FULL PAPER UMY Grace - N. Qurrotu Aini
FULL PAPER UMY Grace - N. Qurrotu Aini
ABSTRAK
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, dan menyebar keseluruh dunia, temasuk
Indonesia. Social Distancing adala salah satu langkah dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
diputuskan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
hidup dan penurunan produktivitas tenaga kesehatan yang menjalani Social Distancing. Penelitian ini dilakukan dengan
metode observasional non-eksperimental dengan teknik cross sectional dan analisis farmakoekonomi cost analysis serta
teknik total sampling selama 30 hari. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang menjalani social distancing,
berjumlah 184 responden yang terdiri dari 114 perempuan dan 70 laki-laki. Responden dengan usia 18-25 tahun berjumlah
82, usia 26-45 tahun berjumlah 90, dan usia 46-65 tahun berjumlah 12. Mayoritas responden menjalani social distancing
selama 13-16 minggu. Kualitas hidup dianalisis deskriptif dengan instrumen WHOQOL-BREF dengan menghitung rata-rata
transformed score setiap domain dan didapatkan hasil analisis kualitas hidup domain kesehatan fisik adalah baik
(63,18±10,62), domain kesehatan psikologis adalah baik (60,33±15,44), domain hubungan sosial adalah sedang
(51,57±17,61), dan domain lingkungan adalah sedang (57,28±12,48). Penurunan produktivitas dianalisis deskriptif dengan
menghitung rata-rata dari setiap variabel, kemudian dilakukan perbandingan rata-rata dari variabel pemasukan dan variabel
pengeluaran. Hasil analisis produktivitas menunjukkan tenaga kesehatan mengalami penurunan pemasukan dengan rata-rata
Rp1.106.793±2.473.370 secara bermakna (sig p=0,000) dan kenaikan pengeluaran dengan rata-rata Rp1.144.701±1.841.336
secara bermakna (p=0,000).
Kata kunci: WHOQOL-BREF, analisis farmakoekonomi, indirect cost, coronavirus disease 2019
1. PENDAHULUAN
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
Severe Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)[1]. Virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia lainnya secara agresif melalui droplet yang dikeluarkan saat batuk maupun
bersin[2]. Pada manusia, SARS-CoV-2 menginfeksi saluran pernapasan, terutama pada sel-sel yang
melapisi alveoli[3]. Kasus COVID-19 pertama dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Menurut laporan, terdapat 5 pasien yang dirawat dengan SARS, kemudian penyakit ini menyebar
ke berbagai negara lainnya[1]. Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19,
dan riwayat perjalanan ke dan dari area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak
kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah[4]. Tenaga medis merupakan
salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular[5]. Manifestasi klinis pada pasien COVID-19
memiliki spektrum yang luas, mulai dari asimtomatik, gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,
ARDS, sepsis, hingga syok sepsis[5].
Kualitas hidup adalah persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan terkait konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup, yang berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan
perhatian[8]. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) membuat sebuah instrument
WHOQOL–BREF dimana terdapat 4 aspek dimensi kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, kesehatan
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan yang digunakan sebagai alat pengukuran kualitas
hidup yang berisi 26 item pertanyaan[9]. Social distancing dinilai dapat memicu depresi dan
kegelisahan (feeling blue), hal ini dapat ditemui pada orang-orang yang kehilangan kebebasan,
terpisah dari orang tersayang, serta kehilangan pekerjaan. Adanya pembatasan ini menyebabkan
muncul rasa bosan, frustasi, suasana hati yang buruk dan berpotensi depresi. Feeling blue muncul
dari rasa takut akan penularan dan tidak jelasnya pedoman social distancing serta tidak jelasnya
sumber informasi yang tersebar di media sosial[10].
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
hidup dan rata-rata indirect cost berupa penurunan produktivitas tenaga kesehatan yang menjalani
social distancing sebagai tindakan pencegahan penyebaran COVID-19.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2020 dengan penyebaran
e-kuisioner selama 30 hari di seluruh Indonesia melalui media sosial. Populasi dalam
penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang menjalani social distancing sebagai tindakan
pencegahan penyebaran COVID-19. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling.
Total responden dalam penelitian ini berjumlah 184 tenaga kesehatan dari seluruh
wilayah Indonesia. Distribusi karakteristik responden ditampilkan dalam tabel 1.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur kesahihan suatu tes[13]. Sedangkan uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsisten alat ukur, dimana alat ukur tersebut
memiliki kemampuan relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulang[14]. Uji validitas
dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan pada responden secara acak sesuai dengan
syarat minimal uji validitas sejumlah 30 responden[13].
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji Bivariate Pearson dari setiap item
pertanyaan dan membandingkan hasil nilai rhitung dan rtabel. Jika nilai rhitung > rtabel, maka item
pertanyaan dianggap valid. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
metode uji Cronbach’s Alpha yang dilakukan pada seluruh item pertanyaan sekaligus. Uji
relibilitas dilakukan dengan membandingkan nilai αhitung dan αtabel. Jika nilai αhitung > αtabel,
maka seluruh item pertanyaan dianggap reliabel.
Analisis kualitas hidup dilakukan dengan mengukur skor setiap item pertanyaan yang
berupa skala Likert, dimana jumlah pertanyaan dalam kuisioner WHOQOL adalah 26
pertanyaan yang terdiri dari 4 domain kesehatan, yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis,
kesehatan hubungan sosial, dan kesehatan lingkungan. Pada masing-masing responden,
dilakukan perhitungan raw score dari setiap dimensi dan dilakukan transformasi skor sesuai
dengan pedoman penggunaan WHOQOL-BREF. Kemudian dihitung mean transformed
score dari setiap domain dari seluruh responden dan dilakukan intepretasi. Untuk
mengintepretasi mean transformed score digunakan tabel intepretasi hasil yang ditampilkan
dalam tabel 2[12].
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda mencegah anda 0,567 0,361 Valid
dalam beraktivitas normal?
4. Seberapa sering anda membutuhkan terapi medis untuk 0,324 0,361 Tidak valid
dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda menikmati hidup anda? 0,780 0,361 Valid
6. Seberapa jauh anda merasa hidup anda berarti? 0,519 0,361 Valid
8. Secara umum, seberapa aman perasaan anda dalam 0,621 0,361 Valid
kehidupan sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal? 0,709 0,361 Valid
(sarana dan prasarana)
10. Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal? 0,709 0,361 Valid
(sarana dan prasarana)
11. Apakah anda dapat menerima penampilan tubuh anda? 0,553 0,361 Valid
12. Apakah anda memiliki cukup uang untuk memenuhi 0,423 0,361 Valid
kebutuhan anda?
16. Seberapa puaskah anda dengan tidur anda? 0,519 0,361 Valid
17. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk 0,846 0,361 Valid
melakukan aktivitas kehidupan anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk 0,861 0,361 Valid
bekerja?
19. Seberapa puaskah anda terhadap diri anda? 0,665 0,361 Valid
20. Seberapa puaskah anda dengan hubungan personal / 0,773 0,361 Valid
sosial anda?
21. Seberapa puaskah anda dengan kehidupan seksual 0,595 0,361 Valid
anda?
22. Seberapa puaskah anda dengan dukungan yang anda 0,486 0,361 Valid
peroleh dari teman anda?
23. Seberapa puaskah anda dengan kondisi tempat anda 0,704 0,361 Valid
tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah anda dengan akses anda pada layanan 0,700 0,361 Valid
kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda dengan transportasi yang harus 0,791 0,361 Valid
anda jalani?
26. Seberapa sering anda memiliki perasaan negatif seperti 0,674 0,361 Valid
‘feeling blue’ (kesepian), putus asa, cemas dan depresi?
8. Pengeluaran apa yang sulit anda penuhi selama social 0,633 0,361 Valid
distancing?
9. Bagaimana solusi yang anda lakukan dalam menyelesaikan 0,98 0,361 Tidak
masalah di atas? valid
Hasil analisis kualitas hidup tenaga kesehatan yang menjalani social distancing
sebagai tindakan pencegahan penyebaran COVID-19 ditampilkan dalam tabel 7.
Berdasarkan data pada tabel 7, hasil intepretasi dimensi kesehatan fisik adalah baik,
hal ini berarti responden dapat memanajemen kesehatan fisiknya dengan baik selama
menjalani social distancing. Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik adalah aktivitas
fisik sehari-hari, pola makan dan nutrisi, penggunaan obat-obatan dan minuman keras, dan
pola istirahat[15].
Pada dimensi kesehatan psikologis, didapatkan hasil intepretasi baik, hal ini berarti
selama menjalani social distancing, responden dapat memanajemen psikologisnya dengan
baik. Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan psikologis adalah jenis kelamin,
fungsi keluarga, kesehatan fisik, dan lingkungan[16].
Pada dimensi kesehatan hubungan sosial, didapatkan hasil intepretasi sedang, hal ini
artinya responden agak kesulitan dalam memanajemen hubungan sosialnya. Hubungan sosial
mencakup hubungan personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual[9]. Dalam keadaan social
distancing, faktor dukungan sosial dan aktivitas seksual kemungkinan menurun sehingga skor
kesehatan hubungan sosial sedang.
Berdasarkan data pada tabel 8, dilihat secara kualitatif, terjadi penurunan pada rata-rata
pemasukan responden selama menjalani social distancing dan terjadi kenaikan pada rata-rata
pengeluaran responden selama menjalani social distancing. Setelah dilakukan perhitungan
selisih, dilakukan perhitungan rata-rata penurunan pemasukan dan rata-rata kenaikan
pengeluaran yang dialami responden. Rata-rata penurunan pemasukan yang dialami adalah
sebesar Rp 1.106.793±2.473.370 dan Rata-rata kenaikan pengeluaran yang dialami adalah
sebesar Rp 1.144.701±841.336. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan menguji signifikasi
kedua selisih.
Sebelum menguji signifikasi, dilakukan uji normalitas data dari seluruh variabel
produktivitas. Hasil uji normalitas data keempat variabel adalah p=0,000; p=0,000; p=0,000;
dan p=0,000. Oleh karena itu, untuk menguji signifikasi dari kedua selisih digunakan uji
Wilcoxon Signed Ranks karena seluruh distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji signifikasi
didapatkan nilai p=0,000 untuk penurunan pemasukan dan p=0,000 untuk kenaikan
pemasukan. Dapat dikatakan bahwa responden mengalami penurunan pemasukan yang
bermakna dan kenaikan pengeluaran yang bermakna selama menjalani social distancing.
Selain itu, di masa pandemi ini terjadi perubahan harga pada kebutuhan-kebutuhan
pokok yang berefek pada peningkatan jumlah biaya yang dikeluarka untuk memenuhi
4. KESIMPULAN
1. Tenaga kesehatan yang menjalani social distancing memiliki kualitas kesehatan fisik yang
baik (63,18±10,62), kesehatan psikologi yang baik (60,33±15,44), kualitas hubungan
sosial yang sedang (51,57±17,61), dan kesehatan lingkungan yang sedang (58,28±12,48).
2. Tenaga kesehatan yang menjalani social distancing mengalami penurunan pemasukan
sebesar Rp1.106.793±2.473.370 secara bermakna (p=0,000). Selain itu, tenaga kesehatan
juga mengalami kenaikan pengeluaran sebesar Rp1.144.701±841.336 secara bermakna
(p=0,000).
DAFTAR PUSTAKA