Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

Tujuan Penelitian Epidemiologi: Mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan timbulnya


penyakit pada manusia.

Beda rancangan penelitian observasional dan eksperimental:


 Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi,
tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti.
 Penelitian eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada
variabel sebab yang akan diteliti.

DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian / rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan
dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian. Yang termasuk
rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample, sampling, instrumen
penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak mengunakan statistik, serta
cara mengambil kesimpulan.

Kegunaan desain penelitian:


o Model/cara yang menununtun peneliti bagaimana cara mengumpulkan data.
o Alat untuk membantu meneliti mengontrol dan mengendalikan variabel yang berpengaruh
dalam suatu penelitian.
o Alat untuk mengarahkan peneliti bagaiman cara data ini dianalisa dan disimpulkan nantinya.

Prinsip memilih desain penelitian:


a. Apa tujuan dari ide yang hendak kita teliti
b. Topik/judul penelitian yang ditetapkan. mis :
o Menetukan besar masalah
o Identifikasi masalah
o Hubungan satu variabel dengan variabel lain
o Pengaruh dari satu perlakuan
o Efek dari satu perlakuan
o Efek dari suatu tindakan
o Dll
c. Konsep teori yang kita gunakan dalam penelitian tersebut
d. Tingkat hubungan yang kita ingini. Misal : assosiasi, pengaruh, efek, dll
e. Kemampuan peneliti baik dana, waktu,tenaga, teknologi yang tersedia

Langkah untuk menentukan desain penelitian:


a. Tentukan tingkat hubungan
b. Tentukan pendekatan
o Kuantitatif
o Kualitatif
c. Tentukan cara pengumpulan data : observasional, eksperimen
d. Bila observasional
o Apakah sesaat (crossectional)
o Apa seri/follow up
e. Bila eksperimental :
o Murni/quasi eksperimental
o Randomisasi atau tidak
o Blinding atau tidak
o Diklinik/dilab/di komunitas
f. Cara data dikumpulkan
 Crossectional (sesaat)
 Retrospektif (kebelakang)
 Prospektif (kedepan)

1. Penelitian Cross sectional


 Adalah rancangan studi epidemiologi yg mempelajari hubungan penyakit dan
paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit dalam
waktu serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau tahun
yg sama.
 Desain penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah sample dari populasi
dalam suatu waktu. Setelah itu, memeriksa status paparan dan status penyakit pada titik
waktu yang sama dari masing-masing individu dalam sampel tersebut. Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
 Ciri-ciri Penelitian Cross sectional:
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat
4. Penelitian ini menghasilkan hipotesis
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
 Kelebihan Penelitian Cross sectional:
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan (pengukuran variabel satu kali
dan satu saat)
2. Merupakan penelitian yang paling sering dilakukan. Lebih murah di banding dengan
penelitian lainnya.
3. Berguna untuk informasi perencanaan.
4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yang ada (dapat
meneliti banyak variabel sekaligus)
5. Studi jenis ini juga lebih efisien untuk merumuskan hipotesis baru.
6. Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat.
 Kelemahan Penelitian Cross sectional:
1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya
waktu.
2. Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan
yang dicari tidak diperoleh (Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit
secara akurat).
3. Diperlukan subjek penelitian yang besar.
4. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (kesimpulan korelasi paling
lemah).
5. Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit pendek.
6. Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor risk relatif
jarang ditemukan.
 Langkah-langkah Penelitian Cross sectional:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Identifikasi variabel bebas dan variabel tergantung.
3. Menetapkan subjek penelitian (populasi, sampel, hitung besar sampel, tentukan
teknik pemilihan sampel).
4. Melaksanakan pengukuran (tentukan instrumen pengukuran dan teknik
pengukuran).
5. Melakukan Analisis.
 Contoh:
Penelitian tentang hubungan bentuk tubuh dengan hipertensi. Maka peneliti memilih
suatu populasi untuk dijadikan penelitian, memilih sampel penelitian secara random,
kemudian dari masing-masing sampel tersebut diambil data dengan wawancara menderita
hipertensi atau tidak (efek), dan pada saat yang sama juga diambil data paparan yaitu
bentuk tubuh (gemuk atau kurus) dengan metode observasi. Kemudian dihitung proporsi
penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus, serta yang bukan penderita hipertensi
yang gemuk dan yang kurus. Maka dapat disimpulkan hubungan antara bentuk tubuh dan
hipertensi.
 Skema Penelitian Cross sectional:

2. Penelitian Case Control


 Case control adalah rancangan studi epidemiologi yg mempelajari hubungan  antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus
dan kontrol status paparannya.
 Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana
faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan
mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan
kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat
menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol
tidak.
 Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar
berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan
pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi,
hipotesis yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor
risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu
dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit,
atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit
tersebut) pada populasi yang diteliti.
 Ciri-ciri Penelitian Case control:
1. Penelitian yg bersifat observasional
2. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok kontrol
4. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yg sm dengan
kelompok kasus.
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok
kasus dan kontrol.
6. Tidak mengukur insidensi
 Kelebihan Case control:
1. Sangat sesuai dengan penelitian  penyakit yang jarang terjadi atau penyakit yang
kronik atau yang masa latennya panjang
2. Hasil diperoleh relatif cepat dan tidak mahal (biaya relatif sedikit)
3. Relatif efisien, memerlukan waktu yg kecil
4. Sedikit masalah pengurangan  periode investigasi
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohor
6. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu
penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
 Kelemahan Case control:
1. Tidak dapat incidence rate karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili
proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi
2. Sangat sulit memperoleh informasi biar periode terlalu lama
3. Alur metodologi inferensi kausal yang bertentangan dengan logika normal
4. Rawan terhadap bias
5. Tidak cocok untuk paparan langka
6. Tidak dapat menghitung laju insidensi
7. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
8. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah
9. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat
atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik
karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat
pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder,
dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak
begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).
 Langkah-langkah Penelitian Case control:
1. Kriteria Pemilihan Kasus :
o Kriteria Diagnosis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas
o Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau populasi/masyarakat
2. Kriteria Pemilihan Kontrol :
o Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok
kasus
o Tidak menderita penyakit yang diteliti
o Bersedia ikut dalam penelitian
 Contoh:
Hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada anak balita dengan perilaku
pemberian makanan oleh ibu. Dilakukan denagn cara mengidentifikasi variabel depende
(efek) seperti malnutrisi dan variabel independen ( faktor risiko) seperti perilaku ibu,
pendidikan pendapatan keluarga, jumlah anak, dll. Kemudian menetapkan objek
penelitian yaitu pasangan ibu dan balita, yang dilanjutkan mengidentifikasi kasus seperti
anak balita yang menderita malnutrisi (berat per umurnya kurang dari 75%). Selanjutnya
melakukan pengukuran secara retrosektif yaitu anak balita yang malnutrisi diukur dan
ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan metode “recall” mengenai perilaku
memberikan makanan kepada anaknya, melakukan analisis data dilakukan dengan
membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam al
pemberian makanan kepada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi ibu yang
sama pada kelompok kontrol yang telah ditentukan. Maka akan diperoleh bukti atau
tidak adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnitrisi pada anak
balita.
 Skema Penelitian Case control:

3. Penelitian Kohort
 Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari
hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar
dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
 Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan
kelompok tidak terpapar berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi kohort adalah
pemilihan subjek berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan
dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami penyakit atau tidak.
 Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang
diteliti. Studi kohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman,
1986), sebab kohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembang penyakit
yang dialaminya.
 Ciri-ciri Penelitian Kohort:
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
 Kelebihan Penelitian Kohort:
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan
pada studi case control, sehingga perhitungan  rasio laju insidensi harus didekati
dengan rasio odds
3. Untuk meneliti paparan langka. Dalam hal ini rancangan yang efisien adalah
memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan diperolehnya ukuran
sampel yang cukup untuk menguji hipotesis
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
5. Studi kohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak
6. Studi kohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam
membuat inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor
penyebab diikuti dengan akibat. Karena pada saat dimulai penelitian telah
dipastikan bahwa semua subjek tidak berpenyakit
 Kekurangan Penelitian Kohort:
1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah
atau meninggal
5. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian,
maka studi kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor
etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung
 Langkah-langkah Penelitian Kohort:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Penetapan populasi kohort.
3. Penetapan Besarnya sampel.
4. Pencarian sumber keterpaparan.
5. Pengidentifikasian  subyek.
6. Memilih kelompok control.
7. Pengamatan hasil luaran.
8. Perhitungan hasil penelitian.
 Contoh:
Di dalam suatu populasi ingin diteliti apakah orang obesitas menyebabkan hipertensi.
Jika dalam 1 populasi terdapat 1000 penduduk. Kemudian dari populasi tersebut
ditentukan kelompok yang obesitas dan kelompok yang tidak obesitas. Dari masing-
masing kelompok diikuti selama 1 tahun ke depan. Kemungkinannya, pada kelompok
obesitas bisa ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi, pada kelompok tidak obesitas
juga dapat ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi.
 Skema Penelitian Kohort:

PERBEDAAN KETIGA PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai