Bi). Energi radiasi infra merah akan menyebabkan terjadinya
pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini sebanding dengan
perbedaan gaya gerak listrik yang dihasilkan dari kedua kawat.
Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari
kawat platina atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi
perubahan tahanan pada bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang.
Signal yang tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau
direkam.

2.1.5 Sampel
Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel
berbentuk gas digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi
40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya
cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel.
Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai
panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm yang biasanya dibuat dari lapisan
10

tipis (film) diantara dua keping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra
merah. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium
fluoride (CaF2), dan kalsium iodide (CaI2).
Dapat juga dibuat larutan yang kemudian dimasukkan ke dalam sel
larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan. Sampel dilarutkan ke
dalam pelarut organic dengan konsentrasi 1 – 5%. Pelarut organic yang biasa
digunakanadalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide (CS2) dan
kloroform (CHCl3).
Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi
kurang dari 1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal
KBr (0,1 – 2,0 % berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan
(sekitar 8 ton) sampai diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat
dengan mencampur sampel dan setets bahan pasta sehingga merata kemudian
dilapiskan antara dua keeping NaCl yang transparan terhadap radiasi infra
merah. Bahan pasta yang biasa digunakan adalah paraffin cair. Lapis tipis
dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada
permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai menguap.

2.1.6 Spektroskopi Raman


Sama seperti teknik spektroskopi lainnya, prinsip spektroskopi Raman
adalah adanya interaksi antara cahaya dan materi. Kalau spektroskopi uv-vis
menggunakan berkas cahaya ultraviolet dan cahaya tampak sebagai sumber
energi untuk mengeksitasi atom/molekul, spektroskopi raman menggunakan
berkas cahaya monokromatis berupa laser. Spektroskopi Raman didasarkan
atas hamburan tak elastik dari laser yang melewati sampel. Hamburan tak
elastik mengandung pengertian bahwa frekuensi laser akan bergeser setelah
berinteraksi dengan sampel. Pergeseran itu bisa lebih tinggi atau lebih rendah
dari frekuensi awalnya. Pergeseran frekuensi ini menghasilkan informasi
mengenai vibrasi, rotasi atau transisi frekuensi rendah lain di dalam molekul.
Spektroskopi Raman ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
terhadap komponen dengan kadar yang sangat kecil. Di samping itu
spektroskopi Raman juga ditujukan untuk elusidasi struktur yang jarang
dipakai untuk analisis kuantitatif.Jangkauan sampel yang dapat dianalisis
11

adalah organik, anorganik dan biologi. Beberapa keunggulan spektroskopi


Raman dibandingkan spektrofotometri IR adalah :
 Adanya pelarut air tidak akan mengganggu terhadap hamburan Raman
 Dapat dipakai aat-alat gelas dan leburan silika tanpa ada pengaruh pada
spektrum Raman
 Dapat dipakai sumber radiasi laser yang jauh lebih baik dibanding
sumber radiasi lainnya
Dalam spektroskopi Raman, tingkat energi molekul diselidiki dengan
meneliti frekuensi yang ada dalam radiasi yang dihamburkan oleh molekul.
Menurut temuan Raman tampak gejala pada molekul dengan struktur tertentu
apabila dikenakan radiasi infra merah dekat atau radiasi sinar tampak, akan
memberikan sebagian kecil hamburan yang tidak sama dengan radiasi semula.
Hamburan yang berbeda dengan radiasi semula (sumber radiasi) tersebut
berbeda dalam hal panjang gelombang, frekuensi serta intensitasnya dikenal
sebagai hamburan Raman. Hamburan Raman tersebut memberikan garis
Raman dengan intensitas tidak lebih dari 0,001% dari garis spektra sumber
radiasinya. Adapun gambar dari alat spektroskopi Raman yaitu :

Gambar 1. Alat Spektroskopi Raman


Hamburan Raman didapat dengan jalan meradiasi sampel dengan radiasi
sinar tampak yang monokromatis dan mempunyai intensitas yang kuat.
Ada dua macam garis-garis hamburan Raman yang seolah-olah merupakan
pergeseran terhadap posisi garis hamburan Rayleigh. Kedua garis hamburan
Raman tersebut sangat berbeda intensitas, panjang gelombang dan
frekuensinya.Kebanyakan sinar yang dihamburkan memiliki frekuensi yang
sama dengan frekuensi awal laser. Hamburan ini dinamakan hamburan
Rayleigh atau hamburan elastik karena frekuensinya tidak mengalami
12

perubahan. Hamburan jenis ini tidak berguna untuk identifikasi


molekul.Pergeseran ini disebabkan adanya interaksi antara berkas sinar dengan
tingkat energi vibrasi molekul (Gambar 2).

Gambar 2. Interaksi laser dengan molekul sampel menghasilkan tiga tipe


hamburan
Hamburan Raman yang sinambung akan menghasilkan spektrum Raman.
Untuk menggambarkan spektrum Raman serta posisinya terhadap hamburan
Rayleigh diambil contoh radiasi terhadap CCl4 (karbon tetraklorida).Radiasi
sinar tampak monokromatis terhadap CCl4 akan menghasilkan tiga macam
hamburan dengan spektrum yang berbeda karena adanya perbedaan
eksitasi. Sinyal hamburan Raman (Stokes dan anti-Stokes) itu sangat lemah
dan susah dideteksi karena berhimpitan dengan hamburan Rayleigh yang
dominan. Karena itu dibutuhkan teknik instrumentasi yang baik agar dapat
mendeteksi hamburan Raman.Spektrometer Raman umumnya terdiri dari
empat komponen utama, yaitu sumber laser, sampel, pemilih panjang
gelombang (filter) dan detektor.
 Cara membaca spektra Raman
Tiap-tiap pita pada spektra Raman berhubungan dengan frekuensi vibrasi
ikatan di dalam molekul. Kasus yang paling sederhana adalah berlian yang
hanya tersusun atas ikatan C-C tetrahedral pada struktur kristalnya. Semua
ikatan tertrahedralnya mempunyai kekuatan dan orientasi yang sama. Oleh
karena itu spektra Raman berlian sangat sederhana, yaitu hanya berupa pita
tunggal.
13

Gambar 3. Komponen-komponen penyusun spektrometer Raman

Gambar 4. Spektra Raman berlian, kristal silikon dan kristal germanium


Kristal silikon dan kristal germanium juga menghasilkan pita tunggal karena
keduanya juga mempunyai ikatan tetrahedral. Namun karena berat atom
silikon dan germanium lebih besar daripada berlian, maka frekuensi vibrasinya
lebih rendah.

 Karakterisasi nanotube karbon dengan Spektroskopi Raman


Karbon nanotube tersusun atas atom-atom karbon heksagonal yang
menggulung membentuk tabung silinder dengan dinding tunggal ataupun
ganda. Sifat dari nanotube karbon dapat bervariasi tergantung pada diameter
dan kiralitasnya. Distribusi diameter, kiralitas dan kemurnian nanotube karbon
dapat dengan mudah diidentifikasi dengan spektriskopi Raman.
14

Gambar 5. Spektrum Raman HiPco SWNT dengan panjang gelombang


laser λexc = 633 nm
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari spektra Raman. Sinyal
Raman yang teramati pada spektra Raman adalah radial breathing mode
(RBM), pita disorder (D), pita graphite (G) dan pita order kedua dari variasi
pita-D.Adapunketerangandarimasing-masingpita :
a. Pita G adalah modus geser tangensial atom karbon yang sesuai dengan
modus peregangan pada bidang grafit. Dalam grafit sederhana, mode
tunggal diamati pada 1580 cm-1. Dalam CNT, mode ini berubah menjadi
dua mode, yaitu G+ dan G-. Pita G+ yang mempunyai frekuensi lebih
tinggi tidak dipengaruhi oleh diameter nanotube. Sedangkan pita G-
menjadi lebih lemah untuk diameter CNT yang lebih kecil. Walaupun pita
G ini dapat digunakan untuk memprediksi diameter nanotube, namun
kurang akurat dibandingkan dengan RBM.
b. Pita D adalah fonon longitunal optical (LO) dan diketahui sebagai modus
tak teratur atau modus cacat karena cacat diperlukan untuk
menghamburkan secara elastis agar kekekalan momentum terpenuhi.
Adanya puncak D yang dominan dibandingkan dengan puncak G biasanya
mengindikasikan adanya karbon amorf di dalam sampel.
c. Frekuensi pita G` berada di antara 2500 dan 2900 cm-1. Ini merupakan
proses order kedua dari fonon LO batas dua zona. Pita G` merupakan sifat
intrinsik nanotube dan graft dan akan selalu ada bahkan pada nanotube
bebas cacat dimana pita D sama sekali tidak teramati.
d. Pita RBM merupakan konfirmasi adanya nanotube di dalam sampel karena
pita ini tidak muncul pada grafit. Pita ini terletak pada 75 hingga 300 cm-1
15

dari garis eksitasi. Pita ini merupakan pergerakan simetrik atom karbon
dengan arah radial seperti gerakan kembang kempis pernafasan. Hal yang
penting mengenai modus ini adalah fakta bahwa frekuensi RBM hanya
tergantung pada diamater nanotube dan tidak dipengaruhi oleh kiralitasnya.
Frekuensi RBM berbanding terbalik dengan diameter nanotube (d) dengan
persamaan:
e. ωRBM = A /d + B
dimana A dan B adalah konstanta yang nilainya tergantung pada efek
lingkungan seperti padakan nanotube berada dalam bentuk tunggal,
terbungkus surfaktan, pada permukaan substat atau dalam bentuk
bundel.Persamaan di atas biasanya valid hanya kalau diameter nanotube
berkisar antara 1-2 nm.

Gambar 6. modus vibrasi pita RBM dan pita G

2.2 Intensitas Garis Spektra


Intensitas garis spektra bergantung pada jumlah molekul dalam berbagai keadaan
dan kuatnya aksi antara transisi individual dengan medan elektromegnetik serta
dihasilkan atau diabsorpsinya foton.

2.2.1 Peluang Transisi Einstein


Einstein membahas tentang laju transisi antara dua tingkat dengan adanya
medan elektromagnet dan menuliskan laju transisi (w) dari keadaan bawah ke atas
, yaitu :
w = Bp ........................................................................................ (3)
B adalah koefisien absorpsi terstimulasi Einstein dan p adalah rapatan energi
radiasi pada frekuensi transisi. Jika molekul dikenai radiasi benda hitam dari
16

sumber dengan temperatur (T), maka pdinyatakan oleh distribusi Plank yang
dinyatakan dalam frekuensi, yaitu :
8𝜋ℎ𝑣 3 2
p= x 𝑒 ℎ 𝑣/𝐾𝑇 −1 ............................................................ (4)
𝑐3

Koefisien B hanya bergantung pada fungsi gelombang dari keadaan yang


berkaitan dengan transisi tersebut. B dianggap sebagai parameter empiris yang
memberi ciri transisi tersebut. Laju absorpso total (w) yaitu jumlah molekul yang
mengalami eksitasi, yaitu :
W= Nw ................................................................................ (5)
Einstein beranggapan bahwa radiasi juga dapat menginduksi molekul dalam
keadaan atas untuk bertransisi ke keadaan bawah dan karenanya menghasilkan
foton dengan frekuensi (v). Jadi, Einstein menuliskan laju emisi terstimulasi,
sebagai berikut :
w’ = B’p .............................................................................. (6)
B’ adalah koefisien emisi terstimulasi Einstein. Walaupun demikian, Enstein
menyadari bahwa hal ini bukan satu-satunya jalan dari keadaan tereksitasi untuk
menghasilkan radiasi dan kembali ke keadaan bawah. jika ini jalan satu-satunya,
maka laju kembali total adalah N’w’, dan pada keseimbangan termal, ketika laju
absorps sama dengan laju emisi, maka dapat dituliskan sebagai berikut :
NBp = N’B’p
Yang tersusun ulang menjadi :
𝑁′ 𝐵
= 𝐵′
𝑁

Dari dasar yang sangat umum, dapat diketahui bahwa populasi kedua kedaan
tersebut dinyatakan oleh distribusi Boltzman, yaitu :
𝑁′
= 𝑒 ℎ𝑣/𝐾𝑇 hv = E’ – E
𝑁

Jadi, perbandingan populasi bergantung pada temperatur, bukan pada


perbandingan koefisien Einstein. Untuk mengatasi hal yang tidak konsisten ini,
Einstein berpendapat bahwa keadaan atas dapat membuang energinya dengan
emisi spontan pada laju yang tidaka bergantung pada intensitas radiasiyang sudah
ada. Oleh karena itu, Einstein menuliskan laju transisi total ke keadaan bawah,
yaitu :
w’ = A + Bp ................................................................ (7)
A merupakan koefisien emisi spontan Einstein. Laju keseluruhan emisi yaitu :
NBp = N’(A+ B’p) ................................................................... (8)
17

Pada keseimbangan termal, laju emisi dan absorpsi sama, sehinnga :


NBp = N’(A+ B’p)
Karena intensitas radiasi tidak lagi saling menghilangkan dan bergantung pada
temperatur, maka perbandingan populasi menjadi konsisten dengan distribusi
Boltzman, maka rumus terakhir menjadi :
𝑁′𝐴 𝐴 1
p = 𝑁𝐵−𝑁′𝐵′ = 𝐵 𝑁 𝐵 ′
𝑁′𝐵

𝐴 1
=𝐵 𝐵′
𝑒 ℎ 𝑣/𝐾𝑇 −
𝐵

Dari semua persamaan, maka dapat disimpulkan bahwa :


B’ = B ..................................................................................... (9a)
8𝜋ℎ𝑣 3
A= xB ........................................................................ (9b)
𝑐3

Jadi, koefisien absorpsi dan emisi terstimulasi itu sama dan kepentingan relatif
emisi spontan bertambah sebagai pangkat tiga dari frekuensi transisi.
Pertambahnyang kuat dari kepentingan relatif emisi spontan dengan
bertambahnya frekuensi merupakan kesimpulan yang sangat penting. Kesamaan B
dan B’ menunjukkan bahwa jika dua keadaan mempunyai populasi yang sama,
maka laju emisi terstimulasi tepat sama dengan laju absorpsi terstimulasi,
sehingga dengan demikian tidak ada absorpsi neto.

