Anda di halaman 1dari 7

Didasari oleh

TEORI LAJU REAKSI


TUMBUKAN

Berkaitan dengan

Dipengaruhi oleh
Waktu Perubahan

dari
Konsentrasi Luas Katalis Suhu
pereaksi permukaan

Konsentrasi Konsentrasi
Pereaksi Hasil reaksi

Berfungsi Jenisnya Menentukan

Mengubah Katalis Homogen Orde reaksi


Mekanisme Reaksi Katalis Heterogen
dan Menurunkan Biokatalis
Energi Aktivasi
Ditentukan
Melalui

Percobaan
Materi Materi Pokok Laju Reaksi

apersepsi

Peta konsep

Materi materi pokok

Miskonsepsi yang mungkin terjadi

Konsep konsep penting


Miskonsepsi Yang Mungkin Terjadi

1. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi. Ini adalah
miskonsepsi umum yang terjadi pada siswa yang biasanya terjadi karena kesalahan
penekanan saat penjelasan konsep. Dilihat dari komponen konsepnya, jelas bahwa
miskonsepsi ini tergolong dalam miskonsepsi pada tingkat definisi. Berdasarkan
sumbernya, miskonsepsi ini termasuk dalam salah paham konseptual

1. Konsep Laju Reaksi


Siswa beranggapan bahwa pada reaksi A + B → C, apabila reaksi berlangsung dengan jumlah
B berlebih, maka pada akhir reaksi, B akan mendekati nol. Padahal konsep yang benar adalah
bahwa pada Reaksi A + B → C, jika reaksi berlangsung dengan jumlah B berlebih maka pada
akhir reaksi A akan mendekati nol.

Siswa menyatakan bahwa laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi reaktan pada tahap
cepat. Teori yang lebih tepat adalah laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi reaktan
pada tahap lambat. Overby dan Chang (2011: 491) menyatakan bahwa dalam suatu reaksi
yang terdiri lebih dari satu tahapan reaksi, laju reaksi pembentukan produk ditentukan
berdasarkan reaksi pada tahap lambat.

2. Konsep Orde Reaksi


Siswa beranggapan pada reaksi orde nol, laju reaksi meningkat dengan berkurangnya
konsentrasi reaktan. Padahal konsep yang benar menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop
(2012: 663) adalah pada reaksi orde nol laju reaksinya tidak dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi reaktan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Siswa beranggapan bahwa reaksi dengan harga energi aktivasi (Ea) tinggi akan berjalan lebih
cepat. Padahal konsep yang benar menurut Silberberg (2009: 710) adalah pada reaksi dengan
harga Ea yang kecil (atau pada suhu yang tinggi) maka laju reaksinya akan berjalan lebih
cepat.

Siswa beranggapan bahwa katalis akan meningkatkan energi aktivasi sehingga reaksi akan
berjalan lebih cepat. Padahal konsep yang benar menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop
(2012: 681) adalah katalis akan mempercepat pembentukan produk dengan cara menurunkan
energi aktivasi.

Siswa menyatakan bahwa untuk reaktan zat padat pada massa yang sama laju reaksi akan
semakin cepat dengan bertambahnya ukuran pereaksi. Mereka beranggapan bahwa ketika
ukuran pereaksi diperbesar maka luas permukaan bidang sentuhnya juga semakin besar
sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat. Teori yang lebih tepat untuk menjelaskan
konsep ini adalah menggunakan konsep teori tumbukan. Semakin besar ukuran pereaksi pada
massa yang sama maka luas permukaan bidang sentuhnya akan semakin kecil sehingga
frekuensi terjadinya tumbukan akan semakin kecil. Siberberg (2009: 686) menyatakan bahwa
semakin halus partikel reaktan luas permukaan bidang sentuhnya juga semakin besar
sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan juga semakin besar.
4. Konsep Teori Tumbukan
Siswa beranggapan bahwa semakin besar konsentrasi susunan pertikelnya semakin renggang
sehingga ruang untuk bertumbukan makin luas. Siswa beranggapan bahwa ketika susunan
partikel semakin renggang frekuensi tumbukan akan semakin besar karena ruang untuk
bertumbukan juga semakin luas. Padahal konsep yang benar adalah semakin besar
konsentrasi susunan partikelnya akan semakin rapat sehingga frekuensi terjadinya tumbukan
semakin besar. Siberberg (2009: 665) menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi reaktan,
tumbukan yang terjadi juga akan semakin besar karena susunan partikelnya semakin rapat.

Siswa mengalami miskonsepsi berkenaan dengan pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Miskonsepsi yang terjadi adalah kenaikan suhu mempengaruhi energi aktivasi reaktan.
Padahal konsep yang benar adalah kenaikan suhu dalam suatu reaksi kimia dapat
meningkatkan energi kinetik zat-zat yang bereaksi sehingga reaksi lebih cepat berlangsung
(Helmenstine, 2010). Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa siswa sering salah dalam
memahami pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi terutama mereka sering tertukar
dalam memahami antara energi kinetik reaktan dan energi aktivasi reaktan. Siswa
beranggapan bahwa kenaikan suhu meyebabkan energi aktivasi menurun, siswa beranggapan
peningkatan suhu menyebabkan energi aktivasi meningkat sehingga reaksi lebih cepat
berlangsung.

Siswa mengalami miskonsepsi berkenaan dengan pengaruh katalis terhadap laju reaksi,
miskonsepsi yang terjadi adalah: penambahan katalis dapat menaikkan energi aktivasi.
Padahal konsep yang benar adalah penambahan katalis dapat menurunkan energi aktivasi
reaktan sehingga lebih banyak reaktan yang bereaksi membentuk produk (Clark, 2002).

apersepsi

Apersepsi : apa itu reaksi kimia? Masih ingat kah tentang molaritas/konsentrasi?

Apersepsi : Prasyarat berupa pertanyaan“ apa itu laju reaksi?

Apersepsi : Prasyarat berupa pertanyaan“ apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
Apersepsi : Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnyamengenai reaksi eksoterm
dan endoterm dalam termokimia.

Apersepsi :Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnyamengenai faktor-faktor


penentu laju reaksi.

Apersepsi : Siswa meninjau kembali materi pada pertemuan sebelumnyamengenai teori tumbukan
dan energi aktivasi.

Guru memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa ke materi yang
akan dipelajari: 5 menit Pertemuan sebelumnya kita sudah belajar tentang konsep laju reaksi. Apa
pengertian dari laju reaksi? Tahukah kamu mengapa daging yang disimpan dalam lemari es dapat
bertahan lebih lama daripada di udara terbuka? Ternyata suhu dingin dalam lemari es mampu
memperlambat laju pembentukan bakteri pengurai makanan yang membuat makanan cepat basi
dan membusuk. Nah, hari ini kita akan beljar tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi cepat
lambatnya laju reaksi

Guru menyampaikan apersepsi: “Pernahkan kalian melihat makanan basi atau besi yang berkarat?

Guru menyampaikan apersepsi dengan menampilkan video bertanya jalan raya yang sedang ramai
lalu lintas

Guru memberikan apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu siswa yaitu dengan : kita sering
menjumpai besi berkarat dan pembakaran kayu atau pembakaran arang. Nah manakah yang
merupakan reaksi berjalan cepat dan lambat ? Kira-kira faktor apa saja yang mempengaruhi
kecepatan reaski tersebut?

Guru memberikan apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu siswa yaitu dengan : Kita pastinya
sering makan roti dan roti adalah salah satu makanan yang paling kita sukai. Proses pembuatan roti
tidak lepas dari peran enzim protease. Kira-kira apa fungsi enzim protease tersebut pada proses
pembuatan roti ?

Peserta didik di ingatkan kembali tentang “dalam suatu reaksi kimia, pereaksi akan bereaksi
membentuk produk/ hasil reaksi. Konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi umumnya
menggunakan kemolaran (molaritas). Masih ingatkah anda, apa itu molaritas? Apa
satuannya?
Peserta didik diperlihatkan gambar contoh reaksi yang berjalan cepat (ledakan bom, kembang
api) dan reaksi yang berjalan lambat (fotosintesis, korosi, dll) yang sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut anda, apakah yang faktor yang menyebabkan itu semua?

Peserta didik diperlihatkan gambar pelarutan gula di dalam air dingin dan di dalam dalam air panas
atau hangat. Apakah akan ada perbedaan cepat lambatnya kelarutan gula tersebut?

Langit di malam hari, saat perayaan tahun baru atau hari-hari istimewa lainnya, menjadi lebih indah
ketika nyala kembang api mulai kelihatan di angkasa. Tampak nyalanya gemerlapan menambah
terang sinar rembulan. Sekejap kemudian, langit nampak redup kembali, cahaya gemerlap dari nyala
kembang api tidak lagi kelihatan. Begitu cepatnya nyala itu hilang, berbeda tatkala kita menyalakan
kayu bakar pada api unggun, membutuhkan waktu cukup lama. Cepat dan lambatnya nyala api ini
menunjukkan cepat atau lambatnya reaksi kimia dalam kembang api maupun dalam kayu bakar.
Cepat dan lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi. Lantas,
apakah pengertian laju reaksi itu? Bagaimana cara mengukurnya? Apa saja faktor-faktor yang
memengaruhinya? Apa manfaat memelajarinya bagi kehidupan kita? Kalian akan memperoleh
jawabannya setelah mempelajari bab ini. Cepatnya reaksi kimia dari kembang api dapat kita amati
dari menyalanya kembang api hingga matinya. Begitu pula dengan beberapa reaksi kimia yang kita
laksanakan di laboratorium. Selesainya sebuah reaksiditandai dengan terbentuknya produk yang
sebagin besar dapat kita amati. Nah, untuk mengetahui berapa kecepatan reaksi kimia yang kita
lakukan, kita bisa mengetahui dari konsentrasi pereaksinya atau hasil reaksinya. Konsentrasi ini biasa
dinyatakan dengan satuan molaritas.

Berdasarkan analisis pada jawaban siswa, diperoleh informasi bahwa sebanyak 28,7%
siswa beranggapan bahwa tumbukan dengan orientasi tepat hanya terjadi pada atom-atom
sejenis. Konsep yang benar menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop (2012: 665) adalah reaksi
akan terjadi bila tumbukan antar molekul memiliki orientasi tumbukan yang tepat dan energi
yang cukup
Jurnal 2

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 13,16% siswa mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi yang terjadi adalah : zat yang memiliki ukuran partikel lebih kecil memiliki
luas permukaan sentuhan yang lebih kecil dalam masa yang sama. Hal ini bertentangan
dengan konsep yang benar dimana bahan kimia yang memiliki ukuran lebih kecil memiliki
luas permukaan sentuhan lebih besar sehingga reaksi lebih cepat berlangsung (Goldberg,
2004). Dalam memahami pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, siswa mengira
bahwa bahan yang berbentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih kecil sehingga reaksi
lebih cepat berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai