Pembimbing:
dr. Pritha Maya Savitri, Sp. KP
Disusun Oleh:
Adhila Khairinisa 1920221112
Afrizaldi Pramadana Handoko 1920221135
Ega Mardiyana 1910221006
Radya Agna Nugraha 1920221142
Disusun Oleh:
Adhila Khairinisa 1920221112
Afrizaldi Pramadana Handoko 1920221135
Ega Mardiyana 1910221006
Radya Agna Nugraha 1920221142
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas mandiri ini berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. .
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Melalui kesempatan ini pula,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyelesaian tugas
kedokteran keluarga ini kepada pihak Puskesmas Limo, pembimbing dr. Pritha Maya
Savitri, Sp. KP yang telah meluangkan waktu dalam mebimbing kami dan teman-
teman semuanya yang mendukung.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan tugas laporan ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................................6
I.3 Tujuan............................................................................................................................7
I.4 Manfaat..........................................................................................................................8
BAB II......................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................19
III.1 Hasil...........................................................................................................................19
III.2 Pembahasan..............................................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................................28
IV.1 Kesimpulan............................................................................................................28
IV.2 Saran......................................................................................................................28
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita
kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas
mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kami sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui alur pemrosesan Budidaya Jamur Merang di Tempat Budidaya
Gunung Sindur.
2. Menganalisis risiko dan bahaya potensial yang ada di Tempat Budidaya
Jamur Merang Gunung Sindur.
3. Mengidentifikasi Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
yang dapat terjadi akibat risiko kerja di Tempat Budidaya Jamur Merang
Gunung Sindur.
4. Mengidentifikasi merencanakan alternatif solusi dan tindak lanjut resiko kerja
atau penyelesaian yang tepat untuk pengendalian risiko kerja yang dapat
dilakukan oleh Tempat Budidaya Jamur Merang Gunung Sindur.
5. Mengetahui mekanisme dan sistem layanan kesehatan yang diberikan oleh
Tempat Budidaya Jamur Merang Gunung Sindur.
I.4 Manfaat
Ilmu yang didapatkan bermanfaat sebagai bekal kami sebagai dokter untuk di
kemudian hari apabila kami berkecimpung di dalam bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus, ginjal, dan lain-
lain. Setiap organ tersebut memiliki fungsinya masing-masing, dan setiap fungsi
tersebut sangat rentan apabila organ diserang oleh substansi kimia tertentu.
II.1.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Tujuan kesehatan kerja menurut Ramlan (2006) adalah :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
disemua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun kesejahteraan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya seperti kecelakaan
akibat kerja.
3. Memberi perlindungan bagi pekerja saat melaksanakan pekerjaannya dan
kemungkinan terjadinya bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan di tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja disuatu lingkungan pekerjaan berdasarkan
keterampilan, kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
b. Tujuan keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan
perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas. (Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja)
II.1.3 Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan
oleh perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):
1) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
2) Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alatalat
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan
proses produksi dan di samping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
3) Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan, misalnya
menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan
mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):
1) Beban Kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2) Kapasitas Kerja
6 Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun
psikososial.
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):
b. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
c. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
d. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
e. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (Syarat-Syarat lingkungan
Kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas,
radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus
listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang,
adanya aturan kerja atau aturan keperilakuan.
f. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
g. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
h. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
II.1.4 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
III.1 Hasil
III.1.1 Profil Perusahaan
Industri Budidaya Jamur Merang Pedurenan berada di Jalan Pedurenan, Kecamatan
Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Tempat ini merupakan tempat produksi jamur merang
yang telah berdiri sejak tahun 2020 dan berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 500 m2.
Ditempat ini terdapat enam bangunan yang dibangun dari bahan bambu dan Styrofoam
untuk digunakan sebagai tempat budidaya jamur merang. Jumlah pekerja yang ada di
tempat ini sebanyak tiga orang laki-laki yang bertugas untuk merawat hingga memanen
jamur yang telah siap panen.
Gambar 1. Lokasi Industri Budidaya Jamur Merang Pedurenan
Pada persiapan media ini, pekerja harus mengangkat karung berisi kapas
seberat 100 kg untuk karung besar dan 50 kg untuk karung kecil ke kolam
perendaman. Pemindahan media kapas ini dilakukan dengan tenaga fisik tanpa adanya
alat bantu untuk karung kecil, sedangkan untuk karung besar dilakukan dengan dua
pekerja dan dibantu dengan tandu bambu. Selain kapas sebagai media, diperlukan
juga kapur, bekatul, dan air molase sebagai bahan baku.
III.1.4 Alur Produksi
Tempat Budidaya ini memproduksi produk utama yaitu jamur merang. Dalam
produksi jamur diperlukan kompos sebagai media utama untuk pertumbuhan jamur.
Adapun cara dalam membuat kompos jamur harus sesuai dengan sifat dan proses
aktivitasnya yang di kelompokan dalam fase 1 dan fase 2
Fase 1
Fase ini merupakan proses kombinasi dari proses mikrobiologis dan kimia.
Secara sederhana proses produksi fase 1 dijabarkan:
a. Pada awal pencampuran bahan, temperatur masih mengikuti kondisi lingkungan
awal, serta pH campuran cenderung agak rendah. Mikroba mesofilik mencoba
merombak karbohidrat sederhana menjadi asam organik. Seiring peningkatan
aktivitas fermentasi, temperatur akan meningkat menjadi lebih dari 45°C. Pada
kondisi ini, mikroba mesofilik melemah dan secara alamiah terseleksi, digantikan
mikroba termofilik.
b. Meningkatkan temperatur hingga mencapai 60-70°C menjadi mikroba termofilik
menguasai zona ini. Bahan berkadar N tinggi mengalami amonifikasi,
menyebabkan pH kompos meningkat menjadi lebih basa akibat produksi amoniak
besar-besaran.
c. Temperatur kompos terus meningkat melebihi 70°C dan sebagai besar proses
biologis dalam kompos beralih menjadi proses kimiawi. Saat inilah terjadi proses
karamelisasi. Pembentukan koloid, yang terkandung didalamnya nutrisi bagi
jamur berupa senyawa komplek lipid-protein, kompleks polisakarida dan
senyawa ligin. Warna kompos berubah menjadi lebih gelap dengan struktur lunak
Tabel 1. Fase 1 Kompos Jamur
Hari ke Aktivitas Sasaran
1 Persiapan bahan baku: - Pilih bahan baku sesuai
a. Jerami dengan standar kualitas
b. Kapur - Ukur/timbang sesuai
c. Bekatul kebutuhan berasar standar
d. Air molase formula
Pre-wetting + Moding - Campuran homogen
Kapas dikeluarkan dari karung - L x T = 1.5 x 1.2
dan ditebarkan di lantai kolam - Sisi jaluran tegak lurus
yang sudah degenangi air molase . - Bagian dalam jaluran
Kapas diatur agar mempunyai harus tidak lebih padat
luas x tinggi 1.5 x 1.2 (sesuaikan dari bagian luar
kebutuhan). Kapas lalu diinjak- - Air merata pada semua
injak agar air meresap merata
bagian, tidak sekedar
dalam kapas (kadar air >75%)
basah tapi meresap.
