Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL APPRAISAL

Impact of COVID-19 on loneliness, mental health,


and health service utilisation: a prospective cohort
study of older adults with multimorbidity in primary
care
Oleh :
Meillin Zulfatin
301010700XXX
Dokter Muda Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pembimbing :
Dr. dr. Suryani Yulianti, M.Kes
01
IDENTITAS
JURNAL
Judul
Jurnal

Tahun
Terbit
Publikasi

Informasi
Penulis dan
Institusi
Pembahasan Variabel Bebas
Variabel Terikat

Identitas
Jurnal
02
ABSTRAK
Latar
Belakang

Tujuan Hasil

Kesimpulan
Metode
Penelitian
03
PENDAHULUA
N
Pandemi SARS-CoV-2 telah berdampak
besar pada seluruh masyarakat. Salah
satu dampak yang harus diperhatikan
adalah dampak sekunder dari terjadinya
pandemic yaitu dampak Psikologis dan
mengenai kunjungan kontrol ke rumah
sakit. Sehingga pada penelitian ini akan
diamati kedua variable sebelum maupun
saat terjadinya pandemic COVID-19
04
METODE
PENELITIAN
 Penelitian ini menggunakan design Kohort terdiri dari
total 1077 peserta yang direkrut dari empat klinik
perawatan primer publik di Hong Kong dari 7 Juni 2016
hingga 23 Oktober 2017;
 penilaian (n= 746) pada 3 April 2018 hingga 6 Maret
2019 (dengan ini didefinisikan sebagai penilaian pra-
COVID-19 dalam penelitian ini).
 Tindak lanjut kedua pada penilaian yang dilakukan
melalui telepon dari 24 Maret hingga 15 April 2020
(didefinisikan sebagai penilaian peri-COVID-19 selama
wabah;n= 677).
 penelitian ini hanya mempertimbangkan penilaian
tindak lanjut pertama (pra-COVID-19) dan tindak lanjut
(peri-COVID-19) dalam menggambarkan perubahan hasil
psikososial sebelum dan selama wabah COVID-19 di
Hong Kong.
• Untuk penilaian pra-COVID-19, pasien dinilai
secara tatap muka di salah satu dari empat klinik
perawatan primer public
• Untuk penilaian peri-COVID-19, wawancara
telepon dilakukan dengan setidaknya tiga
panggilan telepon pada waktu yang berbeda pada
tiga hari yang berbeda untuk menjangkau peserta.
• Semua penilaian dilakukan oleh perawat
penelitian terlatih, pekerja sosial, dan asisten
peneliti.
• Di antara 746 responden penilaian pra-COVID-19,
total 583 pasien menyelesaikan penilaian pra-
dan peri COVID-19 dan kemudian dimasukkan
dalam penelitian ini. Tingkat respons adalah 78%
(n = 583).
Loneliness
diukur dengan menggunakan 6-
item De Jong Gierveld
Loneliness Scale (DJGLS) Depresif dan gejala kecemasan umum diukur
Skor 0-1, 2-4, dan 5-6 di DJGLS dengan menggunakan Kuesioner
masing-masing mewakili tingkat Kesehatan Pasien 9 item (PHQ-9) dan 7- item
kesepian tidak, sedang, dan Gangguan Kecemasan Umum (GAD-7) skala,
berat. masing-masing. Insomnia diukur dengan 7-item
versi Cina dari Insomnia Severity Index
(ISI).Ketiga skala divalidasi dengan sifat
psikometrik yang dapat diterima di antara
populasi Cina,
Jumlah janji temu 'tidak hadir' dihitung selama periode 3 bulan setelah kasus COVID-19 pertama kali
dilaporkan di Hong Kong (23 Januari hingga 22 April 2020) dan 1 tahun lalu untuk periode yang sama (23
Januari hingga 22 April 2019). Di antara 583 peserta, tiga tidak memiliki janji temu yang dijadwalkan selama wabah
COVID-19 (sejak Januari 2020), dan data CMS 16 pasien tidak tersedia; oleh karena itu, 564 data pasien diambil
Analisis statistic yang digunakan :
• Analisis univariat dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel
independen (data sosiodemografi dan jumlah kondisi kronis)
• ukuran hasil dependen menggunakan regresi linier (untuk DJGLS, GAD-7,
PHQ-9, dan ISI) dengan penyesuaian nilai pra-COVID .
• Regresi linier berganda digunakan untuk menguji hubungan independen
antara variabel independen dan dependen (DJGLS, GAD-7, PHQ-9, dan ISI)
dengan memasukkan semua variabel independen, dengan penyesuaian nilai
pra-COVID-19.
• Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan statistik IBM SPSS
Statistics
05
HASIL
Dari tabel karakteristik peserta
yang membandingkan antara
responder dan non responder.

Jumlah peserta wanita pada


kedua kelompok lebih dominan
dibandingkan dengan peserta
Pria
Hasil Primer :
skor DJG Loneliness sebelum wabah COVID-
19, secara keseluruhan lebih buruk sejak
wabah COVID-19 (P<0,05)
Hasil Sekunder :
skor GAD ( Kecemasan ) dan ISI (Insomnia)
sebelum wabah COVID-19, secara keseluruhan
meningkat sejak wabah COVID-19 (P<0,05)

Tidak ada perubahan signifikan dalam


gejala depresi (P= 0,359). Dibandingkan
dengan hasil sebelum timbulnya COVID-19

Ada 16,5% dan 22,0% dari peserta yang


melewatkan janji medis yang dijadwalkan untuk
perawatan 1 tahun yang lalu dan setelah timbulnya
wabah, namun secara statistic tidak
signifikan(P= 0,014)
- Faktor resiko seperti wanita, hidup sendiri, dan memiliki> 4 kondisi kronik
meningkatkan resiko mengalami perasaan kesepian selama pandemic covid19
- Wanita juga lebih mungkin mengalami peningkatan kecemasan dan insomnia
- Penerima CSSA cenderung tidak mengalami peningkatan insomnia dibandingkan
dengan penerima non-CSSA
Tidak ada hubungan yang signifikan untuk setiap faktor sosiodemografi
dalam perubahan relatif dari janji medis yang terlewat setelah penyesuaian
06
Pembahasan
1. Dari penelitian ini ditemukan Kemungkinan
peningkatan masalah kesehatan mental
sebagai dampak dari pandemi dan strategi
intervensinya untuk pengendalian infeksi
2. Studi ini menunjukkan bahwa pasien yang lebih
tua dengan multimorbiditas dalam perawatan
primer mengalami kesehatan psikososial yang
lebih buruk dan peningkatan ketidakhadiran
pada janji temu medis yang dijadwalkan
untuk perawatan penyakit kronis setelah
timbulnya wabah COVID-19.
3. Studi ini menemukan bahwa orang dewasa
yang lebih tua yang tinggal sendiri lebih
mungkin mengalami kesepian sosial selama
COVID-19 karena berkurangnya dukungan social
akibat pembatasan jarak/ lockdown selama
COVID-19
Kelebihan :
1. penelitian ini adalah studi pertama
tentang dampak wabah COVID-19 pada kesehatan
mental yang menggunakan data pra dan peri covid 19
Keterbatasan :
1, penilaian hanya bisa dilakukan sebelum dan
selama wabah COVID-19; yang dapat dipengaruhi
oleh keadaan lain, riwayat alami dari kesehatat mental
sebelumnya , dan terdapat perbedaan jangka waktu
penilaian pra covid (12 bulan ) peri covid ( 3 minggu).
2. Perbedaan metode pengambilan assessment pra
dan peri covid-19
3. Pada penelitian ini hanya memasukan pasien
dengan data yang lengkap sebelum dan selama
pandemic covid-19 yang kemungkinan lebih banyak
pasien muda yang disertakan
1. Kesehatan mental merupakan masalah
kesehatan yang penting baik sebelum
maupun saat pandemic covid-19, namun
masih sedikit perhatian kepada permasalahn
ini karena terfokus pada pengendalian dan
penanggulangan pandemic
2. Lockdown, isolasi mandiri, social distancing
yang diadakan guna pengendalian covid-19
disisi lain menyebabkan orang dewasa tua
terbatas dalam dukungan social yang
mempengaruhi dari kesehatan mentalnya
Pembatasan sosial dan isolasi yang
dirasakan terkait dengan peningkatan
risiko kecemasan dan depresi di antara
orang dewasa yang lebih tua. Kesepian
dan isolasi sosial juga merupakan faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner
(PJK), stroke, dan kognisi menurun.
• Kegiatan isolasi dan karantina dikaitkan
dengan peningkatan depresi dan
kecemasan.
• Kecemasan dapat timbul dari ketakutan dan
kekhawatiran akan terinfeksi, dan langkah-
langkah menjaga jarak dapat mengakibatkan
perubahan pada rutinitas harian
• Temuan bahwa perempuan lebih mungkin
mengalami insomnia dan kecemasan
konsisten dengan temuan penelitian terbaru
lainnya yang menunjukkan bahwa
perempuan mengalami tekanan psikologis
yang lebih tinggi daripada laki-laki pada awal
wabah COVID-19 di Cina
1. banyak faktor lain yang juga terkait
dengan ketidakhadiran saat jadwal
kontrol ( terlupa, kesibukan,
kondisi tidak sehat pada jadwal
kontrol )
2. janji temu yang terlewat yang diamati
dalam penelitian ini berpotensi
menyebabkan komplikasi serius
atau efek samping, jika masalah
tidak ditangani
3. strategi alternatif bagi pasien
dengan beberapa kondisi kronis,
seperti teleconsultations ditengah
pandemic
• Intervensi seperti teleconsulations dapat
dieksplorasi dan dievaluasi untuk memberikan
intervensi telepsikologis yang efektif selama
pandemi,

• diantara 552 responden komunitas dewasa yang


lebih tua lebih dari 63% menggunakan akses
internet dirumah dan menggunakan whatsapp, 89
% dari mereka bersedia untuk menerima pesan
perawatan sehingga ada ruang untuk melibatkan
orang dewasa yang lebih tua dalam
menggunakan telemedicine untuk perawatan
penyakit kronis mereka.
CRITICAL
APPRAISAL
Section A: Are the results of the
study valid?
Informasi mengenai populasi, factor yang mempengaruhi,
efek / dampak yang terjadi dan hasil sudah dipaparkan pada
penelitian ini secara jelas
Pada penelitian ini populasi yang diambil harus
memenuhi kriteria dan diambil dari data pasien pada
klinik layanan primer di Hongkong.
Penelitian yang dilakukan secara cohort ini diambil 2
data pada saat sebelum pandemic ( secara face to face
dengan skoring dan penilaian tertentu ) dan saat
pandemic dengan menggunakan telephone interviews.
1. Ya, karena pengambilan informasi dilakukan menggunakan pengambilan
data saat sebelum pandemic dan saat pandemi, kemudian data kuesioner
sebelum pandemic yang tidak lengkap pada peserta tertentu tidak
dimasukan kedalam pengolahan data.
2. Pengambilan data dilakukan oleh orang orang yang sudah di training dan
menggunakan pengukuran yang objective
1. Menggunakan standar pengukuran yang objective  diukur
dengan menggunakan skala sesuai yag diteliti  Lonelinnes
(DJGLS), Depresi (PHQ-9),Insomnia (ISI), Anxiety (GAD)
dan data informasi jadwal kontrol yang terjadwal pada sistem
(CMS)
1. Ya, penulis mengidentifikasi adanya kemungkinan
confounding factors pada ketidakhadiran peserta pada
janji temu ke fasilitas kesehatan seperti sibuk, keadaan
yang kurang fit saat janji temu , atau bahkan terlupa.
Selain itu penulis juga menuliskan kemungkinan
confounding factors pada penelitian ini lebih
banyaknya wanita yang mengikuti penelitian ini.
1. Ya, penulis menganalisis setiap
kemungkinan pengaruh dari confounding
factor, pada penelitian ini yaitu berdasarkan
usia, wanita, lama waktu Pendidikan ,
status perkawinan, status tinggal ,
pensiunan/irt , penerima cssa , dan jumlah
penyakit.
Pada penelitian ini dilakukan penelitian sebelum pandemic
7 June 2016 - 23 October 2017, 3 April 2018 - 6 March
2019 secara tatap muka dan saat pandemic 24 March -
15 April 2020 melalui wawancara telephone. Data pada
tahun 2016-2017 tidak diikut sertakan dikarenakan data
hanya bersifat screening

Pada penelitian ini diamati data dengan rentang waktu


yang lama 2018-2019 atau sebelum terjadinya Pandemi
Covid-19 dan pada tahun 2020 saat Pandemi Covid -
19
Section B:
What are the
results?
1. skor DJG Loneliness sebelum wabah COVID-19,
secara keseluruhan lebih buruk sejak wabah
COVID-19 (P<0,05)
2. skor GAD ( Kecemasan ) dan ISI (Insomnia) sebelum
wabah COVID-19, secara keseluruhan meningkat
sejak wabah COVID-19 (P<0,05)
3. Tidak ada perubahan signifikan dalam gejala
depresi (P= 0,359). Dibandingkan dengan hasil
sebelum timbulnya COVID-19
4. Ada 16,5% dan 22,0% dari peserta yang melewatkan
janji medis yang dijadwalkan untuk perawatan 1 tahun
yang lalu dan setelah timbulnya wabah,, namun secara
statistic tidak signifikan(P= 0,014)
5. Faktor resiko seperti wanita, hidup sendiri, dan
memiliki> 4 kondisi kronik meningkatkan resiko
mengalami gangguan mental health selama pandemic
COVID-19
Ya presisi karena Dalam penelitian ini, memiliki Confidence Intervals 95%
Hasil perbandingan permasalahan kesehatan mental sebelum dan saa t pandemic :

Untuk tingkat perasaan kesendirian 1.35 ( 95% CI : 1.16 to 1.55 )


Untuk tingkat anxiety 0.48 (95% CI 0.11 to 0.86 )
Untuk tingkat insomnia 0.66 (95% CI 0.19 to 1.13)
Untuk tingkat depresi 0.19 (95% CI –0.21 to 0.59)
Ya, Karena penelitian ini didukung dengan data
yang lengkap dan hasil yang relevan yang
diperkuat dengan bukti bukti yang mendukung.
Section C: Will the results
help locally?
Ya, Karena pada penelitian ini sampel sudah
merepresentasikan populasi usia tua di hongkong
Ya, Karena penelitian ini didukung dan
sejalan dengan evidence base yang
dilampirkan.

HASIL/KESIMPULAN
EVIDANCEE YANG
DILAMPIRKAN
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai