Anda di halaman 1dari 10

Domestic Case Study 2018

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Potensi Geowisata Tebing Breksi Sebagai Obyek Wisata


Geologi di Yogyakarta
Desi Rahmawati
162409

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract: Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat
publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan judul
Potensi Geowisata Tebing Breksi Sebagai Obyek Wisata Geologi di Yogyakarta.

1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang melibatkan banyak pihak dan
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak [1]. Pariwisata tumbuh sebagai
bagian dari upaya memanfaatkan kondisi alam maupun sebagai upaya untuk
memanfaatkan kekhasan suatu daerah tertentu. Pariwisata terutama di negara sedang
berkembang seperti Indonesia umumnya masih mengandalkan keindahan alam dan belum
banyak digarap secara profesional terutama dari segi manajemen dan pemasarannya [2].
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat
dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Memang sebagian besar sumber
daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi beberapa obyek wisata
yang menarik. Mengingat daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
adalah karena keindahan alam dan kekayaan seni budayanya, tidak heran jika potensi ini
menarik untuk dikembangkan [3].
Sesungguhnya alam Indonesia ini dipenuhi dengan aneka ragam pemandangan
alam yang indah dan menakjubkan yang menyediakan obyek wisata yang luas dan
menarik bagi wisatawan yang ingin menikmatinya. Obyek-obyek ini tersebar hampir di
seluruh Kepulauan Tanah Air kita.
Secara umum pariwisata di Indonesia belum dikelola dengan baik, hanya di
beberapa daerah tujuan wisata utama saja yang telah memakai sistem manajemen
pariwisata modern. Permasalahan biaya dan kemampuan sumber daya manusia umumnya
dijadikan sebagai alasan berhentinya pengembangan pariwisata nasional maupun daerah
[4]. Hal ini harus segera dicarikan solusinya, mengingat strategisnya sektor pariwisata di
Indonesia yang luas.
Atas dasar itu maka dibuatlah jurnal ini agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan, sekaligus sebagai upaya memasyarakatkan kepariwisataan kepada generasi
muda/pelajar/mahasiswa pada khususnya, dan masyarakat luas umumnya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini agar penulis lebih mengenal dan
mengetahui tentang potensi geowisata yang ada di Tebing Breksi.
Penulis sedang menempuh semester 5 program study S – 1 Hospitality Sekolah
Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta. Setelah penulis melakukan Seminar Nasional
pariwisata dengan Tema “Perkembangan Tantangan dan Peluang Bisnis Geowisata di
Indonesia” yang di adakan di UPN “Veteran” Yogyakarta pada tanggal 3 November
2017. Dalam Seminar Nasional yang diadakan di UPN “Veteran” Yogyakarta pada
tanggal 3 November 2017, pembicara dari seminar tersebut terdiri dari 3 pembicara [5].
Yang pertama Dr. Heryadi Rachmat selaku Wakil Ketua Masyarakat Geowisata
Indonesia. Yang kedua Reza Permadi, S.T. selaku Sekjem Masyarakat Geowisata
Indonesia, dan yang keempat Satriagama Rakantasenta selaku seniman.

2. Pembahasan
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan NO. 9 Tahun 1990 pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk perusahaan obyek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Gamal Suwantoro,
mendefinisikan pariwisata sebagai suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau
lebih menuju ke tempat lain keluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah
karena berbagai kepentingan ekonomi sosial, budaya, politik, agama, kesehatan atau
kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, untuk menambah pengalaman maupun
untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan perjalanan wisata yang sebagai
suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena
suatu alasan dan bukan untuk kegiatan menghasilkan upah (Gamal Suwantoro, 2002:3)
[6].
2. Warisan Geologi / Geoheritage
Warisan Geologi / Geoheritage (berasal dari kata “geo” yang berarti “bumi” dan heritage
yang berarti “warisan”) adalah situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai yang
penting di bidang keilmuan, pendidkan, bubuk budaya, dan nilai estetika (The Geological
Societ of Amerika, 2012) [7].
1) Mengpa harus mengenal Warisan Geologi / Geoheritage Jogja?
Dengan memahami Warisan Geologi / Geoheritage Jogja kita akan memahami sejarah
Geologi pembentukan Pulau Jawa mulai dari 36-60 juta tahun yang lalu (dalam skala
waktu geologi disebut dengan Kala Eason). Oleh karena itu, tentu kita akan lebih
menyayangi warisan bumi Jogja tercinta dan akan terus menjaga serta melestarikannya.
Tebing Breksi adalah salah satu geotapak yang menyusun Geoheritage Jogja. Geotapak
adalah suatu situs atau singkapan batuan yang memiliki nilai geologi yang penting serta
mudah dijangkau.
2) Geoheritage mempunyai peranyang sangat penting bagi:
a. Pendidikan atau Keilmuan
Geoheritage sebagai laboratorium alam tentu sangat bernilai dan bermanfaat bagi
sarana pemahaman mengenai proses-proses alam terbentuknya Pulau Jawa.
b. Informasi
Geoheritage berupa situs-situs yang sifatnya nyata, tentu sangat bernilai karena
menjadi sumber informasi yang langsung atau orisinil.
c. Geowisata (Wisata Kebumian)
Wisata tidak selalu berkaitan dengan budaya, kuliner, panorama dan lain-lain. Wisata
kebumian ini tentu dapat menjadi alternatif yang sangat bagus yang dapat
memberikan pencerahan atau menambah wawasan peduli lingkungan, bahkan
wawasan sadar bencana.
d. Pemupuk Rasa Cinta terhadap Tanah Air
Kekayaan alam Indonesia sangat mempengaruhi sebesar apa kecintaan masyarakat
terhadap tanah air.dengan memahami kejadian alam yang terekam dalam
Geoheritage Jogja, masyarakat luas akan sadar bahwa Indonesia memiliki sejarah
kegeologian yang sangat dahsyat.

3. Geowisata
Geowisata (Geoturism) berasal dari kata “geo” yang artinya bumi dan “tourism” yang
artinya wisata. Geowisata merupakan suatu jenis pariwisata berkelanjutan dan bersifat
konservasi berkaitan dengan jenis-jenis sumber daya alam (bentuk bentang alam,
batuan / fosil, struktur geologi, dan sejarah kebumian) suatu wilayah dalam rangka
mengembangkan wawasan dan pemahaman proses fenomena yang terjadi di alam [8].
Kenampakan geologis permukaan bumi pada setiap wilayah berbeda-beda dengan ciri
khasnya masing-masing. Rangkaian bentang alam yang indah dan unik terbentuk
dari jenis-jenis patahan (sesar) atau tumpukan lempeng seperti perbukitan kerucut, goa
bawah tanah, air sungai bawah tanah, danau alam, danau vulkanik, mata air, pantai
karang, telaga, pegunungan dengan landscape dan hawa sejuknya, gunung berapi yang
tidak aktif maupun masih aktif, bentuk tekstur dan struktur batuan yang beragam, gua-gua
kars dihiasi ornamen kalsit seperti stalakmit dan stalaktit, batu aliran serta berbagai
macam jenis unsur lain yang sangat bagus apabila dijadikan sebagai pariwisata.
4. Obyek Wisata
Pengertian obyek wisata yang dikemukakan oleh Musanef adalah tempat atau keadaan
alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga
mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Sumber daya yang merupakan unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber
daya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai obyek wisata (Musanef,
Manajemen Usaha Pariwisata, 1996:190) [9].
5. Daya Tarik Wisata 
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, nilai dan kemudahan
berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi kunjungan
wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009) [10].
Pengertian yang mudah mudah dipahami dijelaskan dalam buku Pengantar Ilmu
Pariwisata (1985) yang ditulis A Yoeti. Menurut pendapatnya, daya tarik wisata (tourist
attraction) adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk berkunjung ke
tempat tertentu. Sementara Nyoman S Pendit dalam buku karangannya, Ilmu Pariwisata
(1994) memberikan definisi daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang bernilai dan
menarik untuk dikunjungi dan dilihat.
6. Unsur Pariwisata
Menurut A. Hari Karyono (1997:28) daerah tujuan wisata disamping harus ada obyek dan
atraksi wisata juga harus mempunyai daya tarik, maka daerah tujuan wisata harus
mempunyai tiga syarat daya tarik yaitu: (A.Hari Karyono.1997:28)
a. Ada sesuatu yang bisa dillihat (Something to see)
b. Ada sesuatu yang dapat dikerjakan atau lakukan (Something to do)
c. Ada sesuatu yang bisa dibeli (Something to buy)
Ketiga syarat tersebut merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan pariwisata.
Daerah tujuan wisata memperoleh manfaat dan wisatawan memperoleh kepuasan apabila
daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik.
Dilihat dari syarat daerah tujuan wisata yang dikemukakan Marrioti yang dikutip oleh
A.Hari Karyono dalam buku Kepariwisataan (1997:28) di atas dapat dijelaskan bahwa
daerah Obyek Wisata Alam Tebing Breksi mempunyai daya tarik untuk dilihat yaitu
keindahan alam Tebingnya yang menjulang.
B. Sejarah Tebing Breksi
Berdasarkan penelitian para ahli, Tebing breksi terbentuk secara alami dari
bongkahan batu kapur raksasa yang berasal dari sisa endapan abu vulkanik dari
gunung api purba Nglanggeran. Karena itulah Tebing breksi ditetapapkan sebagai
Cagar budaya, karena makna dan nilai sejarah yang terkandung. Hasil penelitian
mendorong penetapan kawasan sebagai warisan geologis (geoheritage) melalui
Keputusan Kepala Badan Geologi RI Nomor 1157.K/40/BGL/2014.
Bertahun-tahun bukit kapur di Pedukuhan Nglengkong, Groyokan Sambirejo Prambanan
itu, menjadi sumber mata pencaharian warga. Di lokasi ini terdapat singkapan batuan
endapan debu gunungapi purba, membentuk morfologi bukit. Oleh penduduk lokal bukit
ini ditambang menghasilkan kupasan tebing setinggi 30 m. Mereka menambang dan
memperoleh pendapatan dari sana. Tapi mulai tahun lalu, penambangan tersebut
dihentikan.
Larangan pemerintah, ternyata tak memutus kreativitas warga. Melihat tebing bekas
penambangan, warga sekitar punya ide lain. Ide muncul, tatkala melihat bekas-bekas
galian meninggalkan gurat-gurat yang indah. Perpaduan warga putih berkilau semburat
kuning dan coklat dalam bidang tebing yang begitu luas, memberikan panoramic yang
menarik. Semula, warga setempat hanya tahu bahwa tebing mengandung material breksi
yang merupakan salah satu bahan bangunan. Melihat kondisi alamnya, sejumlah peneliti
mencoba menggali batuan untuk diuji di laboratorium. Hasilnya, cukup menghebohkan.
Dari situlah warga mulai sadar akan potensi alam kawasan tersebut.
Larangan pemda ini muncul, setelah sejumlah peneliti melakukan kajian. Hasilnya,
batuan kapur breksi disana ternyata adalah endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba
Nglanggeran. Maka, kawasan ini masuk dalam cagar budaya dan harus dilestarikan.
Saat ini, Tebing Breksi atau yang lebih dikenal dengan Taman Tebing Breksi, benar-
benar sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Prasasti ditandatangani langsung
oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 30 Mei 2015. Apalagi, jumlah
pengunjung yang datang ke tempat tersebut cukup banyak. Dari waktu ke waktu,
pengunjung terus bertambah jumlahnya.
C. Deskripsi Wisata Geologi Tebing Breksi
1. Letak Geografis Tebing Breksi
Tebing breksi berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kawasan itu juga berdekatan dengan obyek wisata
Candi Prambanan, Keraton Ratu Boko, Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi Banyunibo dan
Candi Barong. 
2. Rute Menuju Tebing Breksi
Untuk menuju lokasi dari simpang tiga Candi Prambanan atau Pasar Prambanan menuju
arah selatan Jalan raya Prambanan-Piyungan, Bantul sekitar 2,5 km kemudian berbelok
kiri mengikuti arah penunjuk jalan yang telah dibuat Pemkab Sleman.
Sedangkan dari arah selatan Jalan Wonosari, dari simpang tiga Piyungan ke arah utara
lebih kurang 6 km. Di simpang tiga sudah ada warga yang bertugas mengarahkan
wisatawan yang hendak menuju lokasi. Sekitar 1 km dari Jl Prambanan-Piyungan ke arah
timur atau arah Candi Ijo, sudah sampai lokasi.
3. Profil dan Potensi Tebing Breksi
Dalam hal intervensi / dukungan Pemda DIY dalam pengembangan wisata di kawasan
Tebing Breksi, tidak dapat dipisahkan dari arahan Gubernur DIY pada
pengantarperencanaan pembangunan DIY Tahun 2014. Agar fokus pada pengembangan
potensi yang ada di masyarakat dan diprioritaskan pada wilayah kecamatan miskin /
tertinggal, Kecamatan Prambanan, pada waktu itu, menjadi prioritas untuk
pelaksanaanprogram untuk pengentasan kemiskinan.
Eksekusi untuk fokus dan prioritas pada kecamatan miskin dan tertinggal diinstruksikan
untuk dilakukan semua dinas teknis, tak terkecuali Dinas Pariwisata DIY. Melalui
serangkaian proses amatan potensi daya tarik wisata, jatuhlah pilihan untuk
pengembangan wisata di lokasi tambang di desa Sambirejo.proses komunikasi awal
dengan perangkat desa, berbuah sebuah dukungan dari Lurah Desa Sambirejo beserta
perangkat desa yang lain untuk menjadikan tebing tambang menjadi kawasan wisata.
Tidak sederhana pada awalnya, selain sebagian besar masyarakat masih tergantung dari
usaha penambangan, hanya sedikit masyarakat, dan boleh dikatakan tidak ada,
masyarakat yang percaya bahwa pengembangan Wisata menjadi sebuah hal yang
menjanjikan.
Tebing Breksi memang masih baru. Pendirian secara resminya sejak pertengahan tahun
2015. Sebelum itu, wilayah ini merupakan area tambang yang telah lama ditinggalkan.
Namun masyarakat sekitar yang terkenal kreatif, memanfaatkannya menjadi sebuah
tempat wisata eksotik. Dan memang benar, karena kreatifitas mereka, salah satu kekayaan
geologis ini disulap menjadi tempat wisata nge-hits di Yogayakarta.
a. Tlatar Seneng
Tlatar seneng adalah nama dari sebuah amphitheater (panggung terbuka) yang
diresmikan oleh Gubernur DIY dan menjadi awal bagaimana kawasan Tebing Breksi ini
berkembang menjadi kawasan wisata. Tlatar seneng ini dibangun dengan ciri adanya
lingkaran sebagai pokok panggung dan tempat duduk yang mamou menampung tak
kurang dari 1000 penonton. Peruntukannya adalah sebagai tempat pelaksanaan kegiatan
seni budaya atau pagelaran lain bagi masyarakat. Dalam hal tidak ada atraksi seni pun,
banyak wisatawan dudk-duduk dan tiduran di atas rumput yang terhampar di bagian
tengah panggung, sambil berselfie ataupun menikmati pemandangan tebing.
b. Taman Lintas Komunitas
Taman lintas komunitas adalah salah satu sisi menarik lain kawasan Tebing Breksi.
Kawasan seluas kurang lebih 3 hektare ini berisi pohon buah mangga, jambu, dan
kelengkeng. Taman lintas komunitas ini ada dalam sebuah acara ulang tahun lintas
komunitas ke 2 (dua) yang memiliki tajuk breksinergi. Sebuah konsep acara yang muncul
sebagai kepedulian lintas komunitas istimewa peduli wisata untuk mendukung
pengembangan kawasan wisata Tebing Breksi. Taman lintas ini adalah gagasan untuk
menciptakan ruang teduh di kawasan wisata Tebing Breksi, tercatat tak kurang dari 30
komunitas mendukung keinginan ini. Menariknya adalah bahwa saat ini setiap pohon
buah di taman lintas komunitas ini memiliki nama sesuai dengan anma komunitas atau
pribadi yang berdonasi dengan pembelian bibit buah lengkap dengan titik koordinat.
Semua tanaman buah yang berjumlah lebih 300 pohon ini memiliki sertifikat lengkap
dengan keterangan pohon buat tersebut. Pohon-pohon tersebut diperoleh dari hasil donais
anggota lintas komunitas dan donatur umum. Satu bibit dihargai Rp. 250.000 dengan
fasilitas berupa plakat. Sertifikat berisi nama (komunitas) dan titik koordinat. Nilai donasi
tersebut termasuk untuk pembelian bibit dan pemeliharaan pohon sampai dengan pohon
tersebut tumbuh besar.
c. Adventure Track
Kawasan Tebing Breksi ternyata memiliki begitu banyak keunggulan lain. Bekas
penambangan ini pada akhirnya juga memiliki tawaran lain. Bekas tambang ini menjadi
salah satu wahana baru bagi pecinta dunia otomotif terutama trail dan off road, gundukan
yang sangat sulit, berpeluang untuk menjadi barometer pengembangan olah rga uji nyali
ini. Peluang pengembangan itu didukung oleh kesiapan infrastruktur pendukung untuk
dilakukannya hajatan offroad, karena lokasi yang tidak begitu jauh dari kota dan tentu
saja karena Jogja adalah daerah tujuan wisata.
d. Lowo Ijo Sang Penjaga Tebing Breksi
Tentu saja, Lowo Ijo yang dimaksud menjaga Tebing breksi ini, bukanlah tokoh pencuri
sepasang pusaka keris Nagasasra dan Sabuk Inten sekumpulan pemuda dan masyarakat
pengelola wisata Taman Tebing Breksi.
Dinamakan demikian, tentu saja berkaitan dengan keberadaan obyek wisata yang berada
di perbukitan Gunung ijo, nah adapun makna kelelawar (lowo) mengandung maksud
adanya semangat kolektivitas kebersamaan dan kelincahan dalam bergerak.
e. Shiva Plateu
Terbentuknya layanan, moda transportasi untuk menikmati sebaran obyek wisata di
kawasan Tebing Breksi. Seiring dengan maraknya wisatawan yang mengunjungi kawasan
wisata itu, menjadi semakin lengkap dengan adanya fasilitas lain yang ditawarkan, yakni
adanya jasa penyewaan jeep wisata yang akan memanjakan wisatawan, dari moda
transportasi wisata ini menjadikan alternatif daya tarik baru bagi wisatawan untuk
mengeksplorasi kawasan Tebing Breksi. Dalam pengembangannya, pengelola moda
transportasi wisata ini berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan usaha
wisatanya.
f. Tebing Breksi Sore Hari
Bayangkan saja sebuah tempat dengan pemandangan tebing bekas penambangan di
mana-mana. Dampak penambangan memang meninggalkan banyak bekas tersendiri,
namun Di kawasan ini, hal itu dimanfaatkan dengan cara membuatnya menjadi salah
satu tempat wisata di jogja. Bekas-bekas tersebut semakin diperhalus agar menjadi
menarik. Tebing-tebingnya dibuat menjadi anak tangga yang tinggi sehingga kamu
sekarang dapat berjalan menuju ke puncak. Pemandangan di puncak tebing sangatlah
mengagumkan. Kamu Bisa melihat indahnya kota Yogyakarta, berbagai candi di sekitar
sampai pemandangan alam lainnya.
g. Tebing Breksi Malam Hari
Tebing Breksi dulunya merupakan endapan dari abu vulkanik gunung nglanggeran yang
kaya akan batuan kapur breksi. Warga kemudian mengambil manfaat ekonomi dari
batuan tersebut dan menjadikanya sebagai daerah pertambangan. Namun beberapa tahun
yang lalu pemerintah Yogyakarta menjadikan kawasan ini sebagai salah satu cagar alam
yang harus dilindungi, Oleh sebab itu sekarang tempat ini menjadi kawasan wisata yang
diberi nama Tebing Breksi.
Tebing Breksi semakin mempesona berkat dukungan dan kepedulian masyarakat. Selain
membuat anak tangga, mereka juga mengizinkan seniman kreatif lainya untuk membuat
ukiran di sepanjang dinding tebing. Dari ukiran berbentuk orang, abstrak, sampai wayang
pun ada di sana.
h. Panorama Dari Atas Tebing
Dari atas bukit pandangan sangat leluasa ke segala arah. Di sebelah barat, terpampang
bandara berikut landan pacu pesawat yang terlihat begitu mungil. Juga jalur KA yang
panjang tak berujung. Di sebelah utara, terlihat Merapi, Merbabu dan Prambanan yang
megah. Sedangkan di sisi timur dan selatan, terlihat alur sungai yang menembus bukit
serta perkampungan warga dan hijaunya alam yang masih lestari.
Jika anda dating pagi buta, maka sempat menyaksikan keluarnya sang surya. Sebaliknya
bila sore hingga petang, Anda akan menjadi saksi datangnya malam.
Lokasi ini juga dekat dengan Candi Prambanan, Situs Ratu Boko, Candi Ijo, Candi
Barong. Kalau ingin lebih maksimal, sebaiknya datang pagi hari sehingga bisa berkeliling
ke destinasi lain di sekitarnya.
D. Korelasi Objek Wisata dengan Seminar
Sebelum penulis menyusun jurnal ilmiah ini penulis terlebih dahulu melakukan kegiatan
observasi di Tebing Breksi pada tanggal 13 Januari 2018 setelah mengikuti seminar
nasional yang dilaksanakan di :
Tempat : UPN “Veteran” Yogyakarta
Pembicara :
1. Dr. Heryadi Rachmat selaku Wakil Ketua Masyarakat Geowisaat indonesia
2. Reza Permadi, S.T. selaku Sekjen Masyarakat Geowisata indonesia
3. Satriagama Rekantasenta selaku seniman
Tema : Perkembangan Tantangan dan Peluang Bisnis Geowisata di Indonesia
Dari uraian diatas penulis menghubungkan keterkaitan Seminar dengan tema
“Perkembangan Tantangan dan Peluang Bisnis Geowisata di Indonesia” karena Tebing
Breksi merupakan bentuk batuan geologi yang terbentuk secara alami yang mejadi daya
tarik wisatawan, sehingga sangat mendukung untuk dijadikan destinasi geowisata dan
mengembangkannya menjadi wisata geologi di Yogyakarta dengan memberikan edukasi
sejarah dan budaya.
1. Peran Pemerintah bagi Pariwisata :
Di dalam industri pariwisata peran pemerintah sangatlah penting karena dalam kegiatan
pariwisata tidak terlepas dari peran pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu: perencanaan daerah
atau kawasan pariwisata, pembangunan fasilitas utama dan pendukung pariwisata,
pengeluaran kebijakan pariwisata, dan pembuatan serta penegakan peraturan.
2. Peran Industri Pariwisata bagi Pariwisata :
Pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks
karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari kota atau negara asalnya, di
daerah tujuan wisata hingga wisatawan kembali ke tempat asalnya [6]. Oleh karena itu,
industri pariwisata memegang peranan sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan
peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu
mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya akan
berdampak pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata sendiri dan
masyarakat lokal sekitar industri pariwisata.
3. Peran Masyarakat bagi Pariwisata :
Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan parwisata. Lebih jauh,
pariwisata diharapkan memberikan peluang dan akses kepada masyarakat lokal untuk
mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti: toko kerajinan, toko cinderamata,
warung makan, dan lain – lain agar masyarakat lokal memperoleh manfaat ekonomi yang
lebih banyak dan secara langsung dari wisatawan yang digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidupnya.
Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan ini tergantung dari
jenis potensi, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki oleh individu atau
masyarakat lokal tersebut.

3. Penutup
A. Simpulan
Dari hasil penelitian di Tebing Breksi Kabupaten Sleman penulis dapat menyimpulkan
bahwa : Tebing Breksi terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tebing Breksi merupakan bongkahan batu
kapur raksasa yang berasal dari sisa endapan abu vulkanik dari gunung api purba
Nglanggeran yang dikembangkan oleh masyarakat desa Sambirejo dan kemudian
diresmikan pada 30 Mei 2015.
Sebenarnya Tebing Breksi memiliki potensi yang cukup potensial untuk dikembangkan
sebagai Obyek Wisata Alam Geologi. Apalagi sekarang ini obyek wisata alam geologi
seperti ini sudah mengalami banyak kemunduran dikarenakan kalah bersaing dengan
jaman yang semakin modern, dan kecanggihan teknologinya dapat menciptakan Obyek
wisata buatan yang lebih menarik. Obyek wisata alam seperti ini, khususnya Tebing
Breksi sangat membutuhkan kucuran dana dan perhatian yang besar dari pemerintah
daerah.
Tebing Breksi dikelola oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata yang menggunakan
strategi pemasaran untuk mengembangkan obyek tersebut dengan melalui media cetak
maupun elektronik. Pengelola berusha sebisa mungkin untuk memperbaiki sarana dan
prasarana demi kenyamanan wisatawan dalam kegiatan berwisata di Tebing Breksi.
B. Saran
1. Sumber Daya Manusia (SDM) lebih di kembangkan.
2. Meningkatkan promosi (membuat leaflet dan buklet) dan publikasi Tebing Breksi
Keberbagai kota maupun daerah.
3. Melestarikan dan melindungi warisan geoheritage Tebing Breksi yang memiliki
edukasi sejarah dan budaya.
4. Untuk pemerintah daerah dimohon untuk lebih memperhatikan aset wisata seperti
Tebing Breksi, dengan menambahkan sarana dan prasarana pariwisata seperti
penambahan atraksi wisata, fasilitas, menambah saung atau gazebo.
5. Memberi peluang untuk membuka berbagai usaha yang dapat mendukung obyek
wisata Tebing Breksi.

References
[1]. Damiasih, D. (2014). Pengembangan Desa Wisata Kembangarum Turi Sleman untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Masyaraka. Jurnal Kepariwisataan, 8(2), 73-86.
[2]. Suhendroyono, S., & Novitasari, R. (2016). Pengelolaan Wisata Alam Watu Payung
sebagai Ikon Wisata Berbasis Budaya di Gunungkidul Yogyakarta. Jurnal Kepariwisataan, 
[3]. Damiasih, D., & Yunita, R. E. (2017). Pengelolaan Goa Tanding sebagai Ekowisata di
Kabupaten Gunungkidul Yogyakart. Jurnal Kepariwisataan, 11(3), 25-38
[4]. Kiswantoro, A. (2017). Pengaruh Kenyamanan Fasilitas Wisata dan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Keputusan Wisatawan Untuk Berkunjung Kembali ke Kawasan Wisata Goa
Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk Gunungkidul Yogyakart. Jurnal
Kepariwisataan, 11(1), 27-38.
[5]. Data Seminar Nasional pada tanggal 3 November 2017 di UPN “Veteran” Yogyakarta
dengan tema “Perkembangan Tantangan dan Peluang Bisnis Geowisata di Indonesia”.
[6]. Rif'an, A. A. (2018). Daya Tarik Wisata Pantai Wediombo Sebagai Alternatif Wisata
Bahari Di Daerah Istimewa Yogyakarta. JURNAL GEOGRAFI, 10(1), 63-73.
[7]. Isdarmanto, I. (2018). ANALISIS POTENSI PANTAI GLAGAH SEBAGAI
EKOWISATA UNGGULAN DI KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal
Kepariwisataan, 12(2), 1-12
[8]. Rif'an, A. A. (2018). Daya Tarik Wisata Pantai Wediombo Sebagai Alternatif Wisata
Bahari Di Daerah Istimewa Yogyakarta. JURNAL GEOGRAFI, 10(1), 63-73.
[9]. SETYANINGSIH, Z., & Arch, M. (2013). PENGARUH PENGALAMAN WISATAWAN
TERHADAP CITRA DESTINASI PARIWISATA Kasus: Jl. Malioboro dan Jl. Ahmad Yani,
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
[10]. Nugraha, B. S., & Suprihanto, J. (2016). SOCIAL IMPACTOF TOURISM
SUSTAINABLE DEVELOPMENT Case of Baron Beach, Gunung Kidul,
DIY. International Journal of Tourism and Hospitality Study, 1(1).
[11]. Rohman, N. (2018). MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN PESERTA SEMINAR
BERDASARKAN KUALITAS LAYANAN (Studi pada: THE FIRST STIPRAM
CONFERENCE ON ECOTOURISM 2018 IN YOGYAKARTA) (Doctoral dissertation,
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta).

LAMPIRAN

Dokumentasi berupa foto dan sertifikat Seminar Nasional

Kegiatan Seminar Nasional di UPN “Veteran” Yogyakarta


Obyek Wisata Geologi Tebing Breksi

Anda mungkin juga menyukai