2 Siram Jaluran Pastikan jaluran cukup air
(Ka>75%)
3 Tanpa Perlakuan
4 Pembalikan dan penyiraman - Mencapai homogenitas
yang baik
- Menjaga aerasi
- Menjaga kadar air pada
kisaran 74%
5 Tanpa perlakuan
6 Tanpa perlakuan
7 Pembalikan dan pemasukan ke - Mengurai kompos
dalam kumbung - Menjamin homogenitas
- Koreksi kadar air
- Karakteristik kompos air
siap masuk kumbung:
a. Berwarna molase
muda, serat tampak
basah dan mengkilat
dan mudah putus saat
ditarik
b. Tidak terasa keras pada
telapak tangan saat
digenggam dan ditekan
c. Kadar air 70-72%
(akan meneteskan air
dari sela jari tangan
saat segumpal kompos
digenggam)
d. pH 7.5-8.0
e. Bila kompos di pegang
akan menyebabkan
tangan basah
f. Aroma kompos khas
sedikit berbau amoniak
Note:
- Umur kompos disesuaikan dengan jenis bahan baku yang digunakan
- Interval pembalikan 3-4 hari
Fase 2
Pada fase ini seluruhnya merupakan proses mikrobiologis. Tahapan penting
pada fase ini:
a. Pasteurisasi mengkondisikan temperatur kompos dan udara pada 60-65°C
selama lebih kurang 7 jam. Periode ini merupakan seleksi untuk membuang
hama penganggu, yang diantaranya:
- Berbagai jenis dan stadium lalat, gurem, dan cacing
- Berbagai jenis mikroba penganggu
o Verticullum (DB) : jamur mati dan kering
o Mycogone (WB) : jamur brokoli
o Niuchaetom (OGM) : jamur oncom
o Trichoderma (GM) : jamur hijau
o Bacterial Blotch (BS) : jamur busuk dan berlendir
b. Pengkondisian mengkondisikan temperatur kompos dan udara pada kisaran
48°C guna memberikan pada mikroba baik, seperti golongan ascomycotes dan
humicola untuk berkembang. Periode ini berlangsung 8-10 jam. Dalam
periode ini, mikroba tersebut memanfaatkan senyawa N sederhana seperti
amoniak dan karbohidrat sederhana sebagai penyusun tubuhnya.
c. Pendinginan pada akhir tahap conditioning, temperatur diturunkan menjadi
35°C, sehingga era bakteri termofilik berakhir dan substrat kompos ini siap
untuk ditempati jamur merang. Jika semua proses ini berlangung dengan baik.
Akan dihasilkan kompos yang selektif, yang hnya cocok untuk jamur merang
saja.
Tabel 2. Fase 2 Kompos jamur
Hari ke Aktivitas Sasaran
0 Persiapan kumbung Menjamin kumbung yang akan
(mencuci-membersihkan ditempati kompos tetap higienis
kumbung dari sisa kompos,
jika diperlukan semprot
formalin %)
1 - Pemasukan dan - Lebar 60 cm
penyusunan kompos - Tinggi sebelum pemadatan
- Pemadatan dan 60cm
penambahan air - Tinggi setelah pemandatan
40cm
- Panjang menyesuaikan
- Bentuk seperti kurva
(cembung), permukaan padat
dan kadar air 70-72%
Memindai pasteurisasi Menaikan suhu hingga tercapai 60-
65°C
2 Pasteurisasi Mempertahankan suhu kompos dan
udara 60-65°C selama 7 jam
Pengkondisian Mempertahankan suhu kompos dan
udara 48°C selama 8-10 jam
Pendiginan Menurunkan suhu hingga 35°C
3 Penebaran bibit (pastikan - Gunakan bibit berkualitas
wadah bibit, baju dan tangan - Tebaran bibit merata pada
pekerja higienis) permukaan kompos
- Bibit menyatu/melekat pada
permukaan kompos
Secara singkat alur proses dalam budidaya jamur merang dapat di lihat pada bagan 1
dan 2.
III.1.5 Analisis Hazard
Tabel 3. Analisis Hazard
III.2 Pembahasan
Secara keseluruhan, pada setiap proses produksi memiliki bahaya dan faktor
risikonya masing-masing. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan menggunakan
APD, memodifikasi alat dan lingkungan kerja.
Pada daerah tanah lingkungan kerja, terdapat bahaya ergonomi lingkungan
yang dapat meningkatkan risiko jatuh. Selain pada daerah tanah lingkungan kerja,
peningkatan risiko jatuh dapat terjadi pada proses pembalikan dan pemasukan
kedalam kumbung, penebaran bibit, dan panen. Untuk mengatasi hal tersebut para
pekerja perlu menggunakan APD berupa sepatu boot dan dilakukan modifikasi
lingkungan kerja dengan melakukan peningkatan penyerapan air dengan biopori atau
bak resapan dan penggunaan paving blok. Pada proses pembuatan kompos yang
dilakukan dengan bahan air kapur, dapat menimbulkan hazard kimia berupa iritasi
dari zat tersebut karena bersifat korosif. Dalam menanggapi hal ini para pekerja perlu
menggunakan APD berupa sepatu boot. Kemudian kondisi keadaan kumbung pada
saat proses pembuatan kompos fase 2 yang memiliki kelembapan tinggi dan adanya
asap dari hasil pembakaran, hal ini dapat menimbulkan hazard kimia berupa gas/uap
yang dapat berpengaruh terhadap saluran pernafasan, untuk mengatasi hal tersebut
maka para pekerja dianjurkan untuk menggunakan masker. Rutinitas kegiatan yang
dilakukan berulang oleh para pekerja juga menimbulkan risiko psikososial, untuk
menurunkan risiko ini mungkin salah satunya dapat dilakukan dengan pengembangan
modifikasi alat. Kemudian untuk faktor biologis bisa diatas dengan penggunaan APD
berupa sarung tangan atau penyemprotan pestisida pada media jamur agar dapat
menghilangkan hama serangga.
Lain halnya dengan pengangkatan karung kapas untuk perispan bahan baku,
karena memiliki beban kerja yang cukup tinggi, ditemukan bahaya egonomi pada
posture pekerja karena posisi ketika mengangkat karung kapas yang berat, dan
biomekanik karena kegunaan kekuatan otot yang berlebihan. Untuk mengatasi hal ini
perlu dilakukan modifikasi alat kerja seperti penggunaan gerobak dorong yang
memadai agar mempermudah pekerja dalam melakukan aktivitas. Pada aktivitas
kegiatan pengantaran hasil panen untuk penjualan menggunakan motor, hal ini juga
perlu dilakukan modifikasi alat kerja. Dimana motor yang digunakan dibuatkan
tempat khusus pada bagian motor untuk meletakan hasil panen, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan keaman para pekerja. Namun pada proses pasteurisasi untuk
mengatasi suhu yang tinggi pada ruangan belum ditemukan solusinya, karena suhu
yang dibuat pada ruangan ditujukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan jamur.
Selain identifikasi bahaya dan pengendalian risikonya, perusahan ini juga
belum melakukan pelayanan jaminan kesehatan terhadap pekerjanya. Namun akses ke
klinik setempat cukup mudah, yaitu apabila ada cidera yang mengharuskan pekerja
dilarikan ke tempat pelayanan kesehatan, maka pekerja tersebut dapat dibawa ke
klinik terdekat telebih dahulu, klinik Andilia yang hanya berjarak 3 km. Kemudian
jika terdapat kegawatdaruratan yang mengharuskan dilarikan ke rumah sakit, maka
pekerja tersebut dapat di rujuk ke rumah sakit PENA 98 yang hanya bejarak 4.4 km
dan dapat ditempuh 9 menit menggunkan kendaraan bermotor.
Kesejahteraan pekerja juga cukup terjamin, karena upah yang di dapatkan
berupa upah borongan yang bergantung pada kondisi panen. Berdasakan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, seharusnya upah/gaji yang
diberikan pada para pekerja menggunakan pembayaran upah minimum. Ditambah
para pekerja tidak memiliki jaminan kesehatan dalam melakukan pekerjaannya.
Jaminan kesehatan sendiri termasuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang salah satunya meliputi jaminan kesehatan yang ditujukan untuk menjamin
kesehatan para pekerja dan jaminan kecelakaan kerja yang menjamin pekerja apabila
terjadi kecelakaan saat kerja hal ini ditujukan agar para pekerja dapat merasa aman
dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, pembagian waktu kerja (shift) tidak sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh International Labour Organization (ILO) yang
seharusnya bekerja 8 jam/hari.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil kunjungan pada Tempat Budidaya Jamur Merang, Gunung
Sindur, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Proses pembuatan jamur merang di Tempat Budidaya Jamur, Gunung
Sindur terdiri dari 2 fase, yaitu fase 1 yang merupakan kombinasi proses
mikrobiologis dan kimia serta fase 2 yang seluruhnya merupakan proses
mikrobiologis.
b. Ditemukan potensi bahaya dan resiko terjadinya kecelakaan kerja pada
masing – masing bidang proses kerja antaralain berupa lingkungan tanah
yang licin, pengangkatan beban berat, suhu ruangan yang panas, dan
kejenuhan akibat kegiatan rutin pada pekerja.
c. Belum ditemukan adanya Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja di Tempat Budidaya Jamur Merang Gunung Sindur
sampai dengan saat ini.
d. Upaya yang telah dilakukan pemilik Tempat Budidaya sebagai bentuk
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja salah satunya penyediaan APD
yaitu berupa sepatu boot untuk mengatasi lingkungan dengan kontur tanah
yang licin. Jenis bahaya yang masih sulit ditemukan solusinya adalah pada
proses pasteurisasi. Hal ini dikarenakan suhu panas dalam ruangan yang
menjadi salah satu hazard bagi pekerja merupakan lingkungan yang
optimal untuk pertumbuhan jamur.
e. Tempat Budidaya belum melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri,
namun akses lokasi Tempat Budidaya dengan layanan kesehatan cukup
dekat. Setiap pekerja belum memiliki jaminan kesehatan.
IV.2 Saran
a. Untuk mengurangi potensi bahaya dan resiko terjadinya kecelakaan kerja
pada masing – masing bidang proses kerja, diperlukan adanya pemberian
APD bagi pekerja, modifikasi lingkungan, dan modifikasi alat.
b. Peningkatan keamanan lingkungan kerja dapat dilakuan untuk mencegah
terjadinya Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja.
Langkah yang dapat dilakukan antaralain dengan penyediaan APAR,
edukasi pekerja mengenai Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja, serta menghimbau kepada seluruh pekerja untuk lebih
berhati – hati, mematuhi dan menjalankan prosedur kerja agar dapat
mengurangi potensi bahaya di Tempat Budidaya
c. Upaya pengendalian risiko dengan pemberian APD dapat dilakukan untuk
meningkatkan keamanan pekerja. APD yang dapat diberikan antaralain
berupa sepatu boot untuk mengurangi bahaya lingkungan yang licin dan
mencegah kontak dengan bahan kimia serta penggunaan masker untuk
mencegah terhirupnya gas/uap akibat proses pembakaran. Selain itu,
edukasi mengenai pentingnya minum air putih dengan jumlah banyak
untuk rehidrasi perlu dilakukan sebagai langkah mengurangi risiko
pekerja yang bekerja pada lingkungan dengan suhu tinggi.
d. Upaya pengengendalian risiko lainnya berupa modifikasi alat dan
lingkungan kerja masih perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
risiko kecelakaan kerja. Upaya modifikasi alat yang dapat dilakukan
berupa penggunaan gerobak dorong dan modifikasi motor pengangkut
yang memiliki tempat khusus untuk meletakkan hasil panen. Sedangkan
modifikasi lingkungan seperti melakukan peningkatan penyerapan air
dengan biopori atau bak resapan dan penggunaan paving block pada area
budidaya jamur juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bahaya.
e. Pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan tiap pekerja masih perlu
ditingkatkan. Setiap pekerja sebaiknya terdaftar untuk mendapatkan
jaminan kesehatan pekerja. Penyediaan kotak P3K untuk penanganan
awal dan transportasi untuk menuju ke fasilitas kesehatan terdekat perlu
disediakan bilamana terjadi kecelakaan kerja di lingkungan Tempat
Budidaya di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA