Anda di halaman 1dari 16

Nama :

Habibi
Fahrun
A
Kelas :
V-A
Tugas :
Temati
k

Macam
Macam
Tarian
di
Indones
1. Tari Saman ( Aceh )

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan


peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan bahasa
Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan
dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.
Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya
Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.

2. Tari Legong ( Bali )

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak


yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan
pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang
luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung
arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya.
Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
3. Tari Pendet ( Bali )

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura,


tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas
turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para
seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap
mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I
Wayan Rindi.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak
seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat
ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

4. Tari Reog Ponorogo ( Bali )

Reog adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat,
mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu
merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping. Reog merupakan salah
satu seni budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap
sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh
sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog
adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang
berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
5. Tari Tor Tor ( Sumatera Utara )

Tari Tortor adalah jenis tarian purba dari suku Batak yang berasal dari provinsi Sumatra
Utara yang meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba, Samosir,
dan Tapanuli Tengah. Dan saat ini, tari tortor menjadi bagian penting dalam adat suku Batak
Toba, baik dalam acara adat pernikahan ataupun pentas seni di seluruh Indonesia. Melalui
tarian ini lah masyarakat adat Batak menyampaikan harapan dan seluruh doa-doanya.
Peragaan sikap dan perasaan melalui tortor selalu menggambarkan kondisi dan situasi yang
dialami.

6. Tari Piring ( Sumatera Barat )

Tari piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan


piring. Para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang
teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya diambil dari langkah
dalam silat Minangkabau atau silek.
Tari ini dipopulerkan oleh Huriah Adam. Saat ini, tari piring dipertunjukkan untuk
penyambutan tamu terhormat atau pembukaan upacara adat. Bersama dengan tari
saman, pendet, dan jaipong, tari ini menjadi tarian populer Indonesia yang kerap ditampilkan
di ajang promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia.
7. Tari Topeng Betawi

Tari Topeng Betawi adalah tarian yang dibawakan saat pementasan teater rakyat Topeng
Betawi, seni pertunjukan tradisional yang terdiri dari tari, musik, nyanyi, bebodoran (lawak),
dan lakon (drama). Kesenian ini berkembang di wilayah komunitas Betawi Pinggir (Betawi
Ora), mengangkat kehidupan masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk gerak tari dan
lakon. Tema pementasan Topeng Betawi mempengaruhi gerakan tarian karena tari Topeng
Betawi sifatnya teatrikal,  dimana dalam gerakan tari mengandung pesan yang hendak
disampaikan. Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling oleh para seniman.
Mereka biasanya di undang sebagai  pengisi hiburan dalam acara  pesta pernikahan, khitanan,
dan lainnya. Masyarakat Betawi dahulu mempercayai bahwa tarian Topeng Betawi bisa
menjauhkan diri dari mara bahaya atau petaka. Namun seiring  perubahan jaman kepercayaan
itu mulai luntur, dan tari Topeng Betawi hanya berfungsi sebagai hiburan semata dalam
hajatan atau acara adat lainnya.

8. Tari Serimpi

Sejarah tari Serimpi tak dapat lepas dari kisah raja Mataram yang paling tersohor, Sultan
Agung Hanyokrokusumo. Sebab, pada masa kepemimpinannya Kerajaan Mataram mencapai
kejayaan dan sangat terkenal hingga ke penjuru nusantara. Salah satu bukti kejayaan
Kerajaan Mataram ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya kesenian tradisional dari
dalam keraton, termasuk tari serimpi. Tari serimpi termasuk kesenian yang keindahan serta
nilai estetika seni tinggi yang identik dengan keanggunan, kecantikan, serta kesopanan para
penarinya. Pada masa itu, tarian ini biasanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu saja
seperti acara pisowanan agung maupun acara peringatan hari penting kerajaan. Hal tersebut
membuat tari Serimpi belum dikenal pada masa kerajaan Mataram. Serimpi ini baru mulai
dikenal oleh banyak orang setelah 70-an jauh setelah kesenian tari tersebut tercipta.
9. Tari Lilin

Tari Lilin adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Sumatra Barat. Tari lilin ini
biasanya ditampilkan oleh sekelompok penari perempuan maupun berpasangan yang
membawa lilin dan dengan diiringi oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi.
Para penari ini akan membawa lilin yang menyala pada piring kecil yang dipegang pada
kedua telapak tangan mereka. Penari ini akan menarikan tarian berkelompok dengan memutar
piring berisi lilin yang menyala secara hati-hati agar piring tersebut selalu berada diatas
telapak tangan dan menjaga agar lilin tidak padam.