2.2.2 Populasi Keadaan


Pada frekuensi rendah, seperti frekuensi dalam transisi vibrasi dan rotasi,
emiso spontan dapat diabaikan dan intensitas transisi dibahas berkenaan
dengan koefisien emisi dan absorpsi terstimulasi. Laju absorpsi neto
dinyatakan dengan :
Wnet = NBp = N’B’p = (N – N’)Bp
Yang sebanding dengan selisih populasi antar kedua keadaan transisi. Jika
sampel berada dalam keseimbangan trmal, maka pada temperatur (T), dapat
digunakan distribusi Boltzman untuk menuliskan selisih populasi sebagai :
𝑁′
N – N’ = N (1 – 𝑁 )

= N (1 - 𝑒 −ℎ𝑣/𝐾𝑇 )
Oleh karena itu, intensitas absorpsi neto sebanding dengan populasi
keadaan bawah N dan sebanding juga dengan selisih populasi antar keadaan
atas dan bawah. Jai, dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa intensitas
18

relatif dua garis yang sesui dengan transisi yng berasal dari dua keadaan
berbeda, sebagian harus dengan populasi relatif kedua keadaan awalnya.
Karena keadaan tereksitasi elektronik molekul pertama biasanya dalam orde
104 cm-1 diatas keadaan dasarnya, maka keadaan tersebut tidak ada
populasinya dalam temperatur kamar.
Energi dari keadaan tereksitasi dapat hilang dalam berbagai cara. Proses
kehilangan relatif merupakan proses ketika molekul membuang energi
eksitasinya sebagai foton. Ketentuan yang lebih umum adalah kehilangan
bukan-relatif, saat kelebihan energi dipindahkan ke dalam vibrasi, rotasi dan
translasi molekul disekitarnya. Degradasi termal ini mengubah energi eksitasi
menjadi gerakan termal lingkungan (menjadi panas). Molekul yang tereksitasi
juga dapat ikut serta dalam reaksi kimia.

2.2.3 Aturan Seleksi dan Momen Transisi


Aturan seleksi juga berlaku pada spektra molekul dan bentuknya
tergantung pada jenis transisinya. Gagasan Wasik yang terfikirkan adalah agar
molekul dapat berinteraksi dengan medan elektromagnetik dan mengabsorpsi
atau menghasilkan foton dengan frekuensi (v), maka molekul tersebut harus
mempunyai sebuah dipol yang berosilasi pada frekuensi tersebut. Untuk
spektra emmisi dan absorpsi, dipol sementara tersebut dinyatakan secara
mekanika kuantum dalam momen dipol transisi. Untuk transisi keadaan
dengan fungsi gelombang (𝜑𝑖) dan (𝜑𝑓) yang dinyatakan sebagai :
𝜇𝑓𝑖 = -e 𝜑 ∗ 𝑟 𝜑𝑖 d𝜏 ........................................................ (10a)
Dengan r adalah lokasi elektron. Koefisien absorpsi dan emisi terstimulasi,
maka intensitas transisinya sebandinga dengan kaudrat momen dipol transisi,
analisanya menghasilkan :
[𝜇 ]2
𝑓𝑖
B = 6∈𝑣ℎ 2
............................................................ (10b)

Jadi, jika momen transisi tersebut bukan nol, maka transisi tersebut
berkontribusi pada spektrum. Untuk mengenali aturan seleksi, harus dicipakan
kondisi dengan 𝜇𝑛 ≠ 0. Aturan seleksi kasar menetukan ciri umum yang harus
dimiliki molekul jika molekul tersebut akan mempunyai spektrum tertentu.
Untuk transisi rotasi, momen transisi adalah nol kecuali jika molekul tersebut
mempunyai dipol listrik permanen, jadi molekul tersebut harus pilar.
19

Momen transisi adalah titik nol dalam transisi vibrasi, kecuali jika momen
dipol listrik berubah selama vibrasi tersebut. Dasar Wasik pada aturan ini
adalah molekul dapat menyebabkan medan elektromagnetik berosilasi, jika
selam vibrasi dipolnya berubah. Beberapa vibrasi tidak mempengaruhi momen
dipol molekul sehingga vibrasi ini tidak mengabsorpsi atau menghasilkan
radiasi vibrasi seperti ini yang disebut tak aktif inframerah.

2.3 Lebar Garis


2.3.1 Pelebaran Doppler
Salah satu proses pelebaran yang penting dalam sampel gas adalah efek
Doppler dengan radiasi bergeser ke arah frekuensinya ketika sumber
mendekati atau menjauhi pengamat. Pelebaran Doppler adalah akibat dari
gerakan bersama partikel yang memancarkan garis spektrum. Bahkan bila
sebuah awan gas tidak memiliki gerakan maju atau mundur total dari
pengamat, partikel individual di dalam awan masih memeiliki pergerakan, baik
itu termal, turbulen atau mungkin dari gerakan sistematis internal seperti rotasi,
ekspansi atau kontraksi atau gerakan terkait gelombang kejut. Bila tiap partikel
di dalam awan memiliki gerakan yang berbeda, maka beragam komponen
kecepatan radial gerakan ini akan menghasilkan berbagai ingsutan Doppler.
Hasil totalnya adalah superposisi semua garis ingsutan Doppler individual,
yang mewujud pada pelebaran garis. Bila kecepatan garis sama dengan nol,
maka garis yang melebar ini akan berpusat pada frekuensi diamnya. Bila
kecepatan sistem tidak sama dengan nol, maka garis yang melebar ini akan
berpusat pada frekuensi ingsutan Doppler dari garis tersebut untuk kecepatan
sistem yang tersebut. Contohnya ada pada galaksi yang berputar.
20

