Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
“FIQIH SHALAT (KAIFIATUS SHOLAH)”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
1. MEIDA KURNIASARI (06101282126030)
2. AULIA ANNIES QUR’ANUM (06101282126034)
3. FITRI YASTANTI (06101282126038)

MATA KULIAH :PENDIDIKAN AGAMA


DOSEN MATA KULAIH :DR. APRIYANTI, M.Pd.I.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah marilah senantiasa kita panjatkan atas segala nikmat yang telah diberikan
Allah SWT kepada kita semua. Sehingga kami kelompok 6 bisa menyusun makalah ini dengan lancar.
Salam serta sholawat semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dunia
ini dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang, penuh ilmu dan hikmah. Semoga kita
mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Aamiin.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada
jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dengan tema “Fiqih shakat (kaifiatus shalah)” kami berusaha menyelesaikan tugas ini dan
menyajikan yang terbaik. Di dalamnya memuat pendahuluan, rumusan masalah, pembahasan dan
kesimpulan. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Untuk itulah kami memohon kritik dan saran yang membangun agar ke depan kami bisa menyajikan
makalah yang lebih baik lagi.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Agama Islam yang telah membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap muslim
yang membacanya. Aamiin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Indralaya, 26 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4

1.2. Rumusan masalah.......................................................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................4

BAB II................................................................................................................................................5

FIQIH SHALAT (KAIFIATUS SHALAH)..................................................................................................5

2.1. Pengertian Shalat........................................................................................................................5

2.2. Syarat-syarat wajib shalat...........................................................................................................5

2.3. syarat-syarat sah shalat..............................................................................................................7

2.4. Rukun shalat...............................................................................................................................9

2.5. Hikmah dilaksanakannya shalat................................................................................................16

BAB III.............................................................................................................................................18

PENUTUP........................................................................................................................................18

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................18

3.2. Saran.........................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang
paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap
apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang arti khilafiyah,
dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari kita kaji bersama tentang arti
shalat, dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur didalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga
di paparkan sholat dan macamnya. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang
sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat
merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya
adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan
barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat
tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang
sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah.

Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas
tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari – hari.

1.2. Rumusan masalah

1.Apa pengertian shalat?…

2.Apa saja syarat-syarat wajib shalat?…

3.Apa saja syarat-syarat sah shalat?…

4.Apa saja rukun shalat?…

5.Ada berapa macam-macam shalat?…

6.Apa hikmah dilaksanakannya shalat?…

Hal hal dalam berjamah?…

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas kuliah agama islam semester ganjil.

2. Untuk mengetahui apa saja manfaat dan bagaimana agar terlaksananya shalat yang sesuai syarat-
syarat sah shalat.

3. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai pengertiaan shalat,tata cara yang baik dan benar
sera hikmah yang didapat dari melaksanakan shalat.

4
BAB II

FIQIH SHALAT (KAIFIATUS SHALAH)

2.1. Pengertian Shalat

Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut bahasa (etimologi) berarti do'a, dan
secara terminologi / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan yang
telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).

Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya. (Hasbi AsySyidiqi, 59).

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta
sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’.[1]

(Imam Bashari Assayuthi, 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah ibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri
(lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-Nya. Sholat dalam agama
islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah manapun juga, ia merupakan
tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

Firman Allah Swt:

ِ ‫صالَةَتَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شَا ِء َو ْال ُم ْنك‬


)٤٥ ‫َر (سورةالعنكبوت‬ َّ ‫َواَقِي ِْم ال‬
َّ ‫صالَةَاِ َّن ال‬

Artinya:”Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji
dan munkar”(Q.S. Al-‘ankabut; 45)

2.2. Syarat-syarat wajib shalat

Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke dua
syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan shalat.

5
Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di
samping adanya kriteria lain seperti rukun.Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

1.Islam

Orang yang bukan islam tidak di wajibkan shalat, berarti ia tidak di tuntut untuk mengerjakannya di
dunia hingga ia masuk islam, karena meskipun di kerjakannya, tetap tidak sah. Tetapi ia akan
mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan
jalan masuk islam terlebih dahulu.