10. Tari Saronde

Tari Saronde adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Gorontalo.Tarian ini
diangkat dari tradisi masyarakat Gorontalo saat malam pertunangan dalam rangkaian upacara
perkawinan adat mereka. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para penari pria dan penari
wanita yang menari dengan gerakan yang khasdan menggunakan seledang sebagai atribut
menarinya. Tari Saronde merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di
masyarakat Gorontalo. Selain menjadi bagian dari acara pernikahan adat, Tari Saronde juga
sering ditampilkan dalam acara seperti penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.
11. Tari Papatai

Tari Kancet Papatai merupakan kesenian tradisional dalam bentuk tari-tarian perang yang


bercerita tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh.
Tarian ini juga menggambarkan tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak
Kenyah dalam berperang, mulai perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria
atau ajai yang sudah berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh
pekikan para penari. Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan
alat musik sampe.
12. Tari Bendana

Tari Bedana merupakan tarian daerah yang dipercayai berkembang dari ajaran agama Islam
dan merupakan tarian tradisional yang menggambarkan kehidupan dan budaya melayu
masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka. Pada awal mulanya, Tari Bedana dilakukan
dengan dua laki-laki berpasangan dan berkelompok saja. Tari Bedana pada mulanya akan
dimainkan saat salah seorang anggota keluarga ada yang khatam Al-Quran. Namun seiring
perkembangan zaman, Tari Bedana dapat dimainkan atau dilakukan antara laki-laki dan
perempuan secara berpasangan maupun berkelompok. Tari Bedana menggambarkan
kehidupan masyarakat Lampung yang bersahabat dan beragama. Tari Bedana pada umumnya
diiringi dengan alat musik tradisional khas Lampung seperti gitar gambus, ketipung/marwis,
dan karenceng/terbangan. Selain dengan alat musik, Tari Bedana juga diiringi lagu yang
bersifat gembira dan seirama dengan petikan gambus lunik.
13. Tari Kecak

Kecak adalah pertunjukan dramatari seni khas Bali yang lebih utama menceritakan


mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh
banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama
tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan
kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun, Kecak
berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk melingkar
tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka.
Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana
seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual
tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang
dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
14. Tari Jaipong

Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976 di
Karawang, Jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi
Karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain.
Jaipongan di Karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, ditandai dengan
munculnya rekaman Jaipongan SUANDA GROUP dengan instrumen sederhana yang terdiri
dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset
rekaman tanpa label tersebut (indi label) Jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh
H Suanda di wilayah Karawang dan sekitarnya. 
15. Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Jambi.


Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh
para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik pengiring,
mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan membawakan cerano (wadah)
sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih merupakan salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal di daerah Jambi dan biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu
terhormat yang berkunjung ke Provinsi Jambi.

16. Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena adalah sejenis tarian yang berasal dari kerajaan Gowa Makasar
Sulawesi Selatan , Berasal dari kata "karena " yang artinya Bermain. dan "pa" yang berati
pelakunya. Tarian ini menjadi kekuatan tradisi budaya masyarakat Gowa yang sudah berabad
abad lamanya. Tarian ini merupakan upaya melestarikan budaya kekuatan keluarga kerajaan
dan masyarakat Gowa yang hegemonitas. Karena kecintaan raja Gowa kepada tarian ini,
sehingga setiap upacara-upacara adat menjadi tarian wajib yang disuguhkan di lingkungan
kerajaan. Tarian ini menggambarkan perpisahan Boting Langi (khayangan) dengan Lino
(bumi). Gerakan -gerakan tarian ini menggambarkan ajaran kepada masyarakat lino (bumi)
saat bercocok tanam, berternak atau berburu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Boting
langi. Setiap gerakan mengekspresikan kelembutan , kesantuanan , kesetiaan , kepatuhan dan
hormat masyarakat Perempuan Gowa kepada laki-laki. Pola gerakan yang dimulai dengan
duduk dan mulai memutar searah jarum jam juga memiliki makna adanya siklus hidup yang
selalu berputar. Selain berputar, tarian ini mengarah gerakan naik turun yang melambangkan
kehidupan manusia kadang berada di atas kadang berada di bawah, yang mengisyaratkan agar
perlunya hidup itu harus dilalui dengan kesabaran. Secara keseluruhan tarian ini meiliki 12
gerakan yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda . Aturan dalam tarian ini
sangat unik, diantaranya penari tidak diperbolehkan untuk membuka mata terlalu lebar ,
termasuk gerakan kaki tidak boleh diangkat terlalu tinggi.Oleh karena itu fisik penari harus
prima, karena harus selalu menunjukkan kelembutan dan kesantunan. Untuk iringan musik
dalam Tarian Kipaspakarena dilakukan oleh tujuh orang pengiring penari yang semua nya
laki-laki dengan alat musik berupa gandrang.
17. Tari Sirih Kuning

Tari Sirih Kuning adalah tarian dari Betawi yang sering ditampilkan pada acara-acara


tertentu. Tarian ini bisa ditarikan oleh anak-anak sampai orang dewasa. Tari Sirih
Kuning merupakan pengembangan dari Tari Cokek, sebuah tarian pergaulan di Betawi sejak
dulu. Biasanya Tari Sirih Kuning ditampilkan untuk mengiringi pengantin Betawi saat
memasuki proses penyerahan Sirih Dare oleh mempelai laki-laki kepada pengantin
perempuan. Selain itu, tarian ini juga digunakan sebagai tari penyambutan tamu maupun
hiburan saat merayakan sesuatu. Tari Sirih Kuning diiringi dengan musik Gambang
Kromong, yaitu sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan campuran alat-alat musik
gesek Tionghoa, seperti Sukong, Tehyan, dan Kongahyan.

18. Tari Merak

Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang


mengekpresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil
dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetjep Somantri, Ide dari
Tari merak sendiri ketika Raden Tjejep Soemantri melihat tarian Dadak Merak pada Reog Ponorogo,
maka dari itu aksesoris kepala merak pada tari merak mematuk manik-manik seperti tasbih yang ada
pada merak pada Reog Ponorogo. Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan
dikepalanya memiliki seperti mahkota. Kehidupan merak yang selalu
mengembangkan bulu ekornya agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje
Somantri untuk membuat tari Merak ini. Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden
Tjetje Somantri, tari Merak ini merupakan salah satu karyanya yang terkenal hingga kancah
internasional. Tidak heran kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar menciptakan
tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.
19. Tari Ronggeng Blantek

Tari Blantek/Ronggeng Blantek merupakan tarian khas Betawi yang bersumber dari gerak
dasar tari topeng. Di dalam pertunjukan Topeng Betawi ada tokoh perempuan yang selalu
memerankan sebagai penari yang di dalam tradisi Topeng Betawi disebut ronggeng.  Tari ini
diciptakan oleh penata tari Wiwiek Widiastuti. Tari ini menggambarkan sosok perempuan
Betawi yang cantik, ramah dan rendah hati. Fungsi tari ini sebagai tarian menyambut tamu
undangan dalam acara besar. Selain itu, tarian ini awal kemunculannya merupakan tarian
pembuka dalam kesenian Blantek yang gerakannya memberikan kebahagiaan dan menghibur.
20. Tari Bedaya Ketawang

Tari Bedaya Ketawang adalah sebuah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukkan ketika
penobatan serta Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta (upacara peringatan kenaikan
tahta raja). Nama Bedhaya Ketawang sendiri berasal dari kata bedhaya yang berarti penari
wanita di istana. Sedangkan ketawang berarti langit, identik dengan sesuatu yang tinggi,
keluhuran, dan kemuliaan. Tari Bedhaya Ketawang menjadi tarian sakral yang suci karena
menyangkut Ketuhanan, di mana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Tuhan
Yang Maha Esa. Busana yang digunakan oleh para penari Bedhaya Ketawang adalah dodot
ageng atau disebut juga basahan, yang biasanya digunakan oleh pengantin perempuan Jawa.
Penari juga menggunakan gelung bokor mengkurep, yaitu gelungan yang berukuran lebih
besar daripada gelungan gaya Yogyakarta,[4] serta berbagai aksesoris perhiasan yang terdiri
atas centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba
dhadha (rangkaian bunga melati yang dikenakan di gelungan yang memanjang hingga dada
bagian kanan). Busana penari Bedhaya Ketawang sangat mirip dengan busana pengantin
Jawa dan didominasi dengan warna hijau, menunjukkan bahwa Bedhaya Ketawang
merupakan tarian yang menggambarkan kisah asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja-
raja Mataram.
21. Tari Gambyong

Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari
wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu.
Gambyong bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreografi,
yang paling dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom (dengan beberapa variasi) dan Tari
Gambyong Pangkur (dengan beberapa variasi). Meskipun banyak macamnya, tarian ini
memiliki dasar gerakan yang sama, yaitu gerakan tarian tayub/tlèdhèk. Pada dasarnya,
gambyong dicipta untuk penari tunggal, tetapi sekarang lebih sering dibawakan oleh
beberapa penari dengan menambahkan unsur blocking panggung sehingga melibatkan garis
dan gerak yang serba besar. Pakaian yang digunakan bernuansa warna kuning dan
warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan. Sebelum tarian dimulai, selalu
dibuka dengan gendhing Pangkur.Teknik gerak, irama iringan tari dan pola kendhangan
mampu menampilkan karakter tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.

22. Tari Gambir Anom

Tari Gambir Anom merupakan salah satu tarian yang ditampilkan di dalam keraton untuk
menyambut tamu agung. Tarian ini biasa dimainkan oleh penari laki-laki. Hal ini tentu tidak
dapat dilepaskan dari cerita yang terkandung dalam setiap gerakan tarian tersebut. Tari
Gambir Anom menceritakan seorang tokoh pewayangan bernama Irawan, putra Arjuna, yang
tengah jantuh cinta kepada seorang wanita. Properti yang dikenakan oleh penari juga
tergolong unik, yaitu berupa kostum layaknya tokoh pewayangan ditambah dengan sebuah
sampur sebagai propertinya.
23. Tari Jathilan

Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathil
merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di
atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang
lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda
ditunjukkan dengan ekspresi atau semangat sang penari. Jathil ini pada mulanya ditarikan
oleh laki-laki yang halus, berparas tampan atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak
tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog
Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari
jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari
Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, dan cekatan. Hal
ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan
irama ngracik.

24. Tari Busak Baku

Tarian Busak Baku yang merupakan salah satu jenis bunga yang melambangkan ikatan
emosional dan kekeluargaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Dayak
LundayehDalam menampilkan tarian Busak Baku, juga diiringi dengan syair-syair khas
Lundayeh, yang menceritakan tentang seorang perempuan yang baik hati juga murah hati,
tulus dan adil. "Di mana masyarakat Lundayeh juga berlomba-lomba dalam hal kebaikan,"
jelas Yonsep. Tarian ini dulunya, digunakan atau ditampilkan penyambutan tamu khusus,
tarian ini masuk dalam jenis tarian ajakan. Semakin banyak yang melingkar maka akan
semakin bagus.
25. Tari Gong

Tari Gong atau dapat disebut juga Tari Kancet Ledo adalah salah satu


tarian Dayak Kalimantan Timur, tepatnya dari suku Dayak Kenyah.Tarian ini ditarikan
seorang gadis dengan gong digunakan sebagai alat musik pengiringnya. Tari ini biasanya
dipertunjukkan pada saat upacara penyambutan tamu agung atau upacara menyambut
kelahiran seorang bayi kepala suku. Gerakan dalam Tari Gong mengekspresikan tentang
kelembutan seorang wanita. Tari ini mengungkapkan kecantikan, kepandaian dan lemah
lembut gerakan tari. Sesuai dengan nama tarinya, tari Gong ditarikan di atas sebuah Gong,
diiringi dengan alat musik Sampe. Penari Gong menggunakan busana berupa baju manik
dan Taah, Taah merupakan Pakaian khas wanita yang terdiri dari kain beludru yang dihiasi
manik-manik. Dipakai dengan cara dililitkan pada pinggang, yang masing-masing ujung tali
dililitkan dan berhenti di pusar, serta perlengkapan lainnya yang digunakan Lavung atau Topi
yang dibuat dari rotan dan terdapat corak-corak sesuai dengan corak baju dan Taah, dan
kalung yang terbuat dari manik-manik yang berwarna dan gigi atau taring Macan, dan bulu
burung Enggang yang dikenakan di kedua belah tangan penari.
26. Tari Belian Bawo

Tari belian bawo menggunakan topeng dan kostum-kostum khas suku Dayak. Untuk irama
dan ritme musik ada aturannya tersendiri, jika salah satu memainkan musik dengan tidak
tepat maka ritual akan gagal dan si penari akan mengalami kesurupan yang tidak wajar. Jika
hal tersebut terjadi, maka musik harus di netralkan kembali atau dibuat kembali seperti biasa.
Pada ritual Belian Bawo, pemimpin ritual mengenakan rok yang dihias khusus, berwarna-
warni (sempet) dengan pola bunga atau tokoh roh, ikat pinggang bersulam manik, kain
kepala, dan menggunakan gelang pada pergelangan tanganyang terbuat dari kuningan berat
(getakng), dua atau lebih tiga di masing-masing pergelangan tangan, yang digoncangkan
sehingga getakng saling berbenturanmenghasilkan suara berderak untuk mengiringi
tariannya. Nyanyiannya (tinga) dalam bahasa setempat.
27. Tarian Leleng

Tarian Leleng adalah tarian tradisional daerah Kalimantan Timur. Pengertin kata “Leleng”
dalam bahasa Kenyah adalah “berputar-putar”. Sebuah ekspresi dari sosok Utan Along
(sebutan untuk seorang gadis yatim) yang sedang bimbang karena kekasihnya pergi dan
belum kembali.
Makna dari Berputar-putar ialah melambangkan kebimbangan. Persis orang yang sedang
kebingungan lalu mondar mandir. Begitu juga dengan Utan Along. Oleh sebab itu dinamakan
Leleng. Tarian ini diiringi oleh nyanyian Leleng. Dalam nyanyian itu menceritakan tentang
Utan Along.
28. Tarian Jarang Kepang

Jaran kepang atau jathilan adalah salah satu dari berbagai jenis tarian kuda lumping di
Indonesia. Tari jaran kepang jathilan berasal dari Ponorogo. Tarian ini merupakan bagian dari
satu kesatuan kelompok utuh Reog. Jaran kepang atau jathilan digambarkan sebagai pasukan
gagah berani yang menunggangi kuda. Kata jathil berasal dari bahasa Jawa yaitu jarane jan
thil-thilan yang berarti kuda yang menari tidak beraturan. Di beberapa kesempatan memang
penari jathilan ini kerasukan, tetapi untuk penari di masa sekarang para penari jaran kepang
atau jathilan pada pertunjukan Reog tidak kerasukan sehingga tidak melakukan berbagai
atraksi berbahaya seperti halnya dengan tarian kuda lumping dari daerah lain. Di masa lalu,
jaran kepang atau jathilan ditarikan oleh laki-laki. Namun pada perkembangannya di masa
sekarang, tari jaran kepang atau jathilan justru ditarikan oleh wanita. Tarian ini
menggambarkan kekuatan prajurit berkuda namun ditarikan indah dalam gemulai gerakan
penarinya. Di masa lalu, tarian ini sering kali terpisah dengan pertunjukan Reog. Tarian ini
banyak dilakukan di pedesaan sebagai kesenian hiburan bagi rakyat. Namun di Ponorogo
khususnya, tarian jaran kepang atau jathilan menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pertunjukan Reog.
29. Tari Tempurung

Tari Tempurung berasal dari Daerah Provinsi Sumatera Barat. Tari Tempurung merupakan
salah satu tari tradisional di Indonesia yang terkenal akan keunikan pada gerakan dan juga
aksesoris yang dibawanya. Makna dari Tari Tempurung Tarian Khas Minangkabau ini
adalah,  sebagai manusia kita jangan sampai menjadi orang yang selalu memberontak dan
berbuat buruk, namun kita wajib saling menghormati dan berbuat baik.

30. Tari Caci

Caci atau tari Caci atau adalah tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang


penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai di Flores, Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Penari yang bersenjatakan cambuk (pecut) bertindak sebagai penyerang
dan seorang lainnya bertahan dengan menggunakan perisai (tameng). Tari ini dimainkan saat
syukuran musim panen (hang woja)[1] dan ritual tahun baru (penti), upacara pembukaan lahan
atau upacara adat besar lainnya, serta dipentaskan untuk menyambut tamu penting. Seorang
laki-laki yang berperan sebagai pemukul (disebut paki) berusaha memecut lawan dengan
pecut yang dibuat dari kulit kerbau/sapi yang dikeringkan. Pegangan pecut juga dibuat dari
lilitan kulit kerbau. Di ujung pecut dipasang kulit kerbau tipis dan sudah kering dan keras
yang disebut lempa atau lidi enau yang masih hijau (disebut pori). Laki-laki yang berperan
sebagai penangkis (disebut ta’ang), menangkis lecutan pecut lawan dengan perisai yang
disebut nggiling dan busur dari bambu berjalin rotan yang disebut agang atau tereng. Perisai
berbentuk bundar, berlapis kulit kerbau yang sudah dikeringkan. Perisai dipegang dengan
sebelah tangan, sementara sebelah tangan lainnya memegang busur penangkis. Caci berasal
dari kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti uji. Jadi, caci bermakna ujian satu lawan satu
untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. Pemain dilengkapi dengan pecut (larik),
perisai (nggiling), penangkis (koret), dan panggal (penutup kepala). Pemain bertelanjang
dada, tetapi mengenakan pakaian perang pelindung paha dan betis berupa celana panjang
warna putih dan sarung songke (songket khas Manggarai). Kain songket berwarna hitam
dililitkan di pinggang hingga selutut untuk menutupi sebagian dari celana panjang. Di
pinggang belakang dipasang untaian giring-giring yang berbunyi mengikuti gerakan pemain.

Anda mungkin juga menyukai