Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN TURI (SESBANIA GRANDIFLORA.

L)
TERHADAP LUKA PARONYCHIA (CANTENGAN) YANG DISEBABKAN OLEH
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN CANDIDA ALBICANS

Dosen Pengampu :

Ns. Fitria Endah Janitra, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

FITRI UTAMI

30901800071

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEMARANG

2020
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN TURI (SESBANIA GRANDIFLORA.L)
TERHADAP LUKA PARONYCHIA (CANTENGAN) YANG DISEBABKAN OLEH
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN CANDIDA ALBICANS

Fenomena

Tanaman turi merah (sesbania grandiflora.L Pers) adalah tanaman asli Asia Tenggara
yang banyak dijumpai di Asia Selatan dan Afrika . S. Grandi flora L.Pers memiliki daun bulat,
bunganya berwarna merah, buahnya terlihat seperti kacang hujai rata, panjang, dan tipis.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi suhu yang lembab atau panas. Tanaman S.
Grandi flora L.Pers mengandung komponen metabolit sekunder, diantaranya alkaloid, glikosida,
steroid, terpenoid, dan tannin.

Tanaman turi sendiri memiliki pohon yang kecil dengan ketinggian 5-12 m. Batang yang
dimiliki tanaman turi memiliki lapisan gabus yang mudah terkelupas, tetapi berlendir dan berair.
Rantingnya menggantung dan memiliki kulit luar yang tidak rata. Kemudian, daunnya berjenis
daun majemuk dan tersebar. Daun penumpu berukuran 0,5-1 cm dan anak daunnya berbentuk
jorong memanjang dan menyirip genap. Tangkai bunga yang dimiliki adalah 20-30 cm dengan
tangkai pendek dan setiap tangkainya memiliki 20-40 daun.

Menurut ramuan tradisional tanaman turi berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.


Bagian tanaman turi yang digunakan adalah kulit batang, bunga, daun dan akar. Kulit batang turi
(terutama bagian pangkalnya) dapat digunakan untuk mengobati sariawan, disentri scabies, cacar
air dan demam. Daun turi dapat digunakan untuk mengobati keseleo, memar, bengkak, luka
bakar, keputihan, batuk, hidung berlendir, sakit kepala, memperlancar produksi ASI, beri-beri,
demam nifas, dan radang tenggorokan. Bunga turi dapat memperbanyak dan memperlancar
pengeluaran ASI dan hidung berlendir. Sedangkan untuk akar dari tanaman Turi sendiri dapat
digunakan untuk mengobati pegal linu dan batuk berdahak (Muhammad A, 2010). Tanaman Turi
mengandung beberapa senyawa aktif seperti Etanol, tannin, flavonoid, dan saponin yang terdapat
pada daun turi juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus aureus dan
candida albicans (Susanti, G. 2016).
Selain itu bunga turi juga digunakan untuk menjaga kesehatan mata. Gangguan mata
seperti rabun senja bisa mengonsumsi secara teratur bunga turi ini. Namun harus diingat,
mengonsumsi kembang turi haruslah dimasak terlebih dahulu. Selain itu juga bunga turi
bermanfaat untuk menyembuhkan luka pada kulit karena didalam daun turi terdapat ekstrak
Etanol.

Infeksi merupakan penyakit yang meningkat seiring waktu dan bertambahnya kepadatan
penduduk. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti patogen.
Banyaknya obat sintetis yang menyebabkan resistensinya mikroorganisme, membuat peneliti
ingin mencari zat alami yang berasal dari tumbuhan yang memiliki aktivitas penghambat
antibakteri salah satunya adalah daun turi merah (sesbania grandiflora.L.Pers).

Infeksi yang disebabkan bakteri staphylococcus aureus dan candida albicans biasanya
menggunakan berbagai jenis antibiotik. Hasil pengobatan seringkali tidak memuaskan karena
ketidakaturan pemakaian. Akibatnya, bakteri staphylococcus aureus dan candida albicans
menjadi resisten terhadap antibiotik seperti penisilin G, ampisilin, sulbenisilin, amoksilin, dan
meticilin. staphylococcus aureus dan candida albicans yang resisten memiliki kemampuan
memproduksi laktamase, suatu enzim yang menghidrolisis ikatan cincin laktam pada antibiotik.
Peran laktam pada antibiotik adalah mencegah pembentukan dinding sel bakteri yang berupa
peptidoglikan sehingga bakteri lisis lalu mati. Resistensi bakteri terhadap antibiotik juga dapat
terjadi karena adanya plasmid yang mengkodekan gen bakteri sehingga kebal terhadap antibiotik.

Meluasnya resistensi bakteri ini terhadap antibiotik, memacu berbagai langkah pengobatan
alternatif dengan pemberian bahan alam. Salah satu tanaman yang digunakan adalah turi merah
ataupun turi putih (sesbania grandiflora.L). daun turi telah diteliti memiliki kandungan saponin,
flavonoid, dan tanin memiliki efek anti bakteri. Kandungan etanol pada daun turi juga memiliki
fungsi sebagai immunomodulator.

Penelitian mengenai daun turi merah atau dau turi putih (sesbania grandiflora.L) sebagai
antibakteri telah banyak dilakukan. Namun yang dikaitkan dengan penyembuhan paronychia
(cantengan) belum banyak dibahas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membuktikan
adakah pengaruh pemberian ekstrak etanol. Hasil ekstraksi berebntuk cair seperti air yang
didiamkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Berdasarkan hasil uraian diatas yang ditemukan di dalam masyarakat, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh ekstrak Etanol pada daun turi
(sesbania grandiflora.L) terhadap paronychia (cantengan) yang disebabkan oleh bakteri
staphylococcus aureus dan candida albicans.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi merupakan reaksi sitemik yang timbul karena adanya kuman yang masuk kedalam
tubuh, penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia selain itu,
penyakit infeksi juga termasuk dalam jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk
negara berkembang, termasuk indonesia. Penyakit infeksi yang sering terjadi salah satunya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus [ CITATION Ama18 \l 1057 ].

Ini menjadi salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan. Infeksi yang disebabkan oleh
mikroba merupakan penyebab utama penyakit diwilayah Indonesia, Indonesia merupakan
Negara yang terletak di daerah khatulistiwa, yang memiliki suhu kamar berkisar 25-30℃,
berpotensi menjadi tempat yang subur untuk pertumbuhan bakteri. Mikroba dapat menimbulkan
penyakit pada manusia, binatang, tumbuhan, dan protista lainnya[ CITATION Pel13 \l 1057 ].

Sebagaian besar mikroorganisme ini bersifat patogen pada manusia, yang menyebabkan
manusia sebagai inang mengalami infeksi dari mulai keadaan akut sampai kronis, salah satunya
merupakan penyakit infeksi penyakit kulit. Seringkali masyarakat menganggap sepele terhadap
penyakit infeksi kulit ini. Infeksi kulit dapat berkembang menjadi sistematik yang berbahaya
yang disebabkan oleh faktor-faktor virulensi dari bakteri dan jamur. Infeksi menjadi suatu hal
yang sulit diobati apabila bakteri/jamur penginfeksi bersifat resisten terhadap antibiotik yang ada
[ CITATION Ros09 \l 1057 ].

Mikroba yang dapat menyebabkan infeksi yaitu seperti bakteri (staphylococcus aureus dan
candida albicans). staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut dan
saluran pernapasan tetapi dalam keadaan tidak normal bersifat patogen menyebabkan infeksi
pada kulit. Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir, kulit, bisul, dan luka. Infeksi
staphylococcus aureus dapat ditularkan dari satu orang keorang lain melalui selaput mukosa
yang bertemu dengan kulit [ CITATION Dwi05 \l 1057 ][ CITATION Jaw05 \l 1057 ].

Salah satu penyakit yang disebabkan bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans
adalah paronikia. Paronikia di definisikan sebagai penyakit inflamasi dari jaringan (proksimal
atau lateral) disekitar kuku jari. Infeksi tersebut bisa terjadi secara akut maupun kronis. Paronikia
kronis adalah penyakit inflamasi yang biasanya menyerang wanita akibat adanya keterlibtan
trauma mekanik dan kimia. Hal ini menyebabkan rusaknya kutikula sehingga membuat penetrasi
zat-zat iritan dan menyebabkan alergi. Secara klinis hal ini menyebabkan hipertrofi dan retaksi
dari bagian proksimal atau lateral dari kuku sehingga menghilangnya kutikula. Hal ini
berhubungan dengan penyebaran inflamasi pada proksimal matriks. Biasanya penyakit ini
berhubungan dengan adanya trauma pada kutikula dan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan
air seperti memasak dan mencuci piring. Sekitar 33% ibu rumah tangga di irak mengalami
paronikia kronik.[ CITATION Dal16 \l 1057 ]

Candida albicans merupakan jamur kandida yang telah dikenal dan dipelajari sejak abad
ke-18 yang menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan higiene yang buruk. Nama
kandida diperkenalkan pada Third International sructure/struktur seperti akar yang sangat
panjang/rhizoids dan dapat memasuki mukosa (invasif). Dinding sel kandida dan C. Albicans
bersifat dinamis dengan struktur yang berlapis, terdiri dari beberapa jenis karbohidrat berbeda
(80-90%): (i) Mannan (polymers of mannose) berpasangan dengan protein membentuk
glikoprotein (mannoprotein); (ii) –glucans yang bercabang menjadi polimer glukosa yang
mengandung -1,3 dan -1,6 yang saling berkaitan, dan (iii) chitin, yaitu homopolimer N-acetyl-D-
glucosamine (Glc-Nac) yang mengandung ikatan -1,4. Unsur pokok yang lain adalah protein (6-
25%) dan lemak (1-7%). Yeast cells dan germ tubes memiliki komposisi dinding sel yang serupa,
meskipun jumlah –glucans, chitin, dan mannan relatif bervariasi karena faktor morfologinya.
Jumlah glucans jauh lebih banyak dibanding mannan pada C. Albicans yang secara imunologis
memiliki keaktifan yang rendah. Struktur dinding C. yang bercabang, juga dapat membentuk hifa
sejati. Pseudohifa dapat dilihat dengan media pembenihan khusus. Candida albicans dapat
dikenali dengan kemampuan untuk membentuk tabung benih/germ tubes dalam serum atau
dengan terbentuknya spora besar berdinding tebal yang dinamakan chlamydospore. Formasi
chlamydospore baru terlihat tumbuh pada suhu 30-37℃, yang memberi reaksi positif pada
pemeriksaan germ tube. Identifikasi disfagia, odinofagia, atau nyeri retrosternum, juga dapat
tidak menunjukkan gejala (40% kasus).

Infeksi paronikia menyebabkan rusaknya barier antara lapisan-lapisan kuku dan jaringan
disekitarnya sehingga menyebabkan mudahnya organisme seperti bakteri dan jamur untuk masuk
ke area tersebut dan menyebabkan infeksi sekunder. Bakteri Staphylococcus aureus [ CITATION
Ama18 \l 1057 ]adalah bakteri tersering yang ditemukan pada paronikia. Candida albicans
[ CITATION Pel13 \l 1057 ]adalah jamur yang sering menyebabkan paronikia kronik. Selain adanya
infeksi, paronikia bisa juga disebabkan oleh penyebab non-infeksi seperti pajanan bahan kimia
iritan dan lembab yang berkepanjangan .

Penyakit yang melibatkan kuku, sering kali sulit diobati, proses regenerasi kuku yang lama
dibandingkan dengan jaringan lain membuat proses pengobatan menjadi lebih lama, hal ini
membuat menurunnya kepatuhan pasien dalam pengobatan.[ CITATION Dal16 \l 1057 ]

Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan beberapa penyakit, yaitu penyakit kulit
seperti impetigo, paronikia, abses, selulitis, dan infeksi kulit. Pada organ pernafasan
menyebabkan pneumonia dan infeksi, dan endocarditis infektif pada organ kardiovaskular
[ CITATION Feb18 \l 1057 ] sehingga diperlukan tanaman obat untuk mengobati bakteri tersebut.

Pengobatan tradisional yang bahannya dari sumber daya alam hayati seperti dari tumbuh-
tumbuhan telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia. Sampai saat ini obat tradisional
masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit, karena
tumbuhan merupakan sumber berbagai jenis senyawa-senyawa kimia yang memiliki khasiat
sebagai obat. Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan oleh
pengalaman yang secara turun temurun yang diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya [ CITATION Dal09 \l 1057 ].

Pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat. Masyarakat semakin sadar akan
pentingnya kembali kealam dengan memanfaatkan obat-obat alami. Hal ini terbukti dari
penggunaan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan dan untuk mengobati penyakit ringan
maupun kronis [ CITATION Dal09 \l 1057 ]. Keampuhan pengobatan tradisional banyak dibuktikan
melalui pengalaman. Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalui
pengobatan kedokteran, ternyata masih dapat diatasi dengan pengobatan herbal. Selain relatif
murah, keunggulan dari penggunaan tanaman alami sebagai obat terletak pada bahan dasarnya
yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin (Utami, 2008).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah tanaman turi (sesbania
grandiflora.L). tanaman turi diketahui mengandung beberapa senyawa seperti saponin, tanin,
flavonoid yang diduga mempunyai aktivitas sebagai antibakteri [ CITATION Pra12 \l 1057 ], secara
tradisional tanaman turi cenderung digunakan masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan
berbagai penyakit seperti luka, erupsi kulit, memar akibat terpukul, disentri dari sariawan atau
untuk mengobati infeksi lainnya.

Dalam penelitian [ CITATION Oua14 \l 1057 ] “antibacterial potential and antioxidant


activity of polyphenol of Sesbania Grandiflora” menunjukkan bahwa ekstrak dari semua bagian
tanaman, seperti daun, batang, butiran, polong dan akar dari Sesbania Grandiflora mengandung
polifenol yang merupakan senyawa antioksidan dibandingkan dengan asam askrobat dan
quercetin yang digunakan sebagai acuan, dan dari konsentrasi yang divariasikan yaitu 50%,
100%, 200% ekstrak dari masing-masing bagian juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri
dan memiliki spektrum yang luas karena dapat menghambat bakteri gram negatif dan gram
positif.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol daun turi (Sesbania Grandiflora L.) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Staphylococcus aureus dan Candida Albicans).

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun turi (Sesbania Grandiflora L.)
terhadap bakteri (Staphylococcus aureus dan Candida Albicans).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsentrasi terbesar ekstrak etanol daun turi (Sesbania Grandiflora L.)
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang menjadi salah
satu penyebab luka paronychia (cantengan).

2. Untuk mengetahui konsentrasi terbesar ekstrak etanol daun turi (Sesbania Grandiflora L.)
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Candida Albicans yang menjadi salah satu
penyebab luka paronychia (cantengan).
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi universitas, hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi dokumen akademik yang
dapat dipergunakan dalam penelitian-penelitian terkait.

2. Bagi mahasiswa dan peneliti, dapat menambah wawasan tentang manfaat ekstrak etanol
daun turi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Candida Albicans

3. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi baru khususnya tentang penggunaan daun
turi(Sesbania Grandiflora L.) sebagai antibakteri dan penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai