Anda di halaman 1dari 12

KASUS KELOMPOK 5

GIZI Algia Amia Fanesa 1911221008


Annisa Rizkyna 1911222012
INSTITUSI Effika Yulia 1911223001
Fauziah Wulandari 1911223012
Gema Ramadhani 1911223021
Haisyi Yaumal Israq 1911221021
Luvia Milda Lova 1911222014
Miftahul Khaira 1911222004
Mutiara Prapertiwi 1911223007
Naifa Rafila 1911223015
Nelvi Yanda 1911221006
OUTLINE

Aspek kewajiban
Pengertian Gizi
1 Institusi &
Contoh kasus
2 Pelanggaran
yang dilakukan
3 yang tidak
dipenuhi oleh
ahli gizi

4 Peran Persagi 5 Hukuman jika


bersalah 6 Pelajaran yang
dapat diambil
1 Gizi Institusi
• Makanan institusi (institusional food service) adalah bentuk penyelenggaraan makanan yang tempat
memasak dan menyajikan makanan berada disuatu tempat. Jenis penyelenggaraan makanan ini
biasanya bersifat non komersial, seperti asrama, rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga
pemasyarakatan. Karena asrama, panti asuhan dan lembaga pemasyarakatan itu disebut institusi,
maka penyelenggaraan makanan ditempat itu disebut penyelenggaraan makanan institusi. Dengan
demikian, penyelenggaraan makanan institusi dapat diartikan sebagai penyelenggaraan makanan
yang bersifat nonkomersial yang dilakukan di berbagai institusi, baik yang dikelola oleh pemerintah
maupun oleh badan swasta, atau yayasan sosial.

• Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang
optimal melalui pemberian diet yang tepat. Termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
Cakupan penyelenggaraan makanan sangat luas, tidak seperti yang dipahami hanya sekedar
merencanakan menu, mengolah, menyimpan dan menyajikan bahan makanan, tetapi juga meliputi
fasilitas, peraturan perundang-undangan, anggaran, ketenagaan, peralatan, hygiene-sanitasi dan lain
sebagainya (Aritonang, I. 2014).
Penyelenggaraan makanan institusi
memperlihatkan ciri-ciri berikut :
1. Penyelenggaraan makanan dilakukan oleh institusi itu sendiri dan tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan.
2. Dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan makanan sudah ditetapkan
jumlahnya sehingga penyelenggaraan makanan harus menyesuaikan
pelaksanaannya dengan dana yang tersedia.
3. Makanan diolah dan dimasak didapur yang berada dilingkungan tempat
institusi itu berada.
4. Hidangan makanan yang disajikan diatur dengan menggunakan menu induk
(master menu) dengan siklus mingguan atau sepuluh hari.
5. Hidangan makanan yang disajikan tidak banyak berbeda dengan hidangan
yang biasa disajikan dilingkungan keluarga.
Contoh Kasus
Seorang Ahli gizi A yang baru lulus bekerja di sebuah Sekolah Dasar
Internasional, diberi tugas menjadi ahli gizi dan mengelola makan siang bagi murid
disana. Selain memastikan kebutuhan gizi yang sesuai bagi anak sekolah dasar Ahli
gizi A juga mempunyai kewajiban untuk mengelola pemasukan bahan makanan agar
bahan yang digunakan berkualitas baik. Suatu hari Ahli gizi A mengajukan cuti
sebagai haknya selama 1 (satu) minggu.Selama cuti ada Ahli gizi B yang
menggantikannya selama dia cuti. Pekerja di dapur mengatakan bahwa bahan yang
akan dimasak di dapur sedikit. Hal ini terjadi karena masalah di perkebunan dan
peternakan sehingga pengiriman bahan makanan ke Sekolah Dasar Internasional
terhambat. Ahli gizi B berinisiatif untuk membeli sendiri dari pasar karena waktu
makan siang yang akan datang. Padahal biasanya Ahli gizi A hanya menggunakan
bahan makanan dari perkebunan dan peternakan. Ternyata setelah makanan dibagikan
ke anak sekolah. Terjadi diare pada anak sekolah sehingga orang tua mereka menuntut
pihak sekolah. Pihak sekolah pun memanggil Ahli gizi A dan Ahli gizi B tentang
masalah ini.
Pelanggaran
yang Dilakukan 2

Pelanggaran yang dilakukan berdasarkan kasus tersebut,


yaitu kurangnya koordinasi antar ahli gizi yang bekerja di
institusi tsb.

Ahli gizi seharusnya berkerja sama dan menghargai


berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
Ahli gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di
masyarakat.
Aspek Kewajiban yang Tidak
3 Dipenuhi Oleh Ahli Gizi
• Kewajiban Umum
Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga dapat bekerja sama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan
• Kewajiban Terhadap Klien
Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan prima, cepat,
dan akurat. Ahli gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami
keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa
berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai
keahlian
• Kewajiban Terhadap Teman Se-Profesi dan Mitra Kerja
Ahli gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja
Peran Persagi 4
Peran suatu organisasi profesi adalah memberi manfaat kepada anggota
profesi, salah satunya melindungi anggota dalam melaksanakan layanan
profesional. Begitu pula dengan organisasi profesi gizi yaitu persagi, dalam
suatu kasus pelanggaran etika profesi gizi persagi berperan melindungi dan
menaungi ahli gizi yang terlibat sampai terbukti bahwa mereka memang
tidak bersalah. sebaliknya jika ahli gizi tersebut terbukti bersalah dan
melakukan pelanggaran etik maka persagi berhak dan wajib memberi
sanksi, sanksi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya
mengikat semua anggota. Sangsi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran
dan bersifat internal organisasi seperti misalnya Black list atau bahkan
sampai dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut.
Hukuman Jika
5 Bersalah
Dalam UU No 36 Tahun 2009 pasal 29 tentang Kesehatan, "Dalam
hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu
melalui mediasi”.Akan tetapi hal itu  bisa dilaporkan oleh masyarakat
dengan tak menghilangkan hak masyarakat untuk melapor secara
pidana atau menggugat perdata di pengadilan. Jadi kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan bisa saja dipidana jika kelalaian yang
dilakukan sangat fatal atau berulang-ulang yang tidak semestinya
dilakukan seorang tenaga kesehatan.
Pelajaran yang dapat diambil 6
• Bagaimanapun keadaan mendesak yang terjadi, seorang ahli gizi harus tetap menjalin
komunikasi yang baik kepada berbagai pihak terkait. Dalam kasus ini kepada pihak sekolah dan
ahli gizi A. Inisiatif memang sangat dibutuhkan pada saat mendesak, namun apabila tidak
dipikirkan dengan matang, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
• Sebelum memberikan pekerjaan kepada seseorang hendaknya kedua pihak sama-sama terbuka
seperti memberitahukan jobdesc apa saja yang harus dan tidak boleh dilakukan. Untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan, seharusnya lebih mempersiapkan segala hal nya
diawal.
• Dalam kasus ini pihak sekolah lebih baik sudah memiliki plan B atau cadangan perkebunan dan
peternakan apabila pemasok utama terkendala sesuatu. Atau dalam kata lain sudah memiliki
SOP tersendiri terkait pemasok bahan pangannya sehingga ahli gizi yang bertugas tidak
sembarangan mendapatkan bahan pangan dr sumber lain. Baik pihak sekolah maupun ahli gizi
harus sama2 mengkaji ulang SOP atau peraturan terkait hal ini. Agar kejadian ini tidak terulang
kembali.
REFERENSI

● Tjaronosari, tjaronosari dan Edith Herianandita. 2018. Etika profesi.


Jakarta selatan: Kementrian kesehatan republik indonesia
● Bakri, B., & Mustafa, A. (2014). Etika dan Profesi Gizi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
● https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt4ce944de4b8d6/kelalaian-tenaga
-kesehatan-tak-bisa-dipidana-?
page=1
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai