Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KAPITA SELEKTA

KURIKULUM 2013 (K-13), IMPLEMENTASI dan PERMASALAHANNYA

KELOMPOK 4

ANGGOTA KELOMPOK:
AMELPA ANDENA (06101282126032)
FITRI YASTANTI (06101282126038)
PUTRI AULIA (06101282126047)

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA


DOSEN PENGAMPU : Drs. Arief Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed., Ph.D
Maefa Eka Haryani S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas “Makalah KURIKULUM 2013 (K-13), IMPLEMENTASI
dan PERMASALAHANNYA ” ini. Tugas ini membahas tentang rangkuman ataupun
bahasan singkat mengenai materi yang berkaitan pada perkuliahan Kapita selekta pertemuan
3 Melalui tugas ini, penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada bapak dan ibu sebagai Dosen Mata kapita selekta pada Program Studi
Pendidikan Kimia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha
kita. Aamiin.

Indralaya, 20 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Pengertian Kurikulum............................................................................................................6


2.2 Kurikulum 2013.....................................................................................................................6
2.3 Karakteristik Kurikulum 2013...............................................................................................7
2.4 Latar Belakang Penyusunan Kurikulum 2013.......................................................................9
2.5 Perubahan Elemen Kurikulum 2013 dan Dampaknya.........................................................10
2.6 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum..........................................................................11
2.7 Struktur Kurikulum..............................................................................................................13
2.8 Strategi Implementasi..........................................................................................................14
2.9 Masalah yang dihadapi dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013.............................16
2.10 Solusi dalam Menghadapi Masalah Implementasi Kurikulum 2013.................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum menurut UU No. 20 Tahun 2013 merupakan seperangkat rencana & sebuah
pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan
nasional. Indonesia sudah berganti kurikulum sebanyak 11 kali yakni pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013,dan 2015. Pergantian kurikulum di Indonesia
bukan semata-mata memainkan peran pendidikan namun ini merupakan menyempurnaan dari
masing-masing kurikulum. Kurikulum yang telah disempurnakan ini merupakan kurikulum yang
sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pergantian kurikulum yang paling terkahir adalah kurikulum 2013 yang berganti dari
kurikulum KTSP 2006. Ada beberapa alasan mengapa digantinya dan diberlakukannya
kurikulum 2013 yakni pertama merupakan tantangan masa depan yang meliputi arus globalisasi,
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan
ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga yaitu tentang
fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme,
kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial. Keempat atau terkahir adalah persepsi
publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban
siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. Selain dari beberapa alasan yang telah
dipaparkan ada juga orientasi dari kurikulum 2013 adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah “Daftar Pustaka” ini yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 ?


4
2. Masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 ?
3. Bagaimana solusi untuk menghadapi masalah dalam implementasi kurikulum 2013 ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah “Daftar Pustaka” ini yaitu:


1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan implementasi kurikulum 2013
2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi selama proses pelaksanaan implementasi
kurikulum 2013
3. Untuk mengetahui solusi dalam menghadapi hambatan dari implementasi kurikulum 2013

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah “Daftar Pustaka” ini yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Makalah ini bermanfaat sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa dan juga masyarakat
Indonesia untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan implementasi kurikulumm 2013.

b. Manfaat Praktis

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, khasanah wawasan dan keilmuan bagi
penulis maupun pembaca terkait kajian yang berkenaan dengan kurikulum 2013.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum

Menurut Nana Syaodih (2009) kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Pengertian tersebut juga
sejalan dengan pendapat Nasution dalam (Syaodih, 2009) yang menyatakan bahwa kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya. Sedangkan Ralph Tylor (dalam Shafa, 2014, hlm. 83) menyatakan bahwa
kurikulum adalah keseluruhan pembelajaran siswa yang direncanakan dan diarahkan oleh
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara D.K. Wheeler (dalam Shafa, 2014, hlm.
83-84) menyatakan kurikulum adalah pengalaman yang direncanakan dan ditawarkan kepada
peserta didik di bawah pengawasan sekolah.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1


menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada
dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran (Rochmadi, 2016, hlm. 2).

2.2 Kurikulum 2013

E. Mulyasa (2013) dalam (Waybin, 2014, hlm.13) mengemukakan pengertian Kurikulum


2013 yaitu sebagai kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Tidak hanya berbasis pada kompetensi,
hal penting dalam penerapan kurikulum 2013 adalah penerapan pendidikan karakter. Menurut E.
Mulyasa (2013) dalam (Waybin, 2014, hlm.13), pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013
bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan,yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang,
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Dalam penerapan
pendidikan karakter tersebut, bukan hanya tanggung jawab dari sekolah semata, tetapi tanggung
jawab semua pihak seperti orang tua peserta didik, pemerintah, dan masyarakat. Hal serupa juga
6
dikemukakan oleh Anang Tjahjono (2013) dalam (Waybin, 2014, hlm.13), “Kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang berbasis pada pengembangan kompetensi siswa. Kurikulum berbasis
kompetensi (“outcomes- based curriculum”) yaitu pengembangan kurikulum yang diarahkan
pada pencapaian kompetensi seperti yang telah dirumuskan dalam Standar Kompetensi
Lulusan.”

Mohammad Nuh (http://kemdikbud.go.id: 03/08/2013) juga mengemukakan bahwa


Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakkan untuk
segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Kurikulum 2013
merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, dengan pendekatan tematik dan
kontekstual.

Dari pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa Kurikulum 2013 merupakan


pengembangan kurikulum yang berfokus pada kompetensi dan karakter siswa yang dicapainya
melalui pengalaman belajarnya yang telah dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Waybin, 2014, hlm.14).

2.3 Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik untuk dapat menyeimbangkan antara


pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik. Sehingga dalam hal ini, sekolah merupakan salah satu
bagian dari masyarakat yang dapat memberikan pengalaman belajar secara terencana, dimana
siswa menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dalam berbagai situasi dan dapat
pula memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Untuk itu, dibutuhkan waktu yang cukup
leluasa agar dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa (Waybin, 2014,
hlm. 16).

Kurikulum 2013 juga dirancang dengan karakteristik sebagai kompetensi yang


dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang kemudian dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian
(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti. Oleh karena itu, kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) (Waybin, 2014, hlm. 16).

7
Selanjutnya E. Mulyasa (2013) dalam (Waybin, 2014, hlm. 17) juga mengidentifikasikan
tentang karakteristik Kurikulum 2013, yang menurutnya “terdapat lima karakteristik di
Kurikulum 2013 yaitu: mendayagunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan,
strategi individual personal, kemudahan belajar, dan belajar tuntas.” Lebih lanjutnya kelima hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendayagunakan Keseluruhan Sumber Belajar

Dalam Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter, diharapkan guru tidak lagi
berperan sebagai aktor/aktris utama dalam proses pembelajaran karena pembelajaran dapat
dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Dalam mendayagunakan
sumber-sumber belajar, peserta didik memerlukan kesiapan mental dan kemauan, serta
kemampuan untuk menjelajahi aneka ragam sumber belajar yang ada dan mungkin tidak ada.

2. Pengalaman Lapangan

Pengalaman Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter lebih menekankan pada
pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dengan siswa. Hal ini
diharapkan dapat memudahkan guru untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama siswa
mengikuti pembelajaran.

3. Strategi Belajar Individual Personal

Kurikulum 2013 mengupayakan strategi belajar individual personal, karena dalam konteks
ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kognitif siswa, tetapi mencakup respons-respons terhadap perasaan pribadi dan
kebutuhan pertumbuhan psikologis siswa.

4. Kemudahan Belajar

Kemudahan belajar dalam Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter ini diberikan
melalui kombinasi antara pembelajaran individual personal, dengan pengalaman lapangan, dan
pembelajaran secara tim (team teaching).

5. Belajar Tuntas

Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dan
diasumsikan bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa akan mampu belajar dengan baik
dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang mereka pelajari.
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan, terutama dalam level mikro, yaitu mengembangkan individu dalam proses
pembelajaran di kelas.

8
Mulyasa (2013) (Waybin, 2014, hlm. 18-19) menjelaskan tentang asumsi yang mendasari
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter, diantaranya karena banyak sekolah yang
memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara
optimal. Oleh karena itu, kurikulum berbasis kompetensi dan karakter menuntut peningkatan
kemampuan profesional guru. Selain itu, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata
pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi
yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.

Dalam hal ini, siswa diasumsikan bukan sebuah tabung kosong atau kertas putih bersih yang
dapat diisi atau ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi
yang berbeda dan bervariasi untuk dikembangkan melalui sebuah pendidikan agar dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal. Asumsi lainnya yang
mendasari Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter adalah kurikulum yang berperan
sebagai rencana pembelajaran yang harus berisi kompetensi potensial yang tersusun secara
sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian siswa, yang mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Selain itu, Kurikulum juga sebagai proses
pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh siswa untuk
mengembangkan berbagai potensinya secara optimal (Waybin, 2014, hlm. 19).

2.4 Latar Belakang Penyusunan Kurikulum 2013


Penyusunan kurikulum 2013 pada dasarnya menitikberatkan pada penyederhanaan,
tematikintegratif, dan mengacu pada kurikulum 2006. Beberapa permasalahan di antaranya: (i)
konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran
dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak; (ii) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam
kurikulum; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vi) standar penilaian belum mengarahkan
pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala; dan (vii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih
rinci agar tidak menimbulkan multitafsir (Anwar, 2016).

Dengan demikian yang mendasari dikembangkannya kurikulum 2013, selain untuk memberi
jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada kurikulum 2006, adalah kurikulum
2013 juga bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam

9
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan) yang
diperoleh atau setelah siswa menerima materi pembelajaran. Selain itu, menurut Mendikbud
bahwasanya hal-hal yang mendasari pada dasarnya zaman selalu berubah. Oleh karena itu
kurikulum pendidikan harus pula disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan zaman. Saat ini
yang dituntut adalah kurikulum yang lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi
hapalan semata (Anwar, 2016).

2.5 Perubahan Elemen Kurikulum 2013 dan Dampaknya

Pada pengembangan kurikulum 2013 ini ada beberapa elemen kurikulum yang berubah.
Empat standar dalam kurikulum yaitu standar kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar
penilaian mengalami perubahan. Artinya standar kompetensinya berubah,proses dan materinya
juga ada yang berubah. Misalnya perubahan dalam pendekatan yang digunakan dari sisi proses,
kurikulum 2013 menginginkan agar anak menjadi kreatif. Terkait dengan kreativitas ini,
beberapa riset menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibentuk melalui proses pendidikan. Ada dua
per tiga kesempatan untuk membangun kreativitas melalui pendidikan. Sepertiganya melalui
faktor genetik atau bawaan. Hal ini berbeda dengan intelegensia yang dua per tiganya karena
faktor bawaan, dan sepertiga melalui pendidikan. Idealnya, seseorang yang intelegensianya
tinggi, maka kreativitasnya juga tinggi. Akan tetapi jika intelegensia bawaan rendah, dalam
kasus ini, space creativity dapat dimainkan. Artinya, meskipun intelegensia pas-pasan, kreativitas
dapat dimanfaatkan. Berbagai pendekatan dapat membangun kreativitas tersebut. Caranya, mulai
kecil siswa dibiasakan untuk memanfaatkan inderanya untuk melihat fenomena. Artinya mereka
diajak untuk mengamati, bukan bermain di wilayah kosong. Mereka perlu masuk ke wilayah riil
sehingga setiap kejadian terekam. Misalnya, jika anak-anak ingin mengetahui yang ada di bulan,
mereka diajak melihat melalui teropong. Atau jika mereka ingin mengetahui bentuk sel,
mikroskop dapat dipakai. Setelah itu mereka bisa mengerti apa itu sel.

Adapun objek pembelajaran yang digunakan adalah fenomena alam, fenomena sosial,
dan fenomena budaya. Belajar apa saja, objeknya pasti tiga hal tersebut. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah berupa tematik-integratif. Mengamati saja belum cukup. Siswa harus
dikembangkan kemampuannya untuk bertanya. Karena dari bertanya itulah muncul rasa
penasaran intelektual. Itu saja belum cukup. Siswa perlu diajari untuk berkemampuan
mempresentasikan, mengomunikasikan sesuatu, baik tertulis ataupun lisan. Oleh karena itu
mereka akan diajari cara memformulasikan persoalan. Melihat keadaan demikian, struktur mata
pelajaran pun berubah. Jika dahulu mata pelajaran terlebih dahulu ditetapkan kemudian
kompetensinya,sekarang diubah,yaitu kompetensinya terlebihdahulu ditetapkan, kemudian
menyusul mata pelajarannya. Selain itu, hal lain yang harus diakui bahwa dalam perkembangan
kehidupan dan ilmu pengetahuan pada abad ke-21 telah terjadi pergeseran baik ciri maupun
model pembelajaran. Hal-hal inilah yang akan diantisipasi pada kurikulum 2013 (Anwar, 2016)
Pergeseran paradigma belajar abad ke-21 dengan berdasarkan ciri abad ke-21 dan model
10
pembelajaran yang harus dilakukan. Adanya perubahan terhadap beberapa elemen dalam
kurikulum 2013 diharapkan membawa dampak positif pada beberapa entitas. Sedikitnya ada lima
entitas yang terkait dengan pendidikan, Hal-hal yang Mendasari yaitu peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan, manajemen satuan pendidikan, negara dan bangsa, serta masyarakat umum,
yang diharapkan mengalami perubahan (Anwar, 2016).

2.6 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut menurut


http://yogyakarta.kemenag.go.id :

1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan
untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum
sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau
jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana.
Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan
perolehannya di masyarakat.

2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan,
dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar
12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing
satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum
didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa


sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas
dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara
khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan
dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifatlintas mata pelajaran dan
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan
keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam
pembelajaran.

4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan
11
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis
kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan
kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam
sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman
belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta


didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,


dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten
kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti
dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh


memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan
kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari
permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan
untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.

9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar
yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan


daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar
Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah
dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan
mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini
saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam
Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan
yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut
harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil
belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

2.7 Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan.
Mata pelajaran terdiri atas:

a. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada
setiap satuan atau jenjang pendidikan

b. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan
dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu
mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata
pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

Struktur Kurikulum SMA Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK
maka dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata
pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan
KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi
SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah
subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Mata
pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan vokasional
(SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di
dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun
X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit
(http://yogyakarta.kemenag.go.id).

Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar yang sama bagi
tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang
memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar
kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan karena memiliki
keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi
terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran

13
di luar jurusan. Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi
peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua disiplin ilmu
adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa
menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama
kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin
ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada
nama disiplin ilmu (http://yogyakarta.kemenag.go.id).

2.8 Strategi Implementasi

1. Implementasi Kurikulum

Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah
propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota (http://yogyakarta.kemenag.go.id).

a. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk


melaksanakan kurikulum.

b. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara


nasional.

c. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap


pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional


kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota
terkait.

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu: - Juli 2013:
Kelas I, IV, VII, dan X - Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI - Juli 2015:
kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015

c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014

d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan


budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013

14
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016

2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK Pelatihan PTK adalah bagian dari
pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi
yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan
sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih
(Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen,
Widyaiswara, guru inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah
berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala
sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru kelas
dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

3. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru Implementasi kurikulum dilengkapi


dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini
memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi
pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses
serta hasil belajar peserta didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi
Kurikulum 2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru. Ketersediaan
buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli
buku baru.

4. Evaluasi Kurikulum Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai


berikut: Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016 Sumatif: Tahun Belajar
2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide, dokumen, dan implementasi
kurikulum. Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru
menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan
dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan
bergiliran.

a. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke
XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil
belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya.

b. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan
untuk menguji efektivitas kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan
(SKL) (http://yogyakarta.kemenag.go.id)

15
2.9 Masalah yang dihadapi dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013

Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada umumnya
diantaranya yaitu:

1. Kurang maksimalnya pelatihan kurikulum 2013 yang didapatkan oleh guru, sehingga guru masih
banyak yang kurang memahami bagaimana cara menerapkan kurikulum 2013 dengan baik.

2. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung seperti buku pegangan guru dan siswa serta media
pembelajaran yang tidak ada, sehingga mempersulit guru dalam menerapkan kurikulum 2013.

3. Proses penilaian yang rumit karena banyaknya penilaian yang dilakukan oleh guru mulai dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Serta penilaian kurikulum 2013 bersifat autentik.

Di dalam dunia pendidikan banyak hal yang menjadi masalah dalam mengimplementasikan
kurikulum, yaitu :

1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi
perpindahan kepada Kurikulum 2013.

2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun
penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.

3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk
melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru
(Peraturan Menteri no 159). Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri
nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi
mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain
Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi
Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum.
Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi kesesuaian antara
ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.

4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat
wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.

5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga
menyebabkan ketidakselarasan.

6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan
menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru.

7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan
mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.

16
8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan
beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar
sekolah.

9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan peredaran


buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau
ketiadaan buku.

10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.

2.10 Solusi dalam Menghadapi Masalah Implementasi Kurikulum 2013

Berikut upaya apa saja yang dilakukan guru dalam mengatasi permasalahan dalam menerapkan
kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran

Beberapa hasil temuan dari wawancara terkait upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi
permasalahan dalam menerapkan kurikulum 2013, contohnya seperti dalam perencanaan pembelajaran di
Madarasah Ibtidaiyah Negeri 3 Rejang Lebong seperti yang telah dijabarkan oleh Bapak Endang Suriaji,
M.Pd, bahwa:

“Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahan dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran adalah mencari informasi yang ada di internet, melakukan sharing dengan guru yang
menjadi instruktur kurikulum 2013 itu sendiri”.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Partila, S.Pd.I, beliau menyatakan bahwa:

“Upaya yang kami lakukan dalam mengatasi permasalahan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran
adalah dengan cara bertanya kepada teman-teman yang sudah mengerti terhadap penyusunansilabus dan
RPP, mencari informasi dari internet”.54

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahandalam pelaksaan pembelajaran
seperti yang disampaikan oleh Ibu Irma Nengsih, S.Pd.I, bahwa:

“Untuk mengatasi permasalahan pelaksanaan pembelajaran karena tidak adanya buku maka saya
berinisiatif untuk mencari sumber buku yang ada di internet dan kemudian saya print sendiri”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurbaiti, S.Pd.I, beliau menyatakan:

“Dalam mengatasi permasalahan buku kurikulum 2013 yang belumditerima pihak sekolah sampai
sekarang adalah dengan cara mengeprint buku pegangan guru dan siswa yang ada di internet”.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Rumiyati, S.Pd.I, beliau menyatakan bahwa:

17
“upaya yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yaitu
dengan cara mencari sendiri

c. Penilaian

Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi permasalahan dalam proses penilaian
kurikulum 2013 seperti yang dikatakan oleh Ibu Rumiyati, S.Pd.I, bahwa:

“untuk mengatasi permasalahan dalam proses penilaian kurikulum 2013, upaya yang saya lakukan adalah
melakukan penilaian pengetahuan terlebih dahulu dan baru setelah itu melakukan penilaian sikap dan
keterampilan”.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Partila, S.Pd.I, bahwa:

“Langkah pertama yang saya lakukan untuk mempermudah proses penilaian yaitu dengan cara melakukan
penilaian pengetahuan terlebih dahulu setelah itu baru saya melakukan penilaian sikap dan keterampilan”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Irma Nengsih, S.Pd.I, beliau menyatakan:

“upaya yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan dalam proses evaluasi yaitu dengan cara
melakukan proses penilaian pengetahuan terlebih dahulu dan kemudian baru menilai aspek lain, sehingga
proses penilaian akan terasa mudah.”

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum 2013 yaitu sebagai kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Tidak hanya berbasis pada kompetensi, hal
penting dalam penerapan kurikulum 2013 adalah penerapan pendidikan karakter. Adanya perubahan
terhadap beberapa elemen dalam kurikulum 2013 diharapkan membawa dampak positif pada beberapa
entitas.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun serta bersifat relevan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
makalah ini dapat menjadi bacaan yang memberimanfaat, pemahaman, dan
pengetahuan bagi kita semua. Akhir kata, semoga makalahini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita terutama mengenai Implementasikurikulum Merdeka (IKM)

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2016). Hal-Hal Yang Mendasari Penerapan Kurikulum 2013. (Artikel).

BINUS University Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2012). Dokumen Kurikulum


2013. Diakses: http://yogyakarta.kemenag.go.id

Rochmadi, N W. (2016). Pendalaman Kurikulum 2013. (Modul). Kementerian Riset,


Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Universitas Negeri Malang Lembaga
Pengembangan Pendidikan Dan Pengajaran P4l

Shafa. (2014). Karakteristik Proses Pembelajaran Kurikulum 2013. Jurnal: Dinamika Ilmu,
14, (1), 81-96.

Waybin, E F. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Proses Pembelajaran Di Smk


Negeri 3 Yogyakarta. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta

Syaodih, N. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

20

Anda mungkin juga menyukai