Firman Allah Swt:

ْ ُ‫ك ن‬
‫ط ِع ُم ْال ِم ْس ِكي ّْن‬ ُ َ‫صلِّي ّْن َولَ ْم ن‬
َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ َ‫م فِى َسقَ ّر قَالُوْ لَ ْم ن‬3ْ ‫ت يَتَ َسا َءلُوْ ّن ع َِن ْال ُمجْ ِر ِمي ّْن َما َسلَ َك ُك‬
ٍ َّ‫فِى َجن‬

Artinya: “Berada di dalam surga mereka tanya menanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa,
‘Apakah yang memasukan kamu kedalam saqor(neraka)?’ Mereka menjawab, kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak pula memberi makan orang
miskin’”.(Al-mudassir; 40-44)

2.Baligh

Baligh adalah seseorang yang telah sampai umurnya lima belas tahuh hijriah atau sudah mendapat
kan satu tanda baik dengan inzal (mimpi basah) bagi laki laki atau perempuan dan datang haidh
khusus bagi perempuan

anak-anak yang baligh tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW, yang artinya:
Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara:
Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari
anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3.Berakal

Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang
kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya
adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya: “dan dari orang gila yang tidak berperan
akalnya sampai dia sembuh”

4.Suci dari haid dan nifas

Maka tidak wajib shalat bagi keduanya baik tunai ataupun qadha,kecuali datang haid atau nifas
setelah lewat waktu fardhu seukuran muat untuk bersuci dan shalat, maka shalat itu wajib di qadha

6
setelah suci,atau suci dalam waktu shalat yang sisa waktu nya muat untuk shalat,maka wajib qadha
shalat tersebut dan wajib qadha pula satu waktu sebelumnya bila suci dalam waktu kedua shalat
jama’ yaitu shalat asar dan shalat ‘isya,maka bila suci dalam waktu asar,shalat yang wajib ditunaikan
adalah shalat dhuhur dan asar, dan apa bila suci di waktu isya walau di ujung waktu, maka shalat
yang wajib di tunaikan adalah magrib dan isya.

5.Sampai dakwah

Bila satu balad atau pulau yang tidak sampai dakwah maka tidak wajib shalat bagi ahli pulau tersebut
kecuali setelah dating dakwah

6.Sejahtera anggota

Maka tidak wajib shalat bagi orang yang dilahirkan dalam keadaan buta dan tuli.

2.3. syarat-syarat sah shalat

1.Suci dari hadas besar dan hadas kecil

Sabda rasulullah saw:

‫َث َحتَّى يَتَ َوضَّأَ– رواه البخارى ومسلم‬ َ ُ‫الَ َي ْقبَ ُل هللا‬
َ ‫صاَل َةاَ َح ِد ُك ْم اِ َذااَحْ د‬

Artinya: Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadas hingga ia
berwudhu (riwayat bukhari dan muslim)

Firman Allah swt:

٦ ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًافَاطَّهَّرُوْ ا – المائده‬

Artinya: jika kamu junub maka mandilah (al-maidah 6)

2.Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

Untuk keabsahan shalat disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak
dimaafkan.

7
Yang dimaksudkan dengan pakaian adalah yang dipakai dan yang di tanggung dan yang dimaksudkan
dengan badan adalah dhahir badan yang meliputi dalam mulut dalam hidung serta dalam mata

Dan yang dimaksudkan dengan shalat adalah sesuatu yang bersentuh dengan badan dan pakaian
orang yang sedang shalat.

3.Menutup aurat

Aurat pada istilah bahasa artinya kekurangan dan pada istilah syara’ adalah sesatu yg wajib
menutupnya dan haram Melihat nya

Aurat di tutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Oleh karena itu tidak
dianggab menutup aurat dengan keadaan gelab atau dalam satu kurungan, Aurat laki-laki antara
pusar sampai lutut,aurat perempian seluruh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan.

Firman Allah swt:

ِ ْ‫يبَنِى ا َد َم ُخ ُذو‬
۳۱ ‫االعراف‬-‫از ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َمس ِْج ٍد‬

Artinya: Hai anak adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid (Al-a’raf; 31)

 Mengetahui masuknya waktu shalat

Di antara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu shalat sudah tiba. Shalat tidak sah apabila
seseorang yang melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti dan cara mengetahui masuk waktu
ada tiga:

Dengan cara yaqin yaitu mengetahui waktu dengan melihat matahari atau fajar

Dengan cara yaitu mengetahui waktu dengan pekerjaan tertentu

Dengan taklid yaitu mengetahui watu dengan perantara orang lain

Dalam mengetahui masuk waktu harus terhimpun dua perkara yaitu zan mukaaf serta nafsul amri,
bila saah atu tidak ada mak shalat tidak sah.

Menghadap ke kiblat (ka’bah)

Selama dalam shalat wajib menghadap ke kiblat. Kalau shalat berdiri atau shalat duduk
menghadapkan dada. Kalau shalat berbaring menghadap dengan dada dan muka. Kalau shalat

8
menelentang, hendaklah dua tapak kaki dan mukanya menghadap ke kiblat, kalau mungkin,
kepalanya di angkat dengan bantal.

Firman Allah swt:

ْ ‫ْث َما ُك ْنتُ ْم فَ َولُّوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم ش‬


۱٤٤‫ البقره‬-‫َط َره‬ ْ ‫قَ َو ِّل َوجْ هَكَ ش‬
ُ ‫َط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام َو َحي‬

Artinya: Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya (Al-baqarah 144)

2.4. Rukun shalat

Rukun shalat menurut mamazhab syafi’i ada 13, antara lain:

 Niat

Arti niat ada dua:

Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu perbuatan. Dengan adanya kesengajaan ini, perbuatan
dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri, bukan di paksa).

Niat pada syara’ (yang menjadi rukun shalat dan ibadah yang lain), yaitu menyengaja suatu
perbuatan, karena mengikuti perintah Allah supaya diridhoinya.

Sabda rasulullah saw:

ِ ‫اِنَّ َماااْل َ ْع َم ُل بِالنِّيَا‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫ت‬

Artinya: sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (riwayat bukhari dan muslim)

Niat ada tiga tingkatan

1.Niat untuk Shalat Fardhu harus mencakup tiga macam yaitu Qashad (menyengaja shalat),ta’radh
(menyebut fardhu) dan ta’yin (menyebut waktu)

2.Niat untuk shalat Sunat berwaktu atau sunat yang mempunyai sebab harus ada dua yaitu Qashad
(menyengaja shalat) dan ta’yin (menyebut nama shalat)

3.Niat untuk shalat sunat mutak hanya satu saja yaitu qashad (menyengaja shalat )

9
(2) Berdiri bagi orang yang kuasa

Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil berdiri dengan lutut,kalau tidak kuasa boleh
duduk; kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau tidak kuasa berbaring, boleh
menelentang; kalau tidak kuasa juga demikian, salatlah sekuasanya, meskipun dengan isyarat.yang
penting shalat tidak boleh ditinggalkan selama iman masih ada.

 Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”)

Syarat membaca takbiratu ihram ada 18

1) Harus didengar kan seluruh huruf nya


2) Dibaca dikala berdiri pada shalat fardhu
3) Harus dengan bahasa arab
4) Tertib
5) Harus dibaca dengan lafadh jalalah
6) Harus dibaca dengan lafadh akbar
7) Tidakmemanjang kan hamzah jalalah
8) Tidak memanjang kan baa akbar
9) Tidak mentasydidkan bacaan
10) Muwalat
11) Tidak melebihi alif jalalah lebih dari tujuh alif (14 harakat)
12) Tidak melebih kan waw diantara dua kalimat
13) Tidak melebih kan waw sebelum lafadh jalalah
14) Menjaga seluruh huruf
15) Masuk waktu pada shalat yg berwaktu
16) Menyertakan takbir dengan niat
17) Tertakkhir takbir makmum dari takbir imam
18) Membaca akbar dengan hamzah qa’ta
 Membaca surat Al-fatihah

ِ ‫صاَل ةَلِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ْأبِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ رواه ا لبخارى‬. ‫ب‬ َ َ‫ال‬

Artinya: Tiadalah shalat bagi seorang yang tidak membaca fatihah (riwayat bukhari)

Syarat membaca al- fatihah ada 8

1. Tertib
2. Muwalat
3. Menjaga seluruh huruf dan Tasydidnya
4. Tidak saktah yang panjang
5. Tidak lahin yg Mencedrai makna

10
6. Memperdengarkan seluruh bacaan fatihah
7. Tidak diselangi dengan zikir yg lain
8. Dengan Bahasa arab
 Ruku’

Syarat ruku’ ada 4

1. Sah rukun sebelum nya


2. Tidak mengkashad kan yg lain
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda rasulullah saw:

ْ ‫ثُ َّم ارْ َك َع َحتَّى ت‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمئِ َّن َرا ِكعًا‬

Artinya: Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk. (riwayat bukhari dan
muslim)

4.Condong ukuran didapati oleh telapak tangan akan lutut


 I’tidal

I’tidal pada istilah bahasa adalah bersamaan dan arti I’tidal pada istialah syara’ adalah kembali orang
sembahyang kepada hal sebelum ruku’

Syarat I’tidal ada 4

Sah rukun sebelum nya

Tidak mengkashadkan yang lain nya

Tuma’ninah dengan yakin

Sabda rasulullah saw:

‫ رواه البخارى ومسلم‬. 3‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى تَ ْع ِد َل قَائِ ًما‬

Artinya: Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk i’tidal. (riwayat dukhari dan
muslim)

Tidak melebihi panjangnya ukuran fatihah, kecuai I’tidal rakaat terakhir

Kembali lurus seperti semula

11
Sujud

Syarat sujud ada tujuh

1. Sah rukun sebelum nya


2. Tidak menqashadkan yang ain
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda rasulullah saw:

ْ ‫َط َمئِ َّن َجالِسًاثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬


‫ زواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمئِ َّن َسا ِجدًا‬ ْ ‫اجدًاثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى ت‬ ْ ‫ثً َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬
ِ ‫َط َمئِ َّن َس‬

Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian bangkitlah engkau
hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat
bukhari dan muslim)

4.Sujud dengan tujuh anggota

5.Dahi harus terbuka

6.Tidak sujud atas sesuatu yg terbawa dalam shalat

7.Tahammul dengan kepala

Syarat syarat antara dua sujud

Sah rukun sebelum nya

Tidak mengkashadkan yang ain

Tuma’ninah dengan yakin

Sabda rasulullah saw:

ْ ‫َط َمئِ َّن َجالِسًاثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمئِ َّن َسا ِجدًا‬ ْ ‫اجدًاثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى ت‬ ْ ‫ثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬
ِ ‫َط َمئِ َّن َس‬

Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian bangkitlah engkau
hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat
bukhari muslim)

Duduk yang tegak

12
Tidak melebihi Ukuran zikir yg diperintahkan dan ukuran sekurang kurang tasyahhud

Duduk akhir

Untuk tasyahud akhir, shalawat atas nabi saw, dan atas keluarga beliau, keterangan yaitu amal
Rasulullah saw. (beliau selalu duduk ketika membaca tasyahud dan shalawat).

Membaca Tasyahhud akhir

Dinamakan tasyahhud akhir karena pada padanya ada sebutan dua kaimat shahadat

Syarat syarat bacaan tasyahhud akhir ada 8

Sah rukun sebeum

Dengan bahasa arab

Menjaga huruf dan tasydid nya

Tidak ahin yang merusak maknanya

Mendengar seuruh bacaanya

Tertib

Muwalat menurut imam ramli sedang kan menurut pendapat ibnu hajar sunat

Membaca salawat kepada rasulullah

Syarat syarat nya seperti Syarat syarat bacaan tasyahhud Akhir

Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir. Adapun membaca
shalawat atas keluarga beliau menurut syafi’i tidak wajib melainkan hanya sunah ab’az.

Sabda rasulullah saw:

َ ‫اَللّهُ َّم‬: ْ‫صالَ ِةفَ ْليَقُل‬


‫رواه البيهقى والحاكم‬.‫ الخ‬.…‫ص ّل‬ َّ ‫م فِى ال‬3ْ ‫اِ َذاتَ َشهَّ َداَ َح ُد ُك‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ع َِن اب ِْن َم ْسعُوْ ٍدع َِن النَّبِ ِّي‬

Artinya: Dari ibnu mas’ud, dari Nabi saw: apabila salah seorang diantara kamu telah membaca
tasyahud dalam shalat, hendaklah ia membaca: Allahumma solli… (shalawat) sampai akhir (riwayat
baihaki dan hakim)

13
Memberi salam

Dalam mazhab syafii Yang wajib adalah salam pertama saja,namun demikian bila terjadi hal yang
membatal kan setelah salam pertama dan sebelum salam kedua maka shalat itu dianggab batal
kecuali ada rencana untuk sekali salam saja.

Sebagian ulama berpendapat bahwa memberi salam itu wajib dua kali, ke kanan dan ke kiri.

Sabda rasulullah saw:

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم كاَنَ يُ َسلِّ ُم ع َْن يَ ِم ْينِ ِه َوع َْن يَ َس‬
‫ار ِه اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َحتّى‬ َّ ِ‫َع ِن ا ْب ِن َم ْسعُوْ ٍداَنَ النَّب‬
َ ‫ي‬
‫ رواه الخمسه وصححه الترمذى‬.‫يُ َرى بَيَاضُ َخ ِّد ِه‬

Artinya: Dari ibnu mas’ud, sesungguhnya Nabi saw. Memberi salam ke kanan dan ke kiri, beliau
mengucapkan, “Assalamualaikum warohmatullah, assalamualaikum warohmatullah.” Sehingga
kelihatan putih pipi beliau. (riwayat lima ahli hadis dan di sahkan oleh tarmidzi)

Menertibkan rukun

Artinya meletakkan rukun pada tiap-tiap tempatnya masing-masing menurut susunan yang telah di
sebutkan di atas.

Macam-macam shalat wajib dan sunnah

 Macam-macam sholat wajib:

Shalat Isya’ yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka’at dengan dua kali tasyahud dan . Waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah hilang syafa’ yang merah s/d menjelang fajar tsani )yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah (sebelum) dan ba’diyah (sesudah) shalat isya.

Shalat Subuh yaitu shalat yang dikerjakan 2 (dua) raka’at . Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan
setelah fajar tsani sampai waktu isyrak yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qabliyah saja.

Sholat Dhuhur yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka’at dengan dua kali tasyahud. Adapun
waktu pelaksaannya dilakukan mulai tergelincir matahari sampai menjelang asar, yang diiringi
dengan shalat sunnah qabliyah dan shalat sunnah ba’diyah (dua raka’at-dua raka’at atau empat
raka’at-empat raka’at).

Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka’at dengan dua kali tasyahud . Adapun
waktu pelaksanaannya dilakukan setelah mendapatkan lebih sedikit bayang dari satu benda dan
hanya diiringi oleh shalat sunnah qabliyah dengan dua raka’at atau empat raka’at.

14
Shalat Maghrib yaitu shalat yang dikerjakan 3 (tiga) raka’at dengan dua kali tasyahud dan. Adapun
waktu pelaksanaanya dilakukan setelah matahari terbenam sampai hilang syafa’ yang merah (awal
waktu shalat isya) yang diiringi oleh shalat sunnah ba’diyah dua raka’at atau empat raka’at dengan,
sedang shalat sunnah qabliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin dilakukan (sunat ghairu muakkad)

 Macam-macam shalat sunah:


 Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di antara
shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rakaat shalat tahajud minimal
dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi,
surat al-ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.
 Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari setelah naik matahari
ukuran segalah pada pandangan mata (16 menit) setelah waktu isyrak hingga menjelang
waktu dhuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha minimal dua rakaat dan maksimal delapan
rakaat menurut imam Ramli dan dua belas raka’atmenurut imam Ibnu Hajar . Manfaat dari
shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat
melakukan shalat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi’ah, adh-dhuha, al-
quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
 Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kebaikan harian
atau petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari dua
hal/perkara maupun lebih dari dua.
 Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di
kemudian hari. Setiap kegagalan akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak
akan berguna di masa yang akan datang

 Shalat tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk memperbanyak memahasucikan Allah
SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih.
Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah rakaatnya adalah empat rakaat sekali salam,
sedangkan jika malam hari dengan dua salam.
 Shalat taubat adalah shalat dua roka’at yang dikerjakan bagi orang yang ingin bertaubat,
insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan bertekat tidak akan
melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat
dibarengi dengan puasa, shadaqah dan shalat.
 Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah SWT. Shalat
hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita.
Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rakaat dan maksimal dua belas bisa kapan saja
dengan satu salam setiap dua roka’at, namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir
waktu malam.
 Shalat safar adalah shalat yang dilakukan oleh orang yang mau bepergian atau melakukan
perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari
kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya mendapat keridhaan,
keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.
 Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang sebelum Shalat
Fardhu disebut shalat qabliyah, dan yang setelah shalat fardhu di sebut shalat Ba’diyah.

15
Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin kurang
khusu’ atau tidak sempurna adabnya
 Shalat istishqa .Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan
secara berjamaah saat musim kemarau.

 Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang yakin akan bangun
malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah shalat Tahajud. Shalat witir
disebut juga shalat penutup. biasa dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua
rakaat pertama salam dan dilanjutkan satu rakaat lagi.
 Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid. Disunnahkan shalat tahiyatul
masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua
raka’at.
 Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya sunnah muakad atau
penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula
berjama’ah.
 Shalat ied.Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri adalah
tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya. Akan tetapi, jika diketahui
sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat telah
habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari
raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

 Shalat khusuf
 sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw. Yang artinya : “Sesungguhnya matahari
dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang maupun kehidupannya.
Maka apabila kalian menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah
Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).

2.5. Hikmah dilaksanakannya shalat

Dari sudut religious shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan khaliq-nya yang di
dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada
Allah, keamanan dan ketentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu dia merupakan
suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan
kesalahan.

Secara individual shalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT, menguatkan jiwa
dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah SWT, bukan berlomba-lomba untuk
memperturutkan hawa nafsu dalam mencapai kemegahan dan mengumpulkan harta. Di samping itu
shalat merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan kesibukan dalam
menghadapi aktivitas dunia.

16
Shalat mengajar seseorang untuk berdisiplin dan menta’ati berbagai peraturandan etika dalam
kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari penetapan waktu sholat yang mesti di pelihara oleh setiap
muslim dan tata tertib yang terkandung di dalamnya. Dengan demikan orang yang melakukan shalat
akan memahami peraturan, nilai dan sopan santun, ketentraman dan mengkonsentrasikan pikiran
kepada hal-hal yang bermamfaat, karena shalat penuh dengan pengertian ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengandung nilai-nilai tersebut.

Dari segi social kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan
kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan
kesatuan ini menumbuhkan hubungan social yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam
menghadapi segalam problema kehidupan social kemasyarakatan.

Tiga hal dalam shalat berjamaah :

o Muwafiq

Muwafiq adalah Seorang makmum Yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada waktu yang bisa
menghabiskan fatihah.

Hukum bagi makmum yang muwafiq adalah bisa mukhalafah satu rukun atau terdahulu satu rukun
walau pun hokum nya makruf

o Masbuq

Masbuk adalah seorang makmum yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada waktu yang tidak bisa
menghabiskan fatihah.

Hukum bagi makmum yang masbuk adalah wajib mengikuti dan mendapat kan ruku’sebelum imam
bangkit dari sekurang kurang ruku’,dan tidak wajib menghabiskan bacaan fatihah nya,Bacaan
fatihahnya di tanggung oleh imam yang sah shalatnya,dan makmum yang terlambat tidak dianjur
kan untuk membaca yang sunat,dan kalau pun sempat membaca yang sunat maka dikala imam
rukuk makmum wajib menambahkan fatihah nya seukuran bacaan sunat yang yang telah dibaca

o Ma’zur (uzur).

Ma’zur adalah keadaan seorang makmum yang tidak bisa menghabiskan fatihahnya dikala imam
sudah ruku’ dikarenakan beberapa keuzuran seperti Orang yang lambat bacaan nya atau lupa fatihah
dikala imam mau ruku’ atau lain sebagainya. Makmum yang uzur kewajiban nya adalah
menghabiskan fatihah nya walau imam sudah ruku’,Asal kan tidak melampoi sujud

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali

Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena
dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak
mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya.Salah satu persyaratan orang –
orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT
dalam surat Al Baqara.

Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan. Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa
shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka
semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.Shalat
dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan
ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat, merampok dan
sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetapi
tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam
Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45.

Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur.Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat,
shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus,

3.2. Saran

 Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai
positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
 Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan
kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-
populasi berada.
 Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu
memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu
yang mudharat.
 Dalam suatu penciptaan sebuah teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang disembunyikan
dalam segala sesuatu tentang teknologi tersebut. Baik dari segi proses penciptaannya,
tujuan penciptaannya, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

18
https://www.mengukirperadaban.com/2015/05/makalah-salat-pengertian-macam.html?m=1

http://mpu.bandaacehkota.go.id/2019/11/25/fiqih-shalat/

19

Anda mungkin juga menyukai