Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak upaya

kesehatan (baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan

perorangan)(Trihono, 2013). Upaya puskesmas seperti kegiatan pelayanan yang

ditujukan untuk pencegahan, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan

akibat penyakit serta pemulihan kesehatan, semua itu merupakan kegiatan

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kolompok dan masyarakat

(Permenkes No. 75, 2014). Semuanya merupakan prinsip penyelenggaraan

pelayanan kesehatan puskesmas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan dari para pengguna jasa pelayanan kesehatan dimana pasien

mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah kesehatannya(Gozali, 2012).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2014 menyebutkan dalam

pasal 1 Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes No. 75, 2014). Menurut (Trihono, 2013) dalam bukunya menjelaskan

bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas yang berperan dalam menyelenggarakan sebagian dari

tugas teknik oprasional Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit

1
2

pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia, dengan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemajuan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Sebagai unit pelaksana di tingkat masyarakat, kelebihan puskesmas yakni

merupakan sarana kesehatan yang mudah dijangkau oleh semua lapisan

masyarakat baik dilihat dari segi biaya maupun letak geografis (Muninjaya, 2013).

Berbagai program telah diselenggarakan oleh puskesmas yang dilaksanakan sesuai

dengan kemampuan tenaga, fasilitas dan biaya atau anggaran yang tersedia di tiap

puskesmas. Usaha pokok kesehatan tersebut meliputi program kesehatan ibu dan

anak, keluarga berencana, kesehatan gigi, kesehatan lingkungan, penyuluhan

kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan.Namun

kualitas dari pelayanan yang ada di puskesmas sampai saat ini belum memadai

(Candrawati, 2015).

Banyak faktor yang menjadi tantangan penyebab belum memadainya

kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas seperti masalah kepatuhan terhadap

standar pelayanan, tenaga kesehatan, lamanya pelayanan yang

diberikan(Candrawati, 2015). Tingkat pengetahuan masyarakat, serta kemiskinan.

Serta adanya kekurangan puskesmas di mata masyarakat yaitu adanya citra

pelayanan yang buruk khususnya menyangkut kualitas, yang mana image

puskesmas di kalangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tidak

memberikan mutu yang baik seolah-olah fasilitas di puskesmas hanya diperuntukkan


3

bagi kelas bawah dengan pelayanan kesehatan,obat serta peralatan yang seadanya

(Wijayanti & Baraba, 2008).

Sebagai sebuah persepsi, image Puskesmas tidak seluruhnya seperti apa

yang diperkirakan oleh sebahagian masyarakat. Termasuk persepi tentang kualitas

pelayanan yang buruk serta anggapan bahwa Puskesmas hanya untuk masyarakat

kelas bawah. Meski demikian, sebuah kualitas tidak terlepas dari unsure subjektifitas

orang yang menikmati pelayanan tersebut. Jika sekiranya harapan mereka sesuai

dengan kenyataan yang diterima, mungkin saja mereka akan menganggap bahwa

pelayanan itu merupakan hal yang bermutu atau berkualitas. Sebaliknya, jika hal

tersebut tidak sesuai

antarakenyataandenganharapanmakadipastikanakanmunculkekecawaan dan

menganggapbahwapelayanan di Puskesmasjauhdarimutu yang ada. Oleh

karenanya, yang

menjadipermasalahutamaadalahbagaimanastandarharapanmasyarakatbersesuaian

denganmutulayanan yang tersedia. Sehinggadibutuhkanaktivitas di

dalamPuskesmasdapatberjalanberdasarkantujuannyauntukmencapaiderajatkesehat

anmasyarakat yang maksimal.

KabupatenLuwu Utara memilikitantangan yang cukupbesarutamanyasaat

masa pandemic Covid-19 tengahterjadi dan

harusmampumelakukanpeningkatankesehatanmasyarakatsertapeningkatanmutulay

anankesehatan. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Kesehatan KabupatenLuwu

Utara, diperolehinformasibahwaterdapat 5 indikatorsasaran (33,33%) yang

belumsesuaidenganapa yang telahditetapkanatautidakmencapai target. Indikator


4

yang dimaksudadalah: 1) persentasePuskesmasterakreditasi, 2)

persentasependuduk yang memilikijaminankesehatan, 3) jumlahkematianibu per

kelahiranhidup, 4) persentasepenurunankasuspenyakittidakmenular dan 5)

proporsipendudukdenganakesesberkelanjutanterhadap air minumlayakperkotaan

dan pedesaan(DINKES, 2020). Dari haltersebutmenunjukkanbahwaupaya yang

telahdilakukan oleh Dinas Kesehatan KabupatenLuwu Utara

dalamhalpenciptaanlayanankesehatanyang baik, masihperluuntukdimaksimalkan.

Terciptanyalayanankesehatan yang baik,

tentusajaberhubungandengankualitas dan jaminanmutupelayanankesehatan yang

didefinisikansebagaiupaya yang dilaksanakansecaraberkelanjutan, sistematis,

objektif dan

terpaduuntukmerumuskanpenyebabmasalahmutupelayanankesehatanberdasarkanst

andar yang telahditetapkanuntukmenetapkan dan

melaksanakancarapenyelesaianmasalahsesuaidengankemampuan yang

tersediauntukmenilaihasil yang dicapai dan untukmenyusunrencanatindaklanjutnya

agal lebihmeningkatkanmutupelayanan(Muninjaya, 2013). Salah

satuindikatorlayanankesehatan yang

baiktentunyakepuasanpelangganataupasienterhadaplayanan yang

diberikanituefisien, terjangkaudariaspekbiaya, dapatdijangkaudariaspekjarak, adil,

cepat, berkesinambungan dan berkelanjutan(Muninjaya, 2013).

Salah satu program peningkatanmutupelayanankesehatan di

KabupatenLuwu Utara agar setiappuskesmasdapatmenjalankanfungsinyasecara

optimal makaperludikeloladenganbaik, baikkinerjapelayanan, proses


5

pelayananmaupunsumberdaya yang di gunakan, dan

dilakukanpenilaiankeberhasilanpuskesmas yang dilakukan oleh internal

organisasipuskesmasitusendiriyaitudengan “penilaiankinerjapuskesmas” yang

mencakupmanajemensumberdayatermasukalat, obat, keuangan, dan tenaga,

menjaminterjadinyaperbaikanmutu, peningkatankinerjasecaraberkesinambungan di

puskesmasmakadilakukan pula penilaian oleh

pihakeksternaldenganmenggunakanstandar yang

ditetapkanmelaluimekanismeakreditasi. Dalam peraturan Menteri Kesehatan No 75

tahun 2014 pasal 39 menyatakandalamupayapeningkatanmutupelayanan,

puskesmaswajibdiakreditasisecaraberkala paling kurangtigatahunsekali(Permenkes

No. 75, 2014). Tujuan

utamaakreditasipuskesmasadalahuntukpembinaanpeningkatanmutu,

kinerjamelaluiperbaikan yang berkesinambunganterhadapsistemmanajemenmutu

dan penyelenggaraanpelayanan, program, sertapenerapanmanajemenrisiko

danbukansekadarpenilaianuntukmendapatkansertifikatakreditasi.

Upaya peningkatankualitas salah

satunyadapatdilakukanmelaluipenerapanakreditasi,

yaitumekanismepenilaianeksternal yang

digunakanuntukmengukurstandarperbaikanmutudalampelayanankesehatan(WHO,

2003). Proses akreditasimerupakansebuah proses Quality Assurance yang

berkaitandenganaktivitasperbaikanmutupelayanankesehatan(Desveaux et al.,

2017).Pelaksanaanakreditasimembawabanyakperubahan di puskesmas.

Perubahanorganisasibukanlah proses yang


6

mudahkarenaanggotaorganisasisudahterbiasadengankenyamanandalamsistemkerja

turuntemurun. Proses perubahandapatmembawadampakpsikologis dan

emosikaryawan yang akanmempengaruhi proses perubahanorganisasi(Desveaux et

al., 2017). Perubahanorganisasidapatdipengaruhi oleh banyakfaktor, baikfaktor

internal maupuneksternal(Hoag et al., 2002).Elemen internal organisasi yang

berpengaruhdiantaranyamanajemen dan budayaorganisasi(Avey et al., 2008).

Penelitian time series yang dilakukan olehDevkaran dan Farrell

menemukanbahwameskipunakreditasidilakukandengantujuanuntukmeningkatkankua

litasorganisasipelayanankesehatan,

tetapipeningkataninitidakmampudipertahankanselamasiklusakreditasi 3

tahun(Devkaran & O’Farrell, 2015).Jika tidakdikeloladenganbaik,

penerapanakreditasipuskesmas di Indonesia juga akanmengalamikegagalan yang

sama. Jika halini yang terjadi, maka salah

satumanfaatakreditasiyaitumeningkatkankepuasanpasien, akansulitdicapai.

Penelitian terdahulu oleh (Yousefinezhadi et al., 2014)di Rumah Sakit Iran

menemukanbahwameskipunrumahsakitmencapainilaitinggi,

tetapimasihmemilikimasalahdengankualitas dan keamanandan

pasientidakpuasdenganmereka. Hal

inimenunjukkanbahwabeberapaorganisasimengalamikegagalandalammeningkatkan

kepuasanpasienmeskipuntelahmelakukanbeberapaperubahandalamsistemlayanann

ya.

Kondisi yang sama juga ditemui di puskesmas di Kota Surabaya.

Sejaktahun 2015, secarabertahap Dinas Kesehatan Kota Surabaya


7

memprogrambeberapapuskesmasnyauntukmengikutiakreditasi.

Sampaidenganakhirtahun 2017 sudah46% puskesmas di Surabaya yang

telahterakreditasi. TetapidarilaporansurveiIndeksKepuasanMasyarakat

diperolehinformasibahwakepuasanmasyarakatterhadappelayanankesehatan di

Surabaya di tahun 2017 mengalamipenurunandibandingkantahun 2016.

TerjadipenurunanIndeksKepuasandari 75.90 menjadi 71.76 ataumenurunsebesar

4.14 poin, dariskormaksimal 100.

Padahalseiringdenganpertambahantahundiharapkankepuasanmasyarakatterhadapp

elayanankesehatan di Kota Surabaya dapatlebihditingkatkan. Penelitian yang

dilakukan oleh (Wulandari et al., 2019)tentangakreditasiPuskesmas di Kota

SurabaymenunjukkanbahwapelaksanaanakreditasiPuskesmasterbuktimampumenin

gkatkankepuasanpasien, namunadabeberapadimensimutu yang perludiperhatikan.

Oleh karenanyaPuskesmasharusberusahamenata system

pelayanannyaterutamaterkaitdenganpemenuhanjanjilayanansesuaidengan yang

telahditetapkansebagaisasaranmutu.

Secaraumum, Dinas Kesehatan KabupatenLuwu Utara pada tahun 2020

telahberupayasecara optimal

melaksanakankewajibannyadalammeningkatkanpelayanankesehatansebagaiupayau

ntukmeningkatkanderajatkesehatanmasyarakan di KabupatenLuwu Utara. Hal

inidilakukan salah satunyaadalahmelaluiupayapencapaianakreditasiuntuk UPTD

Puskesmas yang ada di kabupatentersebut. Berdasarkan data yang ada pada Dinas

Kesehatan KabupatenLuwu Utara, diperolehpersentasePuskesmas yang

terakreditasiadalahsebesar 87,5% atausebanyak 14 Puskesmas yang terdiridari:


8

Tabel 1.
PuskesmasTerakreditasidi KabupatenLuwu Utara
Tahun 2020

No. Puskesmas TahunSurvei Status Penilaian

1 Sabbang 2016 & 2018 Akreditasi Madya

2 Sukamaju 2016 & 2018 Akreditasi Madya

3 Baebunta 2016 & 2018 Akreditasi Utama

4 Masamba 2016 & 2018 Akreditasi Utama

5 Cendana Putih 2016 & 2018 Akreditasi Utama

6 Malangke Barat 2016 & 2018 Akreditasi Madya

7 Malangke 2017 Akreditasi Madya

8 Bone-bone 2017 Akreditasi Madya

9 Tanlili 2017 Akreditasi Madya

10 Wonokerto 2018 Akreditasi Madya

11 Limbong 2018 Akreditasi Madya

12 Seko 2018 Akreditasi Madya

13 Lara 2019 Akreditasi Madya

14 Rampi 2019 Akreditasi Madya

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Luwu Utara, 2020

Dari data yang adamenunjukkanbahwa 14 UPTD Puskesmas di Luwu Utara

telahterakreditasdenganrincian 3 UPTD dengantingkatAkreditasi Utama dan 11

UPTD PuskesmasdengantingkatAkreditasi Madya.Sebagai salah

satuarahkebijakanpeningkatanaksespelayanankesehatandasar yang berkualitas,

pengembangan dan
9

penerapanakreditasifasilitaspelayanankesehatandasarmilikpemerintahperludilakukan

. Denganterakreditasinya 14 Puskesmas yang ada di Luwu Utara,

dapatmemberikanpengaruhterhadapmutupelayanankesehatan yang

memadaikepadamasyarakat, terutamabagi UPTD Puskesmas yang telahmenerima

status akreditasi pada tingkatAkreditasi Utamaseperti UPTD PuskesmasBaebunta,

Masamba dan Cendana Putih.Sepertihasilpenelitian yang ditemukan oleh (Utami et

al., 2017)bahwaterdapatpengaruhantara status

akreditasiPuskesmasterhadapkualitaspelayanan.

Namunberbedahalnyadenganhasilpenelitian yang ditemukan oleh (Haj-Ali et

al., 2014) dan (Riyadi, 2017). Keduapenelitianinidilakukan pada Rumah Sakit dai

Lebanon dan PuskesmasKabupaten Bantul yang

menunjukkanhasilpenelitianbahwatidakterdapathubungan yang signifikanantara

status akreditasidengantingkatkepuasanpasien. Hal inimenunjukkanbahwa status

akreditasibelumdapatmenjaminmutupelayanankesahatan yang

mampumenimbulkankepuasanterhadapdiripasien.

Padahalakreditasimerupakansuatumekanismepenilaiandalamrangkapengakuan,

bahwapelayanankesehatan yang disediakan oleh

sebuahinstitusitelahmemenuhistandar yang telahditentukan.

Berdasarkanlatarbelakang yang

telahdiuraikantersebutsertabeberapapenelitianterdahulu yang

hasilnyaterdapatperbedaansehinggapenelititertarikuntukmelakukanpenelitiantentang

akreditasipada Puskesmasyang adadi Luwu

Utara.Peneliticukuptertarikuntukmelakukanpenelitianterhadap UPTD Puskesmas


10

yang telahmenerimapengakuanAkreditasi

Utamauntukkemudianmelihatpengaruhterhadapmutupelayanan yang diterima oleh

masyarakat di wilayah kerjaPuskesmastersebut. Oleh karenanya,

penelitianiniakanfokus pada kualitas yang adadimiliki oleh

Puskesmasdenganjudulpenelitian “PengaruhStatus

AkreditasiPuskesmasTerhadap Mutu Layanan Pada Fasilitas Kesehatan

Tingkat PertamaDi KabupatenLuwu Utara”.

1.2. RumusanMasalah

Penelitian inimenjadicukupmenarikkarena pada

dasarnyakualitassebuahpelayananmenjadibagian di dalampenentuan status

akreditasi yang akandiperolehsebuahinstitusi. Pelayanan yang

berkualitasmerupakandasar di dalamsebuah proses

penilaianakreditasiinstitusitermasuk di dalampenilaianakreditasiPuskesmas. Namun

pada penelitianini, dengandiperolehnya status akreditas pada

Puskesmasapakahnantinyaakanmemberikandampak pada mutulayananPuskesmas.

Ataukah status akreditasihanyamerupakansebuahprasyarat yang ingindicapai oleh


11

pihakPuskesmas agar target pencapaiankinerja Dinas Kesehatan dapattercapai.

Oleh karenanya, pada penelitianinikemudiandirumuskanmasalah yang

akanditelitikemudianyaitubagaimana status

akreditasidapatmemberikanpengaruhterhadapmutulayananFasilitas Kesehatan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Sebagaiupayadalammenyelesaikanmasalah yang telahdirumuskantersebut,

makadibutuhkanbeberapapertanyaanutama pada penelitianini agar diperolehhasil

yang objektif, yaitusebagaiberikut:

1. Bagaimanapengaruhstatus akreditasiutamaterhadapreliability pada Fasilitas

Kesehatan tingkatPertamadi KabupatenLuwu Utara?

2. Bagaimanapengaruh status akreditasiutamaterhadapansurancepada

Fasilitas Kesehatan tingkatPertama di KabupatenLuwu Utara?

3. Bagaimanapengaruh status akreditasiutamaterhadaptangible pada Fasilitas

Kesehatan tingkatPertama di KabupatenLuwu Utara?

4. Bagaimanapengaruh status akreditasiutamaterhadapemphatypada Fasilitas

Kesehatan tingkatPertama di KabupatenLuwu Utara?

5. Bagaimanapengaruh status akreditasiutamaterhadapresponsiveness pada

Fasilitas Kesehatan tingkatPertama di KabupatenLuwu Utara?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkanpertanyaan yang diajukan di dalampenelitianini,

makaterdapattujuanutama yang kemudiandisusun. Penyusunantujuaninidilakukan

agar aktivitas dan arahpenelitiandapattercapaisecaraobjektif dan terukur. Adapun

tujuanpenelitianiniadalahuntukmenganalisa dan mengetahuipengaruh yang


12

terjadisecaralangsungantara variable status akreditasiutamaterhadapkeandalan,

kepastian, penampilanfisik, perhatian dan cepattanggappelayanandi Puskesmas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Puskesmas

2.1.1.1 PengertianPuskesmas

PengertianPuskesmasmenurutPermenkes No 75 Tahun 2014 Pusat

Kesehatan Masyarakat adalahfasilitaspelayanankesehatan yang

menyelenggarakanupayakesehatanmasyarakat dan

upayakesehatanperseorangantingkatpertama,
13

denganlebihmengutamakanupayapromotif dan preventif,

untukmencapaiderajatkesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya.KedudukanpuskesmassebagaiSistem Kesehatan Nasional

merupakansaranapelayanankesehatanperorangan/masyarakat, dan puskesmas juga

sebagaisistemkesehatankabupaten/kota yang bekerjasebagai unit

pelaksanateknisdinas yang

bertanggungjawabmenyelenggarakansebagiantugaspembangunankesehatan/kota.

Dalam sistemPemerintah Daerah puskesmassebagai unit

pelaksanateknisdinaskesehatan/kota yang merupakan unit strukturalPemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, dan juga sebagaisaranapelayanankesehatan strata

pertama.Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnyadisingkat UKM

adalahsetiapkegiatanuntukmemelihara dan meningkatkankesehatansertamencegah

dan menanggulangitimbulnyamasalahkesehatandengansasarankeluarga, kelompok,

dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnyadisingkat UKP

adalahsuatukegiatan dan/atauserangkaiankegiatanpelayanankesehatan yang

ditujukanuntukpeningkatan, pencegahan,penyembuhanpenyakit,

penguranganpenderitaanakibatpenyakit dan memulihkankesehatanperseorangan.

2.1.1.2 FungsiPuskesmas

FungsiPuskesmasMenurutPermenkes No 75 Tahun 2014 adalah:

a. Melaksanakanperencanaanberdasarkananalisismasalahkesehatanmasyarakat

dan analisiskebutuhanpelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakanadvokasi dan sosialisasikebijakankesehatan


14

c. Melaksanakankomunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaanmasyarakatdalambidangkesehatan

d. Menggerakkanmasyarakatuntukmengidentifikasi dan

menyelesaikanmasalahkesehatan pada setiaptingkatperkembanganmasyarakat

yang bekerjasamadengansektor lain terkait

e. Melaksanakanpembinaanteknisterhadapjaringanpelayanan dan

upayakesehatanberbasismasyarakat

f. MelaksanakanpeningkatankompetensisumberdayamanusiaPuskesmas

g. Memantaupelaksanaanpembangunan agar berwawasankesehatan

h. Melaksanakanpencatatan, pelaporan, dan evaluasiterhadapakses, mutu, dan

cakupanPelayanan Kesehatan

i. Memberikanrekomendasiterkaitmasalahkesehatanmasyarakat,

termasukdukunganterhadapsistemkewaspadaandini dan

responpenanggulanganpenyakit.

2.1.1.3 PrinsipPenyelenggaraanPuskesmas

Sebagaifasilitaspelayanankesehatanuntukmasyarakat,

terdapatprinsiputamadalampenyelenggaraanPuskesmasyaitusebagaiberikut:

a. Paradigmasehat

Puskesmasmendorongseluruhpemangkukepentinganuntukberkomitmendalamupa

yamencegah dan mengurangiresikokesehatan yang dihadapiindividu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.


15

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmasmenggerakkan dan

bertanggungjawabterhadappembangunankesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirianmasyarakat

Puskesmasmendorongkemandirianhidupsehatbagiindividu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat.

d. Pemerataan

PuskesmasmenyelenggarakanPelayanan Kesehatan yang dapatdiakses dan

terjangkau oleh seluruhmasyarakat di wilayah

kerjanyasecaraadiltanpamembedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya

dan kepercayaan.

e. Teknologitepatguna

PuskesmasmenyelenggarakanPelayanan Kesehatan

denganmemanfaatkanteknologitepatguna yang

sesuaidengankebutuhanpelayanan, mudahdimanfaatkan dan

tidakberdampakburukbagilingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmasmengintegrasikan dan mengoordinasikanpenyelenggaraan UKM

(Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) lintas

program dan lintassektorsertamelaksanakanSistemRujukan yang

didukungdenganmanajemenPuskesmas.
16

2.1.1.4 Program Kesehatan Puskesmas

MenurutPermenkes No 75 Tahun 2014 agar dapatmemberikankontribusi dan

distribusiterhadapmasyarakatdalampelayanankesehatansecaramenyeluruhdiwilayah

kerjanya, puskesmasmemilikiataumenjalankanbeberapa program pokok yang

meliputi:

a. Pelayananpromosikesehatan

b. Pelayanankesehatanlingkungan

c. Pelayanankesehatanibu, anak, dan keluargaberencana

d. Pelayanangizi

e. Pelayananpencegahan dan pengendalianpenyakit

2.1.2 AkreditasiPuskesmas

2.1.2.1 PengertianAkreditasiPuskesmas

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Akreditasiadalahpengakuanterhadaplembagapendidikan yang diberikan oleh badan

yang

berwenangsetelahdinilaibahwalembagaitumemenuhisyaratkebakuanataukriteriaterte

ntu. AkreditasiPuskesmasadalah proses penilaianeksternal oleh KomisiAkreditasi

dan/atauPerwakilan di Provinsiterhadappuskesmasuntukmenilaiapakah system

manajemenmutu dan system penyelenggaraanpelayanan dan

upayapokoksesuaidenganstandar yang ditetapkan. Jadi yang menilaiatau meng-

akreditasiPuskesmasmerupakankomisi yang

memangsudahdilatihkususmenjadipenilaiapakahsebuahpuskesmas lulus

akreditasiatautidak.
17

Kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

dalamupayapeningkatanmutupelayanan di

fasilitaskesehatantingkatpertamakhususnyaPuskesmasadalahdenganmenerbitkanPe

raturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015

TentangAkreditasiPuskesmas, KlinikPratama, TempatPraktikMandiri Dokter, Dan

TempatPraktikMandiri Dokter Gigi,

halinibertujuanuntukmenjaminbahwaperbaikanmutu, peningkatankinerja dan

penerapanmanajemenrisikodilaksanakansecaraberkesinambungan di Puskesmas.

Oleh karenaitu, perludilakukanpenilaian oleh

pihakeksternaldenganmenggunakanstandar yang

ditetapkanyaitumelaluimekanismeakreditasi dan

bukansekedarpenilaianuntukmendapatkansertifikatakreditasi.

Puskesmaswajibuntukdiakreditasisecaraberkala paling sedikittigatahunsekali,

demikian juga akreditasimerupakan salah

satupersyaratankredensialsebagaifasilitaspelayanankesehatantingkatpertama yang

bekerjasamadengan BPJS. BPJS

akanmenghentikankerjasamakemitraandenganPuskesmas yang

belumterakreditasisampaitahun 2019 (Farzana dkk, 2016).

2.1.2.2 Tujuan AkreditasiPuskesmas

BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2015 TentangAkreditasiPuskesmas, KlinikPratama, TempatPraktikMandiri

Dokter, dan TempatPraktikMandiri Dokter Gigi

menyatakanbahwaakreditasibertujuanuntuk:
18

a. Meningkatkanmutupelayanan dan keselamatanpasien

b. Meningkatkanperlindunganbagisumberdayamanusiakesehatan, masyarakat

dan lingkungannya, sertaPuskesmas, KlinikPratama,

tempatpraktikmandiridokter, dan

tempatpraktikmandiridoktergigisebagaiinstitusi, dan

c. MeningkatkankinerjaPuskesmas, KlinikPratama, tempatpraktikmandiridokter,

dan tempatpraktikmandiridoktergigidalampelayanankesehatanperseorangan

dan/ataukesehatanmasyarakat.

2.1.2.3 Manfaat AkreditasiPuskesmas

MenurutPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun

2015 TentangAkreditasiPuskesmas, KlinikPratama, TempatPraktikMandiri Dokter,

dan TempatPraktikMandiri Dokter Gigi

menyatakanbahwaakreditasiPuskesmasmemilikimanfaatsebagaiberikut:

a. Memberikankeunggulankompetitif

b. Memperkuatkepercayaanmasyarakatterhadapfasyankes

c. Menjamindiselenggarakannyapelayanankesehatan primer kepadapasien dan

masyarakat.

d. Meningkatkanpendidikan pada stafFasyankes primer

untukmemberikanpelayananterbaikbagimasyarakat

e. Meningkatkanpengelolaanrisikobaik pada pelayananpasienbaik di

Puskesmasmaupunfasyankes primer lainnya, dan

penyelenggaraanupayaPuskesmaskepadamasyarakat

f. Membangun dan meningkatkankerjatimantarstaffasyankes primer


19

g. Meningkatkanreliabilitasdalampelayanan, ketertibanpendokumentasian, dan

konsistensidalambekerja

h. Meningkatkankeamanandalambekerja

BerdasarkanPermenkes No.99 Tahun 2015 TentangPelayanan Kesehatan

pada JKN, akreditasipuskesmasmemilikimanfaatyaitubagi BPJS

kesehatansebagaisyaratrecredensialingRecredensialingadalahkegiatanpeninjauan

dan penyimpanan data

fasyankesberkaitandenganpelayananprofesinyamencakuplisensi, riwayatmalpraktek,

analisapolapraktek dan sertifikasi

2.1.2.4 Status AkreditasiPuskesmas

BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2015 TentangAkreditasiPuskesmas, KlinikPratama, TempatPraktikMandiri

Dokter, dan TempatPraktikMandiri Dokter Gigi

menyatakanbahwaakreditasiPuskesmasmenilaitigakelompokpelayanan di

Puskesmas, yaitu:

a. KelompokAdministrasiManajemen, yang diuraikandalam:

1) Bab I. PenyelenggaraanPelayananPuskesmas (PPP)

2) Bab II. Kepemimpinan dan ManajemenPuskesmas (KMP)

3) Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

b. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikandalam:

1) Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang BerorientasiSasaran (UKMBS)

2) Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat

(KMUKM)
20

3) Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

c. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikandalam:

1) Bab VII. LayananKlinis yang BerorientasiPasien (LKBP)

2) Bab VIII. ManajemenPenunjangLayananKlinis (MPLK)

3) Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Cara penilaiantiappembuktian pada elemendiberikannilai:

a. 0 =Jika belumadasamasekaliataubarusebahagiankecilada( 0% – 24%)

b. 5 = Jika sebagianbesarsudahdilaksanakan (25 – 79 %)

c. 10 = Jika sudahdilaksanakan (80 – 100 %)

Penetapan status AkreditasiPuskesmasterdiriatas:

a. Tidak terakreditasi

Jika pencapaiannilai Bab I, II, dan III kurangdari 75 % dan Bab IV, V, VI, VII,

VIII, IX kurangdari 20 %

b. Terakreditasidasar

Jika pencapaiannilai Bab I, II, dan III ≥ 75 %, dan Bab IV, V, VI, VII, VIII,

IX ≥ 20 %

c. Terakreditasimadya

Jika pencapaiannilai Bab I, II, III, IV, V ≥ 75 %, Bab VI, VII, VIII, IX ≥ 20%

d. Terakreditasiutama

Jika pencapaiannilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII ≥ 75 %, Bab VIII, IX ≥ 20%

e. Terakreditasiparipurna

Jika pencapaiannilaisemua Bab ≥ 75 %


21

2.1.3 Mutu Pelayanan Kesehatan

2.1.3.1 Pengertian Mutu

Mutu dapatberartisuatucarasederhanauntukmeraihtujuan yang

diinginkandengancara yang paling efisien dan efektif,

denganpenekananuntukmemuaskanpembeliataukonsumen. Mutu tidakselaluberarti

yang paling mahal untukmelaksanakansegalasesuatu. Sebaliknya,

mutumerupakansebuahkebutuhanuntukmelakukanefisien dan penghematanbiaya.

Mutu tidakharusberupalayananataubarang-barang mahal. Namun,

mutumerupakansebuahprodukataulayanan yang memadai, mudahdijangkau, efisien,

efektif, dan amansehinggaharusterus-menerusdievaluasi dan ditingkatkan (Al-Assaf,

2009). Mutu merupakangambaran dan karakteristikmenyeluruhdaribarangataujasa

yang

menunjukkankemampuannyadalammemuaskankebutuhanpelangganbaikberupakeb

utuhan yang dinyatakanmaupunkebutuhan yang tersirat (Supriyanto dan Wulandary,

2011).

Mutu tidaklepasdari kata kualitasataumututersebut. Kata

kualitasmengandungbanyakdefinisi dan makna, diantaranyaseperti (Rahmawati dan

Supriyanto, 2013):

a. Mutu adalahkualitas;

b. Bebasdarikerusakanataucacat;

c. Kesesuaian; penggunaan, persyaratanatautuntunan;


22

d. Melakukansegalasesuatusecarabenarsemenjakawal;

e. Pemenuhankebutuhanpelanggansemenjakawal dan setiapsaat;

f. Kepuasanklien; dalam arti klientersebutmaupunkeluarga.

Prinsipmututerangkumdalamtujuhkategoriutamadalampenghargaanbergengsi

Malcolm Baldrige National Quality Award.

Penghargaantersebutdiberikankepadaorganisasinasional (dalambidanglayanan dan

manufaktur) yang mendapatnilaitertinggiuntuktujuhkategoriutama, yaitu (Al-Assaf,

2009):

a. Pelaksanaankepemimpinan

b. Informasi dan analisis strategi sertasistem

c. Upaya perencanaanmutustrtegik

d. Manajemen dan pengembangansumberdayamanusia

e. Manajemen proses mutu

f. Mutu dan hasiloperasional

g. Kepuasanpelanggan

2.1.3.2 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

MenurutMuninjaya (2004)

mutupelayanankesehatanadalahtingkatkesempurnaanpelayanankesehatan yang

diselenggarakansesuaidengankodeetik dan standarpelayanan yang ditetapkan,

sehinggamenimbulkankepuasanbagisetiappasien. Pelayanan yang bermutu sangat

diperlukankarenamerupakanhaksetiappelanggan, dan

dapatmemberipeluanguntukmemenangkanpersaingandenganpemberilayanankeseh
23

atanlainnya. Kualitaspelayanan dan nilaiberdampaklangsungterhadappelanggan.

Pelangganinsitusipelayanankesehatandibedakanmenjadiduayaitu:

a. Pelanggan internal (internal customer) yaitumereka yang bekerja di

dalaminstitusikesehatansepertistafmedis, paramedis, teknisi, administrasi,

pengelola dan lain sebagainya.

b. Pelangganeksternal (external customer) yaitupasien, keluargapasien,

pengunjung, pemerintah, perusahaanasuransikesehatan, masyarakatumum,

rekanan, lembagaswadayamasyarakat dan lain sebagainya (Muninjaya,

2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhimutupelayanankesehatanmenurut Azwar,

2010 adalahunsurmasukan, lingkungan dan proses:

a. UnsurMasukan

Unsurmasukanmeliputisumberdayamanusia, dana dan sarana.

Secaraumumdisebutkanapabilatenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas)

tidaksesuaidenganstandar yang ditetapkan, sertajika dana yang

tersediatidaksesuaidengankebutuhan,

makasulitdiharapkanbaiknyamutupelayanan.

b. UnsurLingkungan

Unsurlingkunganmeliputikebijakan, organisasi dan manajemen.

Secaraumumdisebutkanapabilakebijakan, organisasi, dan

manajementersebuttidaksesuaidenganstandar yang

telahditetapkanatautidakbersifatmendukung,

makasulitlahdiharapkanbaiknyamutupelayanankesehatan.
24

c. Unsur Proses

Yang termasukdalamunsur proses meliputi proses

pelayananbaiktindakanmedismaupuntindakan non-medis.

Secaraumumdisebutkanapabilakeduatindakaninitidaksesuaidenganstandar

yang telahditetapkan, makasulitlahdiharapkanbaiknyamutupelayanan.

Untukmenjaminbaiknyamutupelayanankesehatan,

ketigaunsuriniharusdapatdiupayakansedemikianrupasehinggasesuaidenganstandara

taukebutuhan. Ketigaunsurinisalingberhubungan dan mempengaruhi yang

kaitannyadenganunsurkeluaranyakni yang menunjuk pada

mutupelayanankesehatan.

2.1.3.3 Dimensi Mutu Layanan Kesehatan

Mutu layanankesehatanbersifatmultidimensi,

dimesimutulayanankesehatanituantara lainmenurutPohan, (2006):

a. Dimensikompetensiteknis

Dimensikompetensiteknismenyangkutketerampilan, kemampuan, dan

penampilanataukinerjapemberilayanankesehatan.

Dimensikompetensiteknisituberhubungandenganbagaimanapemberilayananke

sehatanmengikutistandarlayanankesehatan yang telahdisepakati yang

meliputikepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi.

b. Dimensikesinambunganlayanankesehatan

Artinyapasienharusdilayanisesuaikebutuhannya,

termasukrujukanbiladiperlukantanpamengulangiprosedur diagnosis dan terapi


25

yang tidakperlu.Pasienharusselalumempunyaiakseskelayanankesehatan yang

dibutuhkannya.

c. Dimensikeamanan

Dimensikeamananmaksudnyalayanankesehatanituharusaman,

baikbagipasien, pemberilayanan, maupunbagimasyarakatsekitar.

Layanankesehatan yang bermutuharusamandariresikocedera, infeksi,

efeksamping, ataubahaya lain yang ditimbulkan oleh

layanankesehatanitusendiri.

d. Dimensiinformasi

Layanankesehatan yang bermutuharusmampumemberikaninformasi yang

jelasapa, siapa, kapan, dimana dan bagaimanlayanankesehatanituakan

dan/atautelahdilaksanakan. Dimensiinformasiini sangat penting pada

tingkatpuskesmas dan rumahsakit.

e. Dimensiketepatanwaktu

Agar berhasil, layanankesehatanituharusdilaksanakandalamwaktu dan cara

yang tepat, oleh pemberipelayanan yang tepat, dan

menggunakanperalatanobat yang tepat, sertabiaya yang efisien (tepat).

f. Dimensihubunganantarmanusia

Dimensihubunganantarmanusiamerupakaninteraksiantarapemberilayanankese

hatan (provider) denganpasienataukonsumen,

antarsesamapemberilayanankesehatan, hubunganantaraatasan-bawahan,
26

dinaskesehatan, rumahsakit, puskesmas, pemerintahdaerah, LSM,

masyarakat, dll. Mendengarkankeluhan dan berkomunikasidenganefektif juga

penting. Penyuluhankesehatan yang baikbersumberdarikomunikasi yang baik.

Dimensihubunganantarmanusia yang

kurangbaikdapatmengurangikadardimensiefektivitas dan

dimensikompetensiteknisdarilayanankesehatan yang diselenggarakan.

2.2 PengukuranVariabel dan KerangkaKonsep

2.2.1 PengukuranVariabel

Padapenelitianini, terdapat6variabel yang terdiridarisatu variable independent,

dan lima variable dependen. Masing-masing dari variable tersebutadalahstatus

akreditasimadyasebagai variable independent, keandalanpelayanan,

kepastianpelayanan, penampilanfisikpelayanan, perhatianpelayanan, dan

cepattanggappelayanansebagai variable dependen. Adapun pengukurandari

masing-masing variable tersebutdiuraikansebagaiberikut:

a. Variable status akreditasipuskesmas

Akreditasipuskesmasadalah proses penilaian oleh komisiakreditasiatauperwakilan

di provinsiterhadappuskesmasuntukmenilaiapakahsistemmanajemenmutu dan

sistempenyelenggaraanpelayanan dan upayapokoksesuaidenganstandar yang

ditetapkan. Jadi yang menilaiakreditasipuskesmasmerupakankomisi yang

memangsudahdilatihkhususmenjadipenilaiapakahsebuahpuskesmas lulus

akreditasiatautidak (Yuwono, 2016). Adapun

hasilpenilaianakreditasiuntukPuskesmasadalahsebagaiberikut:

1) Tidak lulus akreditasi


27

Puskesmastidak lulus akreditasibiladari 15 bab yang disurvei,

semuamendapatnilaikurangdari 60 %. Bila Puskesmastidak lulus

akreditasidapatmengajukanakreditasiulangsetelahrekomendasidarisurveiordila

ksanakan.

2) Akreditasitingkatdasar

Puskesmasmendapatsertifikatakreditasitingkatdasarbiladari 15 bab yang di

surveihanya 4 bab yang mendapatnilai minimal 80 % dan 12

bablainnyatidakada yang mendapatnilaidibawah 20 %.

3) Akreditasitingkatmadya

Puskesmasmendapatsertifikatakreditasitingkatmadyabiladari 15 bab yang di

surveiada 8 bab yang mendapatnilai minimal 80 % dan 7 bablainnyatidakada

yang mendapatnilaidibawah 20 %.

4) Akreditasitingkatutama

Puskesmasmendapatsertifikatakreditasitingkatutamabiladari 15 bab yang di

surveiada 12 bab yang mendapatnilai minimal 80 % dan 3 bablainnyatidakada

yang mendapatnilaidibawah 20 %.

5) Akreditasitingkatparipurna

Puskesmasmendapatsertifikatakreditasitingkatparipurnabiladari 15 bab yang di

surveisemuababmendapatnilai minimal 80 %

Indicator yang digunakandalampenelitianiniuntukmengukurstatus

akreditasiPuskesmasadalahmenggunakanhasilpenilaianakreditasiyaitutelahmemili

ki status akreditasiutamaberdasarkanhasilkeputusanlembagaakreditasi.

b. Variable reliability
28

Dari lima dimensikualitasjasa, kehandalanpelayananatauseringdisebutreliability

dinilai paling penting oleh penggunaberbagai industry jasa. Hal

inidikarenakansifatdariprodukjasa yang tidakstandar dan produknya juga sangat

tergantungdariaktivitasmanusiasehinggaakansulitmengharapkan output yang

konsisten. Apalagijasadiproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan.

(Lupiyoadi, 2013)menuturkanbahwakeandalansuatuprodukataujasa yang

menunjukkantingkatkualitas, sangat

berartibagikonsumendalammemilihprodukataujasa. Olehnyaitudalampenelitianini,

yang

dimaksuddengankehandalanadalahkemampuanlayanankesehatanuntukmemberik

anpelayanansesuaidengan yang dijanjikansecaraakurat dan terpercaya. Adapun

indicator dalamvariabeliniyaitusebagaiberikut:

1) Kemudahandalam proses administrasipasien

2) Ketepatan diagnose ataspenyakitpasien

3) Ketepatanjadwalpemeriksaandokter dan perawat

4) Kemampuandokter dan perawatdalammenanganikeluhanpasien

c. Variable assurance

Kriteriainiberhubungandenganpengetahuan, kesopanan dan sifatpetugas yang

dapatdipercaya oleh pelanggan.

Pemenuhanterhadapkriteriapelayananiniakanmengakibatkanpenggunajasameras

aterbebasdaririsiko. Variabeliniperludikembangkan oleh

pihakmanajemeninstitusipelayanankesehatandenganmelakukaninvestasi,
29

tidaksajadalambentuk uang melainkanketeladananmanajemenpuncak,

perubahansikap dan kepribadianstaf yang positif dan perbaikan system

remunerasinya. (Lupiyoadi, 2013)menyebutkanbahwajaminan dan

kepastianatauassurance merupakanpengetahuan, kesopansantunan para

pegawaiuntukmenumbukan rasa percayapasien. Indicator yang digunakan pada

variabeliniadalahsebagaiberikut:

1) Kemampuandokter dan perawatdalammeyakinkanpasien

2) Keamanan dan keselamatanpasienketikamenjalaniperawatan

3) Keramahan dan kesopananpetugasterhadappasien

4) Kemampuanpetugasdalammenjawabkeluhanpasien

5) Pengetahuan dan keterampilandokter dan perawatdalammenanganipasien

d. Variable tangible

Mutu jasapelayanan juga dapatdirasakansecaralangsung oleh para

penggunanyadenganmenyediakanfasilitasfisik dan perlengkapan yang memadai.

Para penyedialayanankesehatanakanmampubekerjasecara optimal

sesuaidenganketerampilan masing-masing. Dalam halini,

perludimasukkanperbaikan saran komunikasi dan perlengkapanpelayanan yang

tidaklangsungsepertitempatparkir dan kenyamananruangtunggu.

Dikarenakansifatprodukjasa yang tidakbisadilihat,

dipegangataudirasakanmakaperluadaukuran lain yang bisadirasakanlebihnyata

oleh para penggunapelayanan. Dalam halini,

penggunajasamengunakaninderasanya (mata, telinga dan perasa)

untukmenilaikualitasjasapelayanankesehatan yang diterima,


30

misalnyaruangpenerimaanpasien yang bersih, nyaman, dilengkapidengankursi,

lantaikeramik, TV, peralatankantor yang lengkap, seragampegawai yang rapih,

menarik dan bersih. (Lupiyoadi, 2013)menjuelaskanbahwatangible

ataubuktifisikberkenaandenganpenampilanfisikfasilitaslayanan, peralatan/

perlengkapan, sumberdayamanusia dan materikomunikasi. Adapun indicator

yang digunakanpada variable iniyaitu:

1) Kebersihan, kerapihan dan kenyamananruangtunggusertaruangperawatan

2) Kelengkapanalatkesehatan

3) Kelengkapanfasilitas di setiapruangperawatan

4) Penampilanfisik Gedung fasilitaskesehatan

5) Layout fasilitaskesehatan

e. Variable emphaty

Variabelinimerupakanvariabel yang memilikikriteriaterkaitdengan rasa kepedulian

dan perhatiankhususpegawaikepadasetiappenggunajasa,

memahamikebutuhanmereka dan

memberikankemudahanuntukdihubungisetiapsaatjika para

penggunajasainginmemperolehbantuannya. Perananpetugaskesehatan sangat

menentukanmutupelayanankesehatankarenamerekadapatlangsungmemenuhikep

uasan para pelangganjasapelayanankesehatan. Dalam halini, pehatian/

kepedulianataulebihseringdisebutsebagaiempatimerupakankesediaanpemberijas

auntukmendengarkan dan adanyaperhatianakankeluhan, kebutuhan, keinginan

dan harapanpasien(Lupiyoadi, 2013). Indicator yang

digunakandalampenelitianiniadalah:
31

1) Perhatiandokter dan perawatsecara individual kepadapasien

2) Kepeduliandokter dan perawatterhadapkeluhanpasien

3) Kepedulianpetugasuntukmelayanitanpamemandang status pasien

4) Perhatiandokterdenganmengenalpasiendenganbaik dan

mengingatmasalahpasien

f. Variable responesiveniess

Dimensiinimerupakanpenilaianmutupelayanan yang paling dinamis. Harapan

pasienterhadapkecepatanpelayanancenderungmeningkatdariwaktukewaktusejala

ndengankemajuanteknologi dan informasikesehatan yang dimiliki oleh pasien.

Nilai waktubagipasienmenjadisemakin mahal

karenamasyarakatmerasakegiatanekonominyasemakinmeningkat.

Pelayanankesehatan yang responsive

terhadapkebutuhanpasienkebanyakanditentukan oleh sikap para front line

pegawai. Merekasecaralangsungberhubungandengan para penggunajasa dan

keluarganya, baikmelaluitatapmuka, komunikasinonverbal,

langsungataumelaluitelepon. (Lupiyoadi,

2013)menyebutkanbahwamembiarkankonsumenmenunggu, adalahpersepsi yang

negative di dalamkualitaspelayanan. Oleh karenanya,

dayatanggapatauresponsiveness di

dalampelayananmerupakansuatukebijakanuntukmembantu dan

memberikanpelayanan yang cepat (responsive) dan tepatkepadapelanggan,

denganpenyampaianinformasi yang jelas. Indicator dalamvariabelinimeliputi,

sebagaiberikut:
32

1) Kecepatan dan dayatanggapdokter dan perawatdalammenanganipasien

2) Kemampuanpetugasdalammemberikaninformasi yang jelas dan

mudahdimengerti

3) Keberadaandokter dan perawatketikadiperlukan

4) Kesanggupanpetugasdalammenanggapipermintaanpasien

2.2.2 KerangkaKonsep

Pada dasarnya, Fasilitas Kesehatan sebagai salah satubagiandalamSistem

Kesehatan Nasional,

memilikitugaspelayanankesehatanuntukseluruhmasyarakatterutamabagimasyarakat

yang ada pada wilayah kerja masing-masing. Oleh karenanya, pengembangan dan

penyelenggaraanperludiarahkan pada tujuanpembangunan Nasional

bidangkesehatanyaitupeningkatanderajatkesehatan yang optimal. Dalam

rangkapeningkatantersebut, makadilakukanupaya-

upayamaksimaldalampelayanankesehatan. Termasuk di

dalamnyaadalahpenerapanpelayanankesehatandenganmutu yang terjamin.

Agar mutu yang dimiliki oleh pihakFasilitas Kesehatan utamanya pada

tingkatpertamadapatterjamin, makadiperlukansebuahupayadalammelakukan proses

evaluasimututersebut. Salah satucara yang dilakukanberdasarkanperaturan yang

berlakusertamekanismemanajemen yang baikadalahdibutuhkannya proses evaluasi

oleh pihakeksternaldalambentukakreditasi. Proses

akreditasimenjadisatubagianutuhdalammenjaminkualitaspelayanan pada industry

jasatermasuk di bidangkesehatan. Dari proses ini,

diharapkanakandiperolehgambaranutuhmengenaiaktivitasoperasionalapakahtelahbe
33

rjalansesuaidenganstandar yang telahditetapkanataukahtidak. Hasil akhirdari proses

iniadalahdiperolehnya status akreditasi yang

menggambarkanpencapaianaktivitasoperasionalmelaluipemanfaatanseluruhsumber

daya yang dimiliki di dalamFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Hasil

akhiriniberupa status akreditasidenganberbagaikriteria, yaitu status akreditasidasar,

madya, utama dan paripurna.

Adanya proses penjaminanmutupelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat

PertamaatauPuskesmasmelalui proses akreditasi,

bukanmerupakanhasilakhirdarisebuahjaminankualitas. Tercapainya status

akreditasisepertiterkareditasiutamaatauterakreditasparipurna,

bukanberartipihakmanajemenharusberhentisampai di situ. Hal initerjadikarena status

akreditasi yang dicapaiadalahhasildaripenilaian proses manajemen yang

telahberlalu. Sementara pada bidangkesehatan yang

menawarkanjasapelayanankesehatan,

harustetapmenjaminmutupelayananuntuksaatini dan di masa yang akandatang.

Terlebihlagibahwaharapanmasyarakatataupasienterhadaplayanankesehatanitusendi

rimengalamiperubahan dan akanselaluberubahsepanjangwaktu.

Sehinggapencapaian status akreditasi, sepertimisalnya status

akreditasiutamaharusdapatmenjaminmutupelayananpascaditerimanyahasilakreditasi

tersebut.

Penerimaan status akreditasi pada UPTD PKM Baebunta, UPTD PKM

Masamba dan UPTD PKM Cendana Putih

denganpredikatakreditasiutamamenunjukkanbahwaimplementasiaktivitasoperasional
34

Puskesmastelahdapatmenjaminkualitaspelayanan pada level tertentu di waktu yang

telahlampau.Namundemikian,

bukanberartikualitaspelayananmasihdapatterjamindengan level yang samasebelum

dan setelah status akreditasiditerima.

Mungkinsajadenganditerimapredikatakreditasiutamapihakmanajemenjustrulebihmeni

ngkatkankinerjamerekauntukmencapaipredikatselanjutnya. Hal

inisesuaidenganhasilpenelitian yang telahdilakukan oleh (Mirshanti et al.,

2017)tentanghubunganantara status akreditasidenganmutupelayanan. Dalam

penelitiannyaditemukanhasilbahwaterdapatpengaruhsignifikanantara status

akreditasiPuskesmasterhadapkualitaspelayanankesehatan di Puskesmas.

(Goetz et al., 2015)dalampenelitiannya juga menemukanhasilbahwa status

akreditasiberpengaruhsignifikanterhadapmutupelayanan. (Goetz et al.,

2015)menyebutkanbahwamanajemenmutu yang terdapat di dalam proses akreditasi,

memberikanpeningkatan pada tigadariempat domain kualitas, yaitumutu dan

keselamatan, kualitas, sertakeuangan. Peningkatantiga domain

mutuinimempengaruhikualitaspelayanan yang diterima dan dipersiapkan oleh

pasien.MelaluipelaksanaanstandarakreditasiPuskesmasberdasarkanpredikat yang

telahditerimadarihasilevaluasiakreditasi,

diharapkanmemberikanmanfaattidakhanyabagikepuasanpasienkarenapelayanan

yang diberikansesuaistandar, tetapi juga bagikepuasan dan

keamananpetugaskesehatan. Hal initerjadikarenaaktivitaspelayanan yang

diberikantidakhanyasesuaidenganaspek legal dan pedomantindakanmedis,

melainkan juga tetapmemperhatikankebutuhan dan ekspektasimasyarakat.


35

Penelitian lain juga telahdilakukan oleh (Batubara et al.,

2019)denganjudulpenelitianHubungan Status AkreditasiPuskesmasdengan Mutu

Pelayanan di KabupatenSimalungun. Penelitian inimelibatkan 92

respondenuntukmelihathubunganantara status

akreditasidengandimensimutupelayanan yang ada di Puskesmas. Hasil

penelitiantersebutmenunjukkanbahwadimensimutupelayanan yang

berhubungansecarasignifikandengan status

akreditasiPuskesmasadalahdimensitangibles, reliability, responsiveness dan

assurance. Sementaradimensi yang tidakberhubungandengan status

akreditasiadalahdimensiemphaty. Dimensimutupelayanan yang paling

dominanberhubungansecarasignifikandengan status

akreditasipuskemasadalahdimensiresponsiveness(Batubara et al., 2019).

Dari uraianhubunganantar variable yang dibangun oleh

penelitimelaluikerangkakonseptersebut di atas, makaakan sangat

memudahkanketikahubungantersebutdibuatdalamsatugambarkerangkakonseppeneli

tian. Adapun gambardarikerangkakonsep pada penelitianiniadalahsebagaiberikut:


36

Reliability
(Y1)

H1
Assurance
(Y2)

H2

Status Akreditasi H3 Tangible


(X) (Y3)

H4

Emphaty
H5 (Y4)

Responsiveniess
(Y5)

Gambar 2.1.
KerangkaKonseptual Penelitian

2.3 Hipotesis
37

Hipotesisadalahjawabansementara yang

diajukandalampenelitianiniataspertanyaanpenelitian di awalpembahasan. Dari

penjelasan yang telahdiuraikansebelumanyabaik pada latarbelakangmaupun pada

kerangkakonsep di atasmakadiajukanjawabansementarasebagaidasar di dalam

proses analisisselanjutnya. Adapun jawabsementara yang

diajukandalampenelitianinitelahdirumuskansebagaiberikut:

H1: Terdapathubungan yang positif dan signifikanantarastatus

akreditasiutamaterhadapreliability pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamadi

KabupatenLuwu Utara

H2: Terdapathubungan yang positif dan signifikanantara status

akreditasiutamaterhadapassurance pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

di KabupatenLuwu Utara

H3: Terdapathubungan yang positif dan signifikanantara status

akreditasiutamaterhadaptangible pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di

KabupatenLuwu Utara

H4: Terdapathubungan yang positif dan signifikanantara status

akreditasiutamaterhadapemphatypada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di

KabupatenLuwu Utara

H5: Terdapathubungan yang positif dan signifikanantara status

akreditasiutamaterhadapresponsiveniesspada Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama di KabupatenLuwu Utara


38

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian iniadalahverificative research yaitupenelitian yang

menganalisishubunganantarsatu variable dengan variable

lainnyaataubagaimanasuatu variable mempengaruhi variable lainnya. Metode

penelitianinimenggunakanexplanatory survey method yang mana

penelitianinidilakukanuntukmengambilsuatugeneralisasidaripengamatan yang

cukupmendalamnamungeneralisasi yang

dilakukantersebutbisalebihakuratbiladigunakansampel yang representative.

Menurut(Sugiyono, 2018), metodeexplanatory survey merupakanmetodepenelitian

yang bermaksudmenjelaskankedudukan variable-variabel yang

ditelitisertapengaruhantarasatu variable dengan variable yang lain.

Penelitian ini juga

dapatdigolongkansebagaipenelitiandeskriptifkuantitatifkarena data-data penelitian

yang dikumpulkanakandiolahsecarakuantitatifdenganmenggunakanpath

analysissebagaialatuntukmengujihipotesis.

Hasilnyaakandideskripsikanuntukmenggambarkanfakta-

faktaempiristerkaitdenganvariabelpenelitian,
39

keterkaitanantarvariabelsertadeskripsilainnya yang relevan. Path

analysisdigunakansetelahjawaban-

jawabanrespondenterlebihdahuludiskoringmenggunakan Skala likert.

Menurut(Sekaran & Bougie, 2016)skalalikert juga diakuisebagaiskala interval

sehinggapenggunaanstatistiksebagaialatpengujianhipotesis juga

merupakancerminanpenelitianinisebagaipenelitiankuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian inidilakukan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamayaitu pada

tigaUPTD Puskesmasyang ada di Dinas Kesehatan KabupatenLuwu Utara. UPTD

Puskesmas yang dimaksudadalah UPTD PKMBaebunta, UPTD PKM Masamba dan

UPTD PKM Cendana Putih.KetigaUPTD tersebutdipilihkarenamasing-masing UPTD

memiliki status penilaianakreditasiyaituakreditasiutama. Adapun waktuyang

digunakanuntukpenelitianadalahkuranglebih 2 (dua)

bulanlamanyaterhitungdaribulanSeptember 2021 sampaidenganOktober 2021.

3.3 Populasi, dan Sampel

a. Populasi

Populasiadalah wilayah generalisasi yang terdiriatasobjek/ subjek yang

mempunyaikualitas dan karakteristiktertentu yang ditetapkan oleh

penelitiuntukdipelajari dan kemudianditarikkesimpulan(Sugiyono, 2017).

Populasibukanhanya orang, tetapi juga obyek dan benda-bendaalam yang lainnya,

populasibukanhanyasekedarjumlah yang ada pada


40

obyekatausubyekitumelainkanapa yang

menjadisasarandaripengukuranpeneliti(Ferdinand, 2016).

Populasidalampenelitianiniadalahseluruhpasien pada UPTD PKM Baebunta, UPTD

PKM Masamba dan UPTD PKM Cendana Putih dan

belumdiketahuisecarapastiberapajumlah yang tetapberdasarkan data di masing-

masing UPTD.

b. Sampel

Sampel merupakanbagiandarijumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel dapatdiambil oleh

penelitidaribeberapajumlahdarikeseluruhanpopulasi yang

sesuaidengankriteriapeneliti.

Pengambilansampelharusdilakukandenganbenar,karenahaliniakanberpengaruhberh

asilatautidaknyahasilpenelitian yangdilakukan. (Sugiyono, 2017)mengatakanbahwa

sampling dibagimenjadidua,yakni: probability sampling dan non-probability sampling.

“Probability samplingadalahteknik sampling yang

memberipeluangataukesempatansamabagisetiapunsuruntukdipilihmenjadisampel.

Non-probability sampling adalahteknikpengambilansampel yang

tidakmemberikanpeluangataukesempatan yang

samabagisetiapunsuratauanggotapopulasiuntukdipilihmenjadisampel”.

Padapenelitianinipenelitimenggunakanteknik probability sampling,

denganmemberikankesempatankepada para pasien yang ada di UPTD PKM

Baebunta, UPTD PKM Masamba dan UPTD PKM Cendana

Putihuntukmelakukanpengisiankuesioner. Penelitian
41

inimelibatkanpasiendenganjumlah yang belumdiketahuisecarapasti pada masing-

masing UPTD tersebut. Oleh karenanyadengansituasitersebut,

makasampelditentukandenganaccidental sampling. Accidental sampling

adalahteknikpenentuansampelberdasarkankebetulan, yaituorang yang

secarakebetulan/ insidentilbertemudenganpenelitidapatdigunakansebagaisampel,

biladipandang orang yang kebetulanditemuiitucocoksebagaisumber data (Sugiyono,

2017). Populasi pada penelitianinitidakdiketahuisecarapasti,

makapenentuansampelpenelitianmenggunakanperkalianjumlah indicator

denganbatasan 5 sampai 10 standarperkaliannya (Hair, Jr., 2015). Adapun

jumlahsampeldiperolehdenganperhitungansebagaiberikut:

Sampel = JumlahIndikator x 5

Sampel = 23 x 5

Sampel = 115 responden

Dari hasilpenghitungantersebut, diperolehjumlahsampelsebanyak115

responden.

3.4 Sumber Data

Data yang digunakandalampenelitianiniterdiridari data primer dan data

sekunder, denganpenjelasansebagaiberikut:

a. Data primer

Data primer merupakansumber data penelitian yang

diperolehsecaralangsungdarisumberdaya oleh

penyelidikuntuktujuankhusus(Surakhmad, 2009). Data primer yang


42

digunakandalampenelitianinidiperolehdarihasilwawancaradenganmenggunakankuesi

onerkepadaseluruhresponden.

b. Data sekunder

Data sekundermerupakansumber data penelitian yang

diperolehsecaratidaklangsungmelalui media perantara (diperolehataudicatatpihak

lain) dan sifatnyasalingmelengkapi. Data sekunderberupasumberpustaka yang

dapatmendukungpenulisanpenelitiansertadiperolehdarilitaratur yang

relevandaripermasalahansebagaidasarpemahamanterhadapobjekpenelitian dan

untukmenganalisissecaratepat(Surakhmad, 2009).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Pengamatan ini dilakukan secara langsung pada obyek penelitian yang

berhubungan status akreditasi dan mutupelayanan yang ada pada Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertamadi KabupatenLuwu Utara.

b. Daftar pertanyaan(kuesioner)

Metode ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada

responden. Pertanyaan-pertanyaan diukur dengan menggunakan skala dengan

interval 1-5, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju.
43

c. Studi pustaka

Informasi yang berhubungan dengan penelitian pengaruh status

akreditasiterhadapmutupelayanankesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertamadiperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, makalah, jurnal dan

skripsi/tesis/disertasi.

3.6 PengujianInstrumen Penelitian

Pada penelitianini, penelitiakanmenggunakanbantuan software SPSS

(Statistical Product and Service Solution) yang merupakansebuah program

komputeruntukmenganalisisdata secara statistic. Adapun teknikanalisis data yang

digunakandalampengujian instrument

penelitiandalampenelitianiniadalahmenggunakanuji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitasdigunakanuntukmengetahuitingkatkevalidandari instrument

(kuesioner) yang digunakandalampengumpulan data. Suatukuesionerdikatakan valid

jikapertanyaan pada kuesionermampuuntukmengungkapkansesuatu yang

akandiukur oleh kuesionertersebut(Ghozali, 2019). Tinggi

rendahnyavaliditassuatuinstrumenkuesionerdapatdiukurmelaluifaktor loading

denganbantuan computer SPSS. Faktor loading adalahkorelasi item-item

pertanyaandengankonstruk yang diukurnya. Jika nilaifaktor loading

lebihbesaratausamadengan 0,5 (≥0,5) makaindikator yang dimaksud valid dan

berartibahwaindikatortersebutsignifikandalammengukursuatukonstruk.

UntukmengujiapakahterdapatkorelasiantarvariabeldigunakanUji Bartlett Test of


44

Spericity. Jika hasilnyasignifikan ≥0,5

berartimatrikkorelasimemilikikorelasisignifikandengansejumlahvariabel.

b. Uji Reabilitas

Uji reliabilitasadalahpengujian yang dilakukanuntukmengetahuisejauh mana

pengukurantersebuttanpa bias dan menjaminpengukuran yang konsistenlintaswaktu

dan lintasberagam item dalaminstrumen(Sekaran & Bougie, 2016).

Untukmengukurreliabilitasinstrumendilakukandenganmenggunakannilaikoefisiencron

bach`s alpha yang mendekati 1 menandakanreliabilitasdengankonsistensi yang

tinggi. Indikatorpengukuranreliabilitasmenurut(Sekaran & Bougie, 2016)yang

membagitingkatanreliabilitasdengankriteriaalphasebagaiberikut:

1) 0.80 – 1,0 = Reliabilitas Baik

2) 0,60 – 0,79 =ReliabilitasDiterima

3) < 0,60 = Reliabilitas Buruk

3.7 Analisis Data

Menurut (Sugiyono, 2018) yang dimaksud dengan analisis data adalah

kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. AnalisisDeskriptif
45

Menurut (Sugiyono, 2018) yang dimaksud statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam analisis ini

akan dilakukan pembahasan mengenai mutulayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama yang diwakilimelaluidimensireliabilitas, assurance, tangible, emphaty, dan

responsivenies.

b. AnalisisRegresi

Sebelummasuk pada tahapanalisisregresi, data pada

penelitianiniakandilakukan uji asumsiklasikagar terhindardari bias. Adapun uji

asumsiklasik yang harusdipenuhiyaitusebagaiberikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitasadalah salah satupersyaratananalisisagar

analisisdapatdilakukan,

baikuntukkeperluanmemprediksimaupununtukkeperluanpengujianhipotesis. Uji

normalitas data pada penelitianinimenggunakanmetodekolmogrovsmirnov,

dengantarafsignifikan yang

digunakansebagaiaturanuntukmenerimaataumenolakpengujianatas normal

atautidaknyasuatudistribusi datasebagaiberikut:

Ho diterimaapabila: t tabel ≤ t hitung

Ho ditolakapabila: thitung>t tabel

2) Uji Multikolinearitas
46

Uji multikolinearitasbertujuanuntukmengujiapakahdalamsuatu model

regresiditemukanadanyakorelasiatauhubungan yang

signifikanantarvariabelbebas.Model regresi yang

baikseharusnyatidakterjadikorelasidiantaravariabelbebas(Ghozali, 2013).

Multikolinearitasakanmenyebabkankoefisienregresibernilaikecil dan standar

error

regresibernilaibesarsehinggapengujianvariabelbebassecaraindividuakanmenja

ditidaksignifikan.

Untukmengetahuiadatidaknyamultikolinearitasdapatdilihatdarinilai tolerance

dan VIF (Variance Inflation Factor). Apabilanilai VIF < 10

mengindikasikanbahwa model regresibebasdarimultikolinearitas,

sedangkanuntuknilai tolerance > 0,1 (10%) menunjukkanbahwa model

regresibebasdarimultikolinearitas. Dasar pengambilankeputusannyaadalah:

Jika VIF > 10 ataujika tolerance < 0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika VIF < 10 ataujika tolerance > 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitasdigunakanuntukmendeteksiapakahdalam model

regresiterdapatketidaksamaanvariandarisuatupengamatankepengamatanlain.J

ikavariandarisatupengamatankepengamatan lain tetap,

makadisebuthomoskedastisitas. Jika variandarisatupengamatankepengamatan

lain

berbedadisebutheteroskedastisitas.Untukmengetahuiapakahterjadiheterosked
47

astisitasatautidakdalamsuatu model regresiyaitudenganmelihatgrafik

scatterplot dengandasarpemikiranmenurut(Ghozali, 2013)sebagaiberikut:

a) Jika terdapatpolatertentu, sepertititik – titik yang

membentuksuatupolatertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudianmenyempit),

makamengindikasikantelahterjadiheteroskedastisitas.

b) Jika tidakterdapatpola yang jelas, sertatitik – titikmenyebar di atas dan

dibawahangkanol pada sumbu Y, makatidakterjadiheteoskedastisitas.

Setelah data yang adatelahmemenuhi uji asumsiklasik yang

telahdilakukansebelumnya, kemudiandilanjutkandengan proses analisis data

denganmenggunakanalatanalisisregresisederhana. Analisis Regresi Sederhana

adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan linear

antara satu variable bebas (Independent) dan satu variable terikat (dependent).

Analisisregresisederhanainidilakukandenganbantuanalat statistic yaituSPSSVersi

23. Adapun persamaan model regresi linear sederhanainiadalahsebagaiberikut:

Y1 = α + β1X +ɛ1...................................................................Persamaan1

Y2 = α + β2X +ɛ2...................................................................Persamaan2

Y3 = α + β3X +ɛ3...................................................................Persamaan3

Y4 = α + β4X +ɛ4...................................................................Persamaan4

Y5 = α + β5X +ɛ5...................................................................Persamaan5

Keterangan:
48

X = Status Akreditasi Utama

Y1 = Reliability

Y2 = Assurance

Y3 = Tangible

Y4 = Emphaty

Y5 = Responsiveniess

α = Konstanta

β1,2,3,4,5 = Koefisienregresi

ɛ = error term

c. Uji Hipotesis

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut

(Ghozali, 2013)uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan

variabel dependen. Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah ada

pengaruh antaravariabel independent terhadapvariabeldependen.

Ketentuanpengambilankeputusan uji t (t test) denganberlandaskan pada:

1) Nilai thitung ≥ ttablepada α 5% atau Nilai thitungpada p-value ≥ 5% maka H0 ditolak

dan Ha diterima.

2) Nilai thitung ≤ ttablepada α 5% atau Nilai thitungpada p-value ≤ 5% maka H0 diterima

dan Ha ditolak.

d. Koefisien Determinasi (R²)

Menurut (Ghozali, 2013)koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen.


49

Koefisien determinasi ini berfungsi untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh

variable independen dan variable dependen yang dinyatakan dalam persentase

(%).Jika koefisiendeterminasi (R²)

semakinbesarmenunjukkansemakinbaikkamampuan X dan Y dimana 0 <R²<1.

SebaliknyajikaR²semakinkecil,

makaakandapatdikatakanbahwapengaruhvariabelbebasadalahkecilterhadapvariabelt

erikat. Hal inidigunakanuntukmenerangkanpengaruhvariabelbebas yang

ditelititerhadapvariabelterikat.
50

DAFTAR PUSTAKA

Avey, J., Wernsing, T., & Luthans, F. (2008). Can Positive Employees Help Positive
Organizational Change? Impact of Psychological Capital and Emotions on
Relevant Attitude and Behaviors. Journal of Applied Behavioral Science, 44(1),
48–70.

Batubara, S., Napitupulu, L. R., Kasim, F., Manalu, E. D., & Jauhari, W. (2019).
Hubungan Status Akreditasi Puskesmas dengan Mutu Pelayanan di Kabupaten
Simalungun. Wahana Inovasi, 8(1).

Candrawati, A. A. A. A. (2015). Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien pada


Puskesmas ISO dan Non-ISO di Kota Denpasar. Universitas Udayana.

Desveaux, L., Mitchell, J., Shaw, J., & Ivers, N. (2017). Understanding the Impact of
Accreditation on Quality in Healthcare: A Grounded Theory Approach.
International Journal for Quality Health Care, 29(7), 1–7.

Devkaran, S., & O’Farrell, P. (2015). The Impact of Hospital Accreditation on Quality
Measures: an Interrupted Time Series Analysis. BMJ Health Services
Research., 15(137), 1–14.

DINKES, K. L. U. (2020). Laporan Capaian Kinerja Tahun 2020.

Ferdinand, A. (2016). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk


Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. In BP Undip 2.
https://doi.org/10.4304/jcp.8.2.326-333

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2019). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Journal of


Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Goetz, K., Hess, S., Jossen, M., Huber, F., Rosemann, T., Brodowski, M., & Kunzi,
B. (2015). Does a Quality Management System Improve Quality in Primary
Care Practices in Switzerland? A Longitudinal Study. BMJ Health Services
Research., 1(1).
51

Gozali, I. (2012). Model Pelayanan Puskesmas. Media Ekonomi Dan Teknologi


Informasi, 19(1).

Haj-Ali, W., Bou Karroum, L., Natafgi, N., & Kassak, K. (2014). Exploring the
relationship between accreditation and patient satisfaction – the case of
selected Lebanese hospitals. International Journal of Health Policy and
Management, 3(1), 341–346.

Hoag, B., Ritschard, H. V., & Cooper, C. (2002). Obstacles to Effective


Organizational Change: The Underlying Reasons. Leadership and Organization
Development Journal, 23(1), 6–15.

Permenkes No. 75, Pub. L. No. Nomor 75 (2014). http://www.depkes.go.id/

Lupiyoadi, R. (2013). Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat.

Mirshanti, F., Tamtomo, D., & Murti, B. (2017). The Asssociations between
Accreditation Status, Patient SocioEconomic Factors, Insurance Type, Patient
Perceived Quality of Service, and Satisfaction at Community Health Center.
Journal of Health Policy and Management2, 1(1), 91–101.
https://doi.org/https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.01.08

Muninjaya, A. A. G. (2013). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC.

Riyadi, A. (2017). Hubungan Status Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat


Kepuasan Pasien di Puskesmas Kabupaten Bantul. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Method for Business: A Skill Building
Approach (17th ed.). Wiley.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods). In Alfabet.

Surakhmad, W. (2009). Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito.

Trihono, A. (2013). Manajemen Puskesmas. CV Sagung Seto.

Utami, Y. T., Tamtomo, D., & Sulaeman, E. S. (2017). Patient Characteristics,


Financing Type, Accreditation Status, and Quality of Health Services at
Community Health Center. Journal of Health Policy and Management, 2(1), 79–
90.

WHO. (2003). Quality and Accreditation in Health Care Services: A Global Review.
52

Wijayanti, & Baraba, R. (2008). Implementasi total Quality Manajement: Studi pada
Puskesmas Sleman dengan Sertifikat ISO 9001;2000. Segmen Jurnal
Manajemen & Bisnis, 1(2). https://doi.org/https://doi.org/10.37729/sjmb.v0i2.12

Wulandari, R. D., Ridho, I. A., Supriyanto, S., Qomaruddin, M. B., Damayanti, N. A.,
Laksono, A. D., & Rassa, A. N. F. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien. Jurnal MKMI, 15(3), 228–236.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.6195

Yousefinezhadi, T., Mosadeghrad, A., Mohammad, A., Mohammad, R., & Mozhdeh,
S. A. (2014). An Analysis of Hospital Accreditation Policy in Iran. Iranian
Journal of Public Health, 2(2), 79–93.

Anda mungkin juga menyukai