Disusun Oleh:
Kelompok 5
Asisten Praktikum :
1. Mira Sri Damayanti
2. Indah Rizky Pratiwi
A. Judul
1. Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Suhu Lingkungan
C. Hasil
Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Suhu Normal (23ºC)
Pengamatan Jumlah Gerakan Operkulum
1 menit pertama 1 menit kedua 1 menit ketiga
Gerakan
operkulum 90 110 115
pada ikan
D. Pembahasan
Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas
yang dikeluarkan (Brooker, 2008). Sistem termoregulasi diatur fisiologis yang
terintregasi dari respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu terdapat
pada kulit dan membran mukosa yang selanjutnya akan berintregasi menuju spinal
cord dan berakhir di hipotalamus anterior yang merupakan pusat control sistem
termoregulasi.
Dimana suhu sangat berpengaruh pada proses metabolisme mahluk hidup.
Salah satunya adalah pernapasan atau respirasi pada hewan. Dalam hal ini, dilakukan
pengamatan terhadap penyesuaian hewan poikilotermik terhadap suhu lingkungan.
Hewan poikiloterm yang digunakan merupakan ikan yang berukuran sedang. Pisces
(ikan) disebut hewan poikiloterm, karena suhu tubuhnya tidak tetap (berdarah dingin),
yaitu terpengaruh suhu di sekelilingnya.
Adapun suhu menurut Susanto (2008), suhu merupakan suatu besaran untuk
mengukur tinggi atau rendahnya suatu kondisi pada suatu benda yang dinyatakan
dalam bentuk celcius. Suhu merupakan pengaruh yang besar dalam sistem
metabolisme tubuh ikan dan berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan. Apabila
kondisi suhu tidak ideal, maka ikan tidak akan mampu bertahan hidup dalam waktu
yang lama. Suhu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ikan
nila, karena semakin tinggi suhu semakin tinggi pula laju metabolisme ikan yang
berarti semakin cepat pertumbuhannya.
Suhu tubuh hewan tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang
diproduksi dan atau diabsorbsi dengan panas yang hilang atau dilepaskan dapat
berlangsung secara radiasi, konduksi, konveksi ataupun evaporasi.
1. Radiasi merupakan transfer energi secara elektromagnetik yang tidak memerlukan
medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
2. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan langsung tanpa adanya transfer molekul.
3. Konveksi suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas, besarnya
konveksi juga tergantung pada luas kontak permukaan dan perbedaan suhu
4. Evaporasi merupakan konversi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konversi kehilangan panas.
Secara umum laju pertukaran panas ke dalam dan keluar tubuh hewan
tergantung pada luas permukaan tubuh, perbedaan suhu dan konduktan spesifik.
Selain itu, proses-proses yang dapat mempengaruhi produksi panas tubuh, yaitu
mekanisme gerakan, mekanisme otonom, serta mekanisme adaptif.
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan yang menggunakan ikan nila
(Oreochromis mossambicus) sebagai objek yang diamati. Ikan nila (Oreochromis
mossambicus) adalah salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia bahkan telah dikembangkan di lebih dari 85 negara
sebagai komoditi ekspor. Ikan ini berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya di Afrika. Saat ini, ikan nila telah tersebar ke negara beriklim tropis
maupun subtropis, sedangkan pada wilayah beriklim dingin ikan nila tidak dapat
hidup dengan baik (Kemal, 2000).
Pertumbuhan ikan nila secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor lingkungan tersebut diantaranya
kuantitas dan kualitas air yang meliputi komposisi kimia air, temperatur air, agen
penyakit, dan tempat pemeliharaan (Hepher & Prugnin, 1990).
Menurut Suyanto (2003), ikan nila (Oreochromis mossambicus) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Subclass : Acanthoptherygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus
E. Kesimpulan
Gerakan ikan nila pada suhu normal, yaitu melakukan gerakan renang atau
berpindah tempat dengan gerakan stabil dan beraturan setiap menitnya, maupun
gerakan dari operkulumnya normal. Pada suhu turun 5ºC dari suhu normal (18ºC),
yaitu suhu air dingin terdapat gerakan operkulum ikan nila pada satu menit pertama,
yaitu 110 kali, pada menit kedua 100 kali dan pada menit ketiga 89 kali. Dimana
gerakan renang ikan menjadi lambat setiap menitnya dan ikan terlihat lebih diam.
Pada suhu naik 5ºC dari suhu normal (28ºC), yaitu suhu air panas gerakan operkulum
ikan di menit pertama itu menjadi 87 kali, di menit kedua 78 kali dan di menit ketika
yaitu 75 kali. Pada naik 5ºC dari suhu pada tabel 3 (28ºC), yaitu suhu air panas
didapatkan hasil bahwa gerakan operkulum ikan menjadi 85 kali pada menit pertama,
80 kali pada menit kedua dan pada menit ketiga gerakan operkulum ikan menjadi 80
kali. Perlakuan suhu tersebut, didapatkan hasil bahwa aktivitas gerak renang atau
berpindah tempat menjadi cepat, ikan berenang cepat tidak beraturan dengan
menabrak wadah air dan terkadang lompat keluar dari wadah air.
F. Daftar Pustaka
Affandi, R. S. (1992). Fisiologi Ikan (Pencernaan). Bogor: Pusat Antar Universitas
llmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Khairuman, & Amri, K. (2007). Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Ridwantara, D. B. (2019). Uji Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas
Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang Berbeda. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 10(1), 46-54.
Soelistyowati, D. T. (2010). Maskulinisasi pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
Menggunakan Bahan Alami Resin Lebah Melalui Pakan Buatan. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 9(2), 178-183.
G. Lampiran Kegiatan
Lampiran Lampiran
Termometer Alkohol