Sesuai keterangan ahli terdapat kurang volume Kusa Bill N.
Nope, ST MT selisih 14,37%
yang dikonversi oleh ahli Ernamia Maria, S.T. setara sebesar Rp.540.113.950,23 (lima ratus empat puluh juta seratus tiga belas ribu sembilan ratus lima puluh rupiah dua puluh tiga sen) yang merupakan nilai kerugian/keuangan negara sesuai dengan Laporan Hasil Audit oleh Inspektorat Kabupaten Sikka dengan Surat Pengantar Nomor 700/487.a/ITKAB/ SKA/2020 tanggal 28 November 2020; adapun tim ahli dalam proses peradilan kasus ini adalah, tim teknis pemeriksa hasil pekerjaan (Antonius Alfi Alfares, Egidius Endi, ST dan Yulius Romaldus Ludji, ST). Bahwa hasil akhir yang ahli temukan dari investigasi/pemeriksaan pekerjaan Pembangunan Puskesmas Bola Tahun 2019 baik terhadap administrasi pekerjaan maupun fisik pekerjaan sebagai berikut: 1. Bahwa benar selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung semua nama personil inti yang ada dalam dokumen penawaran (bagian lampiran Kontrak), tidak melaksanakan tanggungjawab teknis sesuai tugas pokok dan fungsi, serta tidak menandatangani Laporan Progres pekerjaan. 2. Bahwa benar hingga akhir jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Puskesmas Bola ternyata Fisik Pekerjaan belum selesai 100% sesuai SPMK. 3. Bahwa terhadap keterlambatan pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan tersebut. 4. Bahwa dalam pelaksanaan proyek ini telah terjadi beberapa tindakan berupa: Menambah dan Mengurangi Volume yang tercantum dalam Kontrak, Menambah dan Mengurangi Jenis Kegiatan, Mengubah Spesifikasi Teknis sesuai dengan Kondisi Lapangan, namun tidak Mengubah Jadwal pelaksanaan Pekerjaan serta tidak melakukan Addendum Kontrak. Seharusnya, tindakan tersebut diatas merupakan tindakan yang menjadi dasar adanya Addendum Kontrak, tetapi tidak dilakukan; 5. Bahwa fakta hasil wawancara dan pengakuan pengawas teknis dan saksi yang menyatakan bahwa hasil pekerjaan secara fisik 100% baru selesai dikerjakan sekitar Bulan Mei 2020. Di akhir jangka waktu pelaksanaan fisik pekerjaan (21 Desember 2019) progress pekerjaan belum mencapai 95%, diperkirakan baru mencapai prestasi +/- 80%; 6. Bahwa terhadap selisih volume pekerjaan terpasang di lapangan antara rencana dan realisasi di beberapa item pekerjaan, ada yang bertambah maupun ada pula yang berkurang volumenya. bahwa akibat dari adanya selisih volume pekerjaan antara realisasi terhadap rencana maka timbul selisih bobot prestasi pekerjaan. Dari keterangan ahli menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan duduk perkara kasus tipikor, berdasarkan Laporan Hasil Audit Dalam Rangka Perhitungan Kerugian Negara Atas Dugaan Tindak Pidana Korupsi Pembangunan Puskesmas Bola pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2019 oleh Inspektorat Kabupaten Sikka kepada Kejaksaan Negeri Sikka dengan Surat Pengantar Nomor 700/487.a/ITKAB/SKA/2020 tanggal 28 November 2020 dengan rincian sebagai berikut: Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya; dakwaan Kombinasi yaitu: “Kesatu Primair : Melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU RI 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang- undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Subsidiair : Melanggar Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU RI 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Atau Kedua : Melanggar Pasal 9 jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU RI 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.” Sebaiknya JPU menggunakan bentuk surat dakwaan kombinasi (campuran), yaitu dakwaan kesatu dijadikan bentuk alternatif dengan dakwaan Pasal 12B atau Pasal 5 ayat (2) dan dakwaan kedua juga dakwaan alternatif Pasal 11 atau 12 huruf i uu tipikor. Putusan peradilan tentang kasus ini juga ditentukan oleh keberhasilan penuntut umum menggunakan haknya membuktikan unsur perbuatan menerima gratifikasi (termasuk sebagian dari penerimaan), tetapi bergantung pada berhasil atau tidak berhasilnya terdakwa membuktikan sahnya sumber (penerimaan) dan perolehan kekayaannya yang didakwakan.