Gambar 6. Empat posisi galaksi dilihat dari bumi. (a) Galaksi menghadap ke muka, (b) Posisi
antara, (c) Galaksi menghadap samping, (d) Posisi tidak jelas. Garis spektrum Galaksi yang
Berputar adalah contoh pelebaran Doppler yang teramati pada galaksi yang posisinya tidak
jelas (Gambar d)
Tidak semua awan mengembang, mengerut atau memiliki gerakan aneh,
namun garis spektral yang terbentuk dalam gas pada suhu tertentu (T), akan
selalu mengalami minimalnya pelebaran garis termal karena ingsutan Doppler
dari partikel dalam distribusi kecepatan Maxwell.

Gambar 7. Distribusi kecepatan Maxwell untuk atom hidrogen netral pada suhu 100 Kelvin
dan kepadatan total 1 per cm kubik. Ordinat menunjukkan jumlah partikel dalam selang
21

kecepatan dan absis memberikan kecepatannya. Luas daerah dibawah kurvamenunjukkan


kepadatan total.
Perhitungan menunjukkan bahwa jika temperatur (T) dan massa molekul (m),
maka lebar garis pada setengah tinggi adalah :
2𝑣 2𝐾𝑇
𝜕𝑣 = x( - ln 2 )1/2 ................................................. (11a)
𝑐 𝑚

Dalam panjang gelombang :


2𝜆 2𝐾𝑇
𝜕𝜆 = x( - ln 2 )1/2 ............................................. (11b)
𝑐 𝑚

Pelebaran Doppler bertambah dengan bertambahnya temperatur karena


molekul mendapatka jarak kecepatan yang lebih luas. Oleh karena itu, agar
memperoleh spektra dengan ketajaman maksimum, lebih baik menggunakan
sampel dingin.

2.3.2 Spektroskopi Lubang-Lamb


Terdapat pendekatan baru untuk menghilangkan pelebaran Doppler,
dengan ditemukannya laser yang mempunyai kemonokromatisan sangat tinggi
dan teknikfrekuensi-ratio dengan control frekuensi yang sangat tepat. Dengan
cara ini, diperoleh lokasi absorpsi yang tepat, yang disebut spektroskopilubang-
lamb, sesuai dengan nama penemunya.
Jika berkas monokromatis yang kuat dengan frekuensi sedikit, diatas
frekuensi maksimum absorpsi, melalui sampel gas, maka radius ini hanya
diabsorpsi oleh molekul yang menjauh dari sumber dengan kecepatan tertentu.
Jika berkas itu dipantulkan kembali melalui sampel (Gambar 16.12), radiasi
diabsorpsi lagi, tetapi kali ini oleh molekul yang menjauhi cermin dengan
kecepatan tertentu yang sama. Dengan demikian detector mengamati absorpsi
dengan dosis rangkap. Walaupun demikian, jika radiasi dating pada puncak
absorpsi, hanya molekul yang bergerak tegak lurus arah berkas (dan tidak
mempunyai pergeseran Doppler) yang akan mengabsorpsi pada jalur pantulan.
Karena sebagian molekul tereksitas pada lintasan pertama, maka lebih sedikit
molekul yang mengabsorpsi sinar pada lintas yang kedua, sehingga absorpsi yang
diamati kurang kuat. Ini tampak sebagai lubang. Lubang-Lamb, dalam kurva
absorspsi, dan posisinya menunjukkan lokasi frekuensi transisi yang sangat tepat.
22

Gambar 8. Lubang-Lamb

2.3.3 Pelebaran Waktu Hidup


Ketika persamaan Schrodinger terselesaikan untuk sistem yang berubah
dengan waktu, maka tidak mungkin seseorang menetukan tingkat energi secara
tepat. Jika secara rata-rata sebuah sistem bertahan dalam suatu keadaan selama
waktu (𝜏), waktu hidup keadaan tersebut, maka tingkat enerhinya menjadi
kabur sampei orde (𝜕𝐸), dengan persamaan :

𝜕𝐸 = 𝜏 ......................................................... (12a)

Persamaan tersebut mengitkan pada asas ketidakpastian Heisenberg, dan


walaupun hubungannya lemah, pelebaran waktu hidup sering disebut sebagai
pelebaran ketidakpastian yang menyatakan penyebaran energi dalam bilangan
gelombang, dengan 𝜕𝐸 = hc𝜕𝑣dan menggunakan nilai konstanta dasar, yang
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
5,3 𝑐𝑚 −1
𝜕𝑣 = .............................................................. (12b)
𝜏/𝑝𝑠

Tidak ada keadaan tereksitasi yang mempunyai waktu hidup yang tak
terhingga. Oleh karena itu, semua keadaan mengalami beberapa pelebaran
waktu hidup dan semakin pendek waktu hidup keadaan yang berkaitan dengan
sebuah transisi, maka semakin lebar garis spektranya.
23

2.4 Spektra Rotasi


2.4.1 Spektra Rotasi Murni
Parameter molekul penting yang diperlukan adalah momen inersia molekul (I)
disekitar sumbu. Momen inersia didefinisikan sebagai massa setiap atom
dikalikan dengan kuadrat jaraknya dari sumbu rotasi.
I= 𝑚𝑖 𝑥𝑖
Momen inersia tergantung pada masa atom yang ada dan geometri molekul,
sehingga dapat diduga (kemudian melihatnya secara eksplisit) bahwa spektroskopi
rotasi akan memberikan informasi dalam panjang ikatan dan sudut ikatan.
a) Energi rotasi klasik
Menurut mekanika klasik, energi rotasi molekul adalah

dengan I = momen inersia, 𝑚𝑖 𝑟𝑖2 , dan 𝜔 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡. Energi


rotasi molekul dapat diuraikan menjadi 2 atau 3 orientasi rotasi terhadap
sumbu yang saling tegak lurus. Sumbu rotasi dipilih berupa sumbu simetri
atau sumbu yang tegak lurus sumbu simetri tersebut yang jika mungkin
melalui unsur simetri molekul.
b) Rotasi molekul secara kuantum
Menurut teori mekanika kuantum, energi rotasi molekul
terkuantisasi. Energi kinetik rotasi yang dirumuskan sebagai jumlah energi
rotasi terhadap sumbu-sumbu yang berbeda, dituliskan sebagai:

c) Degenerasi Energi Rotasi dan Efek Stark


Degenerasi untuk gerak rotasi adalah jumlah berbagai kemungkinan
keadaan kuantum rotasi (atau cara berotasi) yang menghasilkan energi yang
sama. Gerak rotasi molekul dapat dipandang sebagai gerak terhadap dua
macam sistem koordinat, yaitu koordinat internal molekul (yang sejauh ini
dinyatakan dengan sumbu paralel dan sumbu tegak-lurus, atau sumbu a, b, dan
c), dan koordinat eksternal atau koordinat laboratorium yang tetap.
Untuk molekul simetrik, jumlah degenerasi dari energi rotasi ada
2(2J+1) jika K 6= 0 dan 2J + 1 jika K = 0. Untuk molekul linier, jumlah
24

degerenasi adalah 2J + 1, karena nilai K selalu sama dengan nol. Untuk


molekul sferis, degenerasi terhadap komponen arah Z (terhadap beragam nilai
MJ ) adalah 2J + 1, sedangkan molekul tersebut masih memiliki berbagai
kemungkinan nilai K, walaupun tidak mempengaruhi energi molekul.
Degenerasi dari K adalah juga 2J + 1, sehingga degenerasi total adalah (2J +
1)2.
d) Transisi Energi Rotasi
Pada transisi energi rotasi, yang dalam hal ini dibatasi pada transisi
rotasi murni tanpa disertai transisi vibrasi, terdapat beberapa aturan seleksi
yang menentukan transisi mana yang diizinkan. Menurut aturan seleksi,
transisi mempunyai kebolehjadian besar untuk terjadi, jika ∆𝐽 = ±1, ∆𝑀𝑗 =
0, ±1, 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐾 = 0. Di samping itu, transisi rotasi yang terjadi akibat
penyerapan gelombang microwave atau pemancaran gelombang microwave
hanya dapat terjadi jika molekul tersebut polar.

2.4.2 Spektra IR
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa
organik atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm. Dalam kimia organik, fungsi
utama dari spektrometri inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur moelkul,
khususnya gugus fungsional seperti OH, C = O, C = C. daerah yang paling
berguna untuk mengenal struktur suatu senyawa adalah pada daerah 1-25 μm atau
10.000 – 400 cm-1 . Dalam praktek satuan yang lebih umum dipakai adalah
satuan frekuensi (cm-1 ) dan bukan saatuan panjang gelombang. Serapan setiap
tipe ikatan (N - H, C - H , O - H, C - X, C = O, C - O, C – C, C = C, C = N, dan
sebagainya) hanya diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari daerah
vibrasi infra merah. Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk
menentukan setiap tipe ikatan. Dalam rangka memperoleh informasi struktur
senyawa organik yang dianalisis, kita harus terbiasa dengan frekuensi atau
panjang gelombang dimana berbagai gugus fungsional menyerap. Sebagai contoh,
setiap serapan dalam kisaran 3000 + 150 cm hampir selalu disebabkan adanya
ikatan C=O (gugus karbonil).
Radiasi dalam daerah inframerah jauh (panjang gelombang yang panjang)
dan gelombang mikro dari pektrum elektromagnetik mengeksitasi keadaan
25

rotasional molekul. Dari spektra absorpsi fase-gas dalam daerah ini, momen
inersia dapat dihitung (karena massa atomnya diketahui) dan panjang ikatan dan
sudut ikatan dapat ditentukan. Spektra untuk molekul nonlinear jauh lebih rumit,
tetapi penafsirannya telah membuat kimiwan bisa menentukan geometri molekul
untuk banyak molekul poliatomik kecil dengan akurasi yang tinggi.

2.5 Spektrum Vibrasi


Atom-atom di dalam suatu molekul tidak dapat diam melainkan bervibrasi
(bergetar). Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua
bola yang dihubungkan oleh pegas, dan ditunjukkan dalam Gambar 9.

Gambar 9. Model Ikatan Kimia


Vibrasi molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua atom
atau lebih. Untuk dapat menyerap radiasi infra merah (aktif inframerah), vibrasi suatu
molekul harus menghasilkan perubahan momen dwikutub. Gambar 10.
memperlihatkan vibrasi molekul yang menghasilkan perubahan momen dwikutub.
Molekul hidrogen khlorida mempunyai kerapatan elektron yang tidak sama antar atom
pembentuknya. Kerapatan elektron C1 lebih besar dari H. Jadi HCI mempunyai
momen dwikutub (disebut juga polar). Momen dwikutub di-t.entukan oleh besarnya
perbedaan muatan dan jarak antara dua inti atom.

Gambar 10. Perubahan Momen Dwikutub Molekul Heterointi


Bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-
molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi diantara
tingkat vibrasi (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited state). Contoh
26

suatu ikatan C – H yang bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus menyerap
radiasi infra merah pada frekuensi tersebut (9,0 x 1013 Hz, 3000 cm–1 ) untuk pindah
ke tingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi
dapat dideteksi oleh spektrofotometer infrared, yang memplot jumlah radiasi infra
merah yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang
gelombang) radiasi. Plot tersebut adalah spektrum infra merah yang memberikan
informasi penting tentang gugus fungsional suatu molekul.
Vibrasi Molekul Penyerapan radiasi inframerah menyebabkan perubahan
energi (ΔE) dan dinyatakan sebagai : ΔE = h υ, dengan tingkat-tingkat vibrasi
ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Tingkat-tingkat vibrasi untuk suatu ikatan yang bervibrasi


Dimana h menyatakan tetapan Planck (6,6242 x 10-27 erg det) dan υ
menyatakan tetapan frekuensi dalam Hertz (Hz). Hubungan diantara frekuensi dan
panjang gelombang (λ) dinyatakan sebagai :
𝑐
υ=
𝜆
dimana c adalah kecepatan cahaya (3 x 1010 cm dt-1 ) dan λ dinyatakan dalam cm.
Kebalikan panjang gelombang (ύ) menyatakan jumlah gelombang per cm. Jadi,
1
υ=
λ
Jumlah gelombang (ύ) berbanding lurus dengan frekuensi atau energi, karena
itu bagian horizontal spektrum infra merah biasanya dinyatakan sebagai jumlah
gelombang (ύ) dalam cm-1 .
Vibrasi ikatan yang melibatkan hidrogen sangat berarti, karena atom-atom
dengan massa rendah cenderung lebih mudah bergerak daripada atom dengan massa
lebih tinggi. Molekul-molekul poliatom memperlihatkan dua jenis vibrasi molekul :
stretching dan binding. Vibrasi stretching adalah pergerakan atom yang teratur
27

sepanjang sumbu ikatan antara dua atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah
atau berkurang. Vibrasi stretching meliputi stretching simetris dan stretching
asimetris. Gambar 12. memperlihatkan hal ini.

Gambar 12. Vibrasi Ulur Simetris dan Asimetris


Vibrasi bending adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut
ikatan antara dua ikatan atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya.
Vibrasi bending meliputi scissoring (deformation), wagging, twisting dan rocking.
Gambar 13. menunjukkan gerakan dari keempat vibrasi bending.

Gambar 13. Tipe Vibrasi Tekuk


Makin rumit struktur suatu molekul, semakin banyak bentuk-bentuk vibrasi
yang mungkin terjadi. Akibatnya kita akan melihat banyak pita-pita absorpsi yang
diperoleh pada spektrum infra merah, bahkan bisa lebih rumit lagi bergantung pada
molekul dan kepekaan instrumen.
Hukum Hooke dapat membantu memperkirakan daerah dimana vibrasi terjadi.

Berdasarkan hukum Hooke


υ = jumlah gelombang (cm-1 )
c = kecepatan cahaya (cm dt-1 )
m1 = massa atom 1 (g)
m1 = masa atoam 2 (g)
f = tetapan gaya (dyne cm-1 = g det –1 )
28

Semakin banyak besar tetapan gaya, semakin besar frekuensi vibrasi dan
makin besar jarak, energi diantara tingkat-tingkat kuantum vibrasi. Tetapan gaya
untuk ikatan tunggal atau rangkap- dua, dan rangkap tiga masing-masing 5x105 ,
10x105 , dan 15x105 dyne cm-1.
Molekul poliatomik bisa memiliki tiga momen inersia yang berbeda, yang
berhubungan dengan rotasi pada tiga sumbu. Mekanika kuantum menunjukkan bahwa
gerak rotasional adalah terkuantisasi dan hanya tingkat energy rotasional disket
tertentu yang terizinkan. Dalam suatu molekul linear, contohnya energi rotasional
hanya dapat bernilai :
h2
E rotasi J = 𝐽 𝐽+1 𝐽 = 0,1,2, …
8𝜋 2 𝐼
Dengan J iyalah bilangan kuantum rotasional. Selisih energi rotasional yang
khas berkisar dari 0,001 sampai 1 kJ mol-1.

2.5.2 Frekuensi Vibrasi menurut Mekanika Klasik


Frekuensi vibrasi partikel yang bergetar sendirian, artinya partikel tersebut
terikat melalui suatu 'pegas' pada dinding, atau benda lain yang massanya jauh lebih
besar,

Untuk dua partikel yang terhubungkan dengan pegas, yang bisa digunakan
untuk memodelkan vibrasi pada molekul diatom (H2, N2, O2, HCl), frekuensi vibrasi
adalah

dengan massa efektif adalah

Energi vibrasi secara klasik adalah

Untuk molekul, nilai k ditentukan oleh kekuatan ikatan kimia antar atomatom.
29

2.6 Spektra Vibrasi Rotasi


Spektrum serap rotasi-vibrasi terjadi di daerah infra merah. Spektrum ini
dihasilkan oleh transisi vibrasi ke tingkat yang lebih tinggi disertai dengan transisi
rotasi, bisa naik, bisa turun. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi yang
turun, disebut "cabang P" dari spektrum. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi
rotasi naik, disebut "cabang R" dari spektrum. Untuk kasus-kasus tertentu, akan
muncul cabang Q dimana vibrasi naik tetapi tidak terjadi perubahan energi rotasi.
(Baca buku untuk melihat kapan muncul cabang Q). Pada rotasi murni, dapat terjadi
efek sentrifugal, dimana panjang ikatan bertambah saat energi rotasi meningkat,
sehingga diperlukan suku tambahan pada suku rotasi atau energi rotasi untuk
mengoreksi efek ini, Pada spectrum rotasi-vibrasi, dapat terjadi efek serupa, yang
sehingga nilai B dapat berbeda pada tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi (Bv).
Nilai B1 lebih kecil dari B0, dst.
30

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Spektrum serap rotasi-vibrasi terjadi di daerah infra merah. Spektrum ini
dihasilkan oleh transisi vibrasi ke tingkat yang lebih tinggi disertai dengan transisi
rotasi, bisa naik, bisa turun. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi rotasi yang
turun, disebut "cabang P" dari spektrum. Puncak-puncak yang dihasilkan akibat energi
rotasi naik, disebut "cabang R" dari spektrum. Untuk kasus-kasus tertentu, akan
muncul cabang Q dimana vibrasi naik tetapi tidak terjadi perubahan energi rotasi.
(Baca buku untuk melihat kapan muncul cabang Q). Pada rotasi murni, dapat terjadi
efek sentrifugal, dimana panjang ikatan bertambah saat energi rotasi meningkat,
sehingga diperlukan suku tambahan pada suku rotasi atau energi rotasi untuk
mengoreksi efek ini, Pada spectrum rotasi-vibrasi, dapat terjadi efek serupa, yang
sehingga nilai B dapat berbeda pada tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi (Bv).
Nilai B1 lebih kecil dari B0, dst.
31

DAFTAR PUSTAKA

Annonim. 2015. Facilites spectroscopy. Online:


http://www3.nd.edu/~kamatlab/facilities_spectroscopy.html, diakses pada
tanggal 17 Desember 2015.

Annonim. 2015. Characterization Of Single Walled Carbon Nanotubes By Raman


Spectroscopy. Online: http://cnx.org/contents/dbcfa4b2-7859-4674-a814-
9a79e43d87fd@2/characterization-of-single-walled-carbon-nanotubes-by-
raman-spectroscopy, diakses pada tanggal 17 Agustus 2015

Martoprawiro, Muhamad A. 2015. Struktur dan Ikatan Kimia. Buku Online, diakses
pada tanggal 17 Desember 2015.

Wiki. 2015. Raman Spectroscopy. Online:


http://en.wikipedia.org/wiki/Raman_spectroscopy, diakses pada tanggal 17
